BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional secara keseluruhan karena selain berpengaruh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome). Virus. ibu kepada janin yang dikandungnya. HIV bersifat carrier dalam

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang seluruh kegiatan yang ada didalamnya, informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

Penyakit Endemis di Kalbar

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tuberkulosis merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

PEMETAAN PENYAKIT DBD BERDASARKAN WILAYAH DI PUSKESMAS PEGANDAN SEMARANG TAHUN 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

ANALISIS SPASIAL UNTUK PEMETAAN PERSEBARAN PENYAKIT HIV DAN AIDS DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. virus dari golongan Arbovirosis group A dan B. Di Indonesia penyakit akibat

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

PEMETAAN PENYAKIT DBD BERDASARKAN WILAYAH DI PUSKESMAS PEGANDAN SEMARANG TAHUN 2011

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ini menular dan menyebar melalui udara, apabila tidak diobati

BAB. I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit HIV/ AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acguired Immun Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome,

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara epidemiologi, Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2

BAB I PENDAHULUAN. infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar. dan HIV/AIDS, Tuberkulosis menjadi salah satu penyakit yang

PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) ,

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya wabah campak yang cukup besar. Pada tahun kematian

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tenaga kesehatan gigi dalam menjalankan profesinya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular yang terutama menyerang anak-anak (Widoyono, 2008: 59).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit, diantaranya Acquired Immuno Defeciency Syndrome. (AIDS) adalah kumpulan penyakit yang disebabkan oleh Virus

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. HIV/AIDS menjadi epidemik yang mengkhawatirkan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Acquired Imuno Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan syndrome atau

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.

Informasi Epidemiologi Upaya Penanggulangan HIV-AIDS Dalam Sistem Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit kusta adalah penyakit infeksi kronis menular dan menahun yang

BAB I PENDAHULUAN. bawah Pemda Kota Bandung. Promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kota. Bandung memiliki strategi khusus dalam mengajak masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan jumlah kasus Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN. dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial ekonomi dan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2016 GAMBARAN MOTIVASI HIDUP PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH CEMARA GEGER KALONG BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN Pada Januari hingga September 2011 terdapat penambahan kasus sebanyak

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi. Oleh: SHANGITA BALA JOTHY NIM:

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN. dan faktor ekologi (Supariasa,2001 dalam Jauhari, 2012). untuk melawan segala penyakit yang datang. Pada saat kekebalan tubuh kita

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

BAB I PENDAHULUAN. (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health

BAB I PENDAHULUAN. bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat menyebar melalui droplet

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera. Salah satu ciri

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

SOSIALISASI APLIKASI SISTIM INFORMASI HIV-AIDS & IMS (SIHA) HARTAWAN Pengelola Program PMS dan HIV

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Epidemik HIV/AIDS akan menimbulkan dampak buruk terhadap pembangunan nasional secara keseluruhan karena selain berpengaruh terhadap kesehatan juga terhadap sisio-ekonomi, politik dan pertahanan keamanan. Masalah HIV/AIDS sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang sangat kompleks. Oleh karena itu penanggulangannya menjadi penting, apalagi lebih banyak HIV/AIDS menyerang kelompok masyarakat usia produktif terutama kelompok wanita. Untuk mengkaji laporan HIV/AIDS di Indonesia, ada beberapa pertimbangan yang perlu dijadikan perhatian. Pertama, masih terbatasnya kemampuan dokter, petugas kesehatan, laboratorium di daerah, dan sistem surveillans mendeteksi secara dini kasus HIV+ (positif). Kedua, sistem pencatatan dan pelaporan dari daerah ke pusat yang masih bersifat birokratis. Ketiga, masih kuatnya stigma yang berkembang di masyarakat terhadap penderita AIDS sehingga penderita kurang berani memeriksakan dirinya ke petugas kesehatan. Keempat, kemampuan konseling terhadap penderita HIV masih sangat terbatas. Human immunodeficiency virus (HIV) dan Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) diramalkan akan makin sering dihadapi karena belum ada obat penangkalnya, sementara penyebarannya tidak dapat dibendung. Penyakit ini yang pertama kali diketahui pada tahun 1981, dan kini telah menjadi pandemik di seluruh dunia. Epidemik HIV/AIDS di Indonesia sangat

2 mengancam. Hal ini disebabkan oleh faktor resiko, terutama perilaku seksual dan penggunaan NAPZA suntik yang semakin meningkat. Pada bulan September tahun 2000, Indonesia adalah salah satu dari 189 negara yang menandatangani kesepakatan bahwa HIV/AIDS sebagai sasaran Milenium Deveopment Goals (MDGs). MDG s juga menjadi salah satu prioritas utama Bangsa Indonesia. Dari 8 (delapan) misi yang harus dicapai, terdapat Misi ke-6 yaitu Memerangi HIV AIDS, TB dan penyakit menular lainnya (KARS, 2011). Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini telah menempati urutan ke 17, provinsi dengan penderita penyakit HIV/AIDS terbesar. Penularan telah berubah dengan dominasi dari jarum suntik pengguna narkoba. Laporan program P2MK tahun 2012 menunjukkan bahwa penemuan kasus HIV/AIDS dicapai 1.940 kasus. Proporsi kasus berdasarkan jenis kelamin adalah untuk kasus HIV (562 kasus laki-laki dan 399 kasus perempuan) dan untuk kasus AIDS (579 lakilaki dan 246 perempuan). Sementara itu pada tahun 2011 terdapat 41 kematian akibat AIDS, yang meliputi 19 penderita laki-laki dan 22 penderita perempuan. Kondisi kasus AIDS hingga Desember tahun 2012 adalah 1.685 hidup, 205 meninggal dan tanpa diketahui sebesar 51 kasus. Proporsi ODHA di Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan pada faktor resiko yang menyebabkan HIV/AIDS, didominasi oleh perilaku heteroseksual sebanyak 51%, tidak diketahui sebanyak 25%, IDU s 13% dan yang lainnya adalah homoseksual, biseksual, perinatal dan transfusi (Profil Kesehatan DIY, 2013). SIG atau GIS (Geographic Information System) adalah suatu bentuk sistem informasi yang menyajikan informasi dalam bentuk grafis dengan

3 menggunakan peta sebagai antar muka. SIG juga sebagai alat untuk mengolah pemetaan lahan dan menganalisa segala kejadian yang ada di muka bumi secara terkomputerisasi, kemudian mengintegrasikannya kedalam operasi basis data dan analisis statistik serta memadukkannya dengan analisis geografis secara unik melalui pemetaan atau menggunakan peta (Aziz, 2006). Pada bidang kesehatan SIG dapat digunakan untuk menggambarkan besar masalah kesehatan dan identifikasi determinan kesehatan yang spesifik. SIG juga digunakan sebagai masukan proses pengambilan keputusan, surveilans, intervensi kesehatan dan strategi pencegahan penyakit, serta untuk analisis epidemiologi dan manajemen kesehatan masyarakat. Kemampuan SIG sangat mempermudah dalam mengikuti kegiatan persebaran penyakit, lokalisasi masalah kesehatan dalam waktu dan ruang, identifikasi dan monitoring masalah kesehatan, faktor risiko kebiasaan dalam periode waktu, identifikasi pola distribusi waktu dan ruang dari faktor risiko dan outcome kesehatan, identifikasi wilayah geografis dan kelompok populasi dengan kebutuhan kesehatan dan pemecahan masalahnya dengan analisis multivariate juga evaluasi impact dari intervensi kesehatan (Hardjo, 2008). Berdasarkan wawancara kepada petugas Seksi Pengendalian Penyakit pengelola program pengendalian HIV/AIDS di Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta dilakukan studi pendahuluan pada bulan November 2014. Hasil yang diperoleh dari hasil wawancara bahwa kegiatan pengolahan data masih menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel. Keluaran informasi hanya berupa tabel-tabel rekapitulasi data dan grafik perkembangan penyakit HIV/AIDS berdasarkan kurun waktu tertentu saja. Belum

4 dimanfaatkannya data surveillans yang berbasis kewilayahan tersebut mengakibatkan tidak adanya output informasi dalam bentuk peta. Output dalam bentuk peta ini dapat menginformasikan persebaran penderita berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, faktor resiko dan overlay dari ketiga kelompok tersebut. Manfaat dari output dalam bentuk peta ini akan memudahkan petugas dalam menganalisis persebaran penderita HIV/AIDS serta memantau epidemik HIV/AIDS dan untuk perencanaan di tingkat masyarakat, tetapi bukan untuk membuat keputusan secara klinis bagi pasien secara individu. Oleh karena belum dimanfaatkannya data penderita HIV/AIDS yang berbasis kewilayahan tersebut, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian yaitu membangun sistem informasi geografis dengan menggunakan software ArcGis 10.1 ArcMap. Software ini digunakan untuk pengolahan data surveillans HIV/AIDS, dengan harapan bisa menjadi pengalaman pembelajaran bagi siapapun yang akan menggunakan sistem informasi geografis di bidang kesehatan maupun bidang lainnya. Sistem teknologi informasi memberikan lima peran utama di dalam organisasi, yaitu untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, komunikasi, kolaborasi dan kompetitif (Jogiyanto, 2005). Pada Seksi Pengendalian Penyakit pengelola program HIV/AIDS di Daerah Istimewa Yogyakarta sangat diperlukannya software yang dapat membantu petugas untuk mengolah data, agar menghasilkan output informasi yang lebih efisien, efektif, komunikatif/informatif, kolaboratif dan kompetitif. Software yang dimaksud adalah ArcGis 10.1 ArcMap. Software ini membantu pengguna (user) untuk melakukan pengolahan data yang berbasis kewilayahan ke dalam bentuk output berupa peta persebaran penderita HIV/AIDS dengan melakukan editing

5 data, analisis terhadap output peta yang dihasilkan, dan manajemen peta keseluruhan (Awalduddin, 2010). Hal tersebut yang mendasari peneliti untuk membangun sistem informasi geografis pengolahan data surveillans HIV/AIDS dengan menggunaka ArcGis di Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. B. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pembangunan sistem informasi geografis pengolahan data surveillans HIV/AIDS dengan menggunakan ArcGis di Dinas Kesehatan Daerah istimewa Yogyakarta? C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Tujuan Umum Mengetahui pembangunan sistem informasi geografis pengolahan data surveillans HIV/AIDS dengan menggunakan ArcGis di Dinas Kesehatan Daerah istimewa Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Melakukan analisis kebutuhan pembangunan sistem informasi geografis data surveillans HIV/AIDS di Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta; b. Membangun sistem informasi geografis pengolahan data surveillans HIV/AIDS dengan menggunakan ArcGis; dan

6 c. Mengevaluasi sistem informasi geografis ArcGis pengelolaan data surveillans HIV/AIDS dilihat dari persepsi kemudahan dan kemanfaatan keluaran informasi untuk mendukung pemantauan epidemik HIV/AIDS serta untuk perencanaan pada tingkat masyarakat di Dinas Kesehatan Yogyakarta; D. MANFAAT PENELITIAN Berikut ini merupakan manfaat dari penelitian yang dilaksanakan, yaitu sebagai berikut ini: 1. Manfaat Praktis a. Bagi dinas kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dan memperoleh cara untuk menjalankan program yang sesuai untuk pengendalikan sebaran kasus penyakit dan dapat menggunakannya sebagai acuan untuk mengembangkan sistem informasi yang bersifat mudah dipelihara dan dikembangkan sesuai keperluan; b. Bagi peneliti/ penulis 1) Dapat meningkatkan wawasan dan potensi akademis untuk menyajikan informasi kesehatan dengan memanfaatkan sistem informasi geografis; dan 2) Menerapkan teori yang didapat selama perkuliahan.

7 2. Manfaat Teoritis a. Bagi institusi pendidikan Dapat memberikan materi yang berharga bagi sumber pembelajaran dan sebagai bahan untuk mengatuhi sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam memahami teori yang telah diberikan; dan b. Bagi perancang lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai kajian tentang eksplorasi dari penerapan prinsip pendekatan berorientasi objek dalam perancangan sistem informasi. E. KEASLIAN PENELITIAN Penelitian tentang membangun sistem informasi geografis pengolahan data surveillans HIV/AIDS dengan menggunakan ArcGis di Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta belum pernah dilakukan orang lain, namun penelitian yang hampir sama pernah dilakukan yaitu sebagai berikut: 1. Darnoto (2011) meneliti tentang pengembangan sistem informasi kesehatan lingkungan dengan dukungan sistem informasi geografis di puskesmas Ngardirojo Kabupaten Wonogiri. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan action research. Hasil dari penelitian ini adalah aplikasi sistem informasi geografis yang dikembangkan dengan webbase dan dapat dimanfaatkan dengan mudah oleh pengguna. Dalam pembuatan aplikasi ini memiliki input antara lain: inspeksi sarana air bersih, sanitasi tempat-tempat umum, dan inspeksi rumah sehat yang ditambahkan didalamnya data tentang keberadaan jentik disuatu rumah dan kejadian penyakit yang berkaitan dengan factor

8 lingkungan pada penghuni rumah. Sistem informasi ini menghasilkan output peta tematik, grafik, serta tabel yang dapat dimanfaatkan sebagai pedoman dalam penyusunan laporan maupun sebagai informasi pendukung dalam perencanaan program kesehatan lingkungan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Danarto (2011) terletak pada bahasannya yaitu sama-sama membahas tentang pemanfaatan sistem informasi geografis. Perbedaannya adalah pada penelitian ini pembangunan SIG menggunakan software ArcGis dengan input data dari formulir surveillans HIV/AIDS di Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, serta menghasilkan output berupa peta tematik persebaran penderita HIV/AIDS, sedangkang Darnoto (2011) menghasilkan output dari sistem informasi kesehatan yang berbasis webbase yaitu berupa peta tematik, grafik, serta tabel dengan input data inspeksi sarana air bersih, sanitasi tempat-tempat umum, dan inspeksi rumah sehat. 2. Sofyan (2013) meneliti tentang penggunaan Statplanet pada sistem informasi surveillans demam berdarah dengue di Kabupaten Bantul. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan subyek penelitian petugas surveillans dan petugas pengelola data di Dinkes Kabupaten Bantul dan 3 puskesmas endemis DBD dan sudah pernah dilatih Statplanet. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat variasi pada proses penggunaan aplikasi Statplanet. Informasi yang dihasilkan dari penggunaan aplikasi Statplanet berupa tabel, grafik Histogram, grafik Bar, grafik Trend dan Peta interaktif dari besaran masalah kasus DBD yang mendukung dalam pengambilan keputusan kegiatan Surveilans DBD.

9 Penelitian ini juga meneliti persepsi kemudahan dan persepsi kemanfaatan dari penggunaan aplikasi Statplanet dalam pengolahan data. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Sofyan (2013) adalah membahas tentang pemanfaatan sistem informasi geografis (SIG) dalam mengolah data besaran masalah kasus serta mengetahui persepsi kemudahan serta persepsi kemanfaatan. Perbedaannya adalah pada penelitian ini pembangunan SIG menggunakan software ArcGis sedangkan dalam penelitian Sofyan (2013) meneliti SIG menggunakan aplikasi Statplanet. 3. Prastiwi (2014) meneliti tentang penyajian data spasial distribusi kasus Tuberkulosis di puskesmas Gedongtengen Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, populasinya penderita tuberculosis di Puskesmas Gedongtengen Yogyakarta. Hasil penelitian ini adalah kasus tuberculosis pada bulan Januari dan Februari 2014 terdapat 7 kasus yang tersebar di wilayah Kelurahan Pringgokusuman dan Sosromeduran, dengan jumlah penderita laki-laki 4 orang dan perempuan 3 orang. Berdasarkan golongan umur 30-45 berjumlah 2 penderita, umur 45-60 berjumlah 4 penderita, umur >60 berjumlah 1 penderita, analisis buffer mengetahui jarak puskesmas dengan tempat tinggal penderita yang ditemukan pada jarak 300 m, 400 m, 500 m, 600 m dengan kepadatan penduduk pada wilayah kelurahan Pringgokusuman 0,269 jiwa per km 2 dan Sosromeduran 0,189 jiwa per km 2.

10 Persamaan penelitian ini dengan penelitian Prastiwi (2014) adalah membahas tentang penyajian data sapasial distribusi penyakit berdasarkan jenis kelamin dan golongan umur. Perbedaan penelitian yang peneliti lakukan yaitu pada sumber data yang digunakan untuk mengolah data pada software ArcGis. Pada penelitian Prastiwi (2014), suber data yang digunakan yaitu sumber data primer dengan memplotkan titik lokasi penderita, sedangkang pada penelitian ini menggunakan sumber data sekunder yang didapatkan dari pengumpulan formulir surveillans penderita HIV/AIDS di masing-masing UPK yang memiliki layanan HIV/AIDS.