TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wiharto (2002) a yam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya (Sudaryani dan Santosa, 2000). Menurut Suharno (2012)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat kita, adalah ayam petelur jenis unggul yang mempunyai daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. japanese quail (Coturnix-coturnix Japonica) mulai masuk ke Amerika. Namun,

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam ordo Galliformes, famili Phasianidae, genus Gallus dan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tujuan produksi daging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk produksi

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ringan ini mempunyai badan yang ramping/kurus mungil/kecil dan mata

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

TINJAUAN PUSTAKA. (2001) adalah sebagai Kingdom Animalia, Subkingdom Metazoa, Phylum

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagi penghasil daging dengan bobot badan 1,9 kg

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure Line atau ayam

II KAJIAN KEPUSTAKAN. macam yaitu tipe ringan dengan ciri warna bulu putih bersih, badan ramping serta

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu dari April 2014, di peternakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki keunggulan yaitu produksi telur dan daging yang tinggi dan masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit merupakan ayam penghasil bibit final stock pada ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aaaaapuyuh secara ilmiah dikelompokkan dalam kelas Aves, ordo Galliformes,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan tempat asal dari itik ini. Itik Tegal memiliki kelebihan dibanding

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

I. PENDAHULUAN. biaya dalam wujud investasi (modal investasi) maupun biaya produksi. Pakan

III. KEBUTUHAN ZAT-ZAT GIZI AYAM KUB. A. Zat-zat gizi dalam bahan pakan dan ransum

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

PENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena

I. PENDAHULUAN. masyarakat di pedesaan. Ternak itik sangat potensial untuk memproduksi telur

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. induk yang menghasilkan telur tetas untuk mendapatkan Day Old Chick (DOC)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telurnya. Jenis puyuh yang biasa diternakkan di Indonesia yaitu jenis Coturnix

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki genetik yang dapat menghasilkan produksi baik. Menurut (Rasyaf,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) ada juga yang menyebut siput

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu tipe pedaging, tipe petelur dan tipe dwiguna. Ayam lokal yang tidak

[Evaluasi Hasil Produksi Ternak Unggas]

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes, family Phasianidae

TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk ke dalam ordo Galliformes, famili Phasianidae, genus Gallus dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. petelur dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase starter (umur 1 hari--6 minggu), fase

TINJAUAN PUSTAKA. ada aturan bakunya, yang terpenting ransum yang diberikan kandungan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan bobot tubuh yang dapat dicapai oleh ayam, maka dikenal tiga tipe

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Broiler pertama kali ditemukan pada Pada 1950 para ahli perunggasan

I. PENDAHULUAN. tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Ayam Ras petelur Ayam ras petelur merupakan tipe ayam yang secara khusus menghasilkan telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya. Keberhasilan pengelolaan usaha ayam ras petelur sangat ditentukan oleh sifat genetis ayam, manajemen pemeliharaan, makanan dan kondisi pasar (Amrullah, 2003).Ayam ras petelur merupakan ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya (Cahyono, 1995). PT. Japfa Comfeed (2006) menyatakan bahwa ayam ras petelur tubuhnya relatif lebih kecil dibandingkan dengan ayam ras pedaging. Produksi telurnya antara 250-280 butir per tahun. Telur pertama dihasilkan pada saat berumur 5 bulan dan akan terus menghasilkan telur sampai umurnya mencapai 10-12 bulan. Umumnya, produksi telur yang baik akan diperoleh pada tahun pertama ayam mulai bertelur, sedangkan pada tahun-tahun berikutnya cenderung akan terus menurun. Tipe ayam ras petelur ada dua, yaitu tipe ringan dan tipe sedang. Ayam tipe ringan khusus dikembangkan untuk bertelur saja. Ciri ayam tersebut badan ramping, kecil, mata bersinar, dan berjengger merah darah. Ayam tipe ini dipelihara untuk diambil telurnya sehingga bentuk ayam ini relatif kecil jika dibandingkan dengan ayam tipe medium. Ayam tipe medium dikembangkan untuk produksi telur dan di ambil dagingnya sehingga ayam ini memiliki bobot badan lebih berat dari pada ayam tipe ringan (Rasyaf, 1994). Ayam tipe sedang ini disebut juga tipe dwiguna (Abidin, 2004). Ayam ras petelur memiliki sifat nervous (mudah terkejut), bentuk tubuh ramping, cuping telinga berwarna putih, produksi telur tinggi (200 5

butir/ekor/tahun), efisien dalam pengunaan ransum untuk membentuk telur,tidak memiliki sifat mengeram (Sudarmono, 2003). 2.2. Klasifikasi Ayam Ras Petelur Klasifikasi adalah suatu sistem pengelompokan jenis-jenis ternak berdasarkan persamaan dan perbedaan karakteristik. Klasifikasi biologi ayam (Gallus gallus) berdasarkan Rasyaf (2003) adalah sebagai berikut Kingdom Animalia Pilum Chordata Kelas Aves Ordo Galliformes Famili Phasianidae Genus Gallus Spesies Gallus gallus. Ayam ras petelur adalah ayam dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras dan tidak boleh disilangkan kembali (Sudaryani dan Santosa, 2000). Gambar 2.1 Ayam Ras PetelurStrainLohman Brown 2.3. Konsumsi Ransum Menurut Wahyu (1992), konsumsi ransum merupakan jumlah dari ransum yang diberikan dikurangi dengan jumlah ransum yang tersisa dan tumpah. Setiap 6

jenis unggas konsumsi ransumnya berbeda-beda. Dengan adanya perbedaan ini maka ransum harus disusun dengan tepat berdasarkan kebutuhan tiap jenis unggas. Pemberian ransum yang berlebih dimasa pertumbuhan ayam ras petelur harus dihindari karena kelebihan ini akan dapat menimbulkan kegemukan. Kondisi ini dapatmenurunkan produksi telur. Menurut Murtidjo (1996), konsumsi ransum merupakan faktor penunjang terpenting untuk mengetahui penampilan produksinya. Rasyaf (2006) menambahkan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum diantaranya adalah: 1. Usia ayam Jumlah ransum yang dikonsumsi oleh anak ayam, ayam remaja, dan ayam dewasa tentunya berbeda. Hal ini tergantung dari bobot badan dan aktivitasnya. Semakin besar ayam maka akan semakin banyak kebutuhan nutrisinya. Kebutuhan nutrisi tersebut digunakan untuk menunjang aktivitasnya, untuk berproduksi dan untuk berproduksi. Umur ayam sebenarnya tidak berpengaruh langsung terhadap konsumsi ransum, kaitannya adalah dengan perubahan pada tubuh dan aktivitas ayam tersebut. Anak ayam membutuhkan ransum yang sedikit karena aktivitas, bobot badan, dan daya tampung ransum di organ tubuhnya masih sedikit, berbeda dengan ayam dara dan dewasa dengan daya tampung ransum di organ pencernaan yang banyak. 2. Kondisi kesehatan ayam Ayam dan unggas lainnya yang sakit umumnya tidak mempunyai nafsu makan, sehingga konsumsi ransum tidak sesuai dengan jumlah ransum yang dibutuhkan, akibatnya kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi. Nutrisi yang tidak terpenuhi ini dapat berefek pada semua sistem dalam tubuh, sehingga dengan 7

kondisi ini ayam tidak dapat melakukan aktivitasnya, tidak dapat berproduksi maupun bereproduksi. 3. Kegiatan fisiologi ayam Umumnya ayam makan untuk memenuhi kebutuhan energinya, sebab semua aktivitas bertumpu pada energi. Ayam akan berhenti makan bila energi yang dibutuhkan telah terpenuhi. Apabila kebutuhan energinya tinggi sedangkan makanan yang dimakan berkadar energi rendah, maka konsumsi makanannya akan menjadi lebih banyak dan begitu pula sebaliknya. Pemberian ransum harus diberikan setiap hari sesuai dengan kebutuhan ayam, baik secara kuantitatif maupun kualitasnya (Fadilah, 2004). Pemberian ransum yang salah dapat memicu stres dan defisiensi salah satu nutrisi sehingga ayam banyak menemui masalah. Ayam membutuhkan sejumlah unsur gizi untuk hidupnya, misalnya bernafas, peredaran darah dan bergerak yang disebut kebutuhan hidup pokok selain itu unsur gizi dibutuhkan untuk produksi telur (Rasyaf, 2003). Berdasarkan standar Chareon Pokphand Indonesia (2010) disebutkan bahwa ayam ras petelurstrain Lohman Brown yang berumur 33-37 minggu, konsumsi ransumnya berkisar antara 120g/ekor/hari, produksi telur hen day dengan kisaran 94,9%dan berat telur berkisar 62,4 g/butir. Konversi ransumayam ras petelurstrainlohman Brownumur 33-37 minggu adalah sebesar 2,03. 2.4. Persentase Produksi Telur Produktivitas ayam ras petelur dapat diukur dengan produksi harian dan bulanan, yang dinyatakan dengan Hen Day Production (HDP). Tujuan pengukuran produksi telur adalah untuk mengetahui jumlah telur yang dihasilkan 8

