BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

BAB II KERANGKA TEORI

DASAR TEKNOLOGI PENGELASAN

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

C. RUANG LINGKUP Adapun rung lingkup dari penulisan praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Kerja las 2. Workshop produksi dan perancangan

BAB III TEKNOLOGI PENGELASAN PIPA UNTUK PROSES SMAW. SMAW ( Shielded Metal Arc Welding ) salah satu jenis proses las busur

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan efisiensi penggunaan BBM. Penggantian bahan pada. sehingga dapat menurunkan konsumsi penggunaan BBM.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi permintaan konsumennya. Konsumen merupakan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi kebutuhan teknologi maupun kebutuhan rumah. berpengaruh pada penurunan kualitas barang produksi seperti

Persentasi Tugas Akhir

Las busur listrik atau las listrik : Proses penyambungan logam dengan menggunakan tegangan listrik sebagai sumber panas.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI. Berdasarkan definisi dari Deutche Industrie Normen (DIN), las adalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengalasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler metal ).

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

Peralatan Las Busur Nyala Listrik

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan merupakan bagian tak terpisahkan dari pertumbuhan peningkatan

Oleh : Halim Darmako, S.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan berperan sangat penting dalam proses produksi, instalasi,

PENGARUH PROSES PREHEATING PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL BAJA ST 37

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP DAERAH HAZ LAS PADA BAJA KARBON

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kata kunci : tegangan sisa, HAZ, SMAW.

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

STUDI KARAKTERISTIK PENGELASAN SMAW PADA BAJA KARBON RENDAH ST 42 DENGAN ELEKTRODA E 7018

PENGARUH VARIASI AMPERE PENGELASAN PLAT BAJA ST 36 TERHADAP BEBAN TEKAN BENGKOK DAN KERUSAKAN PERMUKAAN

Jurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. proses pengelasan. Pada proses pengelasan terdapat berbagai jenis

PENGARUH HEAT TREATMENT

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

proses welding ( pengelasan )

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW)

BAB IV DATA DAN ANALISA

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

DASAR-DASAR PENGELASAN

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR ANNEALING TERHADAP KEKERASAN SAMBUNGAN BAJA ST 37

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN. tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag yang terbentuk.

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh arus pengelasan

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

PENGARUH KELEMBABAN FLUKS ELEKTRODA E 6013 LAS SMAW PADA KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPUL BAJA PADUAN BERKEKUATAN TARIK TINGGI AISI 4340

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TEKNIKA VOL.3 NO.2 OKTOBER_2016

PENGARUH PENDINGINAN CAIRAN RADIATOR COOLANT (RC) AHM TERHADAP KEKUATAN TARIK HASIL PENGELASAN SMAW PADA PLAT BAJA ST 37

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

I. PENDAHULUAN. terjadinya oksidasi lebih lanjut (Amanto & Daryanto, 2006). Selain sifatnya

BAB 1 PROSES PENGELASAN

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

Ir. Hari Subiyanto, MSc

PENGARUH BESAR ARUS LISTRIK DAN PANJANG BUSUR API TERHADAP HASIL PENGELASAN.

RANGKUMAN LAS TIG DAN MIG GUNA MEMENUHI TUGAS TEORI PENGELASAN

BAB I LAS BUSUR LISTRIK

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penyambungan antara drum dengan tromol menggunakan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

ANALISA KUAT LENTUR DAN PENGELASAN PADA PEMEGANG KURSI MOBIL

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

BAB 3 METODE PENELITIAN

Transkripsi:

