TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat kita, adalah ayam petelur jenis unggul yang mempunyai daya
|
|
- Iwan Halim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TINJAUAN PUSTAKA Ayam Ras Petelur Ayam ras petelur atau yang lebih dikenal sebagai ayam negeri dalam masyarakat kita, adalah ayam petelur jenis unggul yang mempunyai daya produktivitas bertelur tinggi baik jumlah maupun bobot telurnya. Pada umumnya jenis-jenis ayam yang telah dikenal di Indonesia merupakan Final Stock yang merupakan turunan terakhir hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang dikenal mempunyai daya produktivitas yang tinggi (Cahyono, 1995). Jenis ayam petelur dibagi menjadi dua tipe: 1. Tipe Ayam Petelur Ringan Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan ini mempunyai badan yang ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar. Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini berasal dari galur murni White Leghorn. Ayam galur ini sulit dicari, tapi ayam petelur ringan komersial banyak dijual di Indonesia dengan berbagai nama. Setiap pembibit ayam petelur di Indonesia pasti memiliki dan menjual ayam petelur ringan (petelur putih) komersial ini. Ayam ini mampu bertelur lebih dari 260 telur per tahun produksi Hen House. Sebagai petelur, ayam tipe ini memang khusus untuk bertelur saja sehingga semua kemampuan dirinya diarahkan pada kemampuan bertelur, karena dagingnya hanya sedikit. Ayam petelur ringan ini sensitif terhadap cuaca panas, keributan, dan ayam ini mudah kaget (bila kaget, produksinya akan cepat turun, begitu juga bila kepanasan). 2. Tipe Ayam Petelur Medium Bobot tubuh ayam ini cukup berat. Meskipun itu, beratnya masih berada di
2 antara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Oleh karena itu ayam ini disebut tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus, tetapi juga tidak terlihat gemuk. Telurnya cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang banyak. Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. Karena warnanya yang cokelat, maka ayam ini disebut dengan ayam petelur cokelat yang umumnya mempunyai warna bulu yang cokelat juga. Dipasaran orang mengatakan telur cokelat lebih disukai daripada telur putih, kalau dilihat dari warna kulitnya memang lebih menarik yang cokelat daripada yang putih, tapi dari segi gizi dan rasa relatif sama. Satu hal yang berbeda adalah harganya dipasaran, harga telur cokelat lebih mahal daripada telur putih. Hal ini dikarenakan telur cokelat lebih berat daripada telur putih dan produksinya telur cokelat lebih sedikit daripada telur putih. Selain itu daging dari ayam petelur medium akan lebih laku dijual sebagai ayam pedaging dengan rasa yang enak (Bappenas,2000). Strain Isa Brown Strain Isa Brown adalah strain hibrida yang merupakan hasil dari persilangan Rhode Island Red dan Rhode Island White, tapi pada saat ini mengandung gen dari berbagai jenis bibit. Strain Isa Brown adalah hibrida yang dikembangkan oleh breeder dengan hubungan garis induk dan pejantan sampai hasil akhir Isa Brown. Ini dikenal dengan adanya produksi telur yang tinggi sekitar 300 telur per ayam betina pada tahun pertama bertelur. Isa Brown terkenal sebagai ayam yang dipelihara di kandang baterai, karena tingkat produksi telur yang tinggi. Dalam beberapa tahun terakhir, mereka juga telah berhasil menerapkan sistem pemeliharaannya di lantai dan sistem bebas di Eropa. Persilangan ini membuat hewan peliharaan yang ramah, percaya diri dan tidak
3 takut, tapi ketika umurnya tua, menjadi sedikit saling mematuk dan tampaknya makan lebih banyak (Wikipedia, 2014). Ayam petelur strain Isa-brown memiliki periode bertelur antara minggu, liveability sebesar 93,2%, puncak produksi sebesar 95% pada umur 26 minggu. Rata-rata bobot telur ayam petelur strain Isa-Brown sebesar 63,19 g (Hendrix-genetics, 2006). Ciri-ciri Pullet dalam berproduksi telur adalah memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, bertelur dengan jumlah banyak dengan kerabang keras, hidup baik dan produksi telurnya ekonomis. Ayam untuk produksi telur dapat memberikan keuntungan ketika bobotnya besar (North and Bell, 1990). Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Badan Pertumbuhan merupakan perbanyakan sel yang membutuhkan protein. Apalagi bila untuk pertumbuhan itu digunakan bahan perangsang pertumbuhan. Tanpa diimbangi protein yang sejalan dengan peran zat perangsang pertumbuhan itu, maka zat perangsang itu tak akan ada gunanya (Rasyaf, 1992). Morrison (1967) menyatakan pertumbuhan adalah sebagian dari pertambahan besar urat daging dan jaringan jaringan lainnya yang mengandung protein yang sangat penting dalam peternakan, karena mempunyai titik tolak produksi yang merupakan hasil akhir. Card and Nesheim (1972) menyatakan bahwa pertambahan berat badan setiap minggu tidak merata dan maksimum pertumbuhan tercapai pada umur 8 minggu setelah itu pertambahan berat badannya setiap minggu akan menurun. North dan Bell (1990) yang menyatakan bahwa sumbangan faktor genetik terhadap pertumbuhan adalah sekitar 45% dan faktor lingkungan sekitar 55%.
