SIRKULASI DALAM RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK

dokumen-dokumen yang mirip
REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB 6 MASTER PLAN & RENCANA PENTAHAPAN

BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL...

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT JIWA

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK (MASTER PLAN) RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik masing-masing kendaraan dengan disain dan lokasi parkir. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998).

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

Materi Inti 4: FASILITAS RUMAH SAKIT DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

BAB II TINJAUAN OBJEK

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kualitas layanan puskesmas di Yogyakarta. 2. Kualitas bangunan puskesmas di Yogyakarta

ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA TERHADAP KUALITAS BANGUNAN PUSKESMAS DI YOGYAKARTA

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA]

RUMAH SAKIT BERSALIN DI TOMOHON ( PENDEKATAN UTILITAS DALAM DESAIN )

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR DIAGRAM DAFTAR LAMPIRAN

3/17/2015 STANDAR PELAYANAN DI PUSKESMAS DESAIN KAMAR OPERASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RENCANA INDUK MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK) DI RSU BINA KASIH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... ix BAB I.

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting, antara lain sebagai sarana pemindahan barang dan jasa.

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

Pelabuhan Teluk Bayur

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

KEBIJAKAN BANGUNAN, PRASARANA & PERALATAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT DHARMA YADNYA DI TOHPATI-DENPASAR

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

Penyediaan fasilitas parkir untuk sepeda

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

PENANGANAN KEJADIAN KEBAKARAN (KODE MERAH)

BAB V PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

KAJIAN REFERENSI. 1. Persyaratan Kenyamanan Ruang Gerak dalam Bangunan Gedung

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAKARTA SELATAN Arsitektur Tropis

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Parkir merupakan salah satu unsur sarana yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

TUGAS AKHIR PERANCANGAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN JATISAMPURNA - BEKASI

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR PERANCANGAN GEDUNG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN KELAS B SATELIT

C. PERANCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

cxütçvtçztç hätçz gxüå ÇtÄ cxçâåñtçz UtÇwtÜ hwtüt g} Ä ~ e ãâà ctätçz~t etçt

BAB VI LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III: DATA DAN ANALISA


Mata Kuliah Manajemen Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB VI HASIL RANCANGAN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR,

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB V ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

LAMPIRAN 1 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Ponorogo

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

2016, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yan

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN E-NET AND GAMEDEV CORE DI YOGYAKARTA

EMERGENCY SIGN. Emergency Sign. Hospital Disaster Plan Halaman 1

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

S K R I P S I & T U G A S A K H I R 6 6

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Transkripsi:

SIRKULASI DALAM RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK Rivhani Junyandari 1) Abstrak Rumah sakit merupakan bangunan pelayanan kesehatan yang memiliki permasalahan yang sangat kompleks. Rumah sakit juga merupakan fasilitas yang sangat mementingkan sterilisasi dan efisiensi ruang dalam mendukung kegiatan pelayanan yang ada di dalamnya. Dalam merancang sebuah bangunan rumah sakit harus memperhatikan masalah sirkulasi. Sestem sirkulasi merupakan pengaturan bangunan yang menjadi alur penghubung antara bagian bangunan yang satu ke bangungan yang lainnya. Di dalam rumah sakit terdapat banyak sekali pelaku, seperti pasien (ibu dan anak), penunggu pasien, pengunjung pasien, petugas medik, serta staf atau petugas non-medik sehingga diperlukan pembagian sirkulasi di bangunan rumah sakit. Sirkulasi di dalam rumah sakit berupa sirkulasi internal dan sirkulasi eksternal. Pada sirkulasi internal, yang perlu diperhatikan adalah antara sirkulasi medis, servis dan umum. Selain itu, harus memperhatikan sirkulasi penghubung antara lantai yang satu dengan lantai di atasnya. Untuk sirkulasi eksternal, dibagi menjadi tiga sirkulasi yaitu sirkulasi untuk area gawat darurat, sirkulasi untuk umum, dan sirkulasi servis yang diperuntukkan bagi staf dan kegiatan pendukung rumah sakit. Kata-kata kunci: rumah sakit, rumah sakit ibu dan anak. sirkulasi 1. PENDAHULUAN Kesehatan merupakan aspek penting yang harus selalu dijaga keberlangsungannya. Manusia tidak akan dapat bekerja apabila fisiknya dalam keadaan tidak sehat atau sakit. Kesehatan juga merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) sehingga kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya dan dilindungi dari ancaman yang merugikan. Sebagaimana tercantum dalam Pasal 3 Undang- Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Untuk itu, masalah kesehatan yang kerap kali menyerang anak-anak dan wanita sebagai calon ibu harus lebih diperhatikan sehingga diperlukan rumah sakit ibu dan anak yang mampu mewadahi dan mengatasi masalah untuk mencegah, memeriksa, mengobati dan bahkan pemulihan kesehatan wanita dan anak-anak dan mengurangi angka kematian pada ibu dan anak (saat hamil dan setelah melahirkan). Bangunan rumah sakit diharapkan dapat memberikan kenyamanan dan rasa aman. Tetapi, kenyamanan dan keamanan ini bukan hanya diperuntukkan bagi pasien yang sakit, melainkan juga bagi semua yang berperan di dalam rumah sakit, seperti penunggu pasien, pengunjung pasien, patugas medis, serta petugas nonmedis. Pelaku-pelaku di dalam rumah sakit, sangat memerlukan sistem sirkulasi yang dirancang dengan baik, agar tidak terdapat kegiatan yang saling tumpang 1) Alumnus Prodi Arsitektur Jurusan Teknik Sipil Universitas Tanjungpura 203

JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 2 DESEMBER 2013 tindih yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan di dalamnya. Jalur sirkulasi untuk setiap pelaku di dalam rumah sakit mempunyai tuntutan yang berbeda. Pasien membutuhkan jalur yang pendek, namun nyaman dan aman. Pengunjung membutuhkan jalur yang mudah diakses, komunikatif dan nyaman. Sirkulasi servis membutuhkan jalur yang terpisah dari jalur pengunjung untuk menjaga kenyamanan pengunjung (Hatmoko, 2003 dalam Feri, 2012). Untuk tenaga medis dan paramedis diperlukan jalur yang dekat dari satu bagian ke bagian yang lain. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirkulasi Menurut Hatmoko (2010), terdapat tujuh pertimbangan mendasar yang mempengaruhi desain pada distribusi sistem pergerakan atau sirkulasi pada rumah sakit, yaitu: 1) Kuantitas dan frekuensi distribusi perpindahan dalam rumah sakit. 2) Kebutuhan ruang layanan penerimaan. 3) Kebutuhan ruang penyimpanan dan penanganan. 4) Distribusi pengguna masing-masing instalasi. 5) Tempat pembuangan dan pemrosesan kembali pada sistem penunjang rumah sakit. 6) Tipe-tipe barang yang akan dipindahkan (termasuk yang perlu penanganan khusus). 7) Pilihan di antara sistem mekanik dan manual. Ada dua jenis sirkulasi, yaitu sirkulasi internal dan sirkulasi eksternal. 2.1.1 Sirkulasi Internal Sistem sirkulasi internal adalah pengaturan hubungan antara fungsi ruang dalam bangunan yang saling terkait, yang terdiri dari beberapa fasilitas sirkulasi, yaitu: Fasilitas selasar/koridor penghubung antarruang. Fasilitas tangga sebagai penghubung antarlantai maupun penggunaan alat bantu sirkulasi vertikal berupa ram. Sistem sirkulasi internal terbagi lagi menjadi tiga, yaitu: a) Kualitas sirkulasi Kualitas sirkulasi dibedakan di dalam pengelompokan, yaitu: Sirkulasi umum, yaitu sirkulasi yang digunakan oleh pengunjung umum dengan berbagai keperluan di dalam rumah sakit. Dengan karakter yang tidak jauh berbeda maka pergerakan kantor dan administrasi dikelompokkan ke dalam sirkulasi umum pula. Sirkulasi medik, yaitu sirkulasi yang digunakan oleh staf medik rumah sakit dalam melaksanakan tugas-tugas pelayanan kesehatan. Sirkulasi barang dan servis, yaitu sirkulasi yang digunakan untuk distribusi, mobilisasi barang atau logistik, dan fungsi-fungsi pemeliharaannya. 204

