Faktor-Faktor Ibu Balita Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Follow Up Penderita Pnemonia Balita Di Puskesmas Cisaga, Ciamis, Jawa Barat

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Muhammadiyah Semarang ABSTRAK ABSTRACT

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. balita di dunia sebanyak 43 kematian per 1000 kelahiran hidup (WHO, 2016d). Di

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2013.

Tingkat Kepatuhan Penderita Malaria Vivax... (M. Arie Wuryanto) M. Arie Wuryanto *) *) Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik FKM UNDIP ABSTRACT

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA OLEH IBU YANG BERKUNJUNG KE PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU YANG MEMILIKI BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DENGAN PENANGANAN BALITA ISPA

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

ABSTRAK TINGKAT KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL SUSPENSI KEPADA BALITA YANG MENGALAMI ISPA DI PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, STATUS PENDIDIKAN, DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. ISPA yang tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DTP JAMANIS KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2010.

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN TAMAMAUNG KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

BALITA DAN IBU DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang sangat mendasar dan menjadi prioritas dalam program

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI POSYANDU CEMPAKA DAN MAWAR DESA CUKANGKAWUNG TASIKMALAYA PERIODE BULAN APRIL 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

Marieta K. S. Bai, SSiT, M.Kes. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Nitari Rahmi 1, Irvan Medison 2, Ifdelia Suryadi 3

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BELAWANG.

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

DETERMINAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN, PENULARAN PENYAKIT TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENDOSARI

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG KOTA MAKASSAR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TUBERKULOSIS DI WILAYAH PUSKESMAS NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

Healthy Tadulako Journal (Enggar: 57-63) 57

ABSTRAK. Kata kunci : ISPA, angka kejadian.

Kata Kunci : Peran PMO, Kepatuhan minum obat, Pasien tuberkulosis paru. Pengaruh Peran Pengawas... 90

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh : JONATHAN EKO A J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

Purnama Sinaga 1, Zulhaida Lubis 2, Mhd Arifin Siregar 3

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

HUBUNGAN PEMBERIAN IMUNISASI DPT DAN CAMPAK TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK USIA 10 BULAN - 5 TAHUN DI PUSKESMAS SANGURARA KOTA PALU TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi saluran pernafasan akut saat ini merupakan masalah

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA USIA 0-2 TAHUN DI RUANG PERAWATAN BAJI MINASA RSUD. LABUANG BAJI MAKASSAR VIDIANTI RUKMANA

DWI AGUNG RIYANTO* ABSTRAK

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Pada Balita di Kota Semarang

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PENDERITA TB PARU DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TB PARU DI PUSKESMAS SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah

Jurnal Kesehatan Masyarakat

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ISPA PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWANTORO I SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEHADIRAN IBU MENIMBANG ANAK BALITA DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS ALALAK TENGAH DAN PUSKESMAS S

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

Abstrak. Abstract. Pendahuluan. Rahmah et al., Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita tentang Diare terhadap Tindakan...

Pengaruh Dukungan Keluarga, Pengetahuan, dan Pendidikan Penderita Tuberkulosis (TB Paru) Terhadap Kepatuhan Minum Obat

TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN ISPA DI RUMAH TERHADAP KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS CIMAHI TENGAH RINI MULYATI

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KADER POSYANDU DALAM PELAYANAN MINIMAL PENIMBANGAN BALITA

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Faktor-Faktor Ibu Balita Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Follow Up Balita Di Puskesmas Cisaga, Ciamis, Jawa Barat Agus Mulyana *), Priyadi Nugraha **), M. Sakundarno Adi ***). *) Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis **) Bagian PKIP FKM Undip ***) Bagian Epidemiologi FKM Undip ABSTRACT Background: One of the important procedures in pneumonia treatment is to conduct a followup care. The follow-up care of pneumonia disease should be done at least two days after treatment or sometimes earlier when the patients have bad physical conditions. The cases of pneumonia children in Cisaga health centre have been increasing recently, and even have a higher percentage compare to the average national cases. However, the percentage of the follow-up care cases has only about 13.5% from the total cases. The objective of this study is to identify some factors associated with mother s compliance to conduct a follow-up care of their children who suffered pneumonia at Cisaga health centre. Method : A cross sectional survey with 50 sample, which consists of 40 patients have done a follow-up care and 10 patients have never done a follow-up care, has been employed in this study. Chi-square test has been used to examine the associations between factors and mother s compliance. Results : Chi-square test shows that there is an association between knowledge and mother s compliance behaviour since p<0.05. However, mother s education level, occupation, and family supports and income have no association with the mother s compliance. The study suggests that information, education and communication programs in terms of preventing and treating pneumonia disease in children under five including the causes, the treatment procedures, and the effects of the disease, have to be conducted intensively, particularly to mothers who have children suffering pneumonia. Keyword: Pneumonia, compliance behaviour, mother, follow-up care 120

Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 1 / No. 2 / Agustus 2006 PENDAHULUAN Pnemonia merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia. Sekitar tiga juta balita di dunia meninggal akibat pnemonia, itu artinya bahwa ada 400 kematian balita setiap jamnya (Depkes RI, 2002). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 diperoleh informasi bahwa proporsi kematian pada bayi adalah 29,5 % sedangkan pada balita adalah 30,8 % dengan penyebab kematian disebabkan karena pnemonia (80-90 %). Hasil Operasional Research yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan dan pemahaman Ibu penderita Pnemonia tentang penyakit Pnemonia di Kabupaten Ciamis masih sangat rendah (83 %) termasuk di dalamnya tentang pentingnya follow up bagi penderita Pnemonia masih jauh dari target yang ditetapkan (45,50 %) (Dinkes Kabupaten Ciamis, 2001; Darmadji, 2001). Hasil penelitian lain yang dilakukan Rahmat Jumawan, di Puskesmas Pamarican Kabupaten Ciamis didapat data bahwa 63 % penderita pnemonia tidak melakukan follow up (Jumawan, 2003). Secara teori perilaku kepatuhan atau ketidakpatuhan dalam bidang kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu : pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan, sikap, anjuran, biaya berobat, jarak pelayanan dan sikap petugas (Notoatmodjo, 2000; Green, 1980; Notoatmodjo, Wuryaningsih, 2000). Ibu adalah pemberi keputusan untuk berobat, maka cara ibu dalam mengatasi gejala Inspeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dapat memberi gambaran mengenai perilaku keluarga dan masyarakat dalam mengatasi penyakit ISPA (Lubis, dkk, 1996). Ibu memegang peranan penting dalam perawatan ISPA karena merekalah yang hampir setiap saat mengasuh dan melayani kebutuhan anaknya termasuk mengenali penyakit secara dini dan pada waktunya mencari bantuan pengobatan. Mosley dan Chen dalam karangannya tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan kelangsungan hidup anak, manyebutkan bahwa seorang ibu mempunyai peranan dalam menjamin kelangsungan hidup anak (Singarimbun, 1988). METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik, metode penelitiannya survey/observasional dengan desain cross sectional/potong lintang. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu balita penderita pnemonia balita yang berada di wilayah Puskesmas Cisaga yang tercatat dalam buku register pasien sebanyak 157 kasus. Sampel yang diambil adalah seluruh ibu balita penderita yang tercatat dalam buku register puskesmas Cisaga tiga bulan terakhir sejumlah 50 kasus. Sumber data diperoleh dari Puskesmas Cisaga Kabupaten Ciamis Jawa Barat berupa laporan kunjungan pasien pnemonia yang tercatat dalam register dan dari responden. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara langsung baik kepada petugas pekan Penanggulangan penyakit (P2P) ISPA Puskesmas Cisaga Kabupaten Ciamis Jawa Barat dan wawancara langsung dengan responden (Ibu balita). HASIL PENELITIAN 1. Hubungan antara Pendidikan Ibu Balita responden yang pendidikannya e 9 tahun dibandingkan responden yang pendidikan < 9 tahun (23,1%). Sedangkan persentase responden yang tidak patuh melakukan follow-up lebih besar pada responden yang pendidikannya < 9 tahun dibandingkan responden yang pendidikan e 9 tahun (81,1%). Hasil uji Chi Square = 1,000 lebih besar dari = 0,05, maka Ho diterima dan dapat diambil kesimpulan tidak ada hubungan yang 121

