BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, berdasar data Riskesdas tahun 2007, pneumonia telah menjadi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. negara, dan Indonesia menduduki tempat ke-6, dengan jumlah kasus 6 juta kasus

BAB I PENDAHULUAN. dalam morbiditas dan mortalitas pada anak diseluruh dunia. Data World

BAB I PENDAHULUAN. invasif secara umum dikenal sebagai infeksi daerah operasi (IDO). 1. dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

FAKTOR RISIKO KOLONISASI Klebsiella sp. PADA NASOFARING BALITA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan suatu peradangan pada paru (Pneumonia)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sumber infeksi, seperti: gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang

FAKTOR RISIKO KOLONISASI ENTEROBACTERIACEAE PADA NASOFARING ANAK LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR RISIKO KOLONISASI Klebsiella sp. PADA NASOFARING BALITA JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat setelah pasien dirawat di rumah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pernapasan bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit, radang tenggorokan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang disebabkan oleh bakteri terutama Streptococcus pneumoniae,

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura Di Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong.

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti seminar hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa Program Strata-1 Kedokteran Umum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. Penyakit Jantung Bawaan (PJB) merupakan penyakit. jantung yang dibawa sejak lahir, karena sudah terjadi

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Annissa Rizkianti, FKM UI, Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S 1 Kesehatan Masyarakat. Oleh: TRI NUR IDDAYAT J

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

Klebsiella pneumoniae. Gamma Proteobacteria Enterobacteriaceae. Klebsiella K. pneumoniae. Binomial name Klebsiella pneumoniae

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. keberadaannya sejak abad 19 (Lawson, 1989). Flora konjungtiva merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. infeksi, saluran pernafasan, dan akut. Infeksi adalah masuknya mikroorganisme ke

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Morbiditas dan mortalitas merupakan suatu indikator yang

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990).

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. adalah penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang

BAB I PENDAHULUAN. non-infeksi makin menonjol, baik di negara maju maupun di Negara berkembang.

4.3.1 Identifikasi Variabel Definisi Operasional Variabel Instrumen Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, patogen yang umum dijumpai adalah Streptococcus pneumoniae dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disinfeksi setelah waktu kontak tertentu (Chandra, 2009 : 50), sedangkan klorin atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai riwayat perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia masih menjadi penyebab terbanyak morbiditas dan mortalitas anak di seluruh dunia. Menurut data WHO, setiap tahunnya pneumonia menyebabkan kematian sekitar 1,2 juta atau sekitar 18 % dari penyebab seluruh kematian anak di bawah lima tahun di seluruh dunia. 1 Di Indonesia, berdasar data Riskesdas tahun 2007, pneumonia telah menjadi penyebab kematian kedua setelah diare pada balita, yaitu sebesar 15,5 % dari seluruh penyebab kematian balita. 2 Jumlah kasus pneumonia berbeda pada setiap kelompok usia. Insiden pneumonia pada anak usia dibawah usia 5 tahun pada studi di Amerika Utara yaitu 34-40 per 1000 anak per tahun. 3 Di Indonesia sendiri, pada tahun 2007 dan 2008 kasus pneumonia pada balita dua kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan anak usia di atas 5 tahun. Data tersebut menunjukkan kasus pneumonia pada anak usia di bawah 5 tahun masih menjadi masalah penting dan perlu mendapatkan perhatian. 2 Pola bakteri respiratori patogen penyebab pneumonia biasanya berubah sesuai dengan distribusi umur pasien. 4 Etiologi bakteri pneumonia pada anak dibawah usia lima tahun menunjukkan Streptococcus pneumoniae merupakan penyebab terbanyak disusul Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae. 3,4 Penelitian di Bandung menunjukkan mulai terjadi trend 1