4 Bobot DOC ayam petelur berkisar antara gram, selanjutnya akan tumbuh dengan cepat dan mencapai berat badan yang tepat pada umur 4 minggu (Bisri, 2006). Ayam tipe berat akan menghasilkan telur lebih berat, mengkonsumsi lebih banyak pakan per Hen Day, dan mengkonsumsi lebih banyak pakan per lusin telur daripada ayam tipe medium dan tipe ringan, sementara ayam tipe medium lebih baik daripada ayam tipe ringan untuk masing-masing kategori. Ayam tipe berat juga mengkonsumsi 3,66 % lebih banyak pakan / g massa telur dari ayam tipe ringan (Bish, et al, 1985). Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Bobot Badan pada Ayam Komersial Isa Brown Sumber : Isa (2011) Secara ringkas, pullet adalah ayam yang dipelihara di umur 0-16 minggu. Pendapat lain menyatakan bahwa pullet adalah ayam masa DOC hingga masa bertelur di bawah 5%. Ada satu rumus yang dapat digunakan dalam membentuk pullet berkualitas. Rumus tersebut adalah : P = (G + N + E) x M
5 Keterangan : P : potency atau productivity / potensi atau produktivitas pullet G : genetic / genetik pullet N : nutrition / nutrisi yang diasup pullet E : environment / kondisi lingkungan M : management / manajemen pemeliharaan Ketiga faktor tersebut harus dikelola dalam satu manajemen yang baik agar potensi di dalam tubuh ayam muncul dengan optimal yaitu: 1. Tumbuh lebih cepat dengan kematangan seksual lebih awal 2 minggu sehingga lebih cepat berproduksi 2. Berat badan lebih kecil 5% dan konsumsi pakan lebih rendah 10% sehingga FCR total lebih rendah 3. Puncak produksi (peak performance) 2-3% lebih tinggi 4. Henday (HD) >90%, 8 minggu lebih lama 5. Berat telur lebih besar 5% (Medion, 2009). Tabel 1. Perkembangan Normal Bobot Badan, Konsumsi Pakan dan Produksi Telur Ayam Petelur Coklat. Umur Rata-rata Konsumsi pakan Produksi (minggu) BB/kg/ekor Harian (g/ekor) Total (g) (%) ,07-4 0, ,65-8 0, , , , , , , , , ,81 5 (Japfa, 2001).
6 Seleksi Bobot badan Ayam dan Keseragaman Dengan seleksi dan pemberian gizi yang tepat, masa produksi telur dapat diperpanjang sampai hampir merupakan proses terus menerus sehingga seekor ayam betina hampir bertelur tiap hari sepanjang tahun, tanpa masa meranggas bulu. Sebagai akibatnya produksi telur ayam dan itik menjadi suatu industri yang luas di seluruh dunia guna menghasilkan makanan manusia dengan kualitas tinggi (Tillman, dkk, 1991). Keberhasilan suatu usaha peternakan ditandai dengan lengkapnya tiga faktor yang menjadi satu kesatuan yang sangat berpengaruh yaitu bibit, pakan dan manajemen pemeliharaan, dimana masing-masing faktor berperan sebesar 20% bibit, 30% pakan dan manajemen sebesar 50%. Salah satu faktor yang kurang diperhatikan oleh peternak adalah pengawasan dan pengontrolan pada faktor manajemen, yaitu pengontrolan bobot badan dan seleksi. Peternak jarang yang memperhatikan bobot badan awal pemeliharaan. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dari unggas apakah sudah sesuai dengan standar dari strain-nya atau tidak, maka perlu dilakukan penimbangan secara rutin. Seleksi pada ayam pullet sangat penting dilakukan pada semua peternakan, karena dengan seleksi kita memperoleh ayam-ayam yang seragam dalam hal performan. Dengan melakukan seleksi bobot badan maka bobot badan ayam yang dihasilkan akan seragam sehingga ternak akan mengalami dewasa kelamin secara bersamaan dan ini akan memungkinkan ayam memulai bertelur pada waktu yang bersamaan tepat pada waktunya (Malik dan Rahmawati, 2006). Dalam hal teknologi, khususnya dalam bidang perunggasan, dalam kurun
7 waktu 30 tahun terakhir ini juga berkembang sangat mengesankan. Ini terjadi di berbagai negara termasuk Indonesia. Dibandingkan tahun 1980-an saja perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) peternakan sangat terasa manfaatnya bagi masyarakat peternak. Perkembangan ini dapat diperoleh peternak karena mutu genetik ayam terus meners ditingkatkan oleh para pakar genetika. Seiring dengan itu, formulasi pakan yang dijual pabrik pun berubah mengikuti perkembangan mutu genetik ayam (Suharno, 1999). Penyeleksian minimum dilakukan sebanyak tiga kali. Pertama, pada anak ayam yang berumur 7 hari. Anak ayam yang kerdil dan cacat diafkir. Kedua, pada saat ayam berumur 35 hari dilakukan seleksi secara total dan dipisah menjadi tiga grade, yaitu grade A, B, dan C. Caranya, diambil 10% anak ayam secara acak, lalu dihitung berat rata-ratanya. Berat rata-rata tersebut dijumlah dengan plus minus 10% berat badan rata-rata. Berat yang diatas berat rata-rata plus 10% termasuk grade A. Berat yang masuk kisaran plus minus 10% termasuk grade B. Berat dibawah kisaran tersebut termasuk grade C. Contohnya berat rata-rata ayam hisex brown berumur 35 hari adalah 360 gram/ ekor. Sepuluh persen (10%) dari berat badannya adalah 36 gram/ ekor, sehingga nilai plusnya 396 gram/ ekor dan nilai minusnya 324 gram/ ekor. Dengan demikian, ayam yang mempunyai berat badan diatas 396 gram/ ekor termasuk grade A, yang mempunyai berat gram/ ekor termasuk grade B, dan yang mempunyai berat dibawah 324 gram/ ekor termasuk grade C. Perlu juga diketahui pembagian grade ditujukan hanya untuk memudahkan penanganan selanjutnya. Ayam yang termasuk grade A bukan berarti ayam tersebut akan mempunyai penampilan terbaik. Berdasarkan pengamatan lapangan, ayam grade B pada masa produksi telur justru lebih tepat
8 dewasa kelaminnya dan produksi telurnya lebih tinggi secara persentase dan kualitas. Ayam yang masuk grade C biasanya paling bermasalah, walaupun produksi puncak bisa diatas 90% (Johari, 2004). Seandainya melakukan penimbangan biasanya cukup mengambil sample 10% jarang yang melakukan penimbangan secara total. Padahal penimbangan secara total akan mempunyai keuntungan yaitu bisa langsung dilakukan seleksi yaitu ayam-ayam yang bobot badannya kurang dari standar dan melebihi standar disisihkan tersendiri. Kemudian masing-masing mendapat perlakuan tersendiri dengan target menjelang produksi mendapat bobot badan yang seragam, sehingga ayam dapat berproduksi secara bersamaan dan puncak produksi dapat dicapai lebih awal dan lebih tinggi. Ayam yang bobot badannya kurang dari standar bisa dipacu dengan meningkatkan kandungan nutrisi/protein pakan sedangkan ayam bobot badannya melebihi standar diberi pakan dengan mengurangi kandungan proteinnya (Leeson and Summers, 1997). Berat badan ayam bertambah seiring dengan meningkatnya umur ayam. Ayam yang terlalu cepat dewasa (early maturity) biasa menghasilkan telur yang lebih banyak, tetapi dengan berat rata-rata telur yang lebih rendah. Sedangkan ayam yang terlambat dewasa bobot badannya masih dibawah standar pada saat dewasa kelamin. Ayam ini akan menghasilkan telur yang lebih sedikit dan awal bertelur yang mundur, puncak produksi lebih rendah, tetapi berat rata-rata telur lebih besar. Untuk mengetahui berat badan ayam dan keseragamannya maka perlu dilakukan penimbangan ayam sebanyak 10% dari total ayam setiap minggu atau setidak-tidaknya setiap 2 minggu. Cara perhitungan keseragaman diambil kurang lebih 10% dari berat rata-rata. Keseragaman yang baik adalah lebih dari 80%. Bila
9 keseragaman telah bagus maka selanjutnya perlu dilihat berat rata-rata ayam. Tabel 2. Ukuran keseragaman pada ayam ras petelur Nilai Hasil > 60 dan < 70 Kurang > 70 dan < 74 Cukup > 74 dan < 80 Standar > 80 dan < 86 Bagus > 86 Sangat Bagus (Sudaryani dan Santosa, 1999). Keseragaman menjadi ukuran variabilitas ayam dalam suatu populasi. Keseragaman ayam petelur dapat dikelompokan menjadi tiga bagian, yaitu: 1) Keseragaman Bobot Badan Seragam diartikan berat badan sebagian besar ayam sama sesuai dengan standar. Sebaiknya saat grower berat badan minimal sama atau melebihi target manual management guide, karena saat ayam mulai menghasilkan telur sampai puncak produksi (periode kritis), biasanya mengalami stres disebabkan target produksi telur yang harus meningkat drastis menuju puncak, berat atau ukuran telur pun harus bertambah dan tak ketinggalan pertambahan berat badan. Namun berat badan ayam yang terlalu besar juga bukan sebuah keuntungan. Berat badan yang terlalu gemuk akan mengakibatkan timbunan lemak di daerah perut. Kondisi ini akan mengurangi elastisitas saluran telur (tertahan oleh lemak), akibatnya saat terjadi kontraksi saluran telur relatif sulit kembali ke posisi semula. Kondisi ini yang akan memicu munculnya kasus prolapse. 2) Keseragaman Kerangka Tubuh
10 Ukuran kerangka yang optimal sangat berpengaruh terhadap produksi dan kualitas telur. Saat proses pembentukan telur, kalsium pada kerangka tubuh akan diambil untuk dideposisikan pada kerabang telur. Setelah selesai, kerangka ini akan dibentuk kembali dengan suplai kalsium dan fosfor dari ransum. Kerangka tubuh yang kecil akan mensuplai kalsium dalam jumlah kecil. Kondisi ini akan mengakibatkan ukuran telur menjadi kecil. 3) Keseragaman Kematangan Seksual Kematangan seksual yang terjadi secara serempak sangat diperlukan agar puncak produksi segera tercapai dan bisa bertahan lama. Saat ayam ada yang mulai berproduksi telur, kita harus segera memberikan stimulasi pencahayaan agar produksi telur dapat berlangsung secara serempak. Kematangan seksual (dewasa kelamin) ini haruslah diselaraskan dengan kedewasaan tubuh (berat badan) (Sierad, 2014). Culling adalah memilih ayam dewasa untuk dipisahkan dan tidak dipelihara lagi. Ayam yang tidak memberikan produksi telur dengan memuaskan atau sudah tidak berproduksi lagi, lebih baik jangan dipelihara terus. Karena tidak menguntungkan. Dengan melakukan pengafkiran akan dihemat biaya pengeluaran untuk ransum, menghemat tempat (kandang) dan menghemat tenaga yang digunakan untuk merawat. Sebetulnya pengafkiran ini boleh dilakukan setiap saat, tetapi bila terlalu sering akan merugikan. Karena sering ditangkap, tentu ayam akan stress ( Yahya, 1986). Dalam memenuhi kebutuhan bibit anak ayam maka diharapkan untuk mendapatkan bibit unggul. Dengan banyaknya strain ayam yang beredar, maka perlu dilakukan pemilihan pada bibit ayam atau strain yang akan dipelihara.