Tabel 1. Hubungan Pendidikan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Cisaga Tahun 2005 Tabel 2. Hubungan Pekerjaan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Cisaga Tahun 2005 signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan kepatuhan follow- up penderita pnemonia balita. 2. Hubungan antara Pekerjaan dengan Kepatuhan Follow-Up Penderita Pnemonia Balita. responden yang tidak bekerja dibandingkan responden yang bekerja (22,0 %). Sedangkan persentase responden yang tidak patuh responden yang bekerja dibandingkan responden yang tidak bekerja (88,9%). Hasil uji Chi Square = 0,782 lebih besar dari = 0,05, maka Ho diterima. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan kepatuhan follow up 3. Hubungan antara Pendapatan Kepala Keluarga dengan Kepatuhan Follow- Up Balita. melakukan follow up lebih besar pada responden yang pendapatan keluarganya rendah dibandingkan dengan responden yang pendapatan keluarganya tinggi (23,5%). Sedangkan persentase responden yang tidak patuh responden yang pendapatan keluarganya tinggi dibandingkan responden yang pendapatan keluarganya rendah (87,5%). Hasil uji Chi Square = 0,596 lebih besar dari = 0,05, maka Ho diterima, dan dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan kepatuhan follow up penderita pnemonia balita. 4. Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang Pnemonia dengan Kepatuhan Follow-Up Balita. responden pengetahuannya tentang pneumonia tinggi dibandingkan responden yang pengetahuannya tentang pneumonia rendah (33,3%). Sedangkan persentase responden yang tidak patuh melakukan follow-up lebih besar pada responden yang pengetahuannya tentang pneumonia rendah dibandingkan responden yang pengetahuannya tentang pneu- 122

Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 1 / No. 2 / Agustus 2006 Tabel 3. Hubungan Pendapatan Keluarga Penderita Pnemonia Balita di Wilayah Kerja Puskesmas CisagaTahun 2005 Tabel 4. Hubungan Pengetahuan tentang Pnemonia Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Cisaga Tahun 2005 monia tinggi (100,0 %). Hasil uji Chi Square = 0,012 lebih kecil dari = 0,05, maka Ho ditolak. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan terdapat hubungan antara pengetahuan mengenai pnemonia dengan kepatuhan follow up 5. Hubungan antara Sikap Ibu dengan Kepatuhan Follow-Up Penderita Pnemonia Balita. responden sikapnya positif terhadap keseriusan pengobatan/follow-up dibandingkan responden yang sikapnya negatif terhadap keseriusan pengobatan/follow-up (41,2%). Sedangkan persentase responden yang tidak patuh responden yang sikapnya negatif terhadap keseriusan pengobatan/follow-up dibandingkan responden yang sikapnya positif terhadap keseriusan pengobatan/follow-up (90,9%). Hasil uji Chi Square = 0,021 lebih besar dari = 0,05, maka Ho ditolak. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan terdapat hubungan antara sikap ibu dengan kepatuhan follow-up 123 6. Hubungan antara Biaya Berobat Balita. melakukan follow- up lebih besar pada responden yang mempersepsikan biaya pengobatan murah dibandingkan responden yang mempersepsikan biaya pengobatan mahal (22,5%). Sedangkan persentase responden yang tidak patuh melakukan follow-up lebih besar pada responden yang mempersepsikan biaya pengobatan mahal dibandingkan responden yang mempersepsikan biaya pengobatan murah (90,0 %). Hasil uji Chi Square = 0,659 lebih besar dari = 0,05, maka Ho diterima. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara biaya berobat dengan kepatuhan follo- up 7. Hubungan antara Jarak Pelayanan Balita. responden mempersepsikan jarak pelayanan kesehatan dekat dibandingkan responden yang

Tabel 5. Hubungan Sikap Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Cisaga Tahun 2005 Tabel 6. Hubungan Biaya Berobat Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Cisaga Tahun 2005 mempersepsikan jarak pelayanan kesehatan jauh (22,2%). Sedangkan persentase responden yang tidak patuh melakukan follow-up lebih besar pada responden yang mempersepsikan jarak pelayanan kesehatan jauh dibandingkan responden yang mempersepsikan jarak pelayanan kesehatan dekat (80,5%). Hasil uji Chi Square diperoleh nilai = 1,000 lebih besar dari = 0,05, maka Ho diterima. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara jarak ke tempat pelayanan kesehatan dengan kepatuhan follow-up 8. Hubungan antara Dukungan dari Keluarga dengan Kepatuhan Follow- Up Balita. melakukan follow up lebih besar pada responden yang tidak mendapat dukungan keluarga untuk follow up dibandingkan responden yang mendapat dukungan keluarga untuk follow up (28,0 %). Sedangkan persentase responden yang tidak patuh melakukan follow up lebih besar pada responden yang mendapat dukungan keluarga untuk follow up dibandingkan responden yang tidak mendapat dukungan keluarga untuk follow up (88,0 %). Nilai hasil uji Chi Square = 0,289 lebih besar dari = 0,05, maka Ho diterima. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan follow up 9. Hubungan antara Sikap Petugas Balita. melakukan follow up lebih besar pada responden yang mempersepsikan sikap petugas ramah dibandingkan responden yang mempersepsikan sikap petugas tidak ramah (100,0%). Persentase responden yang tidak patuh melakukan follow up lebih besar pada responden yang mempersepsikan sikap petugas ramah dibandingkan responden yang mempersepsikan sikap petugas tidak ramah (100,0%). Demikian pula dari tabel tersebut tidak dapat dilakukan analisis Chi Square karena terdapat 2 sel yang kosong pada tabel 2 x 2. 124

Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 1 / No. 2 / Agustus 2006 Tabel 7. Hubungan Jarak ke Tempat Pelayanan Kesehatan Kepatuhan Follow-Up Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Cisaga Tahun 2005 Tabel 8. Hubungan Dukungan Keluarga Penderita Pnemonia Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Cisaga Tahun 2005 Tabel 9. Hubungan Sikap Petugas Balita di Wilayah Kerja Puskesmas CisagaTahun 2005 PEMBAHASAN 1. Hubungan antara tingkat pendidikan Hasil analisis hubungan tingkat pendidikan dengan Kepatuhan follow-up kesimpulannya tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan kepatuhan follow-up Hersey dan Blanchard mengungkapkan bahwa pendidikan baik formal maupun non formal dapat mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan dan berperilaku. Dengan pendidikan seseorang dapat meningkatkan kematangan intelektual sehingga dapat membuat keputusan dalam bertindak. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin mudah baginya untuk menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi (Green, 1980). 2. Hubungan antara pekerjaan dengan Kepatuhan Follow-Up Penderita Pnemonia Hasil analisis hubungan pekerjaan dengan Kepatuhan follow up Penderita Pnemonia adalah tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan kepatuhan follow up 125

