PEMANFAATAN KEARIFAN LOKAL SASI DALAM SISTEM ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DI RAJA AMPAT Oleh Paulus Boli Simposium Nasional Konservasi Perairan Pesisir Dan Pulau-pulau Kecil Jakarta, 9 10 Mei 2017
Pendahuluan Raja Ampat ditempatkan sebagai prioritas utama konservasi karena alasan keanekaragaman hayati dan spesies-spesies endemik yang tinggi(huffard et al. 2012). Pengelolaan KKP3K di Raja Ampat dimulai 2001, saat ini memasuki 17 tahun. Banyak pratik kearifan lokal di Raja Ampat, salah satunya sasi (Handayani 2008; McLeod et al. 2009). Penggunaan kearifan lokal dalam pengelolaan konservasi modern berhasil memperbaiki kondisi terumbu karang di negara-negara Oseanik (Aswani dan Furusawa 2007). Pemda dan stakeholders lainya di Raja Ampat memanfaatkan sasi dalam pengelolaan KKP3K termasuk dalam sistem zonasi.
Tujuan Tujuan penelitian ini adalah mendeksripsi sistem sasi yang berlaku di Raja Ampat dan menjelaskan pemanfaatan sasi dalam sistem zonasi kawasan konservasi perairan daerah (KKPD) di Raja Ampat.
Bahan dan Metode Data primer dilakukan dengan teknik wawancara : masyarakat lokal, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, pemerintah desa/kampung, pemerintah kabupaten dan aktivis LSM. Selain itu, digunakan penelusuran sejarah pengelolaan kawasan konservasi, opini masyarakat tentang kelembagaan adat dan kawasan konservasi. Lokasi penelitian dilaksanakan pada Pulau Waigeo, Pulau Batanta dan Pulau Salawati serta pulau-pulau kecil lainnya, merupakan kawasan kepemilikan adat dari suku-suku: Biak- Beteu, Bantanta, Tepin, Fiat, Domu, Waili dan Moi-Maya. Penelitian dilaksanakan April-Juli 2013.
Sasi Di Raja Ampat Sasi merupakan praktek pengelolaan sumberdaya alam (darat dan laut ) yang didasarkan pada kepemilikan (hak) ulayat (customary tenure) adalah budaya asli penduduk di kawasan Pasifik Selatan (Lam 1998). Sasi laut bagi masyarakat Raja Ampat adalah satu perjanjian atau komitmen bersama untuk melindungi habitat dan biota perairan tertentu. Sasi laut diberlakukan karena menurunnya hasil tangkapan dan meningkatnya nilai ekonomi hasil laut sangat terkait kedatangan nelayan dan nelayan pengumpul di Raja Ampat.
Variasi Nama Sasi di Pasifik Selatan Kabus dan Samson Sasisen Tiatiki tambo nggama tambo taboo tabus
Tahapan Pelaksanaan Sasi Di Raja Ampat (1) Masa tidak menangkap atau tidak memanfaatan sumberdaya perikanan tertentu (12 bulan). (2) Masa memanfaatkan kembali sumberdaya yang sebelumnya dilarang untuk diambil (3 minggu) (3) Menentukan jenis-jenis sumberdaya yang disasi (4) Menentukan ukuran yang dipanen (5) Menentukan jenis alat tangkap dan teknik penangkapannya (6) Menentukan harga jual dan penjualan hasil sasi (7) Distribusi dan pemanfaatan hasil penjualan
Jenis-Jenis Sasi Di Raja Ampat No Dasar Penggolongan Jenis Sasi 1 Lokasi Sasi darat dan sasi laut 2 Komoditas Sasi kelapa, sasi lola, sasi teripang, sasi lobster 3 Pelaksanaan upacara Sasi adat, sasi masjid dan sasi gereja 4 Waktu tutup-buka sasi Sasi temporal dan sasi permanen 5 Pengaruh musim angin Sasi musim 6 Kepemilikan ulayat Sasi keluarga (marga) dan sasi kampung
Kelembagaan Sasi Di usulkan dan fasilitasi oleh: > Kepala kampung > Badan Musyawarah Kampung > Tokoh agama (gereja) > Tokoh adat Sasi di Raja Ampat tidak punya Kelembagaan Khusus seperti Kewang di Maluku
Sasi Permanen Sasi Permanen ( Zona Ketahanan Pangan dan Pariwisata dalam KKPD Raja Ampat) adalah Penutupan secara tetap (permanen) kawasan laut dari segala aktivitas penangkapan atau kegiatan ekstraktif, kecuali untuk kegiatan penelitian dan parawisata. Sasi permanen juga dilakukan pada daerah program pengelolaan Coremap di Raja Ampat, melalui penetapan daerah perlindungan laut (DPL). Saat ini, sebagian kampung secara sukarela meminta kawasan petuanan (ulayat) perairan untuk disasi permanen untuk beberapa jenis biota seperti teripang dan lobster.