11 Pendekatan yang perlu diperhatikan ialah : a. Pendekatan keturunan yang ditinjau dari bibit dan pembibit Strain ayam sebagai bibit unggul yang dihasilkan oleh pembibit merupakan final stock yang umumnya diarahkan pada pertumbuhan cepat, daya hidup baik dan produktivitas tinggi. Pada bibit anak ayam/ strain yang baik harus mempunyai fakta historis sebagai berikut (pada ayam petelur) : - Produksi telur ayam rata-rata tidak kurang dari 20 butir per bulan per ekor selama periode satu tahun pertama. - Konversi sekitar 2,7 (untuk menghasilkan 1 kg telur diperlukan makanan 2,7 kg) - Mortalitas rendah dan kualitas telur baik. Disamping fakta historis dari bibit, maka perlu juga diperhatikan fakta historis dari pembibit (breeder) dengan penekanan secara seleksi bibit, sumber bibit induk (parent stock) resmi, ransum makanan yang baik, pencegahan penyakit, cara penetasan dan organisasi yang teratur. b. Pendekatan seleksi berdasarkan observasi penglihatan Fisik ternak tampak adanya kelincahan, mata cerah, bulu halus rapi, uniform dan bebas dari kelainan fisik (disqualification). Ditinjau dari kesehatan ayam tampak berotot padat, cepat menanggapi gangguan luar, tubuh sempurna, aktif mencari makanan dan minuman serta kondisi kotoran baik. c. Pendekatan berdasarkan pegangan Ayam-ayam yang sehat akan serasa padat otot-ototnya dan memiliki bobot yang baik. Berdasarkan pengalaman bahwa anak ayam yang memiliki bobot badan kurang dari standar banyak menimbulkan kematian menjelang umur satu bulan dan bagi yang masih hidup menunjukkan konversi makanan yang terlalu
12 tinggi (Wiharto, 1985). Pakan Ayam Ras Petelur (Commercial Layer) Berbeda dengan ayam broiler, ayam petelur tidak mengenal sistem ad libitum. Jumlah pemberian pakan perlu mendapat perhatian khusus supaya ayam memperoleh jatah pakan yang sesai dengan kebutuhannya tanpa menggangu performan produksi tetapi juga tidak boros. Ada tiga macam pakan untuk ayam petelur yaitu : 1) Starter (untuk ayam muda hingga umur delapan minggu), 2) Grower (untuk ayam dara mulai umur 9 hingga 20 minggu) dan 3) Layer (untuk ayam petelur yang sedang berproduksi, yaitu mulai umur 21 minggu hingga saat diafkir pada umur minggu). Pada masa sebelum berproduksi untuk ayam muda dan ayam dara pengontrolan dan pengecekan dilakukan setiap minggu terhadap : berat badan, keseragaman (uniformity) dan temperatur lingkungan. Sedangkan pada masa produksi apabila pakan yang diberikan kurang dari porsinya, ayam akan mudah terserang penyakit, terjadi penurunan bobot badan serta cenderung timbul sifat kanibal dan sebaliknya (Kartadisastra, 1994). Tingkat protein yang optimum bagi anak ayam petelur di Indonesia sebesar 23% protein kasar pada tingkat energi metabolisme sebesar 2800 kkal/kg. Tingkat protein yang baik untuk ayam remaja adalah sebesar 18,5% protein kasar pada tingkat energi metabolisme sebesar 3080 kkal/kg. Tingkat protein yang baik pada masa bertelur fase produksi ke-1 sebesar 18% protein kasar pada tingkat energi metabolisme sebesar 2850 kkal/kg. Tingkat protein yang baik pada masa bertelur fase produksi ke-2 sebesar 15% protein kasar hingga saatnya ayam diafkir (Rasyaf, 1997).
13 Jumlah makanan ayam yang mampu dihabiskan oleh ayam sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : a) Kondisi lingkungan (suhu) b) Bobot badan ayam c) Jumlah rata-rata produksi telur d) Kualitas makanan (kandungan protein dan energi) (Sudarmono, 2003). Tabel 3. Jumlah makanan yang harus diberikan kepada ayam petelur Umur Rata-rata Berat Pakan yang digunakan Feed per hari Ayam Badan (Mg) (g) (gram) Pre-starter 520S Energi : kkal/kg Protein : 21,8-23,8% Starter Energi : kkal/kg Protein : 19-21% K Energi : kkal/kg Protein : 16-18% Transisi Penggantian Pakan / 324 K Energi : kkal/kg Protein : 17-19% Sumber : Manual Manajemen Layer CP 909 (2010)
14 Produksi Telur Produksi telur strain ISA brown tinggi, yaitu mencapai 300 butir per tahun. Kulit telurnya berwarna cokelat dengan ukuran besar, yaitu dapat mencapai berat sekitar 60 gram/ butir. Ayam betina dewasa dapat mencapai berat 2,3-3,0 kg. Bulu ayam jantan berwarna merah dengan hiasan kuning, sedangkan ayam betina berwarna merah (Suprijatna, 2005). North and Bell (1990) menyatakan bahwa pengukuran produksi telur biasanya dinyatakan dengan hen-day. Masa produksi telur dihitung sejak ayam mencapai produksi telur 5% hen-day. Hen-day merupakan ukuran produksi telur ayam yang hidup pada periode tertentu, yaitu membandingkan jumlah telur total yang dihasilkan pada periode tertentu dengan jumlah ayam yang hidup pada periode tertentu. Produksi telur pada ayam dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu kondisi awal ayam pada saat mulai bertelur dan potensi tumbuh ayam dari awal bertelur sampai puncak produksi (Isa, 2006). Ayam dewasa kelamin pada umur 19 minggu dan ditandai dengan telur pertama. Pada prinsipnya produksi akan meningkat dengan cepat pada bulanbulan pertama dan mencapai puncak produksi pada umur 7 sampai 8 bulan (Malik, 2003). Kenaikan produksi HD atau HHP yang stabil dimulai dari umur minggu atau mencapai titik puncak pada umur minggu, hal ini disebabkan karena tingkat produksi ayam meningkat pada awal siklus pertama. Biasanya Kenaikan HDP dan HHP tidak sesuai dengan standar yang ada, hal ini disebabkan karena faktor ketidakseragaman berat badan ayam. Jika berat badan
15 ayam seragam, maka pertumbuhan dan dewasa kelaminnya akan seragam, sehingga nantinya ayam akan seragam bertelur. Waktu awal bertelur pada ayam erat sekali kaitannya dengan umur kedewasaannya. Ayam tidak akan bertelur sebelum dewasa kelamin atau cukup usia (Syamsuharlin, 2011) Besar telur diawasi oleh berbagai faktor, termasuk genetik, tingkatan dewasa kelamin, umur, beberapa obat dan beberapa zat makanan. Faktor makanan paling penting yang diketahui mempengaruhi besar telur adalah terdapatnya protein dan asam amino dalam ransum dan asam linoleat. Karena sekitar 50% bahan kering telur adalah protein, penyediaan asam amino adalah penting untuk produksi telur. Suatu pengurangan menyolok dalam besar telur dapat ditimbulkan pada defisiensi asam linoleat. Pada defisiensi parah, telur yang dihasilkan ayam dewasa kelamin, beratnya hanya sekitar 40 gram dibandingkan dengan berat 60 gram dari telur berasal ayam kontrol (Anggorodi, 1985). Romanoff and Romanoff (1963) menyatakan bahwa ada hubungan antara umur ayam dengan produksi telur. Setelah mencapai puncak produksi, dengan semakin bertambahnya umur ayam, produksi telur mengalami penurunan secara bertahap. Hal ini erat hubungannya dengan kecepatan penurunan aktifitas metabolisme pada organ-organ tubuh dan jaringan.