oleh sekelompok ayam pada umur tertentu. Menurut Tilman dkk. (1986),kemampuan ayam ras petelur berproduksi tinggi akan menghasilkan ratarata 250 butir telur/ekor pertahun dengan berat kira-kira mencapai 60g. Amrullah (2003) menyatakan bahwa ayam ras petelur unggul dapat berproduksi sampai 70% atau 275 butir pertahun. Produksi telur ayam lokal di Indonesia dengan makanan yang baik juga berkisar dari 40-50%. Ayam ras petelur mengonsumsi ransum lebih banyak dari yang dibutuhkan untuk mendukung produksi telur (NRC, 1994). Menurut Wahju (1997) sebagian besar zat makanan yang dikonsumsi ayam ras petelur digunakan untuk mendukung produksi telur. Faktor utama yang mempengaruhi produksi telur adalah jumlah ransum yang dikonsumsi dan kandungan zat makanan.sarwono (1994) menyatakan berat telur dan ukuran telur berbeda-beda, akan tetapi antara berat dan ukuran telur saling berhubungan.kemudian ditambahkan Sarwono (1994), berdasarkan beratnya telur ayam ras dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut : 1) Jumbo, dengan berat 65 g/butir; 2) Ekstra besar, dengan berat 60-65 g /butir; 3) Besar, dengan berat 55-60 g/butir; 4) Sedang, dengan berat 50-55 g/butir; 5) Kecil, dengan berat 45-50 g/butir, dan kecil sekali, dengan berat di bawah 45 g/butir. Anggorodi (1994) mengemukakan bahwa besarnya telur dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk sifat genetik, tingkat dewasa kelamin, umur, obatobatan dan makanan sehari-hari. Faktor makanan terpenting yang diketahui mempengaruhi besar telur adalah protein dan asam amino yang cukup dalam ransum. Selanjutnya di jelaskan, bahwa disamping ransum yang berkualitas baik juga air minum turut berpengaruh terhadap ukuran besar telur, dimana pada ayam 9

kekurangan air minum akan mempengaruhi organ reproduksinya. North dan Bell (1990) menyatakan, bahwa telur dihasilkan dari induk ayam yang baru bertelur atau induk muda lebih kecil dibandingkan dengan telur yang dihasilkan dari induk yang lebih tua. 2.5. Feed Conversion Ratio(FCR) Menurut Siregar dkk. (1992),konversi ransum adalah rasio atau perbandingan jumlah ransum yang dihabiskan oleh ayam dengan bobot hidup pada jangka waktu tertantu. Semakin kecil angka konversi ransum maka semakin baik efisiensi penggunaan ransum tersebut.feed Conversion Ratio (FCR) ayam layer umumnya sebesar 2,33 ± 0,04 (Mussawar et al., 2004). Menurut Rasyaf (1992),semakin rendah konversi ransum semakin baik, karena hal itu berarti ternak lebih efisien dalam mengonsumsi ransum. Faktor yang memengaruhi konversi ransum adalah kecepatan pertumbuhan, kandungan energi dalam ransum, terpenuhinya zat nutrisi dalam ransum, suhu lingkungan dan kesehatan. Kartasudjana dan Suprijatna (2006) menyatakan bahwa konversi ransum adalah banyaknya ransum yang dihabiskan untuk menghasilkan setiap kilogram produksi telur. Angka konversi ransum yang kecil berarti banyaknya ransum yang digunakan untuk menghasilkan satu kilogram telur semakin sedikit. Menurut Khalil (2010), produksi telur yang rendah, baik dari segi jumlah berat dan tingkat produksi telur, akan menghasilkan efisiensi penggunaan ransum juga rendah, yang akan menghasilkan konversi ransum tinggi. Menurut Abidin (2002), konversi ransum adalah sebagai angka banding dari berat ransum (kg) yang dikonsumsi ayam dibagi dengan produksi telur yang diperoleh (kg). 10

