Pemanfaatan Hutan Mangrove Sebagai Penyimpan Karbon

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut

BAB I PENDAHULUAN. dan Salomon, dalam Rahayu et al. (2006), untuk mengurangi dampak perubahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. iklim global ini telah menyebabkan terjadinya bencana alam di berbagai belahan

BAB I PENDAHULUAN. karena hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, hewan dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

TINJAUAN PUSTAKA. dalam siklus karbon global, akan tetapi hutan juga dapat menghasilkan emisi

Iklim Perubahan iklim

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Di permukaan bumi ini, kurang lebih terdapat 90% biomasa yang terdapat

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Dengan kata lain manfaat

I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. intensitas ultraviolet ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh menipisnya

BAB I PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, ekologi

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi

PT. SANJI WANATIRTA INDONESIA. Jalan Anggrek No. 09, Sambilegi Baru, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta Telp: Fax:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fluks dan Emisi CO2 Tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. didalamnya, manfaat hutan secara langsung yakni penghasil kayu mempunyai

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. membiarkan radiasi surya menembus dan memanasi bumi, menghambat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4

PEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekitar 60 Pg karbon mengalir antara ekosistem daratan dan atmosfir setiap

TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan iklim adalah berubahnya kondisi rata-rata iklim dan/atau

MODUL TRAINING CADANGAN KARBON DI HUTAN. (Pools of Carbon in Forest) Penyusun: Ali Suhardiman Jemmy Pigome Asih Ida Hikmatullah Wahdina Dian Rahayu J.

TINJUAN PUSTAKA. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal

PEMANASAN GLOBAL. Efek Rumah Kaca (Green House Effect)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

BAB I. PENDAHULUAN. menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan tersebut

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses. infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi.

I. PENDAHULUAN. Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung.

PENDAHULUAN. hutan yang luas diberbagai benua di bumi menyebabkan karbon yang tersimpan

BAB I PENDAHULUAN I.1

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menyebabkan perubahan yang signifikan dalam iklim global. GRK adalah

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

I. PENDAHULUAN. Biomassa berperan penting dalam siklus biogeokimia terutama dalam siklus

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan tajam, sementara itu pertambahan jaringan jalan tidak sesuai

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

L PEI\{DAITULUAIT. 1.1 Latar Belakang. di Sumatra Selatan 51,73 oh), di Kalimantan (di Kalimantan Selatan 9,99 %o;

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. tanaman kecil lainnya seperti, lumut, semak belukar, herba dan paku-pakuan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

PELESTARIAN BIODIVERSITAS DAN PERUBAHAN IKLIM JOHNY S. TASIRIN ILMU KEHUTANAN, UNIVERSITAS SAM RATULANGI

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu

Wiwi Widia Astuti (E1A012060) :Pengetahuan Lingkungan ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

Pengaruh Daya Dukung Hutan Terhadap Iklim & Kualitas Udara di Ekoregion Kalimantan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut UU RI No.41 Tahun 1999, hutan merupakan sumberdaya alam

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber daya alam untuk keperluan sesuai kebutuhan hidupnya. 1 Dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. (renewable resources), yang dapat memberikan manfaat ekologi, ekonomi, sosial

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM

PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PERTEMUAN XIV: EKOSISTEM DAN BIOLOGI KONSERVASI. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011

LKS EFEK RUMAH KACA, FAKTA ATAU FIKSI. Lampiran A.3

PENDAHULUAN. lahan pertambakan secara besar-besaran, dan areal yang paling banyak dikonversi

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10

Lembar Fakta Kurva Biaya Pengurangan Emisi GRK (Gas Rumah Kaca) Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. mengombinasikan pepohonan dengan tanaman pertanian dan/atau ternak (hewan)

lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang.

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk

BAB I PENDAHULUAN. dalam penggunaan sumberdaya alam. Salah satu sumberdaya alam yang tidak terlepas

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi lahan pertanian (Hairiah dan Rahayu 2007). dekomposisi oleh bakteri dan mikroba yang juga melepaskan CO 2 ke atmosfer.