16 Gambar 2. Grafik Produksi Telur pada Ayam Komersial Isa Brown Sumber : Isa (2011) Tiga parameter yang lazim dijadikan tolok ukur performan ayam petelur adalah data hen day (HD), feed conversion ratio (FCR) dan tingkat kematian. Dari ketiga parameter tersebutlah bisa diketahui apakah hasilnya sesuai atau bahkan melebihi standar (target performan) dari perusahaan pembibit (Infovet, 2008). Berat telur Secara normal telur ayam mempunyai bobot antara g/butir. Ukuran ovum, intensitas bertelur dan nutrisi dalam ransum juga mempengaruhi ukuran telur. Telur mempunyai ukuran yang besar pada intensitas bertelur yang rendah (Campbell et al., 2003). Ukuran telur merupakan faktor genetik, hal ini berhubungan dengan kemampuan ayam untuk menghasilkan telur besar, medium atau kecil. Umur dewasa kelamin juga mempengaruhi bobot telur. Ayam dara (pullet) yang ketika bertelur pertama telurnya besar maka akan besar selama periode produksi telur. Ukuran ayam dalam satu kelompok yang besar akan menghasilkan telur dengan
17 rataan yang besar. Bagaimanapun juga ayam dalam satu kelompok bobotnya selalu seragam sehingga akan menghasilkan telur yang seragam pula (North and Bell, 1990). Ayam petelur yang mengalami masak kelamin dini memiliki ukuran telur yang relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan ayam petelur yang mencapai masak kelamin lebih lambat. Intensitas bertelur juga mempengaruhi bobot telur. Telur yang kecil sangat mungkin dihasilkan selama periode peneluran untuk produksi telur yang tinggi. Selama tahun pertama bertelur, bobot dan produksi telur meningkat secara simultan. pengaruh penurunan protein ransum dari 21-12% akan mengurangi bobot telur dari 53,8 menjadi 52,9 gram. Waktu telur dikeluarkan juga berpengaruh terhadap bobot telur. Telur yang dikeluarkan sebelum jam 9 pagi lebih besar 2,5% dibandingkan dengan telur yang dikeluarkan lebih dari jam 2 siang. (Romanoff and Romanoff, 1963). Menurut Amrullah (2004) bahwa ayam pada awal periode bertelur cenderung menghasilkan telur yang ukurannya lebih kecil dan secara bertahap akan bertambah sejalan dengan makin tuanya umur ayam, tetapi kenaikan ini tidak seragam. Awalnya meningkat sangat jelas ukurannya untuk kemudian hanya sedikit berubah dan konstan. Mude (1987) melaporkan, bahwa besar dan berat telur dapat dipengaruhi oleh suhu lingkungan dimana telur itu di tempatkan dan berat maksimum dapat dicapai pada suhu lingkungan yang rendah dan berat terendah di atas suhu 29 o C. Bobot badan mempunyai korelasi yang tinggi terhadap bobot telur. Bobot yang besar akan menghasilkan telur yang besar pula (North and Bell, 1990; Campbell et al., 2003).
18 Ukuran telur dapat meningkat dengan meningkatnya protein ransum. Peningkatan kandungan protein ransum dari 17-21% atau dengan penambahan lemak 4% dapat meningkatkan bobot telur ayam (Nakajima and Keshaverz, 1995). Bobot telur dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya genetik, umur saat dewasa kelamin, suhu lingkungan, tipe kandang, pakan, air dan penyakit (Ensminger, 1992). Menurut Anggorodi (1995), faktor yang mempengaruhi besar telur adalah tingkat dewasa kelamin, protein dan asam amino yang cukup dalam ransum. Faktor lain yang mempengaruhi besar telur adalah kandungan kalsium dan fosfor dalam ransum. Sejak pertama kali ayam bertelur, yaitu ketika mencapai umur 18 minggu hingga afkir, ukuran dan berat telur memang tidak akan sama pada setiap harinya. Ukuran dan berat telur secara garis besar dipengaruhi oleh faktor genetik. Meskipun demikian, faktor manajemen dapat pula terlibat dalam menentukan besar kecilnya telur. Faktor-faktor manajemen tersebut terdiri dari 3 hal yaitu berat badan, tingkat kematangan seksual dan nutrisi ransum. a. Berat badan Berat badan berkorelasi positif dengan ukuran telur. Saat pertama kali bertelur, pullet yang memiliki berat badan di bawah standar akan memproduksi telur dengan ukuran lebih kecil. Demikian sebaliknya, pullet dengan berat badan di atas standar saat pertama kali bertelur, akan menghasilkan telur yang lebih besar ukurannya. b. Tingkat kematangan seksual
19 Faktor ini juga berhubungan dengan berat badan, namun secara umum ayam yang mengalami kematangan seksual terlalu dini (belum cukup umur) akan memproduksi telur dengan ukuran kecil. Demikian juga sebaliknya ketika kematangan seksual terlambat, maka ayam akan memproduksi telur dengan ukuran besar (abnormal) c. Nutrisi ransum Ukuran dan berat telur sangat besar dipengaruhi oleh nutrisi ransum seperti protein, asam amino tertentu seperti methionine dan lysine, energi, lemak total dan asam lemak esensial seperti asam linoleat. (Medion, 2012). Di Amerika Serikat, klasifikasi telur didasarkan pada beratnya. Berikut ini klasifikasi telur berdasarkan beratnya : Tabel 4. Klasifikasi telur berdasarkan beratnya Klasifikasi Berat/ Butir (g) Jumbo 68,5 Sangat besar 61,4 Besar 54,3 Medium 47,2 Kecil 40,2 Pee wee < 40 Sumber : Sudaryani, 1996 Hormon Estrogen Estrogen adalah hormon tipe steroid yang dihasilkan oleh ovary. Estrogen dapat merangsang pertumbuhan dan diferensiasi saluran reproduksi betina (Ensminger, 1992).