Sirkulasi Dalam Rumah Sakit Ibu dan Anak (Rivhani Junyandari) Di dalam implementasi perencanaan, selanjutnya diupayakan agar kualitas sirkulasi tersebut tidak saling mengganggu aktivitas masing-masing kegiatan dan arah tujuan mobilisasi menjadi jelas. Oleh karena itu, perlu adanya pemisahan akses bagi petugas medis, karyawan, pasien, dan pengunjung. Persyaratan ketat sirkulasi adalah: Tidak ada pertemuan atau himpitan tumpang tindih (overlaid) antara sirkulasi medik dengan servis. Meminimalkan terjadinya himpitan tumpang tindih antara sirkulasi medik dengan kelompok sirkulasi lain. Sirkulasi dari dan ke gawat darurat mempunyai skala prioritas tertinggi dibanding sirkulasi lain. b) Sirkulasi dalam bangunan Sistem sirkulasi di dalam bangunan adalah pengaturan hubungan antarfungsi ruang yang saling terkait, yang terdiri dari beberapa persyaratan sirkulasi, yaitu: Fasilitas tangga sebagai penghubung antarlantai maupun penggunaan alat bantu sirkulasi vertikal berupa ramp pada pengembangan bangunan berlantai banyak pada fungsi-fungsi yang bersifat emergency, seperti trauma center, emergency, OK, dan rawat inap intensif. Penggunaan tangga atau elevator dan lift dilengkapi dengan sarana pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang mudah dipahami oleh pemakainya atau untuk lift empat lantai harus dilengkapi ARD (Automatic Rexserve Devide) yaitu alat yang dapat mencapai lantai terdekat apabila listrik mati. Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah apabila terjadi kebakaran atau kejadian darurat lainnya. Pembagian ruangan dan lalu lintas antarruangan didesain sedemikian rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan, sehingga memudahkan hubungan dan komunikasi antarruangan serta menghindari resiko terjadinya kecelakaan dan kontaminasi. Fasilitas selasar atau koridor penghubung antarmassa bangunan dan fasilitas selasar atau koridor servis dan utilitas. c) Sirkulasi dalam koridor Sirkulasi dalam sistem koridor atau ramp merupakan komponen penting untuk perpindahan pasien dari satu area ke area lainnya. Kondisi sirkulasi tersebut antara lain: Koridor untuk akses bagi pasien dan peralatan hendaknya memiliki latar minimum 2,44 m. Koridor yang tidak digunakan untuk akses tempat tidur, usungan, atau transportasi peralatan memiliki lebar 1,83 m. Ramp atau elevator hendaknya disediakan bagi area bantuan 205

JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 2 DESEMBER 2013 medis dan perawatan untuk bangunan bertingkat. Ramp hendaknya disediakan sebagai akses masuk rumah sakit yang ketinggiannya tidak sama dengan bagian luar. Syarat maksimal kemiringan ramp adalah 7. 2.1.2 Sirkulasi Eksternal Sirkulasi eksternal merupakan perencanaan sirkulasi di luar bangunan. Sirkulasi eksternal rumah sakit dibedakan dalam pengelompokan, yaitu: Sirkulasi gawat darurat, yaitu akses langsung menuju IGD. Karakter sirkulasi ini cepat dan bebas hambatan. Sirkulasi umum, yaitu sirkulasi oleh pengunjung umum di luar menuju ke poliklinik, pusat diagnostik atau kunjungan ke rawat inap. Sirkulasi staf, yaitu akses karyawan medik maupun non-medik menuju zona aktivitas. Sirkulasi barang dan servis, terdiri dari drop-off bahan di instalasi gizi, operasi pemeliharaan IPAL dan insenerator, sirkulasi kendaraan pemadam kebakaran. Terdapat tiga sirkuasi eksternal pada rumah sakit, yaitu: a) Sirkulasi ambulans Akses untuk ambulan harus tidak bertentangan dengan lalu lintas kendaraan atau pejalan kaki lainnya. Akses ke sebuah rumah sakit di ambulans harus terletak jauh dari pintu masuk publik dan harus cukup disaring dari pandangan publik. Jika akses secara langsung terhubung dari ambulans ke instalasi rumah sakit seperti unit gawat darurat, akan memberikan airlock antara bagian dalam dan luar. Akses ambulans ke unit darurat tidak akan melalui koridor rumah sakit terbuka untuk akses publik. Semua ambulans harus ditandai dengan jelas dan diterbitkan oleh tanda. Sistem signage eksterior akan langsung membawa ambulans dan kendaraan darurat. Daerah-daerah tersebut harus terlihat dengan jelas dari pintu masuk ke rumah sakit. Tanda ditujukkan pada ambulans untuk unit darurat atau unit kelahiran harus permanen menyala di malam hari. Untuk menghindari kebingungan, sistem signaling harus dirancang sehingga pasien yang menggunakan ambulans, termasuk akses mobile ke unit darurat tidak harus diarahkan ke pintu ambulans. b) Sirkulasi publik Pintu masuk utama dan lobi harus menarik. Rute pengunjung harus dipantau secara hati-hati. Pengunjung tidak bisa berjalan tanpa pengawasan melalui daerah pasien. Pengunjung diarahkan melewati keterangan terbaik atau kantor pusat. Ketika sistem pass digunakan, pengunjung melewati warna-kode yang dapat diberikan kepada individu atau lantai bangsal. c) Sirkulasi servis Pintu masuk servis harus berdekatan dengan area dapur dan penyimpanan 206