4. Apakah pemanasan Global akan menyebabkan peningkatan terjadinya banjir, kekeringan, pertumbuhan hama secara cepat dan peristiwa alam atau cuaca yan

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

SAMBUTAN KETUA DPR-RI. Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011

I. PENDAHULUAN. Menurut Tomlinson(1986), mangrove merupakan sebutan umum yang digunakan

I. PENDAHULUAN. terdiri dari sekumpulan vegetasi berkayu yang didominasi oleh pepohonan. Hutan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon

Transkripsi:

Buletin PSL Universitas Surabaya 28 (2012): 3-5 Pemanfaatan Hutan Mangrove Sebagai Penyimpan Karbon Hery Purnobasuki Dept. Biologi, FST Universitas Airlangga Kawasan pesisir dan laut merupakan sebuah ekosistem yang terpadu dan saling berkolerasi secara timbal balik. Hutan Indonesia merupakan salah satu hutan yang memiliki peranan penting dalam menjaga ekosistem lingkungan dunia. Hutan Indonesia terdiri atas berbagai jenis hutan. Salah satunya adalah hutan bakau atau hutan mangrove. Luas hutan mangrove di dunia hanya 0,4% dari luas hutan dunia. Akan tetapi hutan mangrove memiliki peran besar sebagai penyerap dan penyimpan karbon yakni sekitar lebih dari 4 gigaton C/tahun sampai 112 gigaton C/tahun. Sayangnya, belum semua penduduk menyadari akan pentingnya fungsi hutan mangrove tersebut. Indonesia yang memiliki 75% dari total hutan mangrove di Asia Tenggara masih belum bisa mengoptimalkan fungsi hutan mangrove. Sebaliknya, hutan mangrove mengalami degradasi secara sistematis akibat kepentingan manusia. Terjadi alih fungsi hutan mangrove sehingga berdampak pada penurunan kemampuan penyerapan karbon di atmosfer dan terurainya karbon tersimpan melalui proses dekomposisi ke atmosfer. Peran ekosistem mangrove sebagai absorber dan tempat reservoir CO 2 berubah menjadi penyumbang emisi CO 2. kondisi tersebut turut serta mempengaruhi perubahan iklim di dunia. Potensi penyimpanan karbon pada substrat lumpur mangrove sangatlah besar. Oleh karena itu estimasi penyimpanan karbon pada substrat lumpur mangrove dapat dijadikan acuan dasar dalam penilaian manfaat ekonomis mangrove dalam bentuk komoditi jasa lingkungan C- Sequestration. Pengelolaan hutan mangrove berkelanjutan cocok untuk penyerapan dan penyimpanan karbon. Selain melindungi daerah pesisir dari abrasi, tanaman mangrove mampu menyerap emisi yang terlepas dari lautan dan udara. Penyerapan emisi gas buang menjadi maksimal karena mangrove memiliki sistem akar napas dan keunikan struktur tumbuhan pantai. Unsur karbon menjadi penting dalam kehidupan manusia, dalam keseharian setiap kali proses pernapasan, manusia menyumbang pelepasan karbon di alam dalam bentuk karbondioksida (CO 2 ), penebangan pohon, pembakaran, aktivitas industri dan kendaraan bermotor juga menyumbang pelepasan karbon di alam. 1

Pemberi konstribusi utama dalam dekade terakhir ini berasal dari pembakaran bahan bakar fosil meliputi minyak pelumas, gas dan bahan bakar untuk kendaraan bermotor, industri dan kekuatan tanaman. Konstribusi dari sektor tersebut diperkirakan sekitar 65 % dari total emisi diseluruh dunia. Selain itu, 14% berasal dari aktivitas pertanian, 18% kerusakan hutan, aktivitas domestik dan penguraian sampah. Sebagian karbon dalam bentuk CO 2 dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis, sebagian lainnya ada dalam bentuk gas di atmosfer yang jika jumlahnya terlalu banyak akan merugikan kehidupan organisme. Untuk itu penambatan dan juga penyimpanan karbon oleh alam dalam hal ini tumbuhan menjadi sangat penting. Salah satu akibat kelebihan jumlah karbon di atmosfer adalah terganggunya keseimbangan energi antara bumi dan atmosfer, sehingga memicu terjadinya perubahan iklim global. Terjadinya peningkatan unsur karbon dalam bentuk gas-gas asam arang (CO 2 ), gas buang knalpot (CO), metana (CH 4 ) serta gas rumah kaca dalam jumlah yang mengkhawatirkan telah memicu pemanasan global. Dinamika karbon di alam dapat dijelaskan secara sederhana dengaan siklus karbon. Siklus karbon merupakan siklus biogeokimia yang mencakup pertukaran atau perpindahan karbon dalam biosfer, pedosfer, geosfer, hidrosfer dan atmosfir bumi. Siklus karbon sesungguhnya merupakan suatu proses yang rumit dan setiap proses saling mempengaruhi. Proses penimbunan karbon (C) dalam tubuh tumbuhan hidup dinamakan proses sekuestrasi (C-sequestration). Dengan demikian mengukur jumlah C yang disimpan dalam tubuh tanaman hidup (biomassa) pada suatu lahan dapat menggambarkan CO 2 di atmosfer yang diserap oleh tanaman. Sedangkan pengukuran C yang masih tersimpan dalam bagian tumbuhan yang telah mati (nekromassa) secara tidak langsung menggambarkan CO 2 yang tidak dilepaskan ke udara melalui pembakaran. Tumbuhan akan mengurangi karbon di atmosfer melalui proses fotosintesis dan menyimpannya dalam jaringan tumbuhan. Sampai waktunya karbon tersebut tersikluskan kembali ke atmosfer, karbon tersebut menempati salah satu dari sejumlah kantong atau kolam karbon. Semua komponen penyusun vegetasi baik pohon, semak, liana, dan epifit merupakan bagian dari biomassa atas permukaan tanah. Di bawah permukaan tanah, akar tumbuhan juga menyimpan karbon selain tanah itu sendiri. Pada tanah gambut, jumlah simpanan karbon mungkin lebih besar dibandingkan simpanan karbon yang ada di atas permukaan. Karbon juga 2

tersimpan pada bahan orgnik mati dan produk-produk berbasis biomassa seperti kayu baik ketika masih di permukaan maupun sudah berada di tempat penimbunan. Karbon dapat tersimpan dalam kantong atau kolam (pool) karbon dalam periode yang lama atau hanya sebentar. Peningkatan jumlah karbon yang tersimpan dalam kantung karbon ini mewakili jumlah karbon yang terserap dari atmosfer. Dalam inventarisasi karbon hutan, kantung karbon yang diperhitungkan setidakny ada 4 kantong karbon, yaitu: biomassa atas permukaan (above ground), biomassa bawah permukaan, bahan organik mati dan karbon organik tanah. Hutan juga melepaskan CO 2 ke udara lewat respirasi dan dekomposisi (pelapukan) seresah, namun pelepasannya terjadi secara bertahap, tidak sebesar bila ada pembakaran yang melepaskan CO2 sekaligus dalam jumlah yang besar. Bila hutan diubah fungsinya menjadi lahanlahan pertanian atau perkebunan atau ladang penggembalaan atau tambak maka karbon karbon tersimpan akan terus berkurang. Terkait dengan perubahan iklim. Maka untuk mengurangi dampak perubahan iklim, perlu dilakukan upayaupaya untuk meningkatkan penyerapan karbon dan menurunkan emisi karbon ke udara. Penurunan emisi karbon dapat dilakukan dengan: (a) mempertahankan cadangan karbon yang telah ada dengan: mengelola hutan dengan baik, mengendalikan deforestasi, menerapkan praktek silvikultur yang baik, mencegah degradasi hutan dan lahan gambut, serta memperbaiki pengelolaan cadangan bahan organik tanah, (b) meningkatkan cadangan karbon melalui penanaman tanaman berkayu dan (c) mengganti bahan bakar fosil dengan bahan bakar yang dapat diperbarui secara langsung maupun tidak langsung, radiasi matahari, atau aktivitas panas bumi. Sejalan dengan penjelasan di atas maka hutan mangrove yang telah banyak diteliti ternyata potensi besar sebagai penyimpan mangrove yang tangguh dibandingkan hutan terestrial (daratan) lainnya. Peranan Hutan sebagai penyerap karbon mulai menjadi sorotan pada saat bumi dihadapkan pada persoalan efek rumah kaca, berupa kecenderungan peningkatan suhu udara atau biasa disebut sebagai pemanasan global. Menurut ilmuan, hutan dapat menyerap karbon karena hutan adalah tempat sekumpulan pohon yang memiliki aktifitas biologisnya seperti fotosintesis dan respirasi. Dalam fotosintesis pohon (tanaman) menyerap CO 2 dan H 2 O dibantu dengan sinar matahari diubah menjadi glukosa yang merupakan sumber energi 3

(sebelumnya diubah dulu melalui proses respirasi) tanaman tersebut dan juga menghasilkan H 2 O dan O 2 yang merupakan suatu unsur yang dibutuhkan oleh oranisme untuk melangsungkan kehidupan (bernapas). Sehingga, hanya dengan mengetahui dan memahami hal tersebut kita harus sadar bahwa hutan sangat dibutuhkan manusia untuk menyerap carbon yang berlebih dalam atmosfer. Demikian halnya dengan keberadaan hutan mangrove sebagai penyerap karbon, Proses fotosentesis mengubah karbon anorganik (C0 2 ) menjadi karbon organik dalam bentuk bahan vegetasi. Pada sebagian besar ekosistem, bahan ini membusuk dan melepaskan karbon kembali ke atmosfer sebagai (C0 2 ). Akan tetapi hutan mangrove justru mengandung sejumlah besar bahan organik yang tidak membusuk. Karena itu, hutan mangrove lebih berfungsi sebagai penyerap karbon dibandingkan dengan sumber karbon. Tumbuhan mangrove memiliki banyak daun sehingga lebih berpotensi menyerap karbon lebih banyak dari tumbuhan lain. Telah dilakukan penelitian bahwa satu hektare hutan mangrove menyerap 110 kilogram karbon dan sepertiganya dilepaskan berupa endapan organik di lumpur. Di hutan mangrove yang dikategorikan sebagai ekosistem lahan basah, penyimpanan karbon mencapai 800-1.200 ton per hektar. Pelepasan emisi ke udara pada hutan mangrove lebih kecil daripada hutan di daratan, hal ini karena pembusukan serasah tanaman aquatic tidak melepaskan karbon ke udara. Adapun tanaman hutan tropis yang mati melepaskan sekitar 50 persen karbonnya ke udara. Dengan kemampuan mangrove dalam menyimpan karbon, maka peningkatan emisi karbon di alam tentu dapat lebih dikurangi. Penebangan hutan mangrove menyebabkan pembebasan karbon, endapan ini akan tetap terisolasi selama ribuan tahun. Karena itu, perubahan mangrove menjadi tambak udang, seperti yang dilakukan sementara orang sekarang ini, akan mempercepat pelepasan karbon ke atmosfer pula. Maka, dengan mencegah penggundulan hutan, negara-negara berkembang dapat secara efektif mereduksi emisi dan menurunkan pemanasan global. Evapotranspirasi hutan mangrove mampu menjaga ketembaban dan curah hujan kawasan tersebut, sehingga keseimbangan iklim mikro terjaga. Dalam konferensi tingkat dunia yang dilaksanakan di Bali bulan Desember 2007, menempatkan hutan mangrove salah satu faktor yang dapat memberikan kontribusi dalam menekan perubahan iklim. Kaitannya dengan perubahan iklim 4

