3/8/2017. Dita Rachmayani, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id / PENGGUNAAN ISTILAH

dokumen-dokumen yang mirip
PEND. ANAK LUAR BIASA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga

TINJAUAN MATA KULIAH...

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : kerja Bagi Penyandang Disabilitas Netra. dapat dinyatakan

PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh

Seminar Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

Pengantar Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

UPAYA PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS Tingkat Desa/Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di bawah pengawasan guru. Ada dua jenis sekolah, yaitu sekolah

BAB I PENDAHULUAN. 1 SLB Golongan A di Jimbaran. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. Perspektif Historis

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat saling mengisi dan saling membantu satu dengan yang lain.

PENANGANAN TERHADAP anak dengan disabilitas (anak berkebutuhan khusus) DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH 1

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena

BAB I PENDAHULUAN. berkebutuhan khusus. Permasalahan pendidikan sebenarnya sudah lama

BAB I PENDAHULUAN. ada kecacatan. Setiap manusia juga ingin memiliki tubuh dan alat indera yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

BAB I PENDAHULUAN. masih tanggung jawab orang tua. Kewajiban orang tua terhadap anak yaitu membesarkan,

BAB I PENDAHULUAN. inklusif menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusif adalah

PELAKSANAAN PROGRAM TAHUN 2017 DAN RENCANA PROGRAM TAHUN 2018 DIREKTORAT REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I LATAR BELAKANG. dari anak kebanyakan lainnya. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan

PENDIDIKAN PENYANDANG CACAT DARI SUDUT PANDANG MODEL PENDIDIKAN INKLUSI DI INDONESIA. Oleh: Haryanto

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, oleh karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan Hawa sebagai pendamping bagi Adam. Artinya, manusia saling

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2016 Direktur Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas. Nahar, SH, M.Si NIP

Pendidikan Inklusif. Latar Belakang, Sejarah, dan Konsep Pendidikan Inklusif dengan Fokus pada Sistem Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Direktorat Jendral Managamen Pendidikan Dasar dan Menengah, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan

Adaptif. Adaptif dapat diartikan sebagai, penyesuaian, modifikasi, khusus, terbatas, korektif, dan remedial.

REDESAIN YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) SEMARANG. disusun oleh : KHOERUL UMAM L2B

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta

1.7 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia Hal 4

SEMINAR TENTANG ABK DISAMPAIKAN DALAM RANGKA KAB. BANDUNG BARAT (10 MEI 2008) OLEH: NIA SUTISNA, DRS. M.Si

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Judul. Perancangan Sekolah Luar Biasa Tunarungu Dengan Pendekatan Deafspace Guidelines

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (SUSENAS) Tahun 2004 adalah : Tunanetra jiwa, Tunadaksa

REVIEW KEGIATAN REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS TAHUN ANGGARAN 2017 & 2018

PENDEKATAN INKLUSIF DALAM PENDIDIKAN

PERUBAHAN PARADIGMA PENDIDIKAN KHUSUS/PLB KE PENDIDIKAN KEBUTUHAN DRS. ZULKIFLI SIDIQ M.PD NIP

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS. DRS. MUHDAR MAHMUD.M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilandasi oleh tujuan untuk penciptaan keadilan dan kemampuan bagi

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan, termasuk polio, dan lumpuh ( Anak_

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAYANAN PENDIDIKAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS dan PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Pada hakekatnya semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk

PENDIDIKAN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS. Kuliah 2 Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kodrat kemanusiaannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap orang dilahirkan berbeda dimana tidak ada manusia yang benar-benar sama

Pembangunan Inklusi yang Memberdayakan, Sebuah Refleksi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tentang indeks inklusi ini berdasarkan pada kajian aspek

KEMAMPUAN KHUSUS INDIVIDU & ANTISIPASI PENDIDIKAN

Partisipasi Penyandang Cacat dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Realita Kehidupan Difabel dalam Masyarakat

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Luar Biasa PKK Propinsi Lampung sebagai salah satu sekolah centara

Penjelasan Teknis Jenis dan Mutu SPM Rehabilitasi Sosial

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Terkait dengan isu Social Development: Eradication of Poverty, Creation of

PENDIDIKAN SISWA BERKEBUTUAN KHUSUS. Kuliah 1 Adriatik Ivanti, M.Psi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adanya diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan atau anak

BAB I PENDAHULUAN. adanya perbedaan kondisi dengan kebanyakan anak lainnya. Mereka adalah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pancasila, dan dituntut untuk menjunjung tinggi norma Bhinneka Tuggal Ika,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan melakukan aktivitas secara mandiri. pembentukan pengertian dan belajar moral (Simanjuntak, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. yang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan secara