Konversi ransum berkaitan dengan produksi telur dan konsumsi ransum. Konsumsi ransum yang tinggi disertai produksi telur yang rendah akan menghasilkan nilai konversi ransum yang jelek, sedangkan konsumsi ransum yang rendah disertai dengan produksi telur yang tinggi akan menghasilkan nilai konversi ransum yang baik. Ensminger (2004) menyatakan bahwa konversi ransum dapat digunakan untuk mengukur koefisien ransum, semakin rendah angka konversi ransum berarti efisiensi penggunaan ransum semakin tinggi dan sebaliknya semakin tinggi angka konversi ransum berarti tingkat efisiensi ransum semakin rendah. Dalam hal ini bukan berarti konversi ransum saja yang sangat berpengaruh tetapi peternak juga harus pandai memilih ransum yang baik untuk meningkatkan pertumbuhan ayam ras petelur. 2.6 Ransum Ayam Ras Petelur Rasyaf (1992) menjelaskan bahwa ransum merupakan kumpulan bahan pakan yang layak dikonsumsi oleh ternak menurut ketentuan. Ayam mengonsumsi ransum untuk memenuhi kebutuhan energi, apabila energinya belum terpenuhi maka ayam tersebut akan terus mengonsumsi ransumnya (Kartasudjana, 2006). Pertumbuhan dan jenis ayam yang dipelihara memiliki hubungan yang erat dengan jumlah ransum yang dikonsumsi (Rasyaf, 1992). Menurut Kartasudjana (2006), faktor-faktor yang memengaruhi konsumsi ransum adalah konsumsi energi, kecepatan pertumbuhan, zat nutrisi ransum dan bentuk ransum. Selanjutnya ditambahkan Rasyaf (1992) bahwa konsumsi ransum cenderung menurun dengan meningkatnya level energi di dalam ransum dan sebaliknya semakin rendah tingkat energi maka ransum yang dikosumsi semakin meningkat. 11

Selama masa bertelur pemberian ransum berganti dua kali, pertama sewaktu mencapai 5% hen day diberikan ransum ayam bertelur fase I (ransum layer I atau prelayer) dan setelah mencapai puncak produksi diberikan ransum ayam bertelur fase II (ransum layer II) (Rasyaf, 2008). Menurut Johari (2004) ayam berumur 42 minggu membutuhkan PK 21% dan ME 2950 Kkal/kg, umur 43-84 minggu membutuhkan PK 19% dan ME 2850 Kkal/kg, umur 85-112 minggu membutuhkan PK 16-17% dan ME 2800 Kkal/kg dan umur di atas 112 minggu membutuhkan PK 21% dan 3100 Kkal/kg. Kandungan nutrisi dalam ransumayam ras petelur dapat dilihat pada Tabel 2.1sedangkan kebutuhan nutrisi ayam ras petelur dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.1. Kandungan Nutrisi dalam RansumAyam Ras Petelur Zat Nutrisi Unit Starter 0-5 Mgg. 1-35 Hari Grower 5-10 Mgg. 35-70 Hari Pullet 10-16 Mgg. 70-112 Hari Pre Layer 112 Hari 2% Layer EM (Kkal/Kg) 2950,00 2850,00 2750,00 2750,00 Protein kasar (%) 20,50 20,00 16,80 17,50 Kalsium (%) 1,05-1,10 0,90-1,10 0,95-1,05 2-2,10 Fosfor (%) 0,48 0,44 0,38 0,47 Metionin (%) 0,48 0,43 0,32 0,35 Lisin (%) 1,16 0,80 0,78 0,87 Sumber : Charoen Pokphand Indonesia (2010) Tabel 2.2. Kebutuhan Nutrisi Ayam Ras Petelur (Layer) Zat Nutrisi Unit Jumlah Energi Metabolisme (Kkal/kg) 2650,00 Protein Kasar (%) 16,00 Kalsium (%) 3,25-4,25 Fosfor (%) 0,60-1,00 Serat Kasar (%) Maks 7 Lisin (%) Maks 7 Sumber : SNI (2006) 12

Kelebihan energi disimpan dalam bentuk lemak. Menurut Surdayani dan Santoso (2000) bahwa pe mberian ransum untuk periode bertelur dapat diberikan sesuai dengan umur ayam, yaitu ayam ras petelur umur 19-35 minggu membutuhkan ransum dengan protein 19%, energi metabolisme 2800 Kkal/kg dan kalsium 3,8-4,2%, untuk ayam umur 35-76 atau 80 minggu membutuhkan protein 18%, energi metabolisme 2750 Kkal/kg dan kalsium 4,0-4,4%. 13