II - 1 BAB II PENGELASAN SECARA UMUM 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Pengelasan Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan menjadi dua, pertama las cair (fussion welding) yaitu pengelasan yang melibatkan proses pencairan terhadap logam yang dilas, kedua las padat (solid welding) yaitu proses pengelasan yang dilaksanakan dalam keadaan padat. Pembahasan ini sesuai dengan definisi pengelasan bahwa proses penyambungan logam dengan ikatan metalurgi dilaksanakan pada waktu logam dalam keadaan cair, sehingga memungkinkan terjadinya ikatan metalurgi pada logam yang dilas, yaitu interaksi atom-atom pada saat logam mencair membentuk ikatan kovalen, ikatan ion dan ikatan atom lainnya. Pemanasan logam sampai mencair diikuti dengan perubahan struktur mikro logam akan merubah sifat fisik dan mekanik logam las tersebut, terjadi siklus panas yaitu proses pemanasan dan pendinginan pada daerah lasan yang berpengaruh terhadap perubahan struktur mikro serta akibatnya terhadap kekuatan sambungan las. Proses pengelasan merupakan proses yang bergerak dan keseimbangan panasnya tidak pernah mencapai keadaan tetap, namun distribusi panas sesaat dapat ditentukan, untuk logam-logam yang mempunyai konduktivitas panas yang tinggi seperti AI dan Za distribusi panasnya mempunyai bentuk lebih bulat karena kecepatan mendistribusikan panas tinggi, untuk material yang berdaya hantar panas rendah seperti logam fero distribusi panasnya lebih menyerupai bentuk lonjong.

II - 2 Distribusi panas tadi dapat diukur hubungan antara temperature tertinggi yang pernah dialami logam lasan dengan jarak distribusi panasnya, untuk memberikan dasar perhitungan sejauh mana panas berpengaruh terhadap struktur mikro logam induk. 2.1.2 Klasifikasi Cara Pengelasan Sampai pada waktu ini banyak sekali cara cara pengklasifikasian yang digunakan dalam bidang las, ini disebabkan karena tidak adanya kesepakatan dalam hal tersebut, dalam hal ini penulis menggunakan pengklasifikasian berdasarkan pada cara kerja berdasarkan pengklasifikasian ini maka pengelasan dapat dibagi menjadi tiga yaitu : 1. pengelasan cair yaitu cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas baik dari busur listrik atau semburan api gas yang terbakar. 2. pengelasan tekan yaitu cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan kemudian ditekan hingga menjadi satu. 3. pematrian adalah cara pengelasan dimana sambungan diikat dengan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik lebur rendah dan logam induk tidak ikut mencair. Berikut ini adalah tabel klasifikasi pengelasan :

II - 3 Las MIG Las busur gas Las busur CO2 Elektroda Terumpan Las busur gas Dan fluks Las busur co2 dengan elektroda berisi fluks las elektroda terbungkus las busur fluks las busur dengan elektroda berisi fluks las busur rendam Las Busur las busur logam tanpa pelindung Elektroda tak terumpan las LTG atau las wolfram gas Las gas Pengela san cair Las listik tegak Las listrik gas Cara pengelasan Las termit Las sinar elektron Las busur plasma las resistasi listrik las tekan gas las tempa las titik las tumpang las busur tekan las busur tekan Pengela san tekan las gesek las ledakan las induksi las ultrasonik pema train pembrasingan penyolderan Diagram 2.1.1 Klasifikasi Cara Pengelasan Sumber : In House Training, Farid Moch Zamil. Pasuruan Jawa Timur. 1999

II - 4 2.1.3 Las Busur Listrik Elektroda Terbungkus SMAW (shielded metal arc welding) atau las busur nyala listrik terlindung adalah pengelasan dengan busur nyala listrik sebagai sumber panas pencair logam, jenis las ini yang paling lazim dipakai dimana-mana untuk hampir semua keperluan pengelasan, untuk keselematan kerja, maka tegangan yang dipakai hanya 23-45 volt saja, sedang untuk pencairan pengelasan dipakai arus listrik hingga 500 amper, secara umum berkisar antara 80-200 amper, untuk mencegah oksidasi (reaksi dengan zat asam 0²). Bahan penambah las (electrode) dilindungi dengan zat selapis pelindung (fluk atau slag) yang sewaktu-waktu pengelasan ikut mencair. Tetapi berhubung berat jenis lebih ringan dari bahan metal yang dicairkan, maka cairan fluk tersebut mengapung diatas cairan metal tersebut, sekaligus mengisolasi metal tersebut untuk beroksidasi dengan udara luar dan sewaktu mendingan atau membeku, fluk tersebut juga ikut membeku dan tetap melindungi metal dari reaksi oksidasi. Oksidasi perlu dicegah karena oksida metal merupakan senyawa yang tidak mempunyai kekuatan mekanis. Gambar. 2.1.2 Las electrode terbungkus Sumber : In House Training, Farid Moch Zamil. Pasuruan Jawa Timur. 1999