Sirkulasi Dalam Rumah Sakit Ibu dan Anak (Rivhani Junyandari) yang menerima pasokan massal, dan sedapat mungkin dekat dengan lift servis. Sebuah platform dan tangga disediakan di daerah ini. Sampah dan limbah padat lainnya dikeluarkan dari titik ini, begitu juga mayat di rumah sakit. Akses ke kamar mayat harus dilindungi dari pasien maupun pengunjung. Di beberapa rumah sakit, output ini dikombinasikan dengan masuknya darurat untuk kontrol yang lebih baik. 3. PEMBAHASAN 3.1 Sirkulasi Internal Berdasarkan Gambar 1, terdapat pembagian tiga sirkulasi dalam rumah sakit ibu dan anak. Sirkulasi yang diberi arsir tegak merupakan sirkulasi umum (publik) yang dapat diakses oleh siapa saja (pasien, pengantar pasien). Sirkulasi yang diberi arsir mendatar merupakan sirkulasi medis yang diperuntukkan hanya untuk kegiatan medis. Sirkulasi yang berwarna hitam merupakan sirkulasi barang atau servis yang merupakan kegiatan pendukung di dalam rumah sakit ibu dan anak. Sirkulasi internal dalam bangunan terdiri dari tangga (baik tangga umum, tangga staf maupun tangga darurat), lift serta koridor dan selasar. Gambar 2 menjelaskan tentang pembagian sirkulasi internal di dalam bangunan rumah sakit. Terdapat pembagian enam sirkulasi internal di dalam rumah sakit ibu dan anak. Sirkulasi yang diberi warna hijau Gambar 1. Kualitas sirkulasi pada sirkulasi internal rumah sakit ibu dan anak 207

JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 2 DESEMBER 2013 Gambar 2. Sirkulasi internal di dalam rumah sakit ibu dan anak merupakan ram yang dapat dipergunakan bagi staf medis untuk membawa pasien ketika sistem lift tidak berfungsi. Sirkulasi yang diberi warna coklat muda merupakan tangga umum (public) yang dapat di akses siapa saja. Sirkulasi yang diberi warna kuning merupakan tangga sevis yang diperuntukan hanya untuk staf rumah sakit. Sirkulasi yang bewarna merah muda merupakan lift umum yang dapat di akses umum. Sirkulasi yang berwarna biru merupakan lift medis untuk membawa pasien menggunakan tempat tidur atau sarana lainnya. Sirkulasi internal koridor dalam bangunan rumah sakit yaitu standar minimal lebar koridor. Untuk koridor sebagai akses pasien (medis) lebar minimal koridor adalah 2,44 m. Sedangkan koridor lainnya (area instalasi rawat inap, dll) memiliki lebar minimal Gambar 3. Sirkulasi internal koridor igd di dalam rumah sakit ibu dan anak 208

Sirkulasi Dalam Rumah Sakit Ibu dan Anak (Rivhani Junyandari) 1,83 m. Gambar 3 menjelaskan mengenai lebar koridor untuk akses pasien pada instalasi gawat darurat. Untuk lebar koridor ini adalah 3 m sedangkan pada Gambar 4 menjelaskan mengenai lebar koridor untuk akses tempat tidur pada instalasi rawat nap (IRNA) anak. Lebar koridor ini adalah 4 m. Lebar koridor ini melebihi ukuran minimal, karena anakanak lebih membutuhkan ruang untuk pergerakan mereka. 3.2 Sirkulasi Eksternal Sirkulasi eksternal pada rumah sakit ibu dan anak dibagi menjadi tiga sirkulasi, yaitu sirkulasi gawat darurat, sirkulasi umum dan sirkulasi staf. Berdasarkan Gambar 5, sirkulasi gawat darurat berada disekitar area instalasi gawat darurat. Sirkulasi gawat darurat mudah diakses menuju dan keluar bangunan rumah sakit, karena ambulans membutuhkan kecepatan dalam pergerakannya. Gambar 6 Sirkulasi Gawat Darurat pada Rumah Sakit Ibu dan Anak Gambar 7 Pintu Masuk Area Gawat Darurat pada Rumah Sakit Ibu dan Anak Gambar 5 Sirkulasi gawat darurat pada rumah sakit ibu dan anak Berdasarkan Gambar 8, sirkulasi umum atau publik dibagi menjadi tiga akses sirkulasi. Untuk warna violet, merupakan sirkulasi untuk kendaraan roda 4 (empat). Akses sirkulasi ini juga bisa menuju ke basement gedung yang merupakan area parker mobil. Untuk keterangan berwarna orange, merupakan sirkulasi bagi pejalan kaki. Sirkulasi pejalan kaki ini dilindungi oleh kanopi, sebagai peneduh bagi pemakai akses sirkulasi ini. Sedangkan untuk keterangan warna biru, merupakan akses sirkulasi bagi sepeda motor. 209

JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 2 DESEMBER 2013 Gambar 11. Sirkulasi umum untuk sepeda motor pada rumah sakit ibu dan anak Gambar 8. Sirkulasi umum (publik) pada rumah sakit ibu dan anak Berdasarkan Gambar 12, sirkulasi servis terdiri dari sirkulasi staf dan sirkulasi barang. Sirkulasi staf merupakan akses karyawan medik maupun non-medik menuju zona aktivitas. Sedangkan sirkulasi barang dan servis, terdiri dari drop-off bahan di instalasi gizi, operasi pemeliharaan IPAL dan ncenerator, sirkulasi kendaraan pemadam kebakaran. Gambar 9. Sirkulasi pejalan kaki pada rumah sakit ibu dan anak Gambar 10. Sirkulasi umum untuk mobil pada rumah sakit ibu dan anak 210 Gambar 12. Sirkulasi servis pada rumah sakit ibu dan anak

Sirkulasi Dalam Rumah Sakit Ibu dan Anak (Rivhani Junyandari) Gambar 13. Sirkulasi servis pada rumah sakit ibu dan anak 4. KESIMPULAN Demi mencapai kenyaman dan keamanan ketika berada dirumah sakit ibu dan anak, hendaknya dalam merancang rumah sakit, harus memperhatikan masalah sirkulasi baik di dalam maupun di luar bangunan rumah sakit. Sirkulasi internal harus bisa membagi atau membedakan pembagian jalur sirkulasi berdasarkan pelakunya. Untuk pengunjung dan pasien rawat jalan harus melewati sirkulasi umum (publik). Bagi pelaku staf medis dan pasien yang sedang menjalani proses pemeriksaan menggunakan jalur sirkulasi medis, dimana sirkulasi medis ini bukan untuk di akses oleh publik. Berbeda lagi dengan sirkulasi servis, sirkulasi ini hanya diperuntukan bagi kegiatankegiatan penunjang rumah sakit, misalnya pergerakan dan ke menuju instalasi sterilisasi, instalasi dapur atau gizi, gudang, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk sirkulasi eksternal, sirkulasi umum atau publik hendaknya berada di depan bangunan, agar mudah di capai oleh siapa saja (publik). Berbeda dengan sirkulasi Gawat Darurat, sirkulasi ini harus di pisahkan dari sirkulasi umum (publik) karena untuk menghindari sirkulasi yang akan saling tumpang tindih (crossing) pada rumah sakit ibu dan anak. Untuk sirkulasi servis, harus berada di bagian belakang atau samping bangunan. Sirkulasi servis diperuntukan bagi staf rumah sakit dan kegiatan-kegiatan pendukung rumah sakit seperti pengangkutan sampah, drop barangbarang keperluan rumah sakit, dan akses bagi pemadam kebakaran. Dengan adanya pembagian-pembagian sirkulasi ini diharapkan dapat terciptanya pergerakan dan tata letak instalasi ataupun area lainnya yang teratur. Daftar Pustaka Feri, Dewi. 2012. Sistem Sirkulasi di Rumah Sakit. www.manajemen-rs.net. Hatmoko, Adi; W. Wulandari; M. Ridha Alhamdani. 2010. Arsitektur Rumah Sakit. Yogyakarta: Global Rancang Selaras. NSW Health Department. 2008. Wayfinding For Healthcare Facilities Fifth Edition. The Centre for Health Assets Australasia (CHAA), Built Environment, UNSW. www.healthfacilityguidelines.com. au. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan. 211

JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 2 DESEMBER 2013 212