Pengaruh Jeluk Muka Air Genangan dalam Parit pada Berbagai Fase Pertumbuhan Padi terhadap Gulma dan Hasil Padi (Oryza sativa L.)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN DAN KOMBINASI PUPUK NITROGEN ANORGANIK DAN NITROGEN KOMPOS TERHADAP PRODUKSI GANDUM. Yosefina Mangera 1) ABSTRACK

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS PADI ( Oryza sativa L. ) PADA BERBAGAI JENIS PUPUK KANDANG

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, K PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) KEPRAS

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

PENGARUH MULSA ORGANIK PADA GULMA DAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) VAR. GEMA

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

BAB III METODE PENELITIAN

TOLERANSI VARIETAS PADI HITAM (Oryza sativa L.) PADA BERBAGAI TINGKAT CEKAMAN KEKERINGAN. Tesis Program Studi Agronomi

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

PENGARUH PUPUK MAJEMUK PELET DARI BAHAN ORGANIK LEGUM COVER CROP (LCC) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI VARIETAS IR 64 PADA MUSIM PENGHUJAN

Oleh TIMBUL SIMBOLON ILMU TANAH DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN. Universitas Sumatera Utara

PERTUMBUHAN GULMA DAN HASIL TANAMAN WIJEN (Sesamum indicum L.) PADA BERBAGAI FREKUENSI DAN WAKTU PENYIANGAN GULMA PENDAHULUAN

SKRIPSI OPTIMALISASI PRODUKSI PADI

Achmad Sauki *), Agung Nugroho dan Roedy Soelistyono

APLIKASI IRIGASI DEFISIT PADA FASE PEMBUNGAAN TANAMAN PADI GOGO (Oryza sativa L.) VARIETAS INPAGO 9

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

PENGARUH JENIS PUPUK KANDANG DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. var. saccharata Sturt) SKRIPSI

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

PENGARUH AKSESI DAN KEPADATAN POPULASI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

HASIL DAN PEMBAHASAN

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

PENGARUH PENGENDALIAN GULMA PADA BERBAGAI UMUR BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

SKRIPSI Disusun oleh : Rifqi Maulana NIM : PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MURIA KUDUS

HASIL DAN PEMBAHASAN

THE EFFECT OF AZOLLA AND N FERTILIZER APLICATION ON RICE FIELD (Oryza sativa L.) VARIETY INPARI 13

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MELON (Cucumis melo L.)

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

Pemakaian Pupuk Organik Cair Sebagai Dekomposer dan Sumber Hara Tanaman Padi (Oriza sativa L.)

Jurnal Agrotek Indonesia 1 (1) : (2016) ISSN :

BAB V HASIL PENELITIAN. Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo

Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN

PENGARUH JARAK TANAM DAN FREKUENSI PENYIANGAN GULMA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum)

STUDI TINGGI PEMOTONGAN PANEN TANAMAN UTAMA TERHADAP PRODUKSI RATUN. The Study of Cutting Height on Main Crop to Rice Ratoon Production

KERAGAMAN KOMUNITAS GULMA PADA BERBAGAI KEDALAMAN TANAH VARIABILITY OF WEED COMMUNITY ON VARIOUS OF SOIL DEPTH

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DENGAN BEBERAPA CARA PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI (Oryza sativa L.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

PENGARUH DOSIS BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS PADI. The Effect of Bokashi Dosages on Growth and Yield of Three Varieties of Rice

III. BAHAN DAN METODE

Sumber : Nurman S.P. (

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila),

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

PENGARUH MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BENIH TIGA KULTIVAR KACANG HIJAU (Vigna radiata L. Wilczek) DI LAHAN PASIR PANTAI

Kata kunci: gulma, periode kritis, kedelai hitam, penyiangan

PENGARUH DOSIS PUPUK HIJAU DAUN GAMAL (Gliricidia sepium) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.)