Sasi Permanen di KKPD Selat Dampier
Kawasan Konservasi di Raja Ampat KKP : Suaka Alam Perairan (SAP ) 1. Kepulauan Waigeo Sebelah Barat (125.000 ha) 2. Raja Ampat dan Laut di Sekitarnya ( 60.000 ha) KKPD : Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Raja Ampat, terdiri atas 5 areal: a. Perairan Kepulauan Ayau-Asia (101.440 ha) b. Teluk Mayalibit (53.100 ha) c. Selat Dampier (336.000 ha) d. Perairan Kepulauan Misool (366.000 ha) e. Perairan Kepulauan Kofiau dan Boo (170.000 ha)
Tabel Jenis-jenis dan luas zona di Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) di Raja Ampat Sumber: Mustaghfirin et al. (2012) diolah Luas (ha) Persentase Jenis Zona Rincian Zona KKPD (%) Zona Inti Zona inti 6.191 0,6 Zona Pemanfaatan terbatas Zona ketahanan pangan dan wisata bahari 192.041 18,2 Zona perikanan berkelanjutan & budidaya 242.263 23,6 Zona Lainnya Zona alur pelayaran 18.604 1,8 Zona sasi & pemanfaatan tradisional 520.590 50,7 Zona pemanfaatan lainnya 46.850 Luas Total KKPD di Raja Ampat 1.026.540 100 4,6
Tabel Jenis-jenis dan luas zona di Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN) di Raja Ampat Luas (ha) Persentase Jenis Zona Rincian Zona (%) Zona Inti Zona inti 8.589,40 3 Zona Pemanfaatan terbatas Zona perikanan berkelanjutan & budidaya Zona pemanfaatan Zona Lainnya Zona sasi dan pemanfaatan tradisional 44.351,39 268.871,00 14 83 3.140,84 1 Luas Total KKPN di Raja Ampat 324.952,63 100
Pemanfaatan Kearifan Lokal untuk Zonasi 1. Zona Inti 2. Zona Ketahanan Pangan Dan Wisata Bahari 3. Zona sasi
Zona Inti Zona inti dalam KKPD Selat Dampier merupakan suatu kawasan yang selama ini dianggap tempat keramat (tabu) dan tidak boleh dimasuki oleh masyarakat setempat. Pada kawasan ini biasanya dijumpai jenis-jenis biota laut yang tidak umum seperti dugong (duyung) dan pari manta. Zona ini hanya diperuntukkan bagi kegiatan penelitian.
Zona Ketahanan Pangan Dan Wisata Bahari Disebut juga dengan zona tabungan ikan adalah wilayah perairan milik adat yang diserahkan oleh masyarakat adat kepada pengelola kawasan (pemerintah daerah). Zona ini ditetapkan dengan sasi permanen Dalam zona ini tidak diperkenankan adanya kegiatan ekstraktif sumberdaya perairan seperti memancing ikan, namun masih mengizinkan adanya kegiatan wisata yang rama lingkungan.
Zona Sasi Merupakan lokasi diterapkannya pengelolaan tradisonal sumberdaya perairan yakni sasi laut yang sifatnya temporal (sementara). Zona ini diperuntukkan khusus bagi masyarakat tradisional yang menggunakan alat tangkap sederhana seperti kalawai (tombak) dan jubi (panah ikan). Lokasinya dekat dengan pemukiman masyarakat dan biasanya dilakukan untuk menjamin keberlangsungan mata pencaharian nelayan tradisional.
Kesimpulan Pengelolaan sumberdaya alam dengan sistem sasi masih dijumpai dihampir semua kampung di Raja Ampat dengan nama lokal kabus dan samson. Jenis-jenis sasi di Kabupaten Raja Ampat pada umumnya didasarkan pada aspek-aspek: lokasi, jenis komoditas, pelaksana upacara, waktu tutup-buka dan pengaruh musim angin serta kepemilikan ulayat. Terjadi adopsi kearifan lokal sasi dalam sistem zonasi melalui pembentukan zona: (1) Ketahanan Pangan dan Wisata Bahari dan; (2) Zona sasi
Terima kasih jou! Sekian dan Terima Kasih Jou!