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan rakyat ini juga dicantumkan di dalam Pasal 1 butir (1) Undang-Undang

MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

Dita Rachmayani, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id / dita.lecture@gmail.com PENGGUNAAN ISTILAH

EXCEPTIONAL Rentang hambatan yang dapat pendidikan khusus di sekolah DISABILITY Aspek-aspek yang terbatas HANDICAP Sumber/hal2 yg mnyebabkan keterbatasan dalam diri seseorang DIFABLE Perbedaan kemampuan (bukan fokus pada hambatan) Masih dapat melakukan aktivitas dg cukup baik.. NORMALISASI agar ABK setara kemampuannya dg anak normal umumnya DEINSTITUSIONALISASI ABK harus diasuh dekat dengan masy sekitar/keluarganya. Tidak diasingkan SELF DETERMINATION ABK memiliki hak untuk kehidupannya sendiri, mengatur segala tentang diri INKLUSIF PENUH ABK ditempatkan disekolah dekat rumah & ikut dg anak2 normal secara penuh (tidak ada pemisahan/perpindahan kelas sewaktu2)

LABELLING & KLASIFIKASI Label : diberikan melekat pada indiv, meliputi stigma penghinaan. Karena kekhususan,mempengaruhi cara org menilai/berpikir ttg indv serta potensi ABK Klasifikasi : menjelaskan sist terstruktur yg mengidentifikasi, mengorganisasi karakteristik ciptakan suatu keteraturan yang dilabel = mjd kunci u/ dapat layanan pendidikan khusus, dibawah klasifikasi - bantu professional u/mengidentifikasi kebutuhan2 tertentu, merancang intervensi yg sesuai M A N F A A T Memberi nama kecacatan bedakan, komunikasikan ttg pemaknaan atas kebutuhannya u/riset, spesialisasi pada kategori tertentu cari pemahaman mendalam ttg kategori tsb Memudahkan diagnose tritmen ISU-ISU ABK

KEBUTUHAN ABK SOSIAL PENDIDIK AN FASILITAS / LAYANAN UMUM 1. Aspek Sosial Keterbatasan yang dimiliki ABK (secara kognitif / afektif / psikomotor) dapat berimplikasi pada kurangnya aspek sosial dengan individu lain (baik dengan orang tua, keluarga, teman, guru dll). Selain itu, adanya stigma2 negatif atas ketidakmampuan ABK dalam menjalani fungsi sehari-hari. Sementara, sama halnya dengan individu lain, ABK juga memiliki kebutuhan yang sama : mendapatkan rasa kasih sayang, perhatian, interaksi dengan orang lain.

2. Aspek Pendidikan UU No. 2 Tahun 1989 Pasal 5 Pasal 8 ayat 1, UU no.4 tahun 1997 UU SISDIKNAS no.20 tahun 2003 setiap WN mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan WN yang memiliki kelainan fisik &/mental berhak memperoleh pendidikan luar biasa (PLB) berhak dapat pendidikan bermutu, yang kelainan dapat PLB T U J U A N Mempersiapkan menghadapi kehidupan nyata setelah lepas dari lingk sekolah (Hunt & Marshall, 2005) Upaya pembimbingan kemandirian, optimalisasi kemampuan indera/bagian lain yg masih dapat difungsikan SLB A : Tunanetra Prinsip kekongkretan. Belajar sambil melakukan SLB B : Tunarungu Prinsip keter-arahan wajah Program Pendidikan Lembaga / SLB SLB C : Tunagrahita Prinsip atensi, kuatkanmemori, ketrampilan, pemberian pengalaman Layanan Pendidikan SLB D : Tunadaksa SLB E : Tunalaras Prinsip Latih otot dan gerak prinsip kebutuhan kekeluargaan, kepatuhan, setia kawan Program Pendidikan Inklusi Sekolah Inklusi Kegiatan bersama dengan anak normal

PERBEDAAN INTEGRASI -- INKLUSIF INTEGRASI Dibedakan berdasr tk. Keberfungsiannya & pengetahuannya ABK dididik dlm setting bbda siap ikut kelas Reg Pertemuan sesekali & jarang menjadi angg penuh dr kelas reguler Contoh: INKLUSIF Klrg, sekolah, semua anak adalah anggota kelompok yg sama: berinteraksi, saling bantu, tenggrasa, menerima bhwa sebgn mempu kbthn bbda dr mayoritas, bkrjasama. Satu hukum untuk semua. ABK dri awal ikut secara penuh bersama anak reg. Integrasi dlm acara2 kebud. Integrasi fisik ABK terlihat Ada dlm 1 kompleks dg siswa reg Waktu istirahat =anak reg. bertemu tapi tdk kerjasama Siswa penyandang cacat di kelas reg tapi tanpa perhatian ekstra thd kebutuhan akademis/social buruk bagi morilnya

