PENYUSUNAN REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P DAN K PADA TANAMAN NENAS (Ananas comosus (L) Merr.) SMOOTH CAYENNE BERDASARKAN STATUS HARA TANAH LA ODE SAFUAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENYUSUNAN REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P DAN K PADA TANAMAN NENAS (Ananas comosus (L) Merr.) SMOOTH CAYENNE BERDASARKAN STATUS HARA TANAH LA ODE SAFUAN

TINJAUAN PUSTAKA Karateristik Tanaman Nenas

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN FOSFAT ALAM DAN PUPUK N TERHADAP KELARUTAN P, CIRI KIMIA TANAH DAN RESPONS TANAMAN PADA TYPIC DYSTRUDEPTS DARMAGA

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Inceptisol

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Nenas Nenas merupakan tanaman buah berbentuk semak yang mempunyai nama latin Ananas

PENDAHULUAN. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Relationship between WCa Ratios in the Soil Solution with the Dynamic of K in UZtisol and Vertisol of Upland Area ABSTRACT

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Latar Belakang. Kalium merupakan salah satu hara makro setelah N dan P yang diserap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Nenas (Ananas comosus (L.) Merr.)

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Nenas

PEMBERIAN PUPUK P DAN Zn UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DAN Zn DI TANAH SAWAH SKRIPSI OLEH : KIKI DAMAYANTI

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBAIKAN TEKNIK GRAFTING MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SOFIANDI

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

Penetapan Rekomendasi Pemupukan Dengan PUTK (Perangkat Uji Tanah Lahan Kering)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMUPUKAN KALIUM PADA TANAMAN NENAS BERDASARKAN STATUS HARA TANAH

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah

PENGARUH KOMPOS SISA TANAMAN TERHADAP KETERSEDIAAN P DAN K SERTA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMILIHAN METODE UJI P TANAH BERDASARKAN HASIL PANEN TANAMAN SAYURAN PADA ULTISOLS, NANGGUNG JUANG GEMA KARTIKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos.

KESELARASAN PENYEDIAAN NITROGEN DARI PUPUK HIJAU DAN UREA DENGAN PERTUMBUHAN JAGUNG PADA INCEPTISOL DARMAGA W A W A N

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

TINJAUAN PUSTAKA Botani Nenas

I. TINJAUAN PUSTAKA. (a) Pendekatan klimatologi---evaporasi & Transpirasi. (b) Pola trsnpirasi tanaman nanas sebagai tanaman CAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

APLIKASI ASAM OKSALAT DAN Fe PADA VERTISOL DAN ALFISOL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SERAPAN K TANAMAN JAGUNG. Mamihery Ravoniarijaona

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

BAB I PENDAHULUAN. (Wibowo, 2009). Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

I. PENDAHULUAN. dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat

KALIBRASI KADAR HARA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guinensis) BELUM MENGHASILKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEKAT PERTUMBUHAN TERBAIK

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

PEMBERIAN KAPUR CaCO 3 DAN PUPUK KCl DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN SERTA SERAPAN K DAN Ca TANAMAN KEDELAI SKRIPSI OLEH:

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

DETERMINASI STATUS HARA N, P, K PADA JARINGAN DAUN UNTUK REKOMENDASI PEMUPUKAN DAN PREDIKSI PRODUKSI MANGGIS ODIT FERRY KURNIADINATA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk,

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK VERMIKOMPOS DAN INTERVAL PENYIRAMAN PADA TANAH SUBSOIL SKRIPSI

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS SISA TANAMAN TERHADAP KETERSEDIAAN P DAN K SERTA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

PENGKAJIAN BAHAN PELAPIS, KEMASAN DAN SUHU PENYIMPANAN UNTUK MEMPERPANJANG MASA SIMPAN BUAH MANGGIS KEMALA SYAMNIS AZHAR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EFISIENSI PEMUPUKAN P TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA TANAH ANDISOL DAN ULTISOL SKRIPSI OLEH

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).

DETERMINASI STATUS HARA N, P, K PADA JARINGAN DAUN UNTUK REKOMENDASI PEMUPUKAN DAN PREDIKSI PRODUKSI MANGGIS ODIT FERRY KURNIADINATA

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

PENYUSUNAN REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P DAN K PADA TANAMAN NENAS (Ananas comosus (L) Merr.) SMOOTH CAYENNE BERDASARKAN STATUS HARA TANAH LA ODE SAFUAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

PENYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Penyusunan Rekomendasi Pemupukan N, P dan K pada Tanaman Nenas (Ananas comosus (L) Merr.) Smooth Cayenne Berdasarkan Status Hara Tanah adalah karya saya sendiri dengan arahan Komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Bogor, Agustus 2007 La Ode Safuan NIM A361020151

ABSTRACT LA ODE SAFUAN. Development of Fertilization Recommendation for Nitrogen, Phosphorus, and Potassium on Pineapple (Ananas comosus (L) Merr.) Smooth Cayenne be Based on Soil Nutrient Status. Under supervision of Roedhy Poerwanto, Anas Dinurrohman Susila, Sobir, and Rykson Situmorang. Nitrogen (N), phosphorus (P), and potassium (K) are needed in a large amounts for plant growth and production of pineapple, however, exceed application may decrease the growth and production of pineapple. Therefore, the fertilization application must be based on soil nutrient status and plant requirements. Minus One Test was conducted to prove the potential of N, P and K nutrients as limiting factor for pineapple plant growth in Inceptisol-Darmaga, Inceptisol-Ciawi, Ultisol-Jasinga, and Andisol-Ciapus on pineapple. Soil test correlation of P and K nutrient was conducted to find the extraction method of P and K soil nutrient that was suitable for pineapple. Soil test calibration of P and K nutrient was conducted to determine the P and K soil nutrient status, and recommendation of P and K fertilizer dosages on each soil nutrient status. The N fertilizer experiment was conducted to determine the optimum dosage of N fertilizer for pineapple. The results showed that N, P, and K nutrients were limiting factors for plant growth of pineapple in Inceptisol-Darmaga, Ultisol-Jasinga, and Andisol-Ciapus soils, but in Inceptisol-Ciawi was N. The soil P extraction method for pineapple was Bray-1. The soil K extraction method suitable for pineapple was HCl 25%, Olsen, Bray-1, Bray-2, Mehlich, NH 4 OAc ph 4.8 and NH 4 OAc ph 7.0. The level of soil P available was high class ( 20.67) ppm P 2 O 5 (Bray-1). While soil K available was low class (<14), medium class (14-50), and high class (>50) ppm K 2 O (Bray-1). Nitrogen and potassium absorption was increased by nitrogen application, but phosphorus absorption was decreased. Nitrogen, phosphorus and potassium absorption was increased by phosphorus and potassium application. The critical level of N, P and K in the pineapple leaves was 0.70%, 0.13%, and 1.71% of dry matter. The optimum dosage of N fertilizer for Inceptisol with 0.14% N for pineapple was 578 kg N ha -1. The P fertilizer no recoment in soil with has 20.67 ppm P 2 O 5. The optimum dosage of K fertilizer for the soil with low class of K nutrient status was 634 kg K 2 O ha -1. Key words : minus one test, nutrient status,exraction method, optimum dosage, critical level