SKRIPSI. RESPON DUA VARIETAS PAKCHOY (Brassica chinensis L.) PADA PERLAKUAN PENGELOLAAN GULMA. Oleh: AA KOMARA GUNARA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Balai Pengkajian Teknologi Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

PERBEDAAN UMUR BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L)

KAJIAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADI GOGO (Oryza sativa L.) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. dengan jenis tanah regosol. Penelitian sampel tanah dilaksanakan di Greenhouse

PENGARUH FREKUENSI PENGENDALIAN GULMA SECARA MANUAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DENGAN METODE SRI

PENGGUNAAN RADIASI SINAR GAMMA UNTUK PERBAIKAN DAYA HASIL DAN UMUR PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG DAN CEMPO IRENG

PENGARUH BERBAGAI DOSIS BIOCHAR SEKAM PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI WORTEL

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP),

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan pertanaman tebu Kecamatan Natar, Kabupaten

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO YANG DIMODIFIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP PERBANDINGAN PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK KIMIA

PERIODE KRITIS PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) SKRIPSI OLEH : WILTER JANUARDI PADANG

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan

EFEKTNITAS PUPUK UREA-ZEOLIT TABLET TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PAD1 SAWAH. Oleh NOVALLNA

METODE PENELITIAN. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo provinsi DIY. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia

PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir)

Jurnal Cendekia Vol 11 No 3 Sept 2013 ISSN

PENGARUH PENGELOLAAN AIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA LAHAN SAWAH BUKAAN BARU

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh:

SISTEM TANAM DAN UMUR BIBIT PADA TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS INPARI 13

PERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) Wilczek) PADA KADAR AIR YANG BERBEDA

Pengaruh Dosis Herbisida Ethoxysulfuron 15 WG Terhadap Gulma, Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi Varietas Ciherang

IDENTIFIKASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL PADI GOGO DI ACEH BESAR. The Identification Some Upland Rice Superior Varieties in Aceh Besar

MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PAKAN MELALUI INTRODUKSI JAGUNG VARIETAS UNGGUL SEBAGAI BORDER TANAMAN KENTANG

II. BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAB IV METODE PENELITIAN. (RAK) faktor tunggal dengan perlakuan galur mutan padi gogo. Galur mutan yang

Transkripsi:

Pengaruh Jeluk Muka Air Genangan dalam Parit pada Berbagai Fase Pertumbuhan Padi terhadap Gulma dan Hasil Padi (Oryza sativa L.) The Effect of Depth of Water Level on Saturated Soil Culture in Different Growth Phases of Rice Against The Weeds and Rice (Oryza Sativa L.) Yields Eka Heskia Sebayang 1, Didik Indradewa 2, Dody Kastono 2 ABSTRACT The saturated soil culture is irrigation efforts made by elevating the bed and providing continous depth of water surface in furrow. The saturated soil culture is an of a system that makes water be used more efficiently but it cause the growth of weeds increase. This research not only aim to get information about the effect of rice under saturated soil culture in some phase of growth against the growth of weeds and the rice yield but also aim to get information about which depth of water level is best for reduces the growth of weeds. This research was a field research conducted in Sidoarum village, Godean sub-district, Sleman regency starting from July until November 2011. The experimental design was a Randomize Complete Block Design with three repetitions. The treatments were regulation in depth of water surface in furrow level 0, 10, and 20 cm applied on vegetative phase, reproductive phase, and seed filling phase consisted of ten levels. Variables collected were soil moisture levels, light penetration, Summed Dominance Ratio, biomass of weeds, and weight of grains. The result indicated that: (1) The soil moisture levels of saturated soil culture with depth of water level 0 and 10 cm was similar to rice fields system on seed filling phase, (2) The regulation in depth of water level treatment in saturated soil culture caused the biomass of weeds increase in every phase of growth, (3) The increase of weeds biomass was not significantly reduces weight of grains on saturated soil culture and rice fields either. Key words: Saturated soil culture, rice, weeds, phase of growth, yield. INTISARI Sistem genangan dalam parit adalah usaha pengairan yang dilakukan dengan meninggikan bedengan dan memberikan pengairan dalam parit terusmenerus. Sistem genangan dalam parit merupakan salah satu sistem yang dapat mengefisiensikan penggunaan air namun dapat meningkatkan pertumbuhan gulma Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang pengaruh jeluk muka air padi genangan dalam parit pada berbagai fase pertumbuhan terhadap pertumbuhan gulma dan hasil padi serta jeluk muka air yang paling baik untuk menekan pertumbuhan gulma. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilaksanakan di desa Sidoarum, kecamatan Godean, kabupaten Sleman mulai bulan Juli sampai November 2011. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak blok lengkap dengan ulangan sebanyak 3 kali. Perlakuan yang digunakan adalah pengaturan jeluk muka air genangan 0, 10, dan 20 cm dari permukaan bedengan 1 Alumni Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 2 Fakultas Pertanian Gadjah Mada, Yogyakarta

pada fase pertumbuhan tanaman yaitu fase vegetatif, reproduktif, dan pemasakan yang terdiri atas 10 aras. Parameter yang dikumpulkan adalah kadar lengas tanah, penerusan cahaya, SDR, berat kering gulma, dan berat gabah kering. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Kadar lengas sistem genangan dalam parit dengan jeluk 0 dan 10 cm dapat menyamai sistem sawah saat fase pemasakan, (2) Pengaturan jeluk muka air sistem genangan dalam parit pada setiap fase pertumbuhan padi mengakibatkan berat kering gulma meningkat, (3) Peningkatan berat kering gulma menurunkan hasil gabah padi secara tidak nyata baik pada sistem genangan dalam parit maupun sawah. Kata kunci : Genangan dalam parit, padi, gulma, fase pertumbuhan, hasil. PENDAHULUAN Padi merupakan komoditas pangan pokok yang menyangkut kebutuhan mendasar bagi hampir sebagian besar penduduk Indonesia sehingga menjadi komoditas yang dominan dalam ketahanan pangan nasional. Beras menyediakan sekitar 21 % dari total kalori pangan bagi penduduk dunia. Beras mengandung berbagai zat gizi yang diperlukan oleh tubuh (Anonim, 2007). Kebutuhan beras setiap tahun makin bertambah, seiring dengan laju pertambahan penduduk. Dalam empat tahun terakhir rata-rata pertumbuhan produksi padi nasional hanya mencapai 1,39 % dengan produktivitas 4,6 ton ha- 1. Luas panen tahun 2006 mencapai 11.780.374 ha dengan produksi sebesar 54.402.014 ton (BPS, 2007). Permasalahan utama dalam pengembangan padi sawah di Indonesia di masa mendatang adalah makin terbatasnya sumberdaya air karena lahan sawah merupakan pengguna air terbesar. Sistem usaha tani tanaman padi di Indonesia merupakan pengguna air terbesar selama ini terutama yang memanfaatkan irigasi sebagai sumber pengairan. Teknologi genangan dalam parit adalah salah salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk mengefesiensikan penggunaan air. Indradewa et al. (2003) menyatakan bahwa genangan dalam parit merupakan suatu cara pengairan dengan aliran perlahan di dalam parit di antara bedengan. Menurut Syamsuddin (2008), bahwa tanaman padi dengan sistem genangan dalam parit memiliki pertumbuhan yang lebih baik dengan jumlah anakan maksimum dan produktif yang lebih tinggi dibanding dengan cara sawah, tetapi jumlah gabah malai menurun dan gabah hampa meningkat serta malai yang lebih pendek. Menurunnya jumlah gabah malai serta meningkatnya gabah

hampa kemungkinan disebabkan pasokan lengas yang masih kurang saat pertumbuhan terutama pada saat inisiasi malai berlangsung. Permasalahan menurunnya jumlah gabah malai serta tingginya gabah hampa padi genangan dalam parit dapat diatasi dengan melakukan pengaturan jeluk muka air genangan pada fase-fase pertumbuhan, menggunakan kultivar yang tanggap genangan dalam parit dengan jarak tanam yang optimum. Genangan dalam parit menyebabkan kadar lengas tanah berada di sekitar kapasitas lapangan, sehingga ada perbedaan kadar lengas tanah dengan penanaman yang menggunakan sistem konvensional seperti sawah pada umumnya yang cenderung jenuh air. Adanya perbedaan kadar lengas yang terjadi pada perlakuan jeluk sistem genangan dalam parit pada fase-fase pertumbuhan akan menyebabkan pertumbuhan gulma meningkat. Menurut Nastiti (2008), pada kondisi lengas jenuh gulma yang mendominasi ada gulma jenis daun lebar, sedangkan pada kondisi lengas rendah gulma yang mendominasi ada gulma rumputan. BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah benih padi kultivar Cimelati, pupuk urea, SP36, KCl, pupuk kandang, dan pestisida. Alat yang digunakan antara lain timbangan digital, oven, hand counter, lux meter, meteran, tali tanam, hand sprayer, alat pengukur air (water flow meter), pipa paralon, alat tulis dan komputer. Penelitian dilakukan dengan menyusun perlakuan dalam rancangan acak dalam kelompok (randomize complete block design). Setiap perlakuan masingmasing diulang sebanyak 3 kali. Perlakuan yang digunakan adalah pengaturan jeluk muka air genangan dari permukaan bedengan pada fase pertumbuhan tanaman yaitu fase vegetatif, reproduktif, dan pemasakan yang terdiri atas 10 aras. Perlakuan jeluk muka air dapat ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Perlakuan jeluk muka air genangan pada sistem genangan dalam parit setiap fase pertumbuhan padi Perlakuan Fase Pertumbuhan Vegetatif Reproduktif Pemasakan Sawah S S S 222 20 20 20 221 20 20 10 220 20 20 0 212 20 10 20 211 20 10 10 210 20 10 0 202 20 0 20 201 20 0 10 200 20 0 0 Keterangan : Jeluk muka air genangan 0 cm sampai umur 20 hst (hari setelah tugal) Vegetatif : Umur 21 sampai ± 60 hst (hari setelah tugal) Reproduktif : Umur 61 sampai ± 90 hst (anthesis) Pemasakan : Umur ± 91 hst (anthesis) sampai menjelang panen S : Cara pengairan padi sawah 20 : Jeluk muka air 20 cm dari permukaan bedengan 10 : Jeluk muka air 10 cm dari permukaan bedengan 0 : Jeluk muka air 0 cm dari permukaan bedengan Pengamatan yang dilakukan di lapangan meliputi pengambilan sampel gulma dengan cara analisis vegetasi metode kuadrat dengan petak sampel 50 x 50 cm pada saat sebelum tanam, umur 28, 56, 84, dan 100 hst. Kemudian dilakukan penghitungan kerapatan (densitas), kemunculan (frekuensi), dan penutupan lahan (dominansi) gulma untuk mendapatkan angka Summed Dominance Ratio (SDR) selanjutnya nilai SDR digunakan untuk menghitung koefisien komunitas gulma (nilai C) serta berat kering gulma. Pengamatan lain yang dilaksanakan adalah pengamatan kadar lengas dan penerusan cahaya yang dilakukan pada setiap fase pertumbuhan tanaman serta hasil gabah kering panen yang dihasilkan padi. Data pengamatan dianalisis dengan sidik ragam (anova) menurut rancangan acak kelompok satu faktor. Perlakuan yang berpengaruh nyata akan dilanjutkan dengan menggunakan uji DMRT pada tingkat ketelitian 5 %. Untuk melihat keeratan hubungan antar variabel tanaman (bobot gabah kering panen dan bobot kering gulma) digunakan analisis korelasi dan regresi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2. Kadar lengas, penerusan cahaya, dan berat kering gulma saat fase vegetatif Fase Vegetatif Vegetatif-Reproduktif-Pemasakan Kadar Penerusan Berat kering lengas (%) cahaya (%) gulma (g) 20-20-10 39,33 b 54,56 b 25,20 bc 20-20-0 38,83 c 55,11 b 38,86 abc 20-10-20 37,98 d 54,32 b 32,89 abc 20-10-10 38,67 c 54,22 b 43,95 ab 20-10-0 38,72 c 56,70 b 48,26 a 20-0-20 38,08 d 52,80 b 46,01 ab 20-0-10 38,68 c 53,83 b 50,66 a 20-0-0 38,79 c 52,95 b 39,46 abc 20-20-20 38,10 d 54,86 b 21,95 c Sawah 56,83 a 67,79 a 30,00 abc Keterangan : Angka yang diikuti huruf sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%. Pada saat fase vegetatif sistem genangan dalam parit sudah dilakukan dengan memberikan jeluk 20 cm pada semua perlakuan jeluk muka air. Tabel 2 menunjukkan bahwa kadar lengas tanah pada semua perlakuan jeluk muka air sistem genangan dalam parit lebih rendah dibanding dengan sistem sawah namun persentase penerusan cahaya pada sistem genangan dalam parit saat fase vegetatif lebih rendah dibandingkan dengan sistem sawah. Perbedaan kadar lengas dan penerusan cahaya saat fase vegetatif tidak mempengaruhi berat kering gulma baik pada sistem genangan dalam parit maupun sistem sawah. Pada saat fase reproduktif bedengan pada sistem genangan dalam parit diberi perlakuan jeluk 0, 10, dan 20 cm. Tabel 3 menunjukkan bahwa kadar lengas tanah sistem genangan dalam parit dengan perlakuan jeluk 0, 10, dan 20 cm lebih rendah dibanding dengan sistem sawah. Pada saat fase reproduktif adanya perlakuan jeluk muka air yang dilakukan pada sistem genangan dalam parit maupun sawah tidak menunjukkan adanya perbedaan nyata terhadap persentase penerusan cahaya. Adanya pengaturan jeluk muka air 0, 10, dan 20 cm saat fase reproduktif menyebabkan berat kering gulma pada sistem genangan dalam parit lebih tinggi dibanding pada sistem sawah.