2 perubahan etiologi bakteri pneumonia dari bakteri Gram positif ke bakteri Gram negatif. Salah satu bakteri Gram negatif yang dapat menyebabkan pneumonia adalah Klebsiella pneumoniae (8%). 5 Data lain menunjukkan bahwa di Taiwan, K. pneumoniae menjadi penyebab community-acquired pneumonia sebesar 29%. 6 Kejadian infeksi saluran pernapasan bawah seperti pneumonia banyak dikaitkan dengan adanya kolonisasi bakteri potensial patogen pada nasofaring 7,8 Bakteri potensial patogen yang berkolonisasi di faring dapat menyebabkan penyakit infeksi dengan cara aspirasi ke paru-paru, melalui hematogen, penyebaran lokal dan aspirasi dari traktus gastrointestinal. 7,9,10 Adanya kolonisasi bakteri respiratori patogen pada nasofaring merupakan sumber infeksi pertama sebelum menyebar ke lokasi lain pada saluran napas atau melakukan penetrasi pada cairan tubuh yang steril. 8,11 Oleh karena itu, data mengenai bakteri yang mengkolonisasi nasofaring memiliki arti penting yaitu untuk mengetahui jenis bakteri potensial patogen dan membantu menentukan kebijakan pemberian antibiotik ataupun vaksin, mengingat kultur etiologi bakteri pada penderita membutuhkan waktu yang lama. Klebsiella sp. merupakan bakteri Gram negatif dari kelompok Enterobacteriaceae yang dapat ditemukan di traktus gastrointestinal dan traktus respiratori. Pada manusia, K. pneumoniae hidup secara saprofit dalam nasofaring manusia sebesar 1-6%, sedangkan deteksi pada sampel feces ditemukan sebesar 5-38%. 12 Studi pada bayi sehat usia <1 tahun didapatkan peningkatan kolonisasi gram negatif pada enam bulan pertama kehidupan,

3 dan K. pneumoniae merupakan bakteri Gram negatif terbanyak yang mengkolonisasi orofaring. 13 Studi oleh Wang et al. (2009) didapatkan bahwa K. pneumoniae pada lansia (>65 tahun) merupakan bakteri gram negatif terbanyak yang mengkolonisasi orofaring yaitu sebesar 22,3%. 14 Penelitian di Semarang didapatkan data kolonisasi K. pneumoniae nasofaring pada dewasa (usia 45-70 tahun) sebesar 15,28%, 15 sedangkan pada anak usia dibawah lima tahun sebesar 7%. 16 Dari data diatas terlihat Klebsiella sp. dapat ditemukan hampir pada semua tingkatan usia tak terkecuali bayi dan anak balita. Kolonisasi mikroorganisme di nasofaring dipengaruhi oleh banyak faktor pada suatu waktu yang saling berkaitan yang melibatkan host, agen, dan lingkungan. 17 Faktor lingkungan seperti lokasi tempat tinggal, 18 higiene makanan, 19-21 higiene air 22, riwayat penggunaan antibiotik 17,23, dan paparan lansia 14,24 memegang peranan penting dalam terbentuknya kolonisasi bakteri. Penelitian kolonisasi nasofaring pada anak sehat di Brazil, Angola, dan Belanda oleh Wolf et al. (1999) didapatkan bahwa kolonisasi bakteri batang Gram negatif di negara berkembang dengan iklim tropis dan lingkungan padat memiliki prevalensi lebih besar daripada negara maju nontropis. 25 Penelitian ini memungkinkan bahwa di Indonesia didapatkan kolonisasi bakteri Gram negatif pada nasofaring balita sehat. Prevalensi bakteri respiratori patogen yang mengkolonisasi nasofaring pada populasi di pinggir dan tengah kota menunjukkan adanya perbedaan. 18 Studi oleh Jain et al. (2005) pada anak usia 5-10 tahun menunjukkan

4 kolonisasi bakteri respiratori patogen lebih tinggi didapatkan pada populasi di pinggir kota/desa dibandingkan pada populasi di tengah kota. 18 Penelitian mengenai kolonisasi bakteri respiratori patogen pada nasofaring balita di pinggir dan tengah kota sejauh ini belum dilakukan di Indonesia. Penelitian oleh Jain et al. memungkinkan terdapat pula perbedaan pola kolonisasi pada nasofaring anak sehat dibawah usia 5 tahun di pinggir dan tengah kota di Indonesia. Mengingat angka pneumonia yang cukup tinggi terutama pada anak dan kolonisasi nasofaring merupakan patogenesis awal infeksi saluran pernapasan, maka perlu diketahui data tentang pola kolonisasi nasofaring dan faktor risiko kolonisasi Klebsiella sp pada balita sehat. Melihat penelitian oleh Wolf et al. yaitu adanya kondisi sosiodemografik Brazil dan Indonesia yang mirip yaitu keduanya merupakan negara berkembang dan beriklim tropis, maka penelitian mengenai pola kolonisasi Klebsiella sp. pada nasofaring anak Indonesia menjadi sangat layak. Penelitian tentang faktor risiko kolonisasi Klebsiella sp. pada nasofaring balita perlu dilakukan untuk upaya pencegahan secara spesifik dengan identifikasi faktor risiko. 1.2 Permasalahan Penelitian Apakah lokasi tempat tinggal, higiene makanan, higiene air, riwayat paparan lansia dan riwayat penggunaan antibiotik 3 bulan terakhir merupakan faktor risiko kolonisasi Klebsiella sp.pada nasofaring balita?