adalah keberadaan hutan mangrove sebagai penyerap panas (gas karbondioksida). Salah satu gagasan utama yang dibahas dalam konferensi Bali adalah melalui mekanisme perdagangan karbon. Skenario ini di tujukan kepada negaranegara penyumbang terbesar emisi karbon, seperti Amerika Serikat dan juga kepada negara pemilik hutan tropis yang mampu menyerap karbon di udara. Perdagangan karbon adalah mekanisme berbasis pasar yang memungkinkan terjadinya negosiasi dan pertukaran hak emisi gas rumah kaca. Mekanisme pasar yang diatur dalam Protokol Kyoto ini dapat terjadi pada skala nasional maupun internasional sejauh hakhak negosiasi dan pertukaran yang sama dapat dialokasikan kepada semua pelaku pasar yang terlibat. Untuk memberikan nilai bagi sebidang lahan berhutan yang berpotensi menyimpan karbon, kita harus dapat menghitung secara tepat berapa banyak jumlah karbon yang tersimpan. Teknologi baru seperti citra satelit dan pembuatan model komputer akan memudahkan penghitungan cadangan karbon secara cepat dan tepat. Sistem yang transparan untuk melakukan penghitungan dan verifikasi pengurangan emisi saat ini sudah banyak tersedia. Pertanyaannya, terjangkau dan ekonomiskah teknologi ini? Jika memang sudah mengarah pada perdagangan karbon, tentu saja harus dipikirkan bagaimana mekanisme bisnis nya yang saling menguntungkan antar negara. Tentu saja diperlukan skemaskema lebih khusus yang mengatur di lingkungan global. Bagaimana cara suatu negara dapat memperoleh pembayaran dan dalam bentuk apa pembayaran itu diberikan? Siapa yang nantinya akan menerima pembayaran untuk upaya melindungi kawasan hutan tertentu: pemerintah nasional, masyarakat lokal sekitar hutan atau perusahaan kayu? Negara donor menghendaki agar pembayaran dapat bermanfaat bagi masyarakat yang kurang mampu. Pemerintah suatu Negara yang berpeluang memperoleh keuntungan dari skema yang telah disepakati bersama, sudah barang tentu ingin mengatur distribusi pembayarannya. Dalam rancangan skema perdagangan karbon perlu juga dipikirkan langkah tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan. Jika pembayaran dan kesepakatan telah dilakukan, namun hutan tetap saja dirusak, apa yang akan terjadi? Akuntabilitas terkait dengan jaminan bahwa pembayaran karbon dapat mewujudkan perlindungan hutan berkelanjutan. Kita dihadapkan pada beberapa pilihan. Apakah sebaiknya negara maju menyediakan dana untuk 5

memberikan penghargaan bagi negaranegara yang dapat mengurangi emisinya dari deforestasi? Atau apakah sebaiknya pengurangan emisi ini dikaitkan dengan sistem perdagangan karbon yang berbasis pasar? Kita perlu mencari sistem pasar yang paling sesuai. Secara tidak langsung, dengan adanya mekanisme perdagangan karbon yang telah didengungkan pada konfrensi di Bali tersebut, menjadikan sugesti dan bonus besar bagi pihak yang mampu menjaga kelestarian hutannya. Namun perlu diingat, ada ataupun tidak ada kompensasi dari perdangan karbon kelak (walaupun belum ada data resmi untuk nilai harga karbon), kita wajib untuk menjaga kelestarian hutan. Menjaga hutan berarti melindungi hidup, karena apabila hutan (mangrove) rusak, banyak jasa lingkungan yang hilang serta penganganan pemanasan global tidak akan tercapai. Alternatif yang sangat berpotensi untuk dikembangkan sekarang ini adalah mengendalikan konsentrasi karbon yaitu melalui pengembangan penyerapan karbon (sink karbon) hutan mangrove melalui rehabilitasi dengan spesies mangrove yang cepat tumbuh. Indonesia sangat berpotensi untuk menjadi tempat penyerap emisi karbon karena memiliki hutan tropis dan mangrove terbesar ketiga dunia setelah Brazil dan Zaire dengan tingkat kerusakan hutan yang tinggi serta juga berpotensi untuk dilakukan pada 23 lahan hutan kritis dunia yang ada di 23 negara meliputi Brazil, Zaire, Indonesia, rusia, Canada, US dan Cina dapat di rehabilitasi dengan kayu cepat tumbuh maka penambatan CO 2 pertahun dapat ditekan lebih cepat. Dengan demikian potensi mangrove sebagai penyimpan mangrove sangatlah bermanfaat dalam menjaga keseimbangan alam, menurunkan pemanasan global, mencegahan perubahan iklim global dan menguntungkan dalam perdagangan karbon. Salam mangrove. 6