20 Setijanto (1998) menyatakan bahwa pada saat mendekati dewasa kelamin, ovarium akan mengeluarkan lebih banyak hormon estrogen. Hal ini menyebabkan perkembangan oviduct yang cepat menjadi suatu alat yang panjangnya cm dan siap mengeluarkan albumin, selaput-selaput telur dan kerabang untuk melengkapi telur. Estrogen berfungsi menginduksi diferensiasi sel yang mensintesis protein putih telur, seperti ovalbumin dam lisozim. Untuk dapat menghasilkan 365 butir telur per tahun, diperlukan metabolisme kalsium yang hebat. Kandang Kandang baterai sangat cocok diterapkan pada peternakan ayam petelur. Telur yang dihasilkan akan lebih bersih. Bahkan kesehatan ayam dapat terkontrol. Ini disebabkan pakan yang diberikan cukup untuk satu ekor, tidak ada persaingan antar ayam. Kelemahan dari kotak kandang seperti ini adalah pengontrolan produksi dan kesehatan ayam tidak dapat dilakukan dengan baik. Kelebihannya antara lain : pengontrolan produksi, kesehatan, dan pakan mudah dilakukan serta persaingan konsumsi dan kanibalisme ayam dapat dihindari (Lubis dan Paimin, 2001).
TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Ayam Ras petelur Ayam ras petelur merupakan tipe ayam yang secara khusus menghasilkan telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping (by product) berupa anak ayam jantan petelur. Biasanya, satu hari setelah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Petelur Fase Grower Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras dan tidak boleh disilangkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Ras Petelur Tipe Medium Ayam petelur merupakan ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Jenis ayam ini merupakan spesies Gallus domesticus.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wiharto (2002) a yam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Menurut Wiharto (2002) a yam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Suprijatna (2005) menyatakan bahwa ayam pada awalnya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Berdasarkan bobot maksimum yang dapat dicapai oleh ayam terdapat tiga tipe ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan (Babcock,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure Line atau ayam
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure Line atau ayam galur murni, ayam pembibit Great Grand Parent Stock atau ayam pembibit buyut, ayam pembibit
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya (Sudaryani dan Santosa, 2000). Menurut Suharno (2012)
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pebibit Ayam pebibit adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan keturunan yang mempunyai kualitas genetik yang sama atau lebih unggul dari tetuanya
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsumsi Pakan Konsumsi pakan puyuh adalah jumlah ransum yang dikonsumsi oleh puyuh dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat energi dan palabilitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut, masyarakat akan cenderung mengonsumsi daging unggas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkembangan dunia peternakan saat ini khususnya perunggasan di Indonesia semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru peternakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Burung Puyuh Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa burung liar yang mengalami proses domestikasi. Ciri khas yang membedakan burung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan telur terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Untuk memenuhi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium, karena pertumbuhan ayam jantan tipe medium berada diantara ayam petelur ringan
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAN. macam yaitu tipe ringan dengan ciri warna bulu putih bersih, badan ramping serta
II KAJIAN KEPUSTAKAN 2.1 Ayam Ras Petelur Ayam ras petelur adalah jenis ayam yang sangat efisien untuk menghasilkan telur (Yamesa, 2010). Tipe ayam ras petelur pada umumnya dibagi menjadi dua macam yaitu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock dan merupakan hasil pemeliharaan dengan metode perkawinan tertentu pada peternakan generasi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707
TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah yang biasa digunakan untuk menyebutkan ayam hasil budidaya teknologi peternakan dengan menyilangkan sesama jenisnya. Karekteristik ekonomi dari
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Mikro Kandang Kandang Penelitian Kandang penelitian yang digunakan yaitu tipe kandang panggung dengan dinding terbuka. Jarak lantai kandang dengan tanah sekitar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari strain-strain hasil produk dari perusahaan pembibitan. Ayam ras
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam ras petelur yang banyak dipelihara saat ini adalah ayam ras petelur yang berasal dari strain-strain hasil produk dari perusahaan pembibitan. Ayam ras petelur
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perunggasan merupakan komoditi yang secara nyata mampu berperan dalam pembangunan nasional, sebagai penyedia protein hewani yang diperlukan dalam pembangunan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Manajemen Pemeliharaan Breeder Strain broiler breeder yang digunakan dalam penelitian ini ialah Cobb 500, Ross 308 dan Hubbard Classic. Ayam ayam tersebut dipelihara di kandang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Ayam Ras Petelur Ayam ras petelur merupakan tipe ayam yang secara khusus menghasilkan telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang dikembangkan pada tipe
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kampung Ayam kampung dikenal sebagai jenis unggas yang mempunyai sifat dwi fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong. Wahju (2004) yang menyatakan bahwa Ayam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam petelur adalah berasal dari ayam hutan yang ditangkap
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Selama penelitian pada masa adaptasi terjadi kematian delapan ekor puyuh. Faktor perbedaan cuaca dan jenis pakan serta stres transportasi mungkin menjadi penyebab kematian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Konsumsi Ransum Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk hidup pokok dan produksi. Konsumsi ransum adalah jumlah ransum yang dihabiskan oleh ternak pada
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi
I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam Pedaging adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat,
Lebih terperinciPROTER UNGGAS PETELUR MK PROTER UNGGAS SEMESTER V PS PROTER 16 DESEMBER 2014
PROTER UNGGAS PETELUR MK PROTER UNGGAS SEMESTER V PS PROTER 16 DESEMBER 2014 ISTILAH-ISTILAH Grand parent stock= ayam nenek Parent stock= ayam induk Commercial stock= ayam komersial Feed supplement = pakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking
TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. tetas dan ruang penyimpanan telur. Terdapat 4 buah mesin tetas konvensional dengan
19 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Pusat Pembibitan Puyuh Penelitian ini telah dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Pusat pembibitan ini terdiri atas
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Probiotik
TINJAUAN PUSTAKA Probiotik Probiotik sebagai pakan tambahan berupa mikroorganisme yang mempunyai pengaruh menguntungkan untuk induk semangnya melalui peningkatan keseimbangan mikroorganisme usus (Fuller,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat di pedesaan. Ternak itik sangat potensial untuk memproduksi telur
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, kebutuhan masyarakat akan protein hewani semakin meningkat. Hal ini seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat
Lebih terperinciGambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Lingkungan Tempat Penelitian Pemeliharaan puyuh dilakukan pada kandang battery koloni yang terdiri dari sembilan petak dengan ukuran panjang 62 cm, lebar 50 cm, dan tinggi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Rataan performa produksi meliputi produksi telur, bobot telur, dan konversi pakan) Coturnix-coturnix japonica dengan penambahan Omega-3 dalam pakan ditampilkan pada Tabel 4. Tabel
Lebih terperinci[Evaluasi Hasil Produksi Ternak Unggas]
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Evaluasi Hasil Produksi Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan peternakan merupakan salah satu aspek penting dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan peternak.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ayam betina mempunyai alat repruduksi yang terdiri dari oviduct dan ovary.
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fisiologi Produksi Telur Ayam betina mempunyai alat repruduksi yang terdiri dari oviduct dan ovary. Oviduct ayam terdapat dari dua buah, tapi hanya sebelah kiri yang berkembang,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan bobot tubuh yang dapat dicapai oleh ayam, maka dikenal tiga tipe
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Ayam Jantan Tipe Medium Berdasarkan bobot tubuh yang dapat dicapai oleh ayam, maka dikenal tiga tipe ayam, yaitu ayam tipe ringan (diantaranya Babcock, Hyline, dan Kimber);
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau
I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai oleh masyarakat. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau konsumen lebih banyak memilih
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang penting diperhatikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari. modern mencapai di bawah dua (Amrullah, 2004).
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam broiler modern tumbuh sangat cepat sehingga dapat di panen pada umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari tingkah laku makannya yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian DOC yang dipelihara pada penelitian ini sebanyak 1000 ekor. DOC memiliki bobot badan yang seragam dengan rataan 37 g/ekor. Kondisi DOC sehat dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ringan ini mempunyai badan yang ramping/kurus mungil/kecil dan mata
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Tipe ayam petelur ada tiga yaitu tipe ringan, tipe medium dan tipe berat.tipe ayam ringan disebut dengan ayam petelur putih.ayam petelur tipe ringan ini mempunyai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. biaya dalam wujud investasi (modal investasi) maupun biaya produksi. Pakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha peternakan ayam layer (petelur) tidak terlepas dari biaya, baik itu biaya dalam wujud investasi (modal investasi) maupun biaya produksi. Pakan merupakan komponen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit merupakan ayam penghasil bibit final stock pada ayam
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Ayam pembibit merupakan ayam penghasil bibit final stock pada ayam komersial serta hasil pemeliharaan dengan perkawinan tertentu pada peternakan generasi grand
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh
TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh Puyuh merupakan salah satu komoditi unggas sebagai penghasil telur dan daging yang mendukung ketersediaan protein hewani yang murah serta mudah didapat (Permentan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat yang semakin meningkat, sejalan dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Ayam bibit adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan keturunan yang mempunyai kualitas genetik yang sama atau lebih unggul dari tetuanya.
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsumsi ransum Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu. Ransum yang dikonsumsi oleh ternak digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Ayam Sentul Ayam lokal merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetik perunggasan di Indonesia. Ayam lokal merupakan hasil domestikasi ayam hutan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. komoditas utamanya adalah telur. Jenis puyuh peteur ini mayoritas diternakan di
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Puyuh Jepang (Cortunix-cortunix japonica) merupakan unggas kecil yang komoditas utamanya adalah telur. Jenis puyuh peteur ini mayoritas diternakan di Indonesia untuk produksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu unggas yang sangat efisien dalam menghasilkan daging dan digemari oleh masyarakat Indonesia
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,
I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Ras Pedaging Menurut Indro (2004), ayam ras pedaging merupakan hasil rekayasa genetik dihasilkan dengan cara menyilangkan sanak saudara. Kebanyakan induknya diambil dari Amerika
Lebih terperinciPENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam lokal merupakan jenis ayam yang banyak dipelihara orang di Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Ayam lokal telah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telur merupakan bahan pangan berkualitas, telah lama diketahui bahwa telur mempunyai kandungan asam amino yang sangat baik serta memiliki nilai protein tinggi. Hanya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein hewani yang dibutuhkan bagi hidup, tumbuh dan kembang manusia. Daging, telur, dan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Ransum Ransum penelitian disusun berdasarkan rekomendasi Leeson dan Summers (2005) dan dibagi dalam dua periode, yakni periode starter (0-18 hari) dan periode finisher (19-35
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemeliharaan Ayam Salah satu syarat keberhasilan dalam pemeliharaan pembibitan ayam yaitu kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi untuk
Lebih terperinciIII. KEBUTUHAN ZAT-ZAT GIZI AYAM KUB. A. Zat-zat gizi dalam bahan pakan dan ransum
III. KEBUTUHAN ZAT-ZAT GIZI AYAM KUB A. Zat-zat gizi dalam bahan pakan dan ransum Jenis dan fungsi zat-zat gizi yang dibutuhkan ayam telah disampaikan pada Bab II. Ayam memperolah zat-zat gizi dari ransum
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi, permintaan masyarakat akan produkproduk peternakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan konsumen terhadap produk hasil ternak juga meningkat. Produk hasil ternak yang dipilih
Lebih terperinciANALISIS REGRESI DAN KORELASI ANTARA SELEKSI BOBOT BADAN FASE STARTER TERHADAP PRODUKSI AYAM RAS PETELUR TIPE MEDIUM
ANALISIS REGRESI DAN KORELASI ANTARA SELEKSI BOBOT BADAN FASE STARTER TERHADAP PRODUKSI AYAM RAS PETELUR TIPE MEDIUM (Regression and Correlation Analysis between Starter Body Weight Selection Against Layer
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler adalah ayam yang dipelihara untuk menghasilkan daging. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen pada umur
Lebih terperinciPENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh (Coturnix coturnix japonica) merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang pertama
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan, dan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya gizi bagi kesehatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam petelur memiliki keunggulan dan kelemahan, keunggulan ayam petelur yaitu memiliki
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor
29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Telur Tetas Itik Rambon Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor dengan jumlah itik betina 42 ekor dan itik jantan 6 ekor. Sex ratio
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.