RINGKASAN LA ODE SAFUAN. Penyusunan Rekomendasi Pemupukan N, P dan K pada Tanaman Nenas (Ananas comosus (L) Merr.) Smooth Cayenne Berdasarkan Status Hara Tanah. Dibimbing oleh Roedhy Poerwanto, Anas Dinurrohman Susila, Sobir, dan Rykson Situmorang. Nitrogen, fosfor, dan kalium merupakan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan produksi tanaman nenas. Untuk memeperoleh hasil yang optimal, pemupukan harus dilakukan berdasarkan status hara tanah dan kebutuhan tanaman. Evaluasi kesuburan tanah dengan Minus One Test dilakukan untuk membuktikan bahwa hara N, P dan K merupakan faktor pembatas pertumbuhan tanaman nenas pada tanah Inceptisol Darmaga, Ultisol Jasinga, Andisol Ciapus, dan Inceptisol Ciawi. Korelasi uji tanah hara P dan K untuk mendapatkan metode ekstraksi hara P dan K yang sesuai untuk tanaman nenas, dan kalibrasi uji tanah untuk menentukan status hara P dan K tanah serta rekomendasi pupuk P dan K yang optimal untuk tanaman nenas. Penelitian pupuk N dilakukan untuk menentukan dosis pupuk N yang optimal untuk tanaman nenas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hara N, P dan K menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman nenas pada tanah Inceptisol Darmaga, Ultisol Jasinga, dan Andisol Ciapus, sedangkan pada Incptisol Ciawi faktor pembatasnya adalah N. Metode ekstraksi hara K tanah yang sesuai untuk tanaman nenas adalah HCl 25%, Olsen, Bray-1, Bray-2, Mehlich, NH 4 OAc ph 4.8 dan NH 4 OAc ph 7.0. Hasil penelitian ini belum mendapatkan metode ekstraksi hara P yang sesuai untuk tanaman nenas, namun demikian Bray-1 dapat digunakan sebagai pengekstrak hara P tanah untuk tanaman nenas, karena metode tersebut sudah digunakan secara luas pada berbagai laboratorium uji tanah sebagai pengekstrak hara P. Penelitian ini juga belum dapat menetapkan status hara P tanah untuk tanaman nenas. Tanah yang mempunyai kadar hara P 20.67 ppm P 2 O 5 yang terekstrak oleh metode Bray-1 sudah dapat memenuhi kebutuhan tanaman nenas, sehingga tidak perlu dilakukan pemupukan dengan pupuk P. Kelas ketersediaan hara K (ppm K 2 O) terdiri atas tiga kelas status hara: rendah (< 14 ppm), sedang (14 50 ppm), dan tinggi (>50ppm) yang terekstrak oleh metode Bray-1. Pemupukan N dapat meningkatkan serapan hara N dan K tetapi menurunkan serapan hara P, sedangkan pemberian pupuk P dan K dapat meningkatkan serapan hara N, P dan K tanaman nenas. Batas kritis hara N, P dan K pada daun D tanaman nenas masing-masing adalah 0.70%, 0.13%, dan 1.71%. Dosis pupuk N yang optimum pada tanah Inceptisol yang mempunyai kandungan N sebesar 0.14% adalah 578 kg N ha -1, pada dosis pupuk N tersebut dengan pemupukan fosfor sebesar 200 kg P 2 O 5 ha -1 dan kalium sebesar 400 kg K 2 O ha -1, akan diperoleh produksi buah tanaman nenas yang maksimum 74.83 ton ha -1. Dosis pemupukan K yang optimum pada tanah yang mempunyai status hara K rendah, adalah 643 kg K 2 O ha -1, pada dosis pemupukan K tersebut, dengan pemberian pupuk nitrogen sebesar 300 kg N ha -1, dan fosfor sebesar 200 kg P 2 O 5 ha -1, tanaman nenas dapat menghasilkan produksi buah 73 ton ha -1. Kata kunci : minus one test, status hara, metode ekstraksi, dosis optimum, batas kritis

Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB

PENYUSUNAN REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P DAN K PADA TANAMAN NENAS (Ananas comosus (L) Merr.) SMOOTH CAYENNE BERDASARKAN STATUS HARA TANAH LA ODE SAFUAN Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Agronomi SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

Penguji pada Ujian Tertutup : Dr. Ir. Atang Sutandi, M.Si. Penguji pada Ujian Terbuka : 1. Dr. Ir. Iskandar Lubis, M.Si. 2. Prof. Dr. Ir. Suyamto Hardjosuwirjo, M.S.

Judul Disertasi : Penyusunan Rekomendasi Pemupukan N, P dan K pada Tanaman Nenas (Ananas comosus (L) Merr.) Smooth Cayenne Berdasarkan Status Hara Tanah Nama NIM : La Ode Safuan : A361020151 Disetujui Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Roedhy Poerwanto, M.Sc. Ketua Dr. Ir. Anas D. Susila, M.Si. Anggota Dr. Ir. H. Sobir, M.S. Anggota Prof. Dr. Ir. Rykson Situmorang, M.S. Anggota Diketahui Ketua Progran Studi Agronomi Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Satriyas Ilyas, M.S. Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S. Tanggal Ujian : 20 Agustus 2007 Tanggal Lulus : 31 Agustus 2007

PRAKATA Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. atas segala limpahan rahmat dan hidayah-nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan disertasi yang berjudul Penyusunan Rekomendasi Pemupukan N, P dan K pada Tanaman Nenas (Ananas comosus (L) Merr.) Smooth Cayenne Berdasarkan Status Hara Tanah. Penelitian dan penulisan disertasi ini, berlangsung di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. H. Roedhy Poerwanto, M.Sc. sebagai ketua komisi, dan Anggota Komisi Pembimbing Dr. Ir. Anas Dinurrohman Susila, M.Si., Dr. Ir. H. Sobir, M.S., dan Prof. Dr. Ir. Rykson Situmorang, M.S. Untuk itu dihaturkan rasa terima kasih yang tulus dan penghargaan yang tinggi atas waktu dan kesempatan yang diluangkan untuk mengarahkan dan membimbing penulis. Terimakasih yang tulus penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Didi Sopandie, M.Agr. sebagai penguji luar komisi pada ujian prelium dan Dr. Ir. Atang Sutandi, M.Si. sebagai penguji luar komisi pada ujian tertutup, juga kepada Dr.Ir. Iskandar Lubis, M.Si. dan Prof. Dr. Ir. Suyamto Hardjosuwirjo, M.S. sebagai penguji luar komisi pada ujian terbuka atas koreksi dan saran-saran yang konstruktif untuk kesempurnaan disertasi penulis. Penelitian ini dibiayai oleh Program Riset Unggulan Strategi Nasional Pengembangan Buah-Buah Unggulan Indonesia. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktur Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika IPB dan Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia atas fasilitas dan bantuan dana penelitian. Juga kepada Direktur University Farm IPB, atas izin yang diberikan untuk menggunakan fasilitas Kebun Percobaan Sawah Baru. Terima kasih penulis sampaikan kepada Dirjen DIKTI Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang telah memberikan beasiswa DUE- Like, dan kepada Rektor Universitas Haluoleo yang telah memberikan izin untuk melanjutkan pendidikan. Demikian juga kepada Rektor IPB dan Dekan serta Ketua Program Studi Agronomi Sekolah Pasca Sarjana IPB, Dekan dan Ketua Departemen Agronomi dan Hortikulutura Fakultas Pertanian IPB atas kesediaannya menerima penulis untuk melanjutkan studi serta pelayanannya di Institut Pertanian Bogor.

Kepada Ayah dan Ibu serta Bapak dan Ibu mertua dan juga seluruh keluarga, serta para sahabat dihaturkan rasa terima kasih yang tulus atas segala doa dan kasih sayangnya. Kepada Istri tercinta dan anak-anak tersayang penulis menghaturkan rasa terima kasih dan penghargaan yang tinggi atas ketabahan dan kasih sayangnya serta doanya yang tulus. Semoga karya ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya pada bidang pertanian. Amin. Bogor, Agustus 2007 La Ode Safuan

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Mandati-Buton pada tanggal 6 September 1965 sebagai anak sulung dari pasangan La Ode Haibu dan Wa Gamba. Menikah dengan Wa Ode Rosmiyani, S.Tp., dan telah dikaruniai tiga orang anak: Wa Ode Vian Damayanti, La Ode Muhammad Razil, dan Wa Ode Vidya Anisa Rahma. Pada bulan Juli 1984, penulis diterima di Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo Jurusan Budidaya Program Studi Agronomi, dan lulus pada 28 Nopember 1989. Pada bulan Juli tahun 1993, penulis diterima pada Program Studi Agronomi, Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta, dan menamatkannya pada tanggal 23 Desember 1995. Kesempatan untuk melanjutkan ke program doktor pada Program Studi Agronomi, Sekolah Pascasarjana IPB diperoleh pada bulan Agustus tahun 2002. Penulis bekerja sebagai staf pengajar pada Program Studi Agronomi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara sejak bulan Maret tahun 1991 sampai sekarang. Karya ilmiah berjudul Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Nitrogen Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Nenas telah disajikan pada Seminar Nasional Perhimpunan Hortikultura Indonesia (PRHORTI) di Jakarta pada tanggal 21 November 2006. Sebuah artikel telah diterbitkan dengan judul Minus One Test Kesuburan Tanah Inceptiptisol, Ultisol, dan Andisol untuk Tanaman Nenas pada Majalah Ilmah Agriplus pada bulan Juni 2006. Karyakarya tersebut merupakan bagian dari Disertasi program S3 penulis.