II - 5 Kelebihan Las SMAW antara lain : - Tidak memerlukan biaya yang terlalu tinggi disbanding las busur listrik lain nya - Dapat dilakukan di dalam atau di luar gedung - Digunakan untuk menyambung komponen komponen dari struktur yang rumit sesuai dengan posisi dan tempat tempat yang sulit. Disamping kelebihan kelebihan diatas, SMAW juga memiliki keterbatasan yang paling mencolok diantaranya adalah rendahnya laju pengendapan logam las lasan (metal deposition rate) dan efisiensi pengendapan. Hal ini disebabkan karena panjang electrode yang digunakan terbatas, (kurang dari 18 inchi). Sehingga proses pengelasan harus dihentikan setiap electrode habis. Keterbatasan lain yang perlu diperhatikan juga ialah kemungkinan masuknya uap air udara kedalam fluk. Hal ini menyebabkan timbulnya cacat las seperti porositas dan hydrogen embritlement. Untuk menghilangkan kadar uap air dalam fluk, dapat dilakukan pemanasan (drying) terhadap electrode sebelum digunakan dengan jalan memanaskan beberapa menit temperature tertentu. Gambar. 2.1.3 Mesin Las Listrik AC Sumber : In House Training, Farid Moch Zamil. Pasuruan Jawa Timur. 1999

II - 6 2.1.4 Electroda Electroda yang terbungkus merupakan sumber logam yang terdiri dari sumber electroda dan pembungkus electroda (fluks). Sumber dari electroda merupakan logam pengisi yang meleleh didalam lengkung listrik bersama sama dengan logam dasar dan kemudian membeku bersama. Pembungkusan electroda mengurai didalam lengkung listrik dan menghasilkan perisai gas dan juga suatu lapisan padat, yang kedua duanya melindungi las yang sedang terbentuk terhadap pengaruh yang merusak dari udara sekelilingnya. Berdasarkan pembalutnya electroda dibedakan menurut : 1. Electroda tanpa pembungkus atau polos. 2. Electroda terbungkus fluks yang tipis 3. Electroda terbungkus fluks yang tebal Dinegara negara industri, electroda las terbungkus sudah banyak yang disederhanakan berdasarkan penggunaannya. Electroda las terbungkus untuk baja kekuatan sedang telah distandarkan berdasarkan industri Jepang (JIS), ASTM dan AWS. Beberapa electroda untuk baja lunak yang distandarkan menurut JIS dapat dilihat dalam table 2.1 dan 2.2. Standarisasi electroda baik dalam JIS maupun dalam ASTM didasarkan ada jenis fluks, posisi pengelasan dan arus las. Walaupun dalam pemberian symbol agak berbeda antara kedua system standar tersebut, tetapi pada dasarnya sama. Sebagai contoh, misal hurup D dalam JIS (table 2.1) dalam hurup E dalam ASTM (table 2.2), keduanya berarti bahwa electroda yang dimaksud adalah electroda terbungkus. Dua

II - 7 angka pertama baik dalam JIS maupun dalam ASTM menunjukan kekuatan terendah dari logam las, hanya saja dalam JIS satuan adalah (kg/mm²) sedangkan ASTM satuannya adalah (Psi). Dua angka terakhir dalam kedua system standar tersebut menunjukan jenis fluks dan posisi pengelasan. 2.1.5 Metalurgi Las Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua bagian logam atau lebih dengan menggunakan energi panas, karena mengalami proses pemanasan maka dalam sudut pandang metalurgi, logam di sekitar daerah lasan akan mengalami siklus thermal pemanasan dan pendinginan cepat yang menyebabkan terjadinya perubahan metalurgi yang rumit, deformasi dan tegangan tegangan thermal, perubahan metalurgi ini erat hubungannya dengan ketangguhan, cacat las, retak las dan lainnya yang pada umumnya akan mempengaruhi terhadap keamanan dari bahan serta konstruksi yang dilas. 2.1.6 Siklus Thermal Daerah Lasan Daerah lasan terdiri dari 3 bagian, yaitu : 1. Logam las adalah bagian dari logam yang pada waktu proses pengelasan mencair dan akhirnya membeku. Struktur mikro yang terbentuk digambarkan dalam diagram yang menghubungkan waktu, suhu dan transformasi ( continous cooling transformation ), seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini :

II - 8 Gambar 2.1.4 Diagram CCT dan hubungan antara Waktu Pengelasan Kekerasan dan struktur Sumber : In House Training, Farid Moch Zamil. Pasuruan Jawa Timur. 1999

II - 9 2. Daerah pengaruh panas atau daerah HAZ ( Heat Affected Zone ) adalah logam dasar yang bersebelahan dengan logam las yang pada waktu proses pengelasan mengalami siklus thermal pemanasan dan pendinginan cepat. 3. Logam induk yang tak terpengaruhi adalah bagian logam dasar yang struktur dan sifatnya tidak mengalami perubahan pada waktu proses pengelasan. Disamping pembagian ketiga bagian utama tersebut masih ada daerah khusus yang membatasi antara logam las dan daerah pengaruh panas, yang disebut batas las. Proses pemanasan dan pendinginan di daerah lasan disebut sebagai siklus thermal las. Pada perubahan metalurgi yang paling penting dalam pengelasan adalah perubahan struktur mikro yang akan berpengaruh terhadap sifat sifat mekanis, pada umumnya perubahan struktur mikro yang terjadi sangat dipengaruhi oleh komposisi kimia logam induk dan proses pengerjaan sebelumnya. Secara garis besar hubungan antara struktur mikro, sifat mekanis dan mutu sambungan las ditunjukan dalam gambar berikut ini ; Struktur Mikro Sifat Mekanis Mutu Sambungan Komposisi Kimia Kondisi Logam / Benda Kerja Teknik / Proses Pengelasan Proses Perlakuan Panas Gambar 2.1.5 Faktor yang mempengaruhi struktur mikro, sifat mekanik dan mutu sambungan las

II - 10 2.1.7 Pengelasan Baja Karbon Baja karbon secara teknik dapat dilas dengan semua cara pengelasan yang ada di dalam praktek dan hasilnya akan baik bila persiapannya sempurna dan persyaratannya dipenuhi. Pada prinsipnya baja karbon adalah baja yang mudah dilas. 2.1.7.1.Pengelasan Baja Karbon Rendah Baja dengan kandungannya karbon rendah merupakan jenis baja yang mudah dilas, tetapi dengan syarat kuat arus pada saat pengelasan harus rendah, kandungan karbon yang rendah dan juga kadar mangan yang rendah cenderung menghasilkan keropos dalam pengelasan namun keadaan ini dapat dihindari dengan mengendalikan kecepatan pengelasan yang tinggi masih dapat dilakukan. Baja karbon rendah mempunyai mampu las yang baik, dengan persiapan sempurna dan pemenuhan syarat untuk pengelasan yang tepat maka kemungkinan terjadinya cacat las dapat dihindari 2.1.7.2.Pengelasan Baja Karbon Sedang dan Karbon Tinggi Baja karbon sedang dan karbon tinggi mengandung banyak karbon dan unsure lain yang dapat memperkeras baja. Karena itu daerah pengaruh panas atau HAZ pada baja ini mudah menjadi keras dibandingkan dengan baja karbon rendah. Sifatnya yang mudah menjadi keras ditambah dengan adanya hidrgen difusi menyebabkan baja ini sangat peka terhadap retak las. Terjadinya cacat las dapat di hindari dengan pemanasan mula atau preheating dengan suhu yang sangat tergantung

II - 11 dari pada kadar karbon atau harga ekivalen karbon. Berikut ini adalah tabel pemanasan mula yang dianjurkan : Tabel 2.1.1. suhu preheating pada pengelasan baja karbon sedang dan tinggi Kadar Karbon (%) Suhu Pemanasan mula ( 0 C ) 0,20 ( Maks) 90 ( Maks ) 0,20 0,30 90 150 0,30 0,40 150 260 0,45 0,80 260-420