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Suliha yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan tidak patuh berobat (Suliha, 1991). Sejalan pula dengan hasil penelitian Rahmat Jumawan mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kepatuhan followup penderita pneumonia balita (Jumawa, 2003). 3. Hubungan antara Pendapatan Keluarga dengan Kepatuhan Follow- Up Hasil analisis hubungan pendapatan keluarga dengan Kepatuhan follow up adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan kepatuhan follow up Jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmat Jumawan yang mengatakan bahwa terdapat hubungan antara pendapatan keluarga dengan kepatuhan follow up penderita pnemonia balita. Hal ini disebabkan sosial ekonomi masyarakat masih rendah menuntut untuk melakukan follow up, mengingat terbatasnya dana. Dengan demikian pendapatan bukan penentu kepatuhan seseorang untuk melakukan kunjungan ulang (follow up) penderita pneumonia (Jumawan, 2003). 4. Hubungan antara Pengetahuan Ibu Hasil analisis hubungan pengetahuan ibu dengan Kepatuhan follow-up Penderita Pnemonia adalah terdapat hubungan antara pengetahuan mengenai pnemonia dengan kepatuhan follow up penderita pnemonia balita. Pengetahuan yang dimiliki oleh responden pada penelitian ini baru pada tingkatan tahu belum sampai pada taraf praktik/tindakan (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan hal tersebut dapat dijadikan dasar mengenai pentingnya meningkatkan pengetahuan tentang pnemonia terutama tentang pentingnya kunjungan ulang setelah pengobatan antibiotika pada penderita pneumonia yang dapat dilakukan melalui penyuluhan terprogram dan intensif kepada masyarakat khususnya kepada ibu yang memiliki balita. tujuannya adalah bukan hanya sekedar tahu tapi untuk lebih memotivasi ibu balita agar mau melakukan pengobatan secara tuntas dan dinyatakan sembuh oleh petugas pelayanan dengan kata lain, program ini diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan dalam melakukan follow up. 5. Hubungan antara Sikap Ibu dengan Kepatuhan Follow-Up Penderita Pnemonia Hasil analisis hubungan sikap ibu dengan Kepatuhan follow up penderita pnemonia adalah terdapat hubungan antara sikap ibu dengan kepatuhan follow-up Gibson mengatakan, bahwa sikap merupakan faktor penentu perilaku karena sikap berhubungan dengan persepsi, kepribadian dan motivasi. demikian sikap merupakan faktor predisposisi yang memungkinkan terjadinya perubahan perilaku (Gibson, 1998). 6. Hubungan antara Biaya Pengobatan Hasil analisis hubungan biaya pengobatan dengan Kepatuhan follow-up penderita pnemonia adalah tidak terdapat hubungan antara biaya berobat dengan kepatuhan follow-up Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan bagi ibu dengan tingkat pendapatan keluarga yang rendah dapat menjadi penghambat bagi ibu tersebut untuk membawa balitanya yang sakit pnemonia untuk melakukan follow-up ke tempat pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Safarino yang menyatakan bahwa 126

Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 1 / No. 2 / Agustus 2006 salah satu faktor penghambat tidak datangnya ke tempat pelayanan kesehatan adalah pertimbangan biaya berobat (Notoatmodjo, Wuryaningsih, 2000). 7. Hubungan antara Jarak Pelayanan Kesehatan dengan Kepatuhan Follow- Up Hasil analisis hubungan jarak pelayanan kesehatan dengan Kepatuhan follow-up penderita pnemonia tidak terdapat hubungan antara jarak ke tempat pelayanan kesehatan dengan kepatuhan follow-up Jarak yang dekat dengan pelayanan kesehatan, ditunjang dengan kemudahan transportasi dan waktu tempuh menuju tempat pelayanan kesehatan tidak terlalu lama sebenarnya merupakan faktor yang sangat mendukung untuk patuhnya penderita dalam melakukan follow-up. Tetapi hasil penelitian menunjukkan lain. Jarak yang dekat dengan tempat pelayanan kesehatan tidak dapat dijadikan patokan bagi penderita untuk patuh melakukan follow-up, mungkin ada faktor lain yang menyebabkannya diantaranya kekurangan biaya untuk pergi ke tempat pelayanan kesehatan atau bahkan motivasi untuk melakukan follow-up nya masih rendah (Green, 1980). 8. Hubungan antara Dukungan Keluarga Hasil analisis hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan follow-up penderita pnemonia adalah tidak terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan follow-up penderita pnemonia balita. Sesuai dengan pendapat Green, yang mengatakan bahwa perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh salah satunya adalah faktor pendorong yaitu dukungan yang diberikan oleh keluarga dan masyarakat (Green, 1980). Snehendu mengatakan bahwa, perilaku kesehatan seseorang bertitik tolak dari fungsi 127 dukungan sosial masyarakat (Notoatmodjo, 2000). 9. Hubungan antara Sikap Petugas Analisis Chi Square untuk mengetahui hubungan antara sikap petugas dengan kepatuhan follow up penderita pnemonia tidak dapat dilakukan karena terdapat 2 sel yang kosong pada tabel 2 x 2. Bagi kalangan orang yang berpendidikan rendah sikap petugas yang memberikan pelayanan dasar dapat diartikan bahwa sikap petugas sudah baik dalam melayani pasien. Bagi kalangan orang yang berpendidikan tinggi pelayanan dasar dapat dianggap sebagai pelayanan yang kurang memuaskan dan dapat pula mempersepsikan sikap petugas dalam melayani pasien kurang baik/ramah. Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memberikan respon lebih rasional daripada mereka yang berpendidikan rendah (Notoatmodjo, 2003). SIMPULAN 1. Gambaran beberapa faktor yang berhubungan dengan kepatuhan follow-up penderita pneumonia : a. Sebagian besar (74,0 %) responden berpendidikan < 9 tahun. b. Sebagian besar (82,0 %) status pekerjaan responden adalah bekerja. c. Sebagian besar (68,0 %) pendapatan keluarga kurang. d. Sebagian besar (60,0 %) Pengetahuan responden tentang penyakit pneumonia termasuk kategori tinggi. e. Sebagian besar (66,0 %) Sikap ibu termasuk kategori negatif. f. Sebagian besar (80,0%) responden yang mempersepsikan biaya pengobatan murah.