Tabel 3. Kadar lengas, penerusan cahaya, dan berat kering gulma saat fase reproduktif Fase Vegetatif Vegetatif-Reproduktif-Pemasakan Kadar Penerusan Berat kering lengas (%) cahaya (%) gulma (g) 20-20-10 39,33 d 26,53 a 38,44 bcd 20-20-0 38,83 e 26,84 a 65,16 a 20-10-20 49,26 c 22,52 a 39,94 bcd 20-10-10 49,22 c 15,57 a 58,85 ab 20-10-0 49,22 c 19,26 a 49,89 abc 20-0-20 54,07 b 16,18 a 46,75 abcd 20-0-10 54,07 b 17,77 a 40,14 bcd 20-0-0 54,08 b 16,54 a 43,66 bcd 20-20-20 38,10 f 18,48 a 29,43 cd Sawah 56,61 a 17,50 a 26,78 d Keterangan : Angka yang diikuti huruf sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%. Tabel 4. Kadar lengas, penerusan cahaya, dan berat kering gulma saat fase pemasakan Fase Vegetatif Vegetatif-Reproduktif-Pemasakan Kadar Penerusan Berat kering lengas (%) cahaya (%) gulma (g) 20-20-10 48,24 a 4,81 a 32,53 b 20-20-0 54,07 a 4,87 a 54,83 a 20-10-20 37,98 b 3,93 a 31,20 b 20-10-10 49,23 a 3,73 a 45,51 ab 20-10-0 54,07 a 4,10 a 37,64 ab 20-0-20 38,08 b 4,86 a 47,97 ab 20-0-10 49,23 a 4,77 a 41,77 ab 20-0-0 54,06 a 3,45 a 45,59 ab 20-20-20 38,10 b 3,61 a 33,05 b Sawah 50,46 a 4,02 a 37,45 ab Keterangan : Angka yang diikuti huruf sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%. Pada saat fase pemasakan bedengan pada sistem genangan dalam parit juga diberikan perlakuan jeluk muka air 0, 10, dan 20 cm. Tabel 4 menunjukkan bahwa kadar lengas tanah perlakuan jeluk 0 dan 10 cm pada sistem genangan dalam parit tidak berbeda nyata dengan sistem sawah. Persentase penerusan cahaya saat fase pemasakan juga tidak menunjukkan perbedaan nyata antara sistem genangan dalam parit dan sistem sawah. Berat kering gulma pada sistem genangan dalam parit tidak berbeda nyata dengan sistem sawah. Hal ini berarti pertumbuhan gulma pada saat fase pemasakan tidak dipengaruhi oleh kadar