GLOSARY Andisol : Tanah yang berkembang dari bahan volkanik seperti abu volkan, batu apung, sinder, lava, dan/atau bahan volkaniklastik, yang fraksi koloidnya didominasi oleh mineral short-rangeorder (alophan, imogolit, ferihidrit) atau kompleks Al-humus. Daun D : Daun muda pada tanaman nenas yang sudah mencapai ukuran maksimal, berada pada bagian tengah dari kanopi, dan merupakan daun paling panjang. Ekstraktan : Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam kegiatan uji tanah. Inceptisol : Tanah-tanah yang kecuali dapat memiliki epipedon okrik dan horizon albik seperti yang dimiliki tanah Entisol juga mempunyai beberapa sifat penciri lain (misalnya horizon kambik) tetapi belum memenuhi syarat bagi ordo tanah yang lain. Tanah Inceptisol juga biasa disebut sebagai tanah yang belum matang (immature) dengan perkembangan profil yang lebih lemah dibanding tanah matang, dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya. Kalibrasi uji tanah : Tahapan kegiatan program uji tanah untuk menentukan hubungan antara nilai uji tanah dengan respon tanaman di lapangan sehingga diperoleh nilai harkat uji tanah rendah, sedang dan tinggi atau cukup dan tidak cukup, juga menentukan kebutuhan pupuk pada setiap status hara tanah. Korelasi uji tanah : Suatu proses untuk menentukan apakah jumlah hara yang dapat diekstrak dengan jenis pengekstrak tertentu memiliki hubungan dengan jumlah serapan hara oleh tanaman atau hasil tanaman. Maksimum : Sebanyak-banyaknya, setinggi tingginya, sebagusbagusnya. Metode Cate-Nelson : Suatu cara untuk menentukan batas kritis hara tanaman dengan membuat hubungan antara kadar hara dengan hasil relative tanaman. Dalam penentuan batas kritis, dibuat dua garis yaitu vertikal dan horizontal sehingga menghasilkan empat kuadran. Untuk menetapkan perpotongan garis vertikal dan horizontal, kedua garis tersebut digeser sehingga kuadran kiri bawah dan kudran kanan atas mengandung jumlah titik terbanyak, sedangkan kuadran kiri atas dan kuadran kanan bawah mengandung jumlah titik sedikit mungkin.

Posisi garis vertical pada sumbu X merupakan batas kritis kadar hara. Metode ekstraksi : Prosedur ekstraksi dalam kegiatan uji tanah yang mencakup larutan ekstraksi, rasio tanah dan larutan ekstraksi, dan lama pengocokan. Optimum : Terbaik, paling menguntungkan. Pemupukan : Pemberian pupuk kepada tanaman ataupun kepada tanah dan substrat lainnya. Pupuk : Bahan untuk diberikan kepada tanaman baik langsung maupun tidak langsung, guna mendorong pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi atau memperbaiki kualitasnya, sebagai akibat perbaikan nutrisi tanaman. Rekomendasi : Saran yang menganjurkan dan menguatkan. Smoth cayenne : Salah satu kultivar tanaman nenas, kultivar ini merupakan kelompok yang heterozigot, ukuran daunnya 100 cm x 6.5 cm, sebelah atasnya berbintik kemerah-merahan, sebelah bawahnya kelabu keperak-perakan, pinggirannya rata, hanya memiliki beberapa duri di pangkal dan ujungnya,, buahnya kurang lebih berbentuk silinder, dengan berat sekitar 2.5 kg, daging buahnya kuning pucat sampai kuning. Uji Minus One Test : Salah satu metode uji biologi dalam melakukan evaluasi status hara tanah dengan cara membadingkan pertumbuhan tanaman pada perlakuan kurang satu unsur hara dengan perlakuan lengkap. Uji tanah : Analisis kimia tanah secara cepat untuk menduga tingkat ketersediaan unsur hara dalam. Ultisol : Tanah dengan horizon argilik bersifat masam dengan kejenuhan basa rendah. Tanah ini umumnya berkembang dari bahan induk tua. Unsur hara esensil : Unsur hara yang apabila tidak ada maka tanaman tersebut tidak dapat menyelesaikan daur hidupnya, dan hara tersebut tidak dapat digantikan fungsinya oleh hara yang lain.

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL xvii DAFTAR GAMBAR xx DAFTAR LAMPIRAN xxi PENDAHULUAN.. 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 3 Kerangka Pemikiran 4 Hipotesis 6 Manfaat Penelitian 6 Ruang Lingkup Penelitian 6 TINJAUAN PUSTAKA 9 Karakteristik Tanaman Nenas 9 Penanaman Nenas. 11 Pemupukan pada Tanaman Nenas 12 Nitrogen dalam Tanah 13 Peranan Nitrogen bagi Tanaman 14 Fosfor dalam Tanah 16 Peranan Fosfor bagi Tanaman 17 Kalium dalam Tanah... 18 Peranan Kalium bagi Tanaman... 20 Minus One Test 21 Kalibrasi dan Korelasi Uji Tanah 22 Korelasi uji tanah 23 Kalibrasi uji tanah. 25 Rekomendasi Pemupukan 27 Batas Kritis 29 EVALUASI KESUBURAN TANAH INCEPTISOL, ULTISOL, DAN 30 ANDISOL UNTUK TANAMAN NENAS DENGAN MINUS ONE TEST ABSTRAK... 30 ABSRACT 30 PENDAHULUN.. 31 Latar Belakang. 31 BAHAN DAN METODE 32 Waktu dan Tempat 32 Rancangan percobaan 32 Persiapan Media Tanam dan Penanaman 33 Pengamatan.. 33 Analisis Data 34 HASIL DAN PEMBAHASAN. 34

Sifat Fisik dan Kimia Tanah Ultisol, Andisol, dan Inceptisol... 34 Pertumbuhan Nenas pada Tanah Ultisol, Andisol, dan Inceptisol 36 Status Hara N, P dan K Tanah Ultisol, Andisol, dan Inceptisol 40 SIMPULAN... 42 PENGARUH PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN 43 DAN PRODUKSI TANAMAN NENAS ABSTRAK. 43 ABSTRACT 43 PENDAHULUAN.. 44 Latar Belakang 44 BAHAN DAN METODE... 45 Waktu dan Tempat.. 45 Rancangan Percobaan.. 45 Pengolahan Tanah... 46 Pengapuran dan Pemupukan... 47 Penanaman dan Pemeliharaan 47 Pengamatan. 47 Analisis Data... 48 HASIL DAN PEMBAHASAN.. 48 Jumlah Daun dan Tinggi Tanaman. 48 Umur Tanaman 51 Kadar Hara dan Serapan Hara N, P dan K. 52 Produksi Tanaman Nenas 54 Batas Kritis Hara N Daun Tanaman Nenas. 55 SIMPULAN. 57 KORELASI DAN KALIBRASI UJI TANAH HARA FOSFOR UNTUK 58 TANAMAN NENAS.. ABSTRAK.. 58 ABSTRACT 58 PENDAHULUAN.. 59 Latar Belakang 59 BAHAN DAN METODE.. 60 Waktu dan Tempat. 60 Rancangan Percobaan. 61 Pengolahan Tanah... 61 Pembuatan Status Hara P 61 Aplikasi Pupuk P pada Setiap Status Hara P.. 62 Pengapuran dan Penanaman.. 62 Pemeliharaan Tanaman.. 62 Pengamatan. 63 Analisis Data... 63 Analisis Korelasi. 64 Penentuan Kelas Ketersediaan Hara P... 64 Penentuan Batas Kritis Hara P Tanaman Nenas. 64 Penyusunan Rekomendasi Pemupukan P 65 HASIL DAN PEMBAHASAN... 65 xv