PRINSIP: mengubah & menyesuaikan system, lingkungan & aktivitasnya menyesuaikan oranglain dan mempertimbangkan semua orang. Diperlukan fleksibilitas, kreativitas, sensitivitas Hal yang perlu dihindari: Melabel ABK Pendidikan terpisah Memandang Abk sebagai minoritas 3. Aspek Fasilitas / Layanan Umum Keterbatasan yang dimiliki ABK juga berimplikasi pada perlunya kebutuhan fasilitas yang sesuai. Misalnya : toilet khusus penyandang disabilitas, sarana dan prasana / akses ke tempat umum. UU No. 28 Th 2002 tentang bangunan, diatur bahwa setiap bangunan harus menyediakan fasilitas / infrastuktur untuk penyandang disabilitas, kecuali perumahan pribadi. PP No. 43 th 1998 tentang upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi penyandang disabilitas setiap penyelenggaraan fasilitas umum dan infrastuktur harus menyediakan aksesibilitas yang setara.

IMPLIKASI 1. Aspek Sosial Munculnya program-program disabilitas di bawah Kemensos RI bagi penyandang disabilitas, keluarga dan masyarakat, antara lain : a. Rehabilitasi sosial berbasis non-institusi (Unit Pelayanan Sosial Keliling; Loka Bina Karya) b. Rehabilitasi Sosial berbasis institusi (Panti sosial bina netra, bina rungu wicara, bina daksa, bina grahita, bina laras dll) c. Rehabilitasi Sosial Berbasis keluarga / masyarakat d. Bantuan Sosial bagi organisasi sosial yang bergerak di bidang disabilitas & Bantuan Gawat Darurat

a. Rehabilitasi sosial berbasis non-institusi UPSK LBK Sarana pelayanan bergerak yang kegiatannya diarahkan untuk menjangkau lokasi penyandang disabilitas agar dapat memperoleh kesejahteraan sosial. Agar mendapatkan akses layanan dan rehabilitasi sosial dengan menitikberatkan pada bimbingan ketrampilan. b. Rehabilitasi sosial berbasis institusi

c. Rehabilitasi sosial berbasis keluarga / masyarakat Ditujukan untuk memobilisasi masyarakat dalam memberikan bantuan dan dukungan bagi penyandang disabilitas dan keluarganya dengan memanfaatkan potensi sumber kesejahteraan sosial setempat. Kegiatan utama : a. deteksi dini terhadap kondisi disabilitas b. Pelaksanaan rujukan pada sumber potensial sesuai kebutuhan penyandang disabilitas 2. Aspek Pendidikan Permasalahan pendidikan bagi penyandang disabilitas: a. Pendidikan konvensional memandang adanya hambatan ABK untuk memperoleh pencapaian seperti halnya anak pada umumnya, namun jika b. ABK lulus dari SLB mendapatkan diskriminasi karena pencapaian pendidikannya dibedakan, dan berimplikasi saat mencari kerja. Menghadapi permasalahan tsb, muncul pendidikan inklusi.

Hambatan Pendidikan inklusi a. Belum memahami karakteristik dan gaya belajar setiap siswa termasuk siswa ABK sehingga kurang mengakomodasi kebutuhan belajar. b. Sikap guru : terlalu melindungi / mengabaikan siswa dengan disabilitas c. Kurikulum, aturan sekolah dan lingkungan kurang akomodatif. d. Fasilitas pendidikan yang kurang memadai (ruang kelas, meja, buku broiler dll) 3. Aspek Fasilitas / Layanan Umum Tujuan : menciptakan kondisi dan lingkungan yang lebih mendukung bagi penyandang disabilitas untuk bersosialisasi di dalam masyarakat. Kurangnya implementasi atas aksesibilitas pada sektor bangunan dan transportasi : a. Sarana transportasi umum yang tidak bersahabat b. Tidak adanya trotoar yg mendukung c. Elevator yang terlalu sempit d. Sarana sanitasi yang tidak mendukung e. Kondisi jalanan yang licin / tidak rata Implikasi : Perlu peningkatan kondisi fasilitas / layanan yang lebih baik sesuai kebutuhan ABK.