BAB III METODE PENELITIAN. dialog interaktif dalam rekaman televisi pada siswa kelas IX SMP Negeri 19

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan kemampuan

BAB III PROSEDUR TINDAKAN. Tempat penelitian adalah kelas X-6 SMA Negeri 6 Bandar Lampung, di

BAB III METODE PENELITIAN. adalah metode yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadiankejadian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang ruang lingkupnya mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, bahasa merupakan penunjang keberhasilan dalam

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain analisis deskriptif yang sesuai dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. adalah metode yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif.

III. PROSEDUR PENELITIAN. dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan

I. METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang diarahkan untuk mendeskripsikan gejala-gejala, fakta-fakta atau

BAB III METODE PENELITIAN. objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada

BAB III METODE PENELITIAN. data penelitiannya (Arikunto, 2013: 203). Dalam metode penelitian terdapat halhal

III. METODE PENELITIAN. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki

III.PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif murni atau sur-vei. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. berbentuk kata-kata. Bogdan, Tylor, dan Moleong dalam Margono (2007: 36)

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian deskriptif

III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antarpenutur untuk

I. PENDAHULUAN. emosional peserta didik. Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan dalam. memelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini yang menjadi pusat perhatian adalah hubungan antara pemahaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013

DESAIN PENELITIAN. Berdasarkan judul penelitian, yaitu kemampuan mengidentifikasi struktur alur

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

KEMAMPUAN MENYIMAK WAWANCARA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SEKAMPUNG. Oleh

I. PENDAHULUAN. sekolah meliputi empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode Deskriptif adalah penelitian yang hanya benar-benar memaparkan apa

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan

III. METODE PENELITIAN

BAB V SIMPULAN SAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung tahun

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. pembelajaran dan berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

Desain dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Lampung, tepatnya pada tahun pelajaran 2012/2013. waktu 2 bulan yaitu bulan Januari sampai dengan Februari 2013.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilaksanakan menggunakan one group pretes-posttest design,

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif murni atau

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Juni 2015 KEMAMPUAN MENULIS EKSPOSISI MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL DI SMPN 1 SEPUTIH MATARAM.

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan prosedur dan langkah kerja yang digunakan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. PTK merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini mengunakan metode

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan pilihan kata yang sesuai di kelas VII SMP Negeri 13 Kota Gorontalo

III. METODOLOGI PENELITIAN. keadaan sebagaimana adanya dan pengungkapan fakta-fakta yang ada, walaupun

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN

BAB II LANDASAN TEORI. dengan cara yang beraneka ragam. Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas, penelitian tindakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab 5 ini, peneliti memaparkan hasil simpulan dan saran. Simpulan

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DI SMP NEGERI 13 PONTIANAK

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode komparatif, yakni

III. METODE PENELITIAN. diharapkan dapat tercapai. Sesuai dengan sasaran penelitian, maka penelitian

III. METODE TINDAKAN KELAS. dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan perbaikan dan berdampak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. di sekolah biasanya mencakup empat segi, yaitu keterampilan menyimak,

KEMAMPUAN MEMBACA BERITA DENGAN TEKNIK PRESENTER BERBANTUAN AUDIO SISWA KELAS XI SMANEGERI 1 LENGAYANG KABUPATEN PESISR SELATAN ARTIKEL ILMIAH

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada SMP Berstandar Nasional di Kota Bandar Lampung,

III. METODE PENELITIAN. berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik (Kusuma, 2009:141).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis melaksanakan penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9

Narasumber. (siswa) menit 2 x 40. Tentukan pola. Tulislah enam pokok laporan dari laporan. urutan laporan dan buktikan. dengarkan! yang kamu.

Hartono Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS UNY

PENERAPAN TEKNIK PEMODELAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 1

Jurnal Kata ( Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Desember 2013 BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS I

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGARUH MEDIA TELEVISI MY TRIP MY ADVENTURE TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibuktikan suatu pengetahuan tertentu sehingga dapat digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MAN 2 MADIUN pada bulan April semester genap tahun ajaran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Penelitian

LEMBAR KERJA PENILAIAN CAKUPAN MATERI BUKU TEKS PELAJARAN BAHASA MANDARIN KELAS X PROGRAM PILIHAN

Public Speaking. Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal. Sujanti, M.Ikom.

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JAWA KRAMA MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KAJORAN KABUPATEN MAGELANG

BAB III KERANGKA TEORI DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan (action research) yang

155 Marfuah, 2013 Penggunaan Multimedia Bermuatan Budaya Lokal Dalam Pembelajaran Berbicara Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, sedangkan Metode yang digunakan

V. SIMPULAN DAN SARAN. Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMP Negeri 2 Band ar Lampung Tahun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2014 di SMP Negeri 3

III. METODOLOGI PENELITIAN. masalah yang diteliti, sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Metode

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan berbicara, menurut Arsjad dan Mukti (1988: 36) dapat berlangsung. tertentu dan menggunakan metode tertentu pula.

BAB III METODE PENELITIAN. Shadow Puppet Terhadap Kemampuan Bercerita Siswa Kelas VII SMP Negeri 1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan mendeskripsikan,

BAB III METODE PENELITIAN. siklus dapat dihentikan meskipun masih ada siklus kedua. Hubungan keempat

III. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah

Transkripsi:

51 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode yang menggambarkan objek penelitian sesuai dengan apa adanya (Arikunto, 2006:234). Dalam penelitian ini, metode deskriptif digunakan untuk mengetahui dan mendeskripsikan kemampuan mengomentari dialog interaktif dalam rekaman televisi pada siswa kelas IX SMP Negeri 19 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012. B. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2006:130). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMP Negeri 19 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012. Populasi tersebut berjumlah 218 siswa yang tersebar dalam tujuh kelas sebagai berikut.

52 Tabel 3.1 Jumlah Siswa Kelas IX SMP Negeri 19 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 No Kelas Jumlah Siswa 1 IX A 31 2 IX B 31 3 IX C 32 4 IX D 32 5 IX E 31 6 IX F 30 7 IX G 31 Jumlah 218 (Sumber: data kelas dan jumlah siswa SMP Negeri 19 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012) C. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Mengutip pendapat (Arikunto, 2006:134) yang menyatakan bahwa apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya lebih besar dari 100, dapat diambil antara 10 15% atau 20 25% atau lebih, bergantung setidak-tidaknya dari a) kemampuan penulis dilihat dari waktu, tenaga, dan dana; b) sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data; c) besar kecilnya risiko yang ditanggung oleh penulis. Untuk penelitian yang berisiko besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik. Maka berdasarkan pendapat di atas, sampel yang diambil untuk penelitian ini sebesar 15% dari 218 siswa yakni 35 sampel. Pengambilan sampel dilakukan

53 secara acak dengan teknik proposional-cluster random sampling dengan cara undian. Langkah-langkah pengambilan sampel sebagai berikut. 1. Seluruh siswa di setiap kelas diberi kode berupa angka sesuai dengan namanya yang tercantum dalam absen; 2. Kode yang berupa angka tersebut ditulis di kertas dan digulung, lalu dimasukkan ke dalam kotak. Peneliti mengambil sebanyak lima gulungan untuk setiap kelas. 3. Jumlah kelas IX terbagi dalam tujuh kelas sehingga keseluruhan sampel adalah 35 lembar untuk mengomentari dialog interