E = Konsumsi energi selama pekerjaan berlangsung (kcal/menit). (E-5,0) = Habisnya cadangan energi (kcal/menit). Tw = Waktu kerja (menit).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONSUMSI ENERGI KERJA PERTEMUAN #4 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

PENGUKURAN TINGKAT KELELAHAN DAN KETIDAKNYAMANAN PADA KARYAWAN FRONT LINER STUDI KASUS: CUSTOMER SERVICE SRSR BINUS

INSTRUMEN SURVEI GANGGUAN OTOT-RANGKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kata lelah (fatigue) menunjukan keadaan tubuh fisik dan mental yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. industri pengolahan air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merk dagang. keselamatan dan kesehatan akan aman dari gangguan.

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan terhadap pasien (Praptiningsih, 2006).

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja,

MODUL II PHYSIOLOGICAL PERFORMANCE

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat dan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, khususnya dalam

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA HUBUNGAN TINGKAT KELELAHAN TERHADAP WORK ABILITY INDEX (WAI)

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

BAB V PEMBAHASAN. hampir semua tenaga kerja pada unit weaving PT. Iskandar Tekstil adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerjanya. Aspek terpenting dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil analisa data di 3 group pekerjaan

BAB II LANDASAN TEORI. diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: ANALISIS KONDISI SEBELUM DAN SESUDAH KERJA PADA OPERATOR OFFSHORE DI PT. X DENGAN METODE PSIKOFISIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Potter & Perry,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disokong oleh beberapa kaki dan ada yang memiliki laci, sedangkan kursi adalah

BAB II LANDASAN TEORI

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

KUESIONER. Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat Di IGD RSAB Harapan Kita

Oleh: DWI APRILIYANI ( )

BAB I PENDAHULUAN. Desain stasiun kerja akan berpengaruh pada sikap kerja yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang masalah

Pola Tidur Diabetasi Efektif dan Konsisten

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak menimbulkan efek berbahaya bagi manusia. Lamanya radiasi komputer

ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan

BAB V ANALISA DATA. 1.1 Hubungan Antara Intensitas Cahaya Dan Keluhan Subjektif Kelelahan

FISIOLOGI KERJA (II) Teknik industri 2015

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA

BAB VI PEMBAHASAN. Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan sarana informasi sejak abad ke-dua puluh

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketahanan tubuh untuk bekerja(suma mur, 2013).Pada umumnya kelelahan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu masalah besar di negeri

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menjadi perhatian individu (Moustafa, 2015). Kualitas hidup yang di

BAB I PENDAHULUAN. akan melibatkan kerja tubuh. Kegiatan yang dilakukan secara rutinitas setiap hari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. informasi. Penggunaan komputer di setiap tempat kerja sangat membantu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. global. 1 Aktivitas fisik telah diidentifikasi sebagai faktor risiko keempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, industri yang berkembang di berbagai bidang sudah

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana

AKTIVITAS FISIK DAN SENAM USILA Dr.dr.BM.Wara Kushartanti FIK UNY

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS)

LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN

Lampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN

Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

PADA PENGEMUDI BUS MALAM JARAK JAUH PO. RESTU MULYA

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk

BAB II LANDASAN TEORI

Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN OPERASIONAL PT GUNZE INDONESIA TAHUN 2008

KUESIONER TENTANG PENGETAHUAN IBU TENTANG PERSIAPAN MEMASUKI MASA MENOPAUSE DI DUSUN V DESA SAMBIREJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2007

ITEM KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kelelahan (Fatigue) Kelelahan merupakan proses yang terakumulasi dari berbagai faktor penyebab dan mendatangkan ketegangan yang dialami oleh manusia. Kelelahan dapat diartikan sebagai proses menurunnya performa kerja dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh manusia untuk melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan (Wignjosoebroto, 2003). Berikut adalah macam kelelahan yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berbeda-beda menurut(wignjosoebroto, 2003): 1. Lelah Otot: yaitu kelelahan yang terjadi dengan munculnya gejala kesakitan yang amat sangat ketika otot harus menerima beban yang berlebihan. 2. Lelah Visual: yaitu kelelahan yang diakibatkan oleh ketegangan yang terjadi pada mata, mata yang terkonsentrasi secara terus menerus pada suatu objek seperti layar monitor, misalnya pada karyawan yang menggunakan komputer. Cahaya yang terlalu kuat yang mengenai mata juga dapat menimbulkan gejala yang sama. 3. Lelah Mental: yaitu kelelahan yang terjadi karena kelelahan pada otak, yang dikarenakan terjadinya proses berpikir yang terus-menerus. 4. Lelah Monotonis: yaitu kelelahan yang disebabkan oleh aktivitas kerja yang bersifat rutin, monoton ataupun oleh lingkungan kerja yang sangat menjemukan. Situasi kerja yang monoton dan menimbulkan rasa kebosanan akan mudah terjadi pada pekerjaan-pekerjaan yang dirancang terlalu ketat. Kelelahan monotonis jarang terjadi dalam kegiatan yang memberikan fleksibilitas bagi karyawan untuk mengembangkan kreativitas dan mengatur irama kerjanya sendiri. Bila kelelahan berlangsung terus menerus dan terakumulasi akan dapat menyebabkan lelah kronis yang dapat dicirikan seperti meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang toleran, munculnya sikap apatis dan depresi yang berat. Lelah kronis dapat berdampak langsung pada fisiologis maupun psikologis manusia, yang akhirnya akan memerlukan perawatan khusus. 2.2 Panjang Periode Kerja dan Istirahat Menurut Murrel (1965) kita masih memiliki cadangan sebesar 25 kcal sebelum munculnya Asam Laktat sebagai tanda saat dimulainya waktu istirahat. Cadangan akan hilang apabila bekerja lebih dari 5,0 kcal per menit, dan selama istirahat cadangan tersebut dibentuk kembali (Nurmianto,2008). Demikian perhitungan lamanya waktu kerja dan waktu istirahat: 1. Lamanya waktu kerja Lamanya waktu kerja dapat dirumuskan sebagai berikut: E = Konsumsi energi selama pekerjaan berlangsung (kcal/menit). (E-5,0) = Habisnya cadangan energi (kcal/menit). Tw = Waktu kerja (menit). 5