I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Peternakan puyuh di Indonesia saat ini cukup berkembang, hal ini karena semakin banyaknya usaha peternakan puyuh baik sebagai usaha sampingan maupun usaha utama untuk memenuhi
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Hasil penelitian menunjukkan data nilai rataan konsumsi ransum ayam Sentul Warso dari tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Break Even Point (BEP) Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total cost. Terjadinya titik pulang pokok tergantung pada lama arus penerimaan sebuah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Performa adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan selama penelitian. Performa ayam petelur selama penelitian disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Rataan Performa
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium dan Kandang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas Laboratorium Lapang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang dilaksanakan
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Burung Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang pertama kali diternakkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur merupakan ternak unggas petelur yang banyak dikembangkan di Indonesia. Strain ayam petelur ras yang dikembangkan di Indonesia antara lain Isa Brown,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan (telur, daging, dan susu) terus meningkat. Pada tahun 2035
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ternak ayam merupakan komuditas peternakan yang paling banyak dipelihara oleh petani-peternak di pedesaan. Produk komuditas peternakan ini adalah sumber protein hewani
Lebih terperinciPeningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan. bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari. Hal ini berdampak
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 1.1 Puyuh Jepang dan Klasifikasinya Burung puyuh liar banyak terdapat di dunia, nampaknya hanya baru Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut Nugroho
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. (Setianto, 2009). Cahaya sangat di perlukan untuk ayam broiler terutama pada
7 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cahaya Untuk Ayam Broiler Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan ayam, karena cahaya mengontrol banyak proses fisiologi dan tingkah laku ayam (Setianto,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk hasil peternakan yang berupa protein hewani juga semakin meningkat. Produk hasil
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Definisi Puyuh ( Coturnix Coturnix Japonica) Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan terus berkembang hingga ke penjuru dunia, dikenal dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk serta semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap tahunnya. Konsumsi protein
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk akhir ayam ras (Sudaryani dan Santoso, 2002). Ayam petelur dibagi
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Ayam Petelur Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk menghasilkan telur dan tidak boleh disilangkan kembali karena merupakan produk akhir ayam ras (Sudaryani
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN KARAKTERISTIK PRODUKTIVITAS Bobot Badan dan Pertambahan Bobot Badan Pertumbuhan itik Cihateup yang terjadi akibat perubahan bentuk dan komposisi tubuh dapat diketahui dengan melakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. banyak dan menyebar rata di seluruh daerah Indonesia. Sayang, ayam yang besar
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam kampung sudah lama dikenal dan akrab dengan lidah masyarakat Indonesia. Telur dan dagingnya sudah lama digemari orang. Populasinya pun cukup banyak dan menyebar rata
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil
TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. pertama kali diternakkan di Amerika Serikat pada tahun 1870.
7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang pertama kali
Lebih terperinciPerforma Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase
PERFORMA PERTUMBUHAN PUYUH (Coturnix coturnix japonica) PETELUR BETINA SILANGAN WARNA BULU COKLAT DAN HITAM DI PUSAT PEMBIBITAN PUYUH UNIVERSITAS PADJADJARAN GROWTH PERFORMANCE (Coturnix coturnix japonica)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Ras Pedaging (Broiler) Ayam Ras pedaging (Broiler) adalah ayam jantan dan betina muda yang umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam Bangkok merupakan jenis ayam lokal yang berasal dari Thailand dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada daya adaptasi tinggi karena
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kampung Ayam kampung adalah ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam hutan merah yang telah berhasil dijinakkan. Berawal dari proses evolusi dan domestikasi, maka
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras adalah jenis ayam-ayam unggul impor yang telah dimuliabiakan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Ayam Broiler Ayam ras adalah jenis ayam-ayam unggul impor yang telah dimuliabiakan untuk tujuan produksi tertentu (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010). Ayam ras
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya di panen pada umur 4-5 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan selama penelitian dapat. Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Konsumsi Pakan Rataan jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan konsumsi pakan ayam kampung super yang diberi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh Analisis terhadap kandungan kolesterol daging, hati dan telur dilakukan saat puyuh berumur 14 minggu, diperlihatkan pada Tabel 5 dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang Penelitian Rataan suhu kandang pada pagi, siang, dan sore hari selama penelitian secara berturut-turut adalah 25,53; 30,41; dan 27,67 C. Suhu kandang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki genetik yang dapat menghasilkan produksi baik. Menurut (Rasyaf,
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Bibit Keberhasilan ternak ayam pembibit dihasilkan dari bibit yang baik atau memiliki genetik yang dapat menghasilkan produksi baik. Menurut (Rasyaf, 2008) bibit merupakan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2010, bertempat di kandang C Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Lebih terperinci