lengas dan penerusan cahaya baik pada sistem genangan dalam parit maupun sistem sawah. Hasil analisis vegetasi gulma yang dilakukan saat sebelum pengolahan lahan didapatkan bahwa gulma yang dominan adalah gulma tekian dengan daur hidup tahunan. Nilai koefisien komunitas gulma (C) sebelum pengolahan antara blok I dan II adalah 72,87 %, antara blok II dan II sebesar 65,26 %, dan antara blok I dan III sebesar 76,69 %. Tabel 5. SDR gulma sebelum pengendalian gulma saat Fase vegetatif (28 hst) Vegetatif-Reproduktif- Pemasakan Gulma Dominan Morfologi Daur Hidup SDR 20-20-10 Leptochloa chinensis R TH 23,32 20-20-0 Leptochloa chinensis R TH 23,94 20-10-20 Leptochloa chinensis R TH 20,96 20-10-10 Leptochloa chinensis R TH 26,99 20-10-0 Echinochloa colonum R S 23,52 20-0-20 Leptochloa chinensis R TH 18,42 20-0-10 Leptochloa chinensis R TH 18,72 20-0-0 Leptochloa chinensis R TH 19,66 20-20-20 Leptochloa chinensis R TH 22,73 Sawah Leptochloa chinensis R TH 17,01 Keterangan: R = Rumputan; TH = Tahunan; S = Semusim Tabel 6. SDR gulma sebelum pengendalian gulma saat fase reproduktif (56 hst) Vegetatif-Reproduktif- Pemasakan Gulma Dominan Morfologi Daur Hidup SDR 20-20-10 Leptochloa chinensis R TH 24,13 20-20-0 Leptochloa chinensis R TH 15,03 20-10-20 Leptochloa chinensis R TH 23,72 20-10-10 Leptochloa chinensis R TH 16,94 20-10-0 Leptochloa chinensis R TH 13,92 20-0-20 Leptochloa chinensis R TH 17,73 20-0-10 Leptochloa chinensis R TH 20,74 20-0-0 Leptochloa chinensis R TH 16,26 20-20-20 Leptochloa chinensis R TH 19,20 Sawah Leptochloa chinensis R TH 19,18 Keterangan: R = Rumputan; TH = Tahunan; S = Semusim

Tabel 7. SDR gulma sebelum pengendalian gulma saat fase pemasakan (84 hst) Vegetatif-Reproduktif- Pemasakan Gulma Dominan Morfologi Daur Hidup SDR 20-20-10 Leptochloa chinensis R TH 17,56 20-20-0 Leptochloa chinensis R TH 16,40 20-10-20 Leptochloa chinensis R TH 25,47 20-10-10 Leptochloa chinensis R TH 19,22 20-10-0 Leptochloa chinensis R TH 15,61 20-0-20 Leptochloa chinensis R TH 18,14 20-0-10 Leptochloa chinensis R TH 25,57 20-0-0 Leptochloa chinensis R TH 17,66 20-20-20 Leptochloa chinensis R TH 23,46 Sawah Leptochloa chinensis R TH 17,35 Keterangan: R = Rumputan; TH = Tahunan; S = Semusim Tabel 8. SDR gulma sebelum pengendalian gulma saat menjelang panen (100 hst) Vegetatif-Reproduktif- Pemasakan Gulma Dominan Morfologi Daur Hidup SDR 20-20-10 Leptochloa chinensis R TH 17,64 20-20-0 Leptochloa chinensis R TH 27,16 20-10-20 Leptochloa chinensis R TH 22,90 20-10-10 Leptochloa chinensis R TH 26,01 20-10-0 Leptochloa chinensis R TH 25,79 20-0-20 Leptochloa chinensis R TH 30,00 20-0-10 Leptochloa chinensis R TH 27,32 20-0-0 Leptochloa chinensis R TH 31,31 20-20-20 Leptochloa chinensis R TH 25,21 Sawah Leptochloa chinensis R TH 37,10 Keterangan: R = Rumputan; TH = Tahunan; S = Semusim Tabel 5, 6, 7, dan 8 menunjukkan bahwa golongan gulma yang mendominasi baik pada sistem genangan dalam parit dan sawah mulai dari awal tanam sampai fase pemasakan adalah gulma rumputan. Berdasarkan jenisnya, gulma rumputan yang mendominasi pada sistem genangan dalam parit maupun sawah adalah Leptochloa chinensis. Jenis gulma ini sendiri merupakan gulma jenis rumputan yang mampu hidup di lahan basah ataupun berlumpur maupun lahan yang kering (Soerjani, 1987).

Tabel 9. Berat gabah kering panen (t/ha) padi genangan dalam parit pada berbagai perlakuan jeluk muka air dan sawah Vegetatif-Reproduktif-Pemasakan Berat gabah kering 20-20-10 6,50 c 20-20-0 8,14 b 20-10-20 7,50 bc 20-10-10 7,54 bc 20-10-0 8,43 b 20-0-20 9,71 a 20-0-10 9,90 a 20-0-0 9,98 a 20-20-20 5,13 d Sawah 9,99 a Rerata 8,28 CV (%) 8,15 Keterangan : Angka yang diikuti huruf sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%. Tabel 9 menunjukkan bahwa hasil gabah kering panen tanaman padi genangan dalam parit dengan perlakuan jeluk muka air 0 cm pada saat fase reproduktif tidak berbeda nyata dengan gabah kering panen tanaman padi sawah. Hal ini dikarenakan periode kritis tanaman padi untuk tidak kekurangan air terjadi pada saat fase reproduktif sehingga pada fase tersebut harus diberi perlakuan jeluk 0 cm untuk menghindari kehampaan pada gabah saat panen (Anonim, 2007). Gambar 1. Hubungan berat kering gulma dengan berat gabah kering panen padi sistem genangan dalam parit dan sistem sawah

Pada gambar 1, hubungan berat kering gulma dan berat gabah kering panen padi sistem genangan dalam parit dan sistem sawah berkorelasi negatif, artinya peningkatan berat kering gulma secara tidak nyata menurunkan berat gabah kering panen padi. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh penyiangan sebanyak 3 kali setelah pengambilan gulma. KESIMPULAN 1. Kadar lengas sistem genangan dalam parit dengan jeluk 0 dan 10 cm dapat menyamai sistem sawah. 2. Persentase penerusan cahaya sistem genangan dalam parit tidak berbeda nyata dengan sistem sawah pada fase reproduktif sampai fase pemasakan. 3. Pengaturan jeluk muka air sistem genangan dalam parit pada setiap fase pertumbuhan padi mengakibatkan berat kering gulma meningkat dan komposisi gulma cenderung berbeda dengan sistem sawah. 4. Peningkatan berat kering gulma menurunkan hasil gabah padi secara tidak nyata baik pada sistem genangan dalam parit maupun sawah UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ir. Syamsuddin, M.Sc. atas kesempatan yang diberikan untuk dapat bergabung dalam tim penelitian di desa Sidoarum, kecamatan Godean tahun 2011. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2007. Direktori Padi Indonesia 2006. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Jakarta. Anonim. 2007. Keperluan Air bagi Tanaman Padi Varietas Unggul. http://iqra5.blogspot.com/2010/07/keperluan-air-bagi-tanaman-padi.html. Diakses tanggal 8 Juni 2012. Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Indonesia. Jakarta. Indradewa., S. Sastrowinoto, S. Notohadisuwarno, dan F.A. Priyono. 2003. Fase pertumbuhan tanaman yang tanggap terhadap genangan dalam parit di lapangan. Ilmu Pertanian 11(2):68-75. Nastiti, D.A. 2008. Pengaruh Jenis Tanah dan Lebar Bedengan Terhadap Pertumbuhan Gulma dan Hasil Padi Sistem Genangan Dalam Parit. Tesis S2 Ilmu Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Soerjani, M., A.J.G.H. Kostermans, dan G. Tjitrosoepomo. 1987. Weed of Rice in Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta. Syamsuddin. 2008. Pertumbuhan dan Hasil Padi Pada Dua Jenis Tanah dan Berbagai Lebar Bedengan Sistem Genangan dalam Parit. Tesis S2 Ilmu Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.