g. Sebagian besar (82,0 %) responden yang mempersepsikan jarak pelayanan jauh. h. Responden yang mendapatkan dukungan keluarga dan yang tidak mendapatkan dukungan keluarga sama-sama 50,0 %. i. Seluruh responden (100,0 %) menyatakan ramah terhadap sikap petugas. 2. Banyak responden penderita pneumonia balita (80,0 %) yang masih tidak patuh untuk follow-up. 3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan follow-up adalah : pengetahuan ibu balita (ρ - value = 0,012) dan sikap ibu (ρ - value = 0,021). 4. Faktor-faktor lainnya yaitu pendidikan ibu (ρ -value = 1,000), pekerjaan ibu (ρ - value = 0,782), pendapatan keluarga (ρ - value = 0,596), biaya berobat, (ρ - value = 0,659), dukungan keluarga (ρ - value = 0,289) 5. Hubungan antara sikap petugas dengan kepatuhan follow-up penderita pneumonia tidak dapat dianalisis karena terdapat 2 sel yang kosong pada tabel 2 x 2. KEPUSTAKAAN Depkes RI. 2002. Kenali Gejala Dini Penyakit Pnemonia Balita. Ditjen P2M&PLP. Jakarta. Dinkes Kabupaten Ciamis. 2001. Hasil Operasional Riset Tentang Penyakit ISPA. Ciamis. Darmadji PS. 2001. Pemanfaatan Dukun Beranak Dalam Penemuan Dini & Pencegahan Pnemonia Pada Bayi Di Kabupaten Ciamis. Puslitbang P2M Depkes RI. Gibson JL. 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia. CV Mandiri Buana. Jakarta. Green L, et all, 2000. Health Promotion Planning; An Education and Environmental Approach. Mayfield Publishing Company, Mountain View, Toronto, London. Jumawan Rahmat. 2003. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Follow Up Di Puskesmas Pamarican Kabupaten Ciamis (Skripsi Program S1 FKM Unsil ). Tasikmalaya. Lubis A, Soewati, Kusnidar. 1996. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Batuk dan Nafas Cepat Pada Balita. Buletin Penelitian Kesehatan. Notoatmodjo S. 2000. Pendidikan Promosi Dan Perilaku Kesehatan. Andi Offset. FKM Universitas Indonesia. Jakarta. Notoatmodjo S, Wuryaningsih E. 2000. Pendidikan Promosi Dan Perilaku Kesehatan; Teori Dan Aplikasi, KMP - 600. FKM Universitas Indonesia. Jakarta. Notoatmodjo S. 2003. Pengantar Pendidikan Dan Ilmu Perilaku.Rineka Cipta. Jakarta. Rusnizar Rusin. 1984. Program Pemberantasan ISPA Di Indonesia. Lokakarya Nasional Ke-1 Penanggulangan ISPA. Cipanas. Singarimbun M. 1988. Kelangsungan Hidup Anak; Berbagai Teori Pendekatan Dan Kebijakan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Suliha. 1999. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Pengobatan Penderita TB Paru Di Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya (Skripsi Program S1 FKM Unsil ). Tasikmalaya. 128