FAKTOR PENYEBAB PENGEMBANG MEMILIH LOKASI PERUMAHAN DI KECAMATAN SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR INTISARI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN FRANSISCA RENI W / L2B

PERAN DEVELOPER DALAM PENYEDIAAN RUMAH SEDERHANA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: IKE ISNAWATI L2D

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

RUMAH SUSUN SEDERHANA DI SEMARANG

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Oleh: Mayang Sari 1, Sidharta Adyatma 2, Ellyn Normelani 2

KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA PUBLIK DENGAN AKTIVITAS REKREASI MASYARAKAT PENGHUNI PERUMNAS BANYUMANIK TUGAS AKHIR. Oleh : FAJAR MULATO L2D

KAJIAN PERUBAHAN HARGA LAHAN DI KORIDOR JALAN KASIPAH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT BERKAITAN DENGAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA CANDI GOLF SEMARANG

RUMAH SUSUN PEKERJA PABRIK DI KAWASAN INDUSTRI PRINGAPUS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STUDI KARAKTERISTIK HOUSING CAREER GOLONGAN MASYARAKAT BERPENDAPATAN MENENGAH-RENDAH DI KOTA SEMARANG

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG PRASARANA SARANA DAN UTILITAS UMUM (PSU)

I. PENDAHULUAN. Lingkungan alam yang ditata sedemikian rupa untuk bermukim dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau

PELAYANAN SARANA PENDIDIKAN DI KAWASAN PERBATASAN SEMARANG-DEMAK TUGAS AKHIR

Apartemen di Kawasan Bekasi Kota

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG PERUMAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN PERUMAHAN MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan kota-kota besar di Indonesia saat ini berada dalam tahap yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

APARTEMEN DI BEKASI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III TINJAUAN WILAYAH

1 A p a r t e m e n S i s i n g a m a n g a r a j a S e m a r a n g

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG PRASARANA SARANA DAN UTILITAS UMUM (PSU)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SIG (Studi Kasus: Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta)

II PENATAAN TAMAN KOTA DALAM KONTEKS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA KUPANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TOWNHOUSE Sebagai Pengembangan Perumahan Grand Tembalang Regency Di Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang

Asrama Mahasiswa UNDIP Mohammad Iqbal Hilmi L2B09060

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. penduduk atau barang atau jasa atau pikiran untuk tujuan khusus (dari daerah asal ke daerah

VI. HASIL PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern.

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN FLAMBOYAN BAWAH

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG PERUMAHAN

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah

STRATEGI UMUM DAN STRATEGI IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

2 dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 3. Undang-undang Nomor

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang BAB I PENDAHULUAN. commit to user

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

LINGKUNGAN RUMAH SUSUN KAITANNYA DENGAN PENERIMAAN (ACCEPTANCE) MASYARAKAT

SEMARANG. Ngaliyan) Oleh : L2D FAKULTAS

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PRT/M/2017PRT/M/2017 TENTANG PENYEDIAAN RUMAH KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. dan pangan adalah papan berupa rumah tempat tinggal. Sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan akan tempat tinggal semakin terasa mendesak dikarenakan

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

BAB VI LAPORAN PENELITIAN. A. Gambaran Umum Usaha Telur Keliling Bapak Salim. merupakan hasil produksi sendiri bertempat di samping rumah Bapak Salim

APARTEMEN DI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

STRATEGI PENGENDALIAN FUNGSI RUANG PERUMAHAN BUMI TAMALANREA PERMAI (BTP)

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 1, No 1, JULI 2014 Halaman e-issn :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. 8,39 % 1,67 % 5,04% Jumlah

e. bahwa berhubung dengan hal-hal tersebut di atas, perlu diatur pedoman pembangunan perumahan dan permukiman dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Agria Tri Noviandisti, 2012 Perencanaan dan Perancangan Segreen Apartment Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, salah satunya adalah kawasan perbatasan Sidoarjo - Surabaya (dalam hal ini Desa Wonocolo, Kecamatan Taman).

Matrik Cascading Kinerja Dinas Tata Bangunan dan Kebersihan tahun 2016

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

Transkripsi:

JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 4 No 1 Januari 2017 Halaman 19-26 e-issn : 2356-5225 http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/jpg FAKTOR PENYEBAB PENGEMBANG MEMILIH LOKASI PERUMAHAN DI KECAMATAN SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR Oleh: Vonny Lollyanti 1, Ellyn Normelani 1, Sidharta Adyatma 1 1 Program Studi Pendidikan Geografi FKIP Unlam, Banjarmasin, Indonesia INTISARI Penelitian berjudul Faktor Penyebab Pengembang Memilih Lokasi Perumahan di Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor penyebab pengembang memilih lokasi perumahan di Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar. Penelitian menggunakan metode deskriftif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah pemilik perumahan atau pengembang perumahan di Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar. Data primer diperoleh melalui observasi lapangan, penyebaran kuesioner (angket), dan dokumentasi, sedangkan data sekunder diperoleh dari studi dokumen dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor pemilihan lokasi pembangunan perumahan sangat menetukan dalam pembangunan perumahan terutama pada faktor tanah/lahan, faktor aksesibilitas dan faktor kenyamanan lingkungan. Apabila ketiga faktor tersebut terpenuhi maka pemasaran perumahan dapat dilakukan dengan mudah karena banyak pembeli yang tertarik untuk membeli perumahan dilokasi tersebut. Kata Kunci : Perumahan, faktor pembangunan perumahan dan pengembang perumahan. I. PENDAHULUAN Kota merupakan suatu hal yang memiliki keterkaitan erat dengan pertumbuhan masyarakat yaitu kebutuhan akan perumahan. Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Kebutuhan tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan primer manusia selain sandang dan pangan. Manusia dengan tingkat peradaban apapun dan dimanapun membutuhkan tempat bermukim. Perencanaan perumahan dan pemukiman sampai saat ini dikembangkan dengan satu pendekatan kemudahan, artinya bahwa perencanaan permukiman selalu dilandasi kepada mudahnya jangkauan antara tempat tinggal dan berbagai unsur penunjang kehidupan baik yang menyangkut akan kebutuhan pelayanan, bersantai maupun ketempat bekerja didalam dan disekitar permukiman. 19

Data yang diperoleh dari Dinas Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Banjar mengenai perumahan yang ada di Kabupaten Banjar di peroleh data bahwa Kecamatan Martapura merupakan yang paling banyak pengembang perumahan nya yaitu ada 55 komplek perumahan, Kertak Anyar sebanyak 40 komplek perumahan, Gambut 33 komplek perumahan, Sungai Tabuk sebanyak 32 komplek perumahan, Simpang Empat ada 4 komplek perumahan dan Astambul hanya ada 1 komplek perumahan. Namun walaupun jumlah komplek perumahan di Kecamatan Sungai Tabuk berjumlah 32 komplek perumahan saja tapi jumlah penduduk di Kecamatan Sungai Tabuk merupakan terbanyak kedua setelah Kecamatan Martapura. Kecamatan Martapura memiliki jumlah penduduk sebanyak 107.476 jiwa (BPS 2014) dan jumlah penduduk Kecamatan Sungai Tabuk yaitu 59.540 jiwa (BPS 2014). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah faktor penyebab pembangunan perumahan dapat mempengaruhi para pengembang perumahan untuk memilih lokasi pembangunan perumahan di Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar. II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Permukiman dan Perumahan Pengertian permukiman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tempat bermukim atau tempat tinggal. Permukiman merupakan objek kajian Geografi yang selalu berkaitan dengan ruang dimana manusia sebagai objek pokoknya dipelajari melalui pendekatan Geografi yang dapat diartikan sebagai bentukan artifisial maupun natural dengan segala kelengkapannya yang digunakan oleh manusia, baik individu maupun kelompok, untuk bertempat tinggal sementara maupun menetap dalam rangka menyelenggarakan kehidupannya (Yunus, 1987). Perumahan dan permukiman menurut Pasal 1 angka (1) Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2011, yang dimaksud dengan perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. 2. Pengembang/developer Perusahaan Pembangunan Perumahan yang dapat pula masuk dalam pengertian developer menurut Pasal 5 ayat 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1974, yaitu : suatu perusahaan yang berusaha dalam bidang pembangunan perumahan dari berbagai jenis dalam jumlah yang besar di atas suatu areal tanah yang akan merupakan suatu kesatuan lingkungan permukiman yang dilengkapi dengan prasarana-prasarana lingkungan dan fasilitas-fasilitas sosial yang diperlukan oleh masyarakat penghuninya. 3. Lokasi Persebaran Permukiman Lokasi persebaran permukiman sangat erat kaitannya dengan relasi keruangan. Lokasi dalam ruang dapat dibedakan atas lokasi absolute dan lokasi relatif. Lokasi absolute suatu tempat atau wilayah adalah lokasi yang berkenaan dengan posisi menurut garis lintang dan garis bujur, sedang lokasi relatif suatu 20

tempat atau wilayah berkenaan dengan alam atau faktor budaya yang ditinjau dari posisi suatu tempat terhadap kondisi tempat-tempat yang ada disekitarnya. 4. Komponen dan Parameter Permukiman yang baik Komponen dan parameter permukiman yang baik ada empat, yaitu: a. Lahan atau tanah yang akan mempengaruhi harga tanah, b. Prasarana permukiman, c. Perumahan yang dibangun, dan d. Fasilitas umum dan fasilitas khusus Sinulingga (1999) dalam Hartati (2006) 5. Konsep Dasar Penataan Permukiman Pembangunan permukiman seharusnya memperhatikan lima faktor utama yang meliputi alam, manusia, masyarakat, wadah/sarana kegiatan dan jaringan prasarana. Budihardjo (2004) menjelaskan tentang Hak Asasi Lingkungan permukiman, yang meliputi : a. Fisik lingkungan harus mencerminkan pola kehidupan dan budaya masyarakat setempat, b. Lingkungan permukiman harus didukung oleh fasilitas pelayanan dan fasilitas umum yang sebanding dengan ukuran /luasnya lingkungan dan banyaknya penduduk, c. Lingkungan permukiman masyarakat berpenghasilan rendah sedapat mungkin tersedia pula wadah kegiatan yang dapat menambah penghasilan, d. Taman, ruangan terbuka/penghijauan harus cukup tersedia, e. Perencanaan tata letak permukiman harus memanfaatkan bentuk topografi dan karakteristik alami dan tapak (site) setempat, f. Jalan masuk lingkungan harus berskala manusia, ada pemisah antara lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki, sedapat mungkin diteduhi pohon-pohon rindang, dan g. Lingkungan permukiman harus menunjang terjadinya kontak sosial, dapat menciptakan identitas dan rasa memiliki dari segenap penghuni. 6. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Perkembangan Perumahan. Pengembang perumahan dalam pemilihan lokasi untuk pembangunan perumahan akan mencari lokasi yang sesuai dengan cara menyeleksi beberapa tempat. Banyak dan beragamnya kriteria penentu lokasi perumahan, maka persaingan antarpengembang dalam memilih lokasi untuk membangun perumahannya, hal ini menunjukkan bahwa menentukan lokasi untuk perumahan bukan hal yang mudah. Faktor penentu lokasi pembangunan perumahan diklasifikasikan menjadi tujuh faktor, yaitu: a. Faktor tanah/lahan, yaitu faktor yang berhubungan dengan tanah/lahan yang dijadikan lokasi perumahan. b. Faktor hukum dan peraturan, yaitu faktor yang berhubungan dengan peraturan dan persyaratan pembangunan perumahan. c. Faktor sarana dan prasaran, yaitu faktor yang berhubungan dengan ketersediaan dan kondisi sarana dan prasarana daerah yang akan dijadikan lokasi perumahan. 21

d. Faktor Aksesibilitas, yaitu faktor yang berhubungan dengan jarak dan kemudahan untuk mencapai suatu tempat. e. Faktor kenyamanan lingkungan f. Faktor biaya, yaitu yang berhubungandengan biaya pembelian lahan yang murah. g. Faktor pemasaran, yaitu faktor yang berhubungan dengan kemudahan bagi pengembang perumahan dalam memasarkan perumahan. III. METODE PENELITIAN A. Pemilihan Daerah Penelitian Pemilihan daerah penelitian tentang studi pertambahan permukiman berdasarkan perkembangan permukiman di Kecamatan Sungai Tabuk dilakukan pertimbangan sebagai berikut : 1. Kecamatan Sungai Tabuk memiliki jumlah penduduk yang cukup tinggi yaitu sebesar 59.540 jiwa (sumber: BPS Kabupaten Banjar. 2015) 2. Kecamatan Sungai Tabuk merupakan salah satu daerah pembangunan permukiman di Kabupaten Banjar dan belum pernah diadakan penelitian tentang faktor penyebab pengembang memilih perumahan di Kecamatan Sungai Tabuk. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi merupakan sekumpulan objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu riset khusus. Populasi yang akan diteliti harus didefinisikan dengan jelas sebelum penelitian dilakukan (Tjiptono, 2002, 79). Populasi dalam penelitian ini adalah pengembang perumahan yang membangun perumahan di Kecamatan Sungai Tabuk. Jumlah pengembang atau develover nya yaitu 24 pengembang atau develover. 2. Sampel Sampel adalah semacam miniature (mikrokosmos) dari populasinya (Tjiptono, 2002, 80). Sampel dalam penelitian ini adalah sama dengan populasi yaitu pengembang perumahan yang membangun perumahan di Kecamatan Sungai Tabuk. Sampel dalam penelitian ini adalah 23 perusahaan pengembang atau develover. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN sampel atau responden pada penelitian ini adalah 24 pengembang perumahan yang membangun perumahan di Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar. Cara yang digunakan untuk mengetahui faktor penentu lokasi pembangunan perumahan yang dijadikan pertimbangan para pengembang perumahan dalam menentukan lokasi pembangunan perumahan di Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar adalah dengan memberikan koesioner yang berisi pertanyaan terbuka dan diisi oleh pengembang pada setiap faktor penentu lokasi pembangunan perumahan sesuai tingkat penilaiannya, yaitu: (A) sangat 22

menentukan; (B) menentukan; (C) cukup menentukan; (D) kurang menentukan; (E) tidak menentukan. Faktor penentu lokasi pembangunan perumahan oleh pengembang perumahan. Diketahui bahwa semua faktor penentu lokasi perumahan oleh pengembang perumahan berdasarkan teori Paruntung, yaitu faktor tanah/lahan, faktor aksesbilitas, faktor kenyamanan lingkungan, dan faktor pemasaran menjadi penentu dalam penentuan lokasi pembangunan perumahan oleh pengembang perumahan di Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar. Faktor tanah/lahan 23% (11) 4% (2) 73% (35) keterangan A (sangat B ( C (cukup Grafik persentase faktor penentu lokasi pembangunan perumahan di Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar berdasarkan faktor tanah/lahan Lahan yang luas merupakan faktor fisik yang menentukan dalam pembangunan perumahan yaitu menentukan sedikit banyak nya perumahan yang akan dibangun pada suatu lahan tersebut. Faktor penentu pembangunan perumahan berjalan lancar yaitu bahwa tempat pembangunan perumahan tidak merupakan tanah yang bersengketa surat kepemilikan tanah nya. Faktor Aksesibilitas 52% (18) 3% (15) 45% (15) Keterangan A (sangat B ( C (cukup 23

Grafik persentase faktor penentu lokasi pembangunan di Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar berdasarkan faktor aksesibilitas. Lokasi perumahan yang dekat dengan tempat kerja sangat diperlukan untuk memudahkan masyarakat bekerja tanpa perlu menempuh perjalanan yang jauh dan memerlukan waktu yang lama. Faktor Kenyamana Lingkungan 54% (13) 4% (1) 42% (10) Keterangan A (sangat B ( C (cukup Grafik persentase faktor penentu lokasi pembangunan perumahan di Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar berdasarkan faktor kenyamanan lingkungan. Keamanan adalah kebutuhan dasar manusia prioritas kedua berdasarkan kebutuhan fisiologis dalam hirarki Maslow yang harus terpenuhi dalam hidupnya, sebab dengan terpenuhinya rasa amam setiap individu dapat berkarya dengan optimal dalam hidupnya. Mencari lingkungan yang betul-betul aman memang sulit, maka konsekuensinya promosi keamanan dengan kesadaran dan penjagaan adalah hal yang penting. 24

Faktor Pemasaran 37% (9) 0% 62% (15) Keterangan A (sangat B ( C (cukup Grafik persentase faktor penentu lokasi pembangunan perumahan di Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar berdasarkan faktor pemasaran Faktor kemudahan dalam pemasaran perumahan adalah sangat menentukan karena jika perumahan dapat dengan mudah dipasar kan maka pemilik perumahan dapat membangun perumahannya dengan lancar dan bisnis perusahaan pembangunan perumahannya mendapatkan keuntungan, kemudahan dalam pemasaran juga dapat dilihat dari harga, jumlah uang muka perumahan dan cicilan perbulan perumahan tersebut. V. KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka dapat disimpulkan: 1. Semua faktor penentu lokasi pembangunan perumahan oleh pengembang perumahan berdasarkan teori Paruntung, yaitu faktor tanah/lahan, faktor hukum dan peraturan, faktor sarana dan prasarana, faktor aksesibilitas, faktor kenyamanan lingkungan, faktor biaya dan faktor pemasaran menjadi penentu dalam penentuan lokasi pembangunan perumahan oleh pengembang perumahan di Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar. 2. Faktor penentu lokasi pembangunan perumahan yang dipilih oleh pengembang perumahan di Kecamatan Sungai Tabuk sebagai faktor yang dinilai sangat menentukan dalam penentuan lokasi perumahan di Kecamatan Sungai Tabuk dapat diurutkan dari yang paling dominan dipilih pengembang sebagai faktor yang sangat menentukan, yaitu: faktor tanah/lahan (lahan yang luas) dipilih oleh 72,9 % pengembang,kemudian faktor pemasaran berada pada urutan kedua dengan dipilih oleh 62,5 % pengembang, pada urutan ketiga ditempati oleh faktor kenyamanan lingkungan yang dipilih oleh 41,6 % 25

pengembang, dan pada urutan terakhir yaitu faktor aksesibilitas 27,1 % pengembang. B. Saran-saran 1. Pemerintah Kabupaten Banjar diharapkan lebih mengoptimalkan pembangunan perumahan bagi masyarakat berbagai golongan sesuai dengan konsep hunian berimbang 1:3:6 (perbandingan rumah mewah, menengah dan sederhana) dan menyarankan membangun rumah di lahan yang tidak produktif. 2. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Banjar diharapkan dapat mengawasi secara berkala pembangunan perumahan agar terhindar dari ketidaksesuaian penggunaan lahan oleh perusahaan pengembang perumahan. 3. Masyarakat diharapkan dapat mendukung upaya pemerintah dalam usaha pembangunan perumahan di Kecamatan Sungai Tabuk, khusus nya dalam proses pelepasan hak tanah bagi pengembang perumahan dan dapat mengusahakan lahanyang produktif sehingga dapat bermanfaat untuk pembangunan daerah. 4. Pengembang perumahan diharapkan mentaati Pemerintah Daerah yang dilaksanakan oleh pihak Dinas Permukiman dan Badan Pertanahan Nasional serta dapat membantu dan bekerja sama dengan pemerintah dalam pembangunan Kecamatan Sungai Tabuk agar menjadi lokasi yang strategis serta dapat mencapai keserasian antara kegiatan alam dan kegiatan manusia. 5. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam membeli rumah pada perumahan di Kecamatan Sungai Tabuk dan penelitian tentang perkembangan pembangunan perumahan 10 tahun terakhir di Kecamatan Sungai Tabuk serta faktor-faktor yang mendasarinya. DAFTAR PUSTAKA 2014. Kecamatan Sungai Tabuk Dalam Angka. Sungai Tabuk. Badan Pusat Statistik Budihardjo, Eko. 2004. Arsitektur Dan Kota di Indonesia. Bandung: Alumni Paruntung, Malla. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi Perumahan Perumnas IV Padang Bulan Kota Jayapura. Tesis tidak diterbitkan. Semarang: Program Pascasarjana Magister perencanaan pembangunan wilayah dan kota Universitas Diponegoro, (online). (http://eprints.undip.ac.id/11446/1/2004mppwk2831.pdf. di akses 12 Juli 2015, Pukul 17.00 WITA) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, (online) (http:portal.mahkamahkonstitusi.go.id/elaw/lihat_pdf diakses 12 Juli 2015, Pukul 17.00 Wita). 26