6 2. Lamanya waktu istirahat a. Diasumsikan bahwa selama istirahat jumlah energi adalah 1,5 kcal/menit. b. Tingkat energi dimana cadangan energi akan dapat dibangun kembali adalah (5,0 1,5) kcal/menit. c. Waktu istirahat ini adalah konstan (tetap) dan diasumsikan berdasarkan pada 25 kcal. 2.3 Metabolic Energy Turnover (METs) Klasifikasi MET (Metabolic Energy Turnover) adalah pengelompokan absolut yang sering dipakai untuk intensitas aktivitas fisik. Satu MET sama dengan pengeluaran energi pada saat istirahat, yaitu sekitar 3,5 ml 02/kg per menit. Klasifikasi MET merupakan alat yang berguna pada saat kita menghitung pengeluaran energi dari instrumen pengkajian subjektif seperti buku harian dan kuesioner tentang aktivitas (Gibney, Michael, Margetts, Barrie, Kearney, John, Arab Lenore, 2009). Kisaran aktivitas spesifik yang luas telah diklasifikasikan menurut nilai MET masing-masing. Sumber : (Jette, Sidney, & Blumchen, 1990) Gambar 2.1 Tabel METs 2.4 Swedish Occupational Fatigue Inventory (SOFI) Swedish Occupational Fatigue Inventory (SOFI) digunakan untuk menyelidiki kualitas subjektif dari kelelahan pada orang di pekerjaan yang berbeda. Sofi terdiri dari 20 item yang dibagi menjadi beberapa dimensi diantara lain kurangnya energi, tenaga fisik, ketidaknyamaan fisik, kurangnya motivasi dan kantuk. Contoh kuesioner SOFI sebagai berikut:

7 Dimensi Kurangnya Energi Aktivitas Fisik Ketidaknyamanan Fisik Kurang Motivasi Kantuk Aspek Penyataan Kerja secara berlebih Merasa lelah Tenaga terkuras untuk melakukan hal lain Merasa tenaga banyak berkurang Kehabisan energi setelah bekerja Berkeringat Bernafas dengan berat Merasakan jantung berdebardebar Tubuh terasa hangat Sesak nafas Merasa otot menegang Merasa kaku di persendian Mati rasa/kram di beberapa titik Merasakan nyeri di beberapa titik Tidak tertarik dengan keadaan sekitar Tidak banyak bergerak/pasif Merasa lesu Merasakan kurang peduli Mengantuk Ketiduran Pandangan buyar karena mengantuk Sering menguap Merasa malas melakukan sesuatu Skala 0 1 2 3 4 5 6 Sumber : (Ahsberg, & Furst, 2001) Gambar 2.2 Tabel SOFI 2.5 Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ) Nordic Musculoskeletal Questionnaire adalah sebuah kuesioner yang berisi pernyataan mengenai rasa sakit dan ketidaknyamanan pada Sembilan area tubuh manusia, yaitu leher, bahu, siku tangan, pergelangan tangan/tangan,

8 punggung atas, punggung bawah, pinggul/paha/bokong, lutut, dan pergelangan kaki/kaki. Contoh kuesioner sebagai berikut: Sumber: (Dickinson, Campion, Foster, Newman, O'Rourke, & Thomas, 1992) Gambar 2.3 Kuesioner NMQ 2.6 Uji Korelasi Korelasi bisa diartikan sebagai suatu hubungan antara dua atau lebih variabel.analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui pola dan tingkat pengaruh hubungan dari variabel yang diteliti.koefisien korelasi dinyatakan dengan bilangan antara 0 sampai +1 atau 0 sampai -1. Hubungan yang kuat

terjadi apabila koefisien korelasi mendekati +1 atau -1, sebaliknya korelasi yang mendekati nilai 0 memiliki hubungan yang lemah. Korelasi tidak memiliki hubungan sama sekali jika koefisien korelasi sama dengan 0 antara kedua variabel. Apabila koefisien korelasi +1 atau -1 maka terdapat hubungan yang sempurna antara kedua variabel. Notasi pada korelasi menunjukan arah hubungan antara kedua variabel. Pada notasi positif (+), hubungan antara kedua variabel searah, jadi jika satu variabel naik maka variabel yang lain juga naik. Pada notasi negative (-), kedua variabel berhubungan terbalik, artinya jika satu variabel naik maka variabel yang lain menurun(pratisto,2004). 9

10