Nilai P Terekstrak pada Berbagai Status Hara P Tanah. 65 Pemilihan Metode Ekstraksi Hara P 66 Jumlah Daun dan Tinggi Tanaman... 68 Umur Berbunga dan Saat Panen. 70 Kadar Hara dan Serapan Hara N, P, K.. 71 Produksi Tanaman Nenas 75 Penentuan Kelas Ketersediaan Hara P... 77 Rekomendasi Pemupukan P 77 Batas Kritis Hara P Tanaman Nenas... 79 SIMPULAN. 80 KORELASI DAN KALIBRASI UJI TANAH HARA KALIUM UNTUK 81 TANAMAN NENAS.. ABSTRAK.. 81 ABSTRACT 81 PENDAHULUAN.. 82 Latar Belakang... 82 BAHAN DAN METODE... 84 Waktu dan Tempat.. 84 Rancangan Percobaan. 84 Pengolahan Tanah... 84 Pembuatan Status Hara K.... 84 Aplikasi Pupuk K pada Setiap Status Hara K.. 85 Pengapuran dan Penanaman 85 Pemeliharaan Tanaman... 86 Pengamatan. 86 Analisis Data... 87 Analisis Korelasi. 87 Penentuan Kelas Ketersediaan Hara K.. 87 Penentuan Batas Kritis Hara K Tanaman Nenas 88 Penyusunan Rekomendasi Pemupukan K... 88 HASIL DAN PEMBAHASAN.. 88 Nilai K Terekstrak pada Berbagai Status Hara K Tanah 88 Pemilihan Metode Ekstraksi Hara K.... 90 Jumlah Daun dan Tinggi Tanaman... 92 Umur Berbunga dan Saat Panen 94 Kadar Hara dan Serapan Hara N, P dan K. 96 Produksi Tanaman Nenas 100 Penentuan Kelas Ketersediaan Hara K... 102 Rekomendasi Pemupukan K... 103 Batas Kritis Kadar Hara K Tanaman Nenas.. 105 SIMPULAN. 106 PEMBAHASAN UMUM... 107 SIMPULAN DAN SARAN 117 DAFTAR PUSTAKA. 119 LAMPIRAN 128 xvi

DAFTAR TABEL Halaman 1. Hara yang diimobilisasi atau yang diangkut oleh tanaman nenas pada kepadatan 54 340 tanaman per hektar (Nakasone dan Paull 1999).. 13 2. Hasil analisa beberapa sifat fisik dan kimia tanah Ultisol Jasinga, Andisol Ciapus, Inceptisol Darmaga, dan Inceptisol Ciawi 3. Rata-rata tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), bobot kering akar (g), bobot kering tajuk (g), bobot kering total tanaman (g), dan nisbah tajuk akar (g/g) pada tanah Ultisol Jasinga, Andisol Ciapus, Inceptisol Darmaga, dan Inceptisol Ciawi. 4. Rata-rata tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), bobot kering akar (g), bobot kering tajuk (g), bobot kering total tanaman (g), dan nisbah tajuk akar (g/g) pada perlakuan minus one test hara N, P dan K.. 5. Rata-rata persen hasil relatif (%) bobot kering total tanaman nenas pada perlakuan minus one test hara N, P dan K pada tanah Ultisol Jasinga, Andisol Ciapus, Inceptisol Darmaga, dan Inceptisol Ciawi.. 6. Hasil analisis beberapa sifat fisik dan kimia tanah Inceptisol Darmaga Kebun Percobaan Sawah Baru Fakultas Pertanian IPB Bogor.. 7. Pengaruh pupuk N terhadap jumlah daun dan tinggi tanaman nenas pada saat 6 dan 9 bulan sesudah tanam serta pada saat tanaman berbunga 8. Pengaruh pupuk N terhadap umur tanaman nenas pada saat berbunga dan saat panen 9. Pengaruh pupuk N terhadap kadar hara dan serapan hara N, P dan K daun D tanaman nenas. 10. Pengaruh pupuk N terhadap berat buah, mahkota, panjang buah, padatan terlarut total, dan produksi buah tanaman nenas... 11. Nilai uji hara P tanah Inceptisol Darmaga yang terekstrak oleh berbagai metode ekstraksi pada berbagai kondisi status hara P tanah 35 36 39 41 46 49 51 53 54 66 12. Hasil anlisis korelasi antara kadar hara fosfor tanah yang terekstrak 67 oleh berbagai metode ekstraksi dengan kadar hara P daun D, serapan hara P daun D, dan produksi tanaman nenas.. 13. Pengaruh kadar hara P tanah terhadap jumlah daun dan tinggi 68 xvii

tanaman pada saat 6 bulan dan 9 bulan sesudah tanam serta pada saat tanaman berbunga.. 14. Pengaruh pupuk P terhadap jumlah daun dan tinggi tanaman pada saat 6 bulan dan 9 bulan sesudah tanam serta pada saat tanaman berbunga.. 15. Pengaruh kadar hara P tanah dan pupuk P terhadap umur tanaman nenas pada saat berbunga dan saat panen... 16. Pengaruh pupuk P pada berbagai kadar hara P tanah terhadap kadar dan serapan hara P daun D pada saat tanaman berbunga 17. Pengaruh pupuk P pada berbagai kadar hara P tanah terhadap kadar dan serapan hara N daun D pada saat tanaman berbunga 18. Pengaruh pupuk P pada berbagai kadar hara P tanah terhadap kadar dan serapan hara K daun D pada saat tanaman berbunga 19. Pengaruh kadar hara P tanah terhadap berat buah, berat mahkota, panjang buah, diameter buah, produksi buah, dan padatan terlarut total. 20. Pengaruh pupuk P terhadap berat buah, berat mahkota, panjang buah, diameter buah, produksi buah, dan padatan terlarut total... 21. Pengaruh pupuk P pada berbagai kadar hara P tanah terhadap produksi buah (ton ha -1 ).. 22. Nilai uji hara K tanah Inceptisol Darmaga yang terekstrak oleh berbagai metode ekstraksi pada berbagai kondisi status hara K tanah. 23. Hasil analisis korelasi antara kadar hara K tanah yang terekstrak oleh berbagai metode ekstraksi dengan kadar hara K daun D, serapan hara K daun D, dan produksi tanaman nenas... 24. Pengaruh kadar hara K tanah terhadap jumlah daun dan tinggi tanaman pada saat 6 dan 9 bulan sesudah tanam dan pada saat tanaman berbunga.. 25. Pengaruh pupuk K terhadap jumlah daun dan tinggi tanaman pada saat 6 dan 9 bulan sesudah tanam dan pada saat tanaman berbunga... 26. Pengaruh pupuk K terhadap umur tanaman nenas pada saat berbunga dan saat panen. 27. Pengaruh pupuk K pada berbagai kadar hara K tanah terhadap kadar hara N, P dan K daun D pada saat tanaman berbunga. 69 71 72 73 74 75 76 78 89 90 93 94 95 97 xviii

28. Pengaruh kadar hara K tanah dan pupuk K terhadap serapan hara N dan P daun D tanaman nenas 29. Pengaruh pupuk K pada berbagai kadar hara K tanah terhadap serapan hara K daun D tanaman nenas pada saat tanaman berbunga 30. Pengaruh kadar hara K tanah terhadap berat buah, berat mahkota, panjang buah, diameter buah, produksi buah dan padatan terlarut total.. 31. Pengaruh pupuk K terhadap berat buah, berat mahkota, panjang buah, diameter buah, produksi buah dan padatan terlarut total.. 98 99 101 102 xix

DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Bagan alir pelaksanaan kegiatan penelitian. 8 2. Kurva respons pengaruh pemberian berbagai dosis pupuk N terhadap produksi buah. 3. Hubungan antara kadar hara N daun D dengan persen hasil relatif. 4. Kurva respons hubungan antara kadar hara P tanah yang terekstrak oleh pengekstrak Bray-1 dengan hasil relatif.... 5. Hubungan antara kadar hara P daun D dengan hasil relatif.. 6. Kurva respons hubungan antara kadar hara K tanah yang terekstrak oleh pengekstrak Bray-1 dengan hasil relatif... 7. Kurva respons hubungan antara pemberian berbagai dosis pupuk K pada kadar hara K rendah, sedang, dan tinggi dengan produksi buah.... 10. Kurva respons hubungan antara kadar hara K daun D dengan hasil relatif. 55 56 77 79 103 104 105 xx

DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Denah penelitian evaluasi kesuburan tanah Inceptisol, Ultisol, dan Andisol untuk tanaman nenas dengan Minus One Test 2. Denah penelitian pengaruh pupuk nitrogen terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman nenas 3. Denah penelitian korelasi dan kalibrasi uji tanah hara fosfor untuk tanaman nenas 4. Denah penelitian korelasi dan kalibrasi uji tanah hara kalium untuk tanaman nenas 128 128 129 130 5. Metode analisis nitrogen total dengan metode Kjeldahl. 131 6. Pengekstrak Morgan-Wolf untuk hara fosfor 132 7. Ekstrat HCl 25% untuk hara fosfor dan kalium 133 8. Ekstrat Olsen untuk hara fosfor dan kalium.. 135 9. Penetapan fosfor dan kalium tersedia cara Bray-1. 136 10. Penetapan fosfor dan kalium tersedia cara Bray-2. 138 11. Penetapan fosfor dan kalium tersedia dengan metode Mehlich-1.. 139 12. Pengekstrak Truog untuk hara fosfor 140 13. Penetapan kalium tersedia dengan pengekstrak NH 4 OAc ph 7.0. 141 14. Penetapan kalium tersedia dengan pengekstrak NH 4 OAc ph 4.8. (Morgan-Venema).. 142 15. Erapan P dalam CaCl 2 0.01 M (Metode Fox dan Kamprath). 143 16. Analisis kimia jaringan tanaman 144 xxi

PENDAHULUAN Latar Belakang Nenas (Ananas comosus (L) Merr.) merupakan tanaman buah tropika yang mempunyai prospek untuk dikembangkan di Indonesia, karena mempunyai pangsa pasar yang luas baik di dalam maupun di luar negeri. Pada tahun 2000 produksi nenas Indonesia adalah 360 ribu ton atau 2.68% dari total produksi nenas dunia sebesar 13 449 ribu ton. Pada tahun tersebut, Indonesia mengekspor nenas dalam kaleng 132 ribu ton. Volume ekspor ini mengisi 12.34% volume ekspor nenas dunia sebanyak 1 070 ribu ton (Poerwanto 2003). Pada tahun 2003 Indonesia mengekspor nenas kaleng 177 ribu ton dan nenas segar 2 ribu ton dengan nilai jual sebesar 87 juta dolar Amerika (Deptan 2004), dan pada tahun tersebut komoditas ini menduduki urutan pertama komditas buah-buahan yang diekspor oleh Indonesia. Pada tahun 2005 produksi nenas Indonesia mencapai 673.07 ribu ton dengan produksi rata-rata 8.4 ton per hektar, produktifitas tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil rata-rata produksi per hektar yang dicapai oleh Malaysia sebesar 32.08 ton per hektar, Thailand sebesar 22.23 ton per hektar dan Philipina sebesar 36.33 ton per hektar (FAO 2007). Prospek pengembangan tanaman nenas di Indonesia menjadi strategis, karena disamping dapat menopang sektor pertanian untuk memberikan perannya yang lebih besar dalam mendukung perekonomian negara, tanaman ini cocok dikembangkan pada lahan kering, dan mudah dibudidayakan serta mempunyai daya adaptasi yang luas jika dibandingkan dengan komoditas lainnya. Dengan demikian maka peluang pengembangannya dalam rangka meningkatkan pemanfaatan lahan kering di Indonesia masih sangat luas. Hidayat dan Mulyani (2002) melaporkan bahwa luas lahan kering untuk pertanian di Indonesia mencapai 143 945 000 hektar dan sudah digunakan seluas 55 619 030 hektar. Ini berarti bahwa masih terdapat lahan seluas 88 325 970 hektar untuk pengembangan pertanian lahan kering. Namun perlu diingat, bahwa untuk pengembangan pertanian lahan kering terutama di luar Jawa yang mempunyai potensi yang masih luas, ada persyaratan agronomi yang harus

2 terlebih dahulu dipenuhi terutama ketersedian air dan hara seperti N, P, K dan Ca (Abdurachman et al. 1999). Tanah Inceptisol, Ultisol, dan Andisol merupakan tanah-tanah pertanian utama di Indonesia (Subagyo et al. 2000). Dengan demikian maka pengembangan tanaman nenas di Indonesia saat ini dan di masa mendatang akan dilakukan pada tanah-tanah tersebut. Ketiga jenis tanah ini mempunyai tingkat kesuburan alami yang berbeda, sehingga apabila digunakan untuk areal penanaman tanaman nenas, akan membutuhkan penanganan yang berbeda terutama dalam pemupukannya. Tanaman nenas di Indonesia dikembangkan oleh petani maupun perusahaan besar terutama untuk tujuan ekspor, namun dalam pembudidayaannya oleh petani kecil belum dilakukan pemupukan, sehingga baik kuantitas maupun kualitas buah yang dihasilkan masih relatif rendah. Sedangkan oleh perusahaan besar atau petani komersial telah melakukan pemupukan terutama pupuk N, P dan K untuk dapat meningkatkan produksi dan kualitas buah nenas yang dihasilkan. Dalam usaha meningkatkan produksi pertanian di Indonesia, pemupukan merupakan salah satu cara yang terus dikembangkan oleh pemerintah. Namun demikian, dalam pelaksanaannya masih banyak usaha pemupukan dilakukan secara kurang tepat, baik dalam penentuan jenis, dosis serta waktu dan cara memberikan pupuk. Hal ini jelas akan memberikan dampak yang kurang menguntungkan terhadap keadaan fisik, kimia dan biologi tanah, serta lingkungan tanah secara keseluruhan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, program pemupukan seharusnya didasarkan pada hasil uji tanah dan analisa tanaman dengan memperhatikan status hara, kebutuhan tanaman serta keadaan lingkungan (Sri Rochyati 1996; Sabiham 1996). Pemberian pupuk yang berlebihan selain merupakan pemborosan dana juga mengganggu keseimbangan hara dalam tanah, menurunkan efisiensi pemupukan, dan menimbulkan pencemaran bagi lingkungan, sedangkan pemberian pupuk yang terlalu sedikit tidak dapat mencapai tingkat produksi yang optimal. Apabila praktek pemupukan seperti ini masih tetap dipertahankan, maka produksi pertanian Indonesia, khususnya buah-buah tropika seperti tanaman nenas akan sulit bersaing dalam pasar global.

