BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan pemerintah nomer 74 tahun 2008 tentang guru pasal 1 menyebutkan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Saat ini pendidikan berfokus menjadi desentralistik yang awalnya sentralistik. Pemberlakuan otonomi daerah sebagai wujud dari undang-undang no. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Sebagian besar kewenangan pusat dilimpahkan kepada pemerintah daerah begitupun permasalahan pendidikan. Diharapkan pemerintah daerah bersama masyarakat terpacu untuk mengembangkan dirinya mengetahui kelebihan serta kekurangan dan dapat bersaing dengan daerah lain dalam upaya peningkatan pendidikan. Sekolah berhak untuk mengembangkan serta mengelola sekolahnya sehingga menjadi lebih mandiri. Dengan lebih mandiri sekolah mampu berdaya guna mengembangkan program-program tertentu yang 1
lebih sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki. Dengan kemampuan dan kewenangan untuk mengurus dirinya sendiri sekolah lebih berkembang dalam mengelola serta memanfaatkan sumber daya sekolah secara maksimal. Dewasa ini upaya peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan oleh berbagai pihak dan pendekatan. Upaya-upaya tersebut dilandasi suatu kesadaran betapa pentingnya peranan pendidikan dalam pengembangan sumber daya manusia dan pengembangan watak bangsa (Nation Character Building) untuk kemajuan masyarakat dan bangsa. Harkat dan martabat suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Dalam konteks bangsa Indonesia, peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran pembangunan di bidang pendidikan nasional dan merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia secara menyeluruh (E. Mulyasa, 2005:31). Mutu pendidkan menjadi tanggungjawab pihak pemerintah, sekolah dan masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan sangat penting. Baiknya kerjasama antar sekolah dengan masyarakat sangat penting tidak hanya dengan orang tua siswa dengan organisasi masyarakat, organisasi profesi, usaha dan industri untuk 2
mendukung proses pembelajaran. Tujuan pendidikan perlu dioptimalkan bersama masyarakat yang madani. Seiring dengan era otonomi dan proses demokrasi serta asas desentralisasi, pengembangan kualitas menuntut partisipasi dan pemberdayaan seluruh komponen pendidikan dan penerapan konsep pendidikan sebagai suatu sistem. Peningkatan mutu pendidikan dalam kerangka otonomi daerah merubah arah dan paradikma penyelenggaraan yang dulunya dengan pola sentralisasi ke arah pendidikan yang desentralisasi (H.A.R. Tilaar, 2004:31). Menurut Sudarwan Danim dan Suparno (2009) idealnya seorang kepala sekolah harus memiliki kemampuan manajemen dan kemampuan memimpin. Manajemen dipandang sebagai ilmu seni untuk menyelesaikan kegiatan secara cepat dan tepat dalam menyelesaikan tugas suatu organisasi sedangkan kepemimpinan muncul jika ada upaya mempengaruhi seseorang individu atau kelompok untuk melakukan suatu perubahan. Sedangkan menurut Setya Wahyuni seorang guru perlu dibekali dengan peran berbagai pengetahuan dan keterampilan serta sikap dalam bidang pedagogik maupun bidang pengembangan akademik. Fungsi dan peran guru secara mendalam harus terlibat dalam kegiatan menjelaskan, mendefinisikan, membuktikan, dan mengklasifikasi. Tugasnya sebagai pendidik bukan 3
hanya mentransfer pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi mempersiapkan generasi yang lebih baik di masa depan. Oleh karena itu guru harus memiliki kompetensi dalam membimbing siswa siap menghadapi kehidupan yang nyata (the real life) dan bahkan mampu memberikan teladan yang baik. Menurut Onisimus Amtu (2011) setiap bidang memiliki pandangan manajemen yang berbeda bergantung dengan tujuan dan pencapaian akhir. Kemampuan kepala sekolah dalam mengolah dan mengatur setiap komponen sekolah sangat berpengaruh bagi kesuksesan pendidikan dan pembelajaran menurut Mulyasa (2012). Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 62 ayat 1 berbunyi Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. Sedangkan pada ayat ke 4 berisi tentang penjelasan mengenai biaya operasi. Biaya operasi salah satunya adalah gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji. Permasalahannya adalah peraturan baru mengenai kenaikan pangkat guru adalah mengenai pembuatan PTK. Permenpan RB no 16 tahun 2009 tentang jabatan fungsional guru menuntut guru bekerja ekstra karena guru wajib membuat karya tulis ilmiah, jurnal ilmiah, dan pembuatan buku pelajaran. Guru yang hendak naik pangkat harus mengumpulkan angka kredit dari 4
publikasi ilmiah atau karya inovatif sebagai berikut: untuk naik pangkat dari III/b ke III/c 4 angka kredit dari sub publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif dan paling sedikit tiga angka kredit dari sub unsur pengembangan diri, III/c ke III/d 6 angka kredit dari sub unsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif, dan paling sedikit 3 angka kredit dari sub unsur pengembangan diri. III/d ke IV/a sebanyak 8 angka kredit dari sub unsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif, dan paling sedikit 4 (empat) angka kredit dari sub unsur pengembangan diri. Sementara itu, guru yang naik pangkat dari IV/a ke IV/b angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat, paling sedikit 12 angka kredit dari sub unsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif, dan paling sedikit 4 (empat) angka kredit dari sub unsur pengembangan diri. Berarti harus mengumpulkan minimal satu PTK dalam satu semester. Menulis PTK atau karya ilmiah merupakan masalah bagi sebagian besar guru di Gugus Diponegoro Ungaran Barat. Guru-guru di Gugus Diponegoro mengalami kesulitan membuat PTK. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan tingkat Kabupaten Semarang menghendaki pengumpulan PTK. Sedangkan guru-guru mengalami kesulitan dalam pembuatan PTK tersebut sehingga banyak yang mengalami penundaan dalam 5
kenaikan pangkat dan permasalahan proses pembelajaran di kelas tidak terpecahkan. Di Kecamatan Ungaran Barat khususnya Gugus Diponegoro terdapat 9 sekolah dasar. Gugus Diponegoro terdiri dari SD N Langensari 1, SD N Langensari 2, SD N Langensari 3, SD N Langensari 4, SD N Candirejo 01, SD N Candirejo 02, SD N Gogik 01, MI Gogik, SD I Gintungan. Dalam Proses kenaikan pangkat guru dituntut membuat PTK. Selain kenaikan pangkat guru juga dituntut membuat PTK untuk membantu menyelesaikan permasalahan di kelas. Sebanyak 90 guru di SD Gugus Diponegoro 60 adalah guru PNS sisanya adalah berasal dari SD Swasta. Sebanyak 83% orang kesulitan menyusun proposal PTK dan sebanyak 17% orang pernah menyusun proposal PTK dalam masa perkuliahan S1. Guru mengalami kesulitan dan kendala dalam pembuatan PTK. Disamping belum pernah membuat saat perkuliahan juga belum pernah mendapat pelatihan mengenai pembuatan proposal PTK. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah apakah workshop dapat meningkatkan kemampuan menyusun proposal Penelitian Tindakan Kelas dikalangan guru Sekolah Dasar di Gugus Diponegoro Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. 6
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Peningkatan Kemampuan Menyusun Penelitian Tindakan Kelas melalui Workshop dikalangan guru Sekolah Dasar di Gugus Diponegoro Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat baik secara teoretis maupun praktis. 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan akan menghasilkan guru yang berkompeten sehingga mampu memenuhi kebutuhan akan pendidikan di masyarakat. Tuntutan pencapaian hasil kinerja melalui pembuatan proposal PTK dapat meningkatkan kompetensi guru sehingga mampu memajukan diri dan memecahkan segala persoalan di sekolah maupun dikelas sehingga kenaikan pangkat guru tidak terhambat. Mulyasa (2004: 136) 2. Manfaat Praktis 1) Bagi Guru Gugus Diponegoro Ungaran Barat Sebagai suatu pemecahan terhadap permasalahan kenaikan pangkat yang selama ini terhambat. Menjadi literatur guru untuk berusaha meningkatkan kompetensinya melalui pembuatan 7
PTK. Mengetahui cara seorang manajer kelas dalam proses pembelajaran sehingga mampu memecahkan persoalan dalam ruang lingkup kerja. 2) Bagi Kepala Sekolah di Gugus Diponegoro Sebagai pedoman peningkatan standar keprofesionalan guru yang baik sehingga mampu mengoptimalkan kinerja diri sehingga mampu menemukan solusi permasalahan. 3) Bagi Ketua KKG dan Ketua Gugus Diponegoro Sebagai referensi dan masukan bagi panitia KKG maupaun anggota Gugus Diponegoro bahwa hasil penelitian ini mampu mendorong peningkatan pada kegiatan kerja guru selanjutnya. 4) Bagi Pengawas SD di Gugus Diponegoro Sebagai bahan evaluasi mengenai kemampuan guru dalam penyusunan Proposal PTK sehingga mampu memecahkan persoalan yang selama ini menyulitkan guru dalam mengembangkan kinerja maupaun kenaikan pangkat bagi guru PNS. 8