5 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mendapat data tentang prevalensi dan faktor-faktor risiko kolonisasi Klebsiella sp. pada nasofaring balita. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mendapatkan data besarnya prevalensi kolonisasi Klebsiella sp. pada nasofaring balita. 2. Menguji besarnya pengaruh lokasi tempat tinggal terhadap kolonisasi Klebsiella sp.pada nasofaring balita. 3. Menguji besarnya pengaruh higiene makanan terhadap kolonisasi Klebsiella sp.pada nasofaring balita. 4. Menguji besarnya pengaruh higiene air terhadap kolonisasi Klebsiella sp.pada nasofaring balita. 5. Menguji besarnya pengaruh paparan lansia terhadap kolonisasi Klebsiella sp.pada nasofaring balita. 6. Menguji besarnya pengaruh riwayat antibiotik 3 bulan terakhir terhadap kolonisasi Klebsiella sp.pada nasofaring balita. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1. Pengembangan ilmu pengetahuan Menambah pengetahuan tentang pola kolonisasi dan faktor risiko kolonisasi Klebsiella sp. pada nasofaring balita sehingga dapat menjadi data awal untuk penelitian selanjutnya.

6 1.4.2. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan Membantu petugas kesehatan dalam memahami faktor-faktor risiko kolonisasi Klebsiella sp. sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan infeksi saluran napas khususnya pneumonia. 1.5 Keaslian Penelitian Penulis telah melakukan upaya penelusuran pustaka dan tidak menjumpai adanya penelitian/ publikasi sebelumnya yang telah menjawab masalah penelitian tentang faktor risiko kolonisasi Klebsiella sp. pada nasofaring balita. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pengambilan data dengan cara cross sectional. Sampel penelitian diambil pada balita (usia 6 bulan sampai dengan 5 tahun) yang tinggal di daerah di tengah dan pinggiran Kota Semarang dengan jumlah sampel minimal yaitu 68 tiap populasi. Variabel bebas yaitu lokasi tempat tinggal, higiene makanan, higiene air, paparan lansia, dan riwayat penggunaan antibiotik 3 bulan terakhir. Variabel tergantung yaitu kolonisasi Klebsiella sp. pada nasofaring balita. Adapun penelitian serupa yang pernah dilakukan terdapat pada Tabel 1.

No 1 2 3 Tabel 1. Keaslian penelitian Peneliti (th) Gisda Irwanti (2010) Dian Sarani Setiawan (2010) Laurentia Laksmi Ajeng (2013) Judul Faktor risiko kolonisasi Enterobacteriaceae pada nasofaring anak Faktor risiko kolonisasi Enterobacteriaceae pada nasofaring manusia dewasa Faktor risiko kolonisasi Klebsiella sp. pada nasofaring balita Desain Penelitian Observasional analitik dengan pengambilan data secara Cross sectional Observasional analitik dengan pengambilan data secara Cross sectional Observasional analitik dengan pengambilan data secara Cross sectional Variabel Variabel bebas: paparan asap rokok, usia, kepadatan hunian Variabel tergantung: kolonisasi Enterobacteriaceae pada nasofaring anak (usia 0-5 tahun) Variabel bebas: penggunaan obat nyamuk bakar, riwayat penyakit kronik, pemakaian air sumur Variable tergantung: kolonisasi Enterobacteriaceae pada nasofaring orang dewasa Variabel bebas : Lokasi tempat tinggal, higiene makanan, higiene air, paparan lansia, dan riwayat penggunaan antibiotik 3 bulan terakhir Variabel tergantung: kolonisasi Klebsiella sp. pada nasofaring balita (0-5 tahun) Hasil Prevalensi Enterobacteriaceae yaitu sebesar 11,1 % Usia, paparan asap rokok, dan tingkat kepadatan hunian bukan merupakan faktor risiko kolonisasi Prevalensi Enterobacteriaceae pada dewasa sehat yaitu : 21,9% Paparan obat nyamuk bakar merupakan faktor risiko kolonisasi Prevalensi kolonisasi Klebseiella sp. sebesar 2,9%. Lokasi tempat tinggal, higiene makanan, higiene air, paparan lansia, dan riwayat antibiotik 3 bulan terakhir bukan merupakan faktor risiko kolonisasi. 7