3 Rumusan Masalah Pemupukan dengan hara N, P, K merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produksi tanaman nenas di Indonesia. Ketiga unsur hara tersebut merupakan unsur hara makro esensial bagi tanaman yang dibutuhkan dalam jumlah banyak tetapi selalu kurang tersedia bagi tanaman, sehingga selalu menjadi faktor pembatas utama bagi pertumbuhan dan produksi tanaman. Pemupukan yang dilakukan selama ini masih menggunakan dosis anjuran secara umum sehingga pemupukan menjadi tidak efisien. Hal ini sebabkan karena belum tersedia data penelitian untuk menyusun rekomendasi pemupukan berdasarkan status hara tanah dan kebutuhan tanaman nenas terhadap hara N, P dan K. Padahal disisi lain kadar hara N, P dan K tanah sangat bervariasi antara satu jenis tanah dengan jenis tanah lainnya, bahkan pada jenis tanah yang sama juga mempunyai tingkat ketersediaan hara N, P dan K yang bebeda. Pemupukan yang efisien hanya bisa dilakukan apabila memperhatikan status hara tanah dan kebutuhan tanaman akan hara tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan baik apabila tersedia data hasil penelitian korelasi dan kalibrasi uji tanah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat diperoleh metode ekstraksi hara tanah yang sesuai untuk tanaman nenas dan menentukan dosis pupuk yang optimal untuk tanaman nenas pada setiap kondisi status hara tanah yang berbeda. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menyusun rekomendasi pemupukan N, P dan K yang optimal untuk tanaman nenas berdasarkan status hara N, P, K dan kebutuhan tanaman serta melakukan evaluasi status hara N, P, K tanah Inceptisol, Ultisol dan Andisol untuk tanaman nenas. Sedangkan secara khusus penelitian bertujuan untuk: 1. Membuktikan bahwa hara N, P, K menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman nenas pada tanah Inceptisol Darmaga, Inceptisol Ciawi, Ultisol Jasinga, dan Andisol Ciapus. 2. Menetapkan metode ekstraksi hara P dan K yang sesuai untuk tanaman nenas. 3. Menentukan status hara P dan K tanah untuk tanaman nenas. 4. Menentukan batas kritis hara N, P dan K pada tanaman nenas.

4 5. Membuktikan bahwa serapan hara N, P, K tanaman nenas dipengaruhi oleh pemberian berbagai dosis pupuk N, P, K. 6. Menentukan dosis pupuk N, P dan K yang optimal untuk tanaman nenas. Kerangka Pemikiran Untuk mencapai pertumbuhan dan produksi yang optimal, tanaman nenas membutuhkan hara terutama N, P dan K yang cukup dan seimbang, karena ketiga unsur tersebut merupakan unsur hara esensial utama bagi tanaman. Tanaman yang kekurangan unsur hara N, P dan K akan mengalami hambatan pertumbuhan dan produksi yang rendah baik kuantitas maupun kualitasnya (Albrigo 1966). Nitrogen diperlukan untuk pertumbuhan tanaman nenas agar subur, tetapi bukan pada saat rangsangan bunga diperlukan, sebab pertumbuhan yang subur akan mengurangi reaksi pembungaan. Fosfor diperlukan selama beberapa bulan pada awal pertumbuhan, sedangkan kalium diperlukan untuk perkembangan buah (Wee dan Thongtham 1997). Tetapi pemberian pupuk N, P dan K yang berlebihan akan menurunkan produksi dan kualitas buah tanaman nenas (Albrigo 1966). Berbagai laporan publikasi tentang hara tanaman nenas menunjukkan bahwa jumlah nitrogen berkisar dari 225 sampai 350 kg N per hektar dan kalium dari 225 sampai 450 kg K 2 O per hektar dan hara fosfor antara 150 dan 225 kg P 2 O 5 per hektar (Nakasone dan Paull 1999). Selanjutnya Hiraoka dan Umemia (2000) mengemukakan bahwa, standar rata-rata pemberian pupuk untuk tanaman nenas adalah 350 kg N per hektar, 115 kg P 2 O 5 per hektar, dan 310 kg K 2 O per hektar. Dengan dosis tersebut tanaman nenas menghasilkan buah sebanyak 52 ton per hektar. Kelly (1993) mengemukakan bahwa kebutuhan nitrogen tanaman nenas berkisar antara 400 sampai 600 kg per hektar dan fosfor merupakan unsur kara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit jika dibandingkan dengan pupuk nitrogen dan kalium. Disarankan agar pemupukan fosfor tidak lebih dari 100 kg P per hektar. Sedangkan kalium merupakan unsur hara yang paling banyak dibutuhkan. Dosis pemupukan kalium sebelum tanam bervariasi tergantung jenis tanah. Pada tanah berpasir dosis maksimum adalah 250 kg K per hektar, sedangkan pada tanah

5 liat berat dosis pemupukan kalium adalah 500 kg K per hektar dan dosis pemupukan kalium setelah tanam berkisar antara 400 sampai 800 kg K per hektar. Adanya variasi dosis pupuk N, P dan K yang dianjurkan tersebut di atas, menunjukkan bahwa pada setiap jenis tanah-tanaman dan iklim serta teknik budidaya yang berbeda akan membutuhkan jumlah pupuk yang berbeda. Oleh karena itu maka Nakasone dan Paull (1999) mengemukakan bahwa, total serapan hara tanaman nenas bisa dijadikan sebagai dasar acuan untuk menentukan kebutuhan pupuk tanaman nenas. Namun demikian, perlu didukung oleh hasil uji tanah sehingga dosis pupuk yang diberikan dapat disesuaikan dengan jumlah hara yang tersedia dalam tanah dan yang dibutuhkan oleh tanaman nenas. Pemupukan yang rasional dan berimbang dapat tercapai apabila memperhatikan status dan dinamika hara tersebut di dalam tanah dan kebutuhan tanaman akan hara tersebut untuk mencapai produksi optimum. Pendekatan ini dapat dilaksanakan dengan baik dan menguntungkan apabila rekomendasi pemupukan didasarkan pada uji tanah (Nursyamsi et al. 2002). Tetapi nilai uji tanah tidak akan berarti, apabila tidak ada hasil penelitian korelasi dan kalibrasi (Sutriadi et al. 2003). Penelitian korelasi uji tanah menghasilkan metode ekstraksi terpilih untuk suatu hara, tanaman, dan tanah tertentu. Selanjutnya untuk menentukan hubungan antara kadar hara dalam tanah dengan tanggap tanaman dan kebutuhan pupuk diperlukan penelitian kalibrasi uji tanah dilapangan. Menurut Evans (1987), kalibrasi uji tanah merupakan dasar program uji yang baik, karena secara cepat dapat memberikan informasi untuk mengidentifikasi tingkat kekurangan atau kecukupan suatu unsur hara dan jumlah unsur hara yang akan diberikan jika kekurangan. Oleh karena itu di negara-negara maju, program uji tanah ini telah berkembang jauh, sehingga kebutuhan untuk membuat rekomendasi pemupukan dapat dilakukan dalam waktu singkat. Sedangkan di Indonesia, uji tanah belum berkembang dengan baik, karena tidak didukung oleh penelitian uji korelasi dan uji kalibrasi (Rahim 1995). Hal ini disebabkan oleh terbatasnya sarana pendukung laboratorium uji tanah, tenaga peneliti dan biaya. Mengingat banyaknya kendala yang dihadapi dalam melakukan program kalibrasi uji tanah sebagai dasar penyusunan rekomendasi pemupukan, maka dalam pelaksanaannya perlu ada skala prioritas. Oleh karena

6 itu sebelum dilakukan penelitian korelasi dan kalibrasi uji tanah, perlu dilakukan penelitian Minus One Test kesuburan tanah. Berdasarkan hasil pengujian ini dapatlah disusun prioritas pemupukan suatu tanaman maupun prioritas penelitiannya (Leiwakabessy dan Sutandi 2004). Hipotesis 1. Hara N, P, K merupakan faktor pembatas pertumbuhan tanaman nenas pada tanah Inceptisol Darmaga, Inceptisol Ciawi, Ultisol Jasinga, dan Andisol Ciapus. 2. Setiap metode ekstraksi hara P dan K yang berbeda mempunyai nilai korelasi yang berbeda. 3. Pemberian berbagai dosis pupuk N memberikan pengaruh yang berbeda terhadap serapan hara N, P, K serta pertumbuhan dan produksi tanaman nenas. 4. Pemberian berbagai dosis pupuk P pada status hara P yang berbeda, memberikan pengaruh yang berbeda terhadap serapan hara N, P, K serta pertumbuhan dan produksi tanaman nenas. 5. Pemberian berbagai dosis pupuk K pada status hara K yang berbeda, memberikan pengaruh yang berbeda terhadap serapan hara N, P, K serta pertumbuhan dan produksi tanaman nenas. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan rekomendasi pemupukan N, P, K yang optimal berdasarkan status hara tanah dan kebutuhan tanaman nenas. Disamping itu, juga dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam program uji tanah dan penelitian hara N, P, K untuk tanaman nenas pada berbagai jenis tanah dan kondisi iklim serta tehnik budidaya yang berbeda. Ruang Lingkup Penelitian Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka dalam penelitian ini dilakukan empat tahap kegiatan. Penelitian dilakukan di rumah kaca dan di lapangan. Penelitian yang dilakukan di rumah kaca adalah evaluasi kesuburan tanah Inceptisol, Ultisol, dan Andisol untuk tanaman nenas dengan menggunakan

7 uji minus one test. Sedangkan tiga penelitian yang dilakukan di lapangan adalah: 1. Korelasi dan kalibrasi uji tanah hara fosfor, 2. Korelasi dan kalibrasi uji tanah hara kalium, dan 3. Pengaruh pupuk nitrogen terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman nenas. Secara umum seluruh tahapan kegiatan penelitian serta tujuan yang akan dicapai disajikan pada Gambar 1.

Evaluasi Kesuburan Tanah dengan Minus One Test Hara N, P, K sebagai faktor Pembatas Pertumbuhan Tanaman Nenas pada Tanah Ultisol, Inceptisol, dan Andisol Korelsi dan Kalibrasi Uji Tanah Hara P untuk Tanaman Nenas Korelasi dan Kalibrasi Uji Tanah Hara K untuk Tanaman Nenas Pengaruh Pupuk N pada Tanaman Nenas Metode Ekstraksi Hara P untuk Tanaman Nenas Status Hara P Tanaman Nenas Metode Ekstraksi Hara K untuk Tanaman Nenas Status Hara K Tanaman Nenas Menentukan Dosis Pupuk N Optimal Tanaman Nenas Dosis Pupuk P Optimal Tanaman Nenas pada Setiap Status Hara P Dosis Pupuk K Optimal Tanaman Nenas pada Setiap Status Hara K Gambar 1 Bagan alir pelaksanaan kegiatan penelitian 8

TINJAUAN PUSTAKA Karateristik Tanaman Nenas Tanaman nenas merupakan tanaman monokotil yang bersifat perenial. Tanaman ini mempunyai rangkaian bunga dan buah yang terdapat pada ujung batang. Tanaman masih bisa melanjutkan pertumbuhannya melalui beberapa tunas yang tumbuh di batang. Tunas baru tersebut selanjutnya dapat menghasilkan rangkaian bunga dan buah. Bagian tanaman nenas meliputi akar, batang, daun, tangkai buah, buah, mahkota dan anakan yaitu tunas tangkai buah (slips), tunas yang muncul dari ketiak daun (shoots) dan tunas yang muncul dari batang bawah (suckers) (Collins 1968). Tanaman nenas berupa herba tahunan atau dua tahunan, tingginya 50 sampai 100 cm. Daunnya berbentuk pedang, panjangnya dapat mecapai 1 m atau lebih, dengan lebar 5 sampai 8 cm, pinggirnya berduri atau hampir rata, berujung lancip, bagian atas daun berdaging, berserat, beralur, tersusun dalam spiral yang tertutup, bagian pangkalnya memeluk poros utama (Wee dan Thongtham 1997). Pertumbuhan dan perkembangan tanaman nenas membentuk suatu roset, yang lambat laun daun-daunnya yang lebih besar mencapai ukuran yang mencerminkan keadaan pertumbuhan normal. Setelah itu ukuran daun konstan dan jika meristem pucuknya telah menghasilkan 70 sampai 80 lembar daun, dengan kecepatan satu lembar daun per minggu, selama periode pertumbuhannya yang cepat itu, meristem pucuk itu berubah menjadi bongkol bunga dan bongkol tanaman, yaitu poros tengah yang memanjang ke bunga dan buah. Buahnya berupa senokarp (caenocarpium) yang terbentuk dari penebalan yang luar biasa dari poros pembungaan dan peleburan dari masing-masing bunga yang kecil; buah itu berbentuk buah buni; kulit buahnya yang keras terbentuk dari kelopakkelopak dan braktea yang tidak rontok, yang kurang lebih melebur; buah itu kirakira berbentuk silinder, panjang ± 20 cm, diamater ± 14 cm, beratnya 1 sampai 2.5 kg, dihiasi oleh suatu roset daun-daun yang pendek, tersusun spiral, yang disebut mahkota; daging buahnya kuning pucat sampai kuning keemasan, umumnya tidak berbiji (Wee dan Thongtham 1997). Nenas adalah tanaman serofit. Tanaman ini mempunyai jalur fotosintesis tipe CAM (Crassulacean Acid Metabolism = Metabolisme Asam Crassulaceae).

10 Karbon dioksida diserap pada malam hari dan diubah menjadi asam yang digunakan dalam sintesis karbohidrat pada siang hari. Jalur metabolisme ini memungkinkan stomata tertutup sepanjang siang untuk menghemat penggunaan air. Karena stomata membuka pada malam hari maka transpirasi yang terjadi sangat kecil, sehingga tanaman ini sangat tahan terhadap kekeringan. Meskipun demikian, karena sistem perakarannya yang dangkal, maka pada keadaan kering pertumbuhannya segera tertahan (Deptan 1994; Wee dan Thongtham 1997). Kisaran curah hujan untuk tanaman nenas adalah sekitar 600 mm sampai 2 540 mm per tahun, namun demikian untuk pertumbuhan tanaman nenas yang optimum adalah 1 000 sampai 1 500 mm per tahun (Collins 1968). Nenas masih bisa dibudidayakan di daerah dengan curah hujan kurang dari 1 000 mm per tahun. Di daerah dengan curah hujan rendah tetapi mempunyai kelembaban udara cukup tinggi terutama pada malam hari, tanaman nenas dapat memanfaatkan embun sebagai sumber air. Meskipun demikian, karena perakaran nenas cukup dangkal maka bila curah hujan sangat rendah hasil yang diperoleh akan kurang memuaskan (Deptan 1994). Tanaman nenas dapat tumbuh di berbagai jenis tanah. Tanaman nenas di daerah tropis banyak ditemukan di tanah latosol coklat kemerahan atau merah. Di Hawai tumbuh di tanah vulkanik berwarna merah gelap, di Malaysia dan Indonesia dapat tumbuh dengan baik di daerah gambut. Persyaratan penting lainnya adalah drainase baik. Tanah berat (kandungan fraksi lempung tinggi) dan tanah yang mengandung kapur tinggi (ph tinggi) tidak cocok untuk nenas (Deptan 1994). Tanah liat berpasir yang dapat dikeringkan dengan baik dan mengandung bahan organik tinggi dengan ph 4.5 sampai 6.5 merupakan tanah yang ideal untuk pertumbuhan tanaman nenas. Akan tetapi tanaman nenas dapat dipelihara pula pada tipe tanah yang sangat bervariasi, seperti tanah gambut yang asam (ph 3 sampai 5) di Malaysia. Drainase hendaknya sebaik-baiknya, sebab tanaman yang terendam akan sangat mudah terserang busuk akar (Wee dan Thongtham 1997). Tanaman nenas dibudidayakan antara 25 o LU dan LS dengan kisaran suhu 23 sampai 32 o C. Walaupun tanaman ini dapat dipelihara di lahan yang suhunya dapat turun sampai 10 o C, akan tetapi tanaman ini tidak toleran terhadap hujan salju, dan buahnya sensitif terhadap terik matahari. Di dalam batas distribusinya,

11 cahaya matahari rata-rata tahunannya bervariasi kira-kira 33 sampai 71% dari kelangsungan maksimumnya, dengan angka tahunan rata-rata 2000 jam (Wee dan Thongtham 1997). Temperatur optimum untuk nenas mendekati temperatur daerah tropika basah. Temperatur untuk pertumbuhan optimum 21 o C sampai 27 o C (Deptan 1994). Di Malaysia tanaman nenas ditanam pada daerah dengan temperatur berkisar antara 25.9 sampai 26.3 o C, di Hawai 10 sampai 32 o C dan Australia 11.6 sampai 31.7 o C (Collins 1968). Temperatur optimum untuk Indonesia adalah 32 o C (Deptan 1994). Di daerah tropis tanaman nenas memberikan hasil yang baik apabila ditanam di daerah pada ketinggian antara 100 sampai 800 m di atas permukaan laut. Di daerah dengan ketinggian lebih dari 760 m di atas permukaan laut, tanaman nenas menjadi lebih pendek, daun lebih pendek dan menyebar, nenas lebih ringan dan fruitlet menonjol keluar, sehingga permukaan buah lebih kasar. Bentuk buah lebih mendekati bentuk silinder serta produksi buah mempunyai mutu yang lebih rendah; warna daging kuning pucat, flavour rendah dan asam yang tinggi (Collins 1968). Penanaman Nenas Perbanyakan dan penanaman nenas diperbanyak dengan bagian mahkota, tunas batang, atau tunas ketiak daunnya. Tetapi yang paling banyak disenangi orang adalah perbanyakan dengan tunas batang. Tunas ketiak daun terutama digunakan jika menanam Smooth Cayenne (Wee dan Thongtham 1997). Tunas batang yang besar mempuyai tendensi yang tinggi untuk berproduksi lebih cepat, khususnya jika ukuran tunas batang lebih besar dari 600 gram (Nakasone dan Paull 1999). Py et al. (1987) mengelompokan ukuran bahan tanaman sebagai berikut: mahkota ukuran kecil 100 sampai 200 g dan mahkota ukuran sedang 200 sampai 300 g; Tunas ukuran kecil 200 sampai 300 g, 300 sampai 400 g sedang, dan 400 sampai 600 g adalah besar. Tanaman nenas biasanya ditanam dalam barisan ganda dengan lebar alur yang cukup antara barisan ganda tersebut, untuk memudahkan pengerjaan lapangan. Jadi jarak tanam yang dianjurkan ialah (90 + 60) cm x 30 cm untuk kultivar Singapore Spanish, ini berarti bahwa lorongnya selebar 90 cm, kedua barisan ganda itu berjarak 60 cm, dan masing-masing tanaman pada

12 setiap barisannya berjarak 30 cm. Untuk kultivar yang perawakannya lebih besar, misalnya Masmerah, jarak tanam yang dianjurkan adalah (120 + 60) cm x 30 cm. Di Thailand, Smooth Cayenne ditanam oleh petani dengan jarak tanam (100 + 50) cm x 30 cm, dan diperkebunan dengan jarak (85 + 50) cm x 25 cm. Hasil panen akan meningkat jika jarak tanam lebih rapat, tetapi ukuran buahnya mengecil (Deptan 1994; Wee dan Thongtham 1997). Percobaan-percobaan jarak tanam di Malaysia menunjukkan hasil maksimum 60 ton per hektar untuk jumlah tanaman 72 000 per hektar, dengan menggunakan kultivar Singapore Spanish (Wee dan Thongtham, 1997). Di Hawaii menggunakan jarak tanam 30 cm antar tanaman dalam dua barisan tanaman yang berjarak 60 cm, jarak antar lorong adalah 90 sampai 120 cm, dengan jarak tanam tersebut diperoleh kepadatan tanaman 44 444 sampai 58 700 tanaman per hektar. Kepadatan tanaman setinggi 75 000 tanaman per hektar digunakan bilamana buah yang lebih kecil diinginkan (Nakasone dan Paull 1999). Pemupukan pada Tanaman Nenas Manfaat pupuk, terutama nitrogen dan kalium pada pembudidayaan nenas telah banyak diketahui. Nitrogen diperlukan untuk pertumbuhan tanaman agar subur, tetapi bukan pada saat rangsangan bunga diperlukan, sebab pertumbuhan yang subur akan mengurangi reaksi pembungaan. Fosfor diperlukan selama beberapa bulan pada awal pertumbuhan, sedangkan kalium diperlukan untuk perkembangan buah. Di tanah gambut yang miskin hara di Malaysia, dosis pupuk yang dianjurkan ialah 14 g N, 0.7 g P 2 O 5, dan 23 g K 2 O per tanaman, diberikan dengan cara disebarkan pada jangka waktu 3 bulan setelah tanam, dan 2 kali penyemprotan di daun pada umur 6 dan 9 bulan. Untuk tanaman sirung, dua per tiga dari jumlah di atas digunakan per tahun. Di Thailand, tanaman nenas ditanam pada tanah liat berpasir dengan dosis pupuk sebesar 9 g N, 2.4 g P 2 O 5, dan 7 g K 2 O per tanaman untuk tanaman pokok (Wee dan Thongtham 1997). Berbagai laporan publikasi tentang hara tanaman nenas menunjukkan bahwa jumlah nitrogen berkisar dari 225 sampai 350 kg N per hektar dan kalium dari 225 sampai 450 kg K 2 O per hektar. Tanaman nenas membutuhkan sedikit untuk hara fosfor dan banyak laporan yang mengabaikan jumlah P yang diaplikasikan, tetapi biasanya adalah antara 150 dan 225 kg P 2 O 5 per hektar, (Nakasone dan

13 Paull 1999). Selanjutnya Hiraoka dan Umemia (2000) mengemukakan bahwa, standar rata-rata pemberian pupuk untuk tanaman nenas adalah 350 kg N per hektar, 115 kg P 2 O 5 per hektar, dan 310 kg K 2 O per hektar. Dengan dosis tersebut tanaman nenas menghasilkan buah sebanyak 52 ton per hektar. Tabel 1 Hara yang diimobilisasi atau yang diangkut oleh tanaman nenas pada kepadatan 54 340 tanaman per hektar (Nakasone dan Paull 1999) Bagian Tanaman Jumlah (kg ha -1 ) N P K Ca Mg Plant 437 47.0 538 134.0 134.0 Fruit 135 20.0 269 33.6 20.2 Slip 40 6.7 67 13.4 6.7 Total 612 73.7 874 181 160.9 Berdasarkan analisis hara yang terdapat pada berbagai bagian tanaman nenas (Tabel 1), bisa dijadikan sebagai dasar acuan untuk menentukan kebutuhan pupuk tanaman nenas (Nakasone dan Paull 1999). Untuk menentukan jumlah hara yang akan diberikan ke dalam tanah, dapat dilakukan setelah diketahui kadar hara tanah yang tersedia bagi tanaman, dan jumlah hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat mencapai pertumbuhan dan produksi yang optimal. Nitrogen dalam Tanah Amonium merupakan salah satu bentuk kation nitrogen anorganik yang dapat diserap oleh tanaman. Bentuk ini lebih banyak terdapat pada kondisi anaerobik, sedangkan pada kondisi aerobik (oksidasi) sebahagian dari amonium dijerap oleh komplek jerapan ataupun difiksasi oleh mineral liat vermikulit dan smektit, dan sebahagian lagi dioksidasi menjadi nitrat dengan bantuan bakteri autotrof Nitrosomonas dan Nitrobacter (Tisdale et al. 1985). Lebih dari 50% NH + 4 yang diberikan akan mengalami nitrifikasi dalam waktu 28 hari dengan kadar air sekitar titik layu permanen, sedangkan pada tegangan air diturunkan sekitar 7 bar, dalam waktu 21 hari semua NH + 4 akan berubah menjadi nitrit. Sedangkan Mengel dan Kirkby (1987) melaporkan bahwa semua dari ammonium yang diberikan ke dalam tanah akan berubah menjadi nitrat dalam waktu 14 hari. Amonium dapat menurunkan kapasitas fiksasi K karena kation ini akan memenuhi ruang interlayer sehingga mencegah fiksasi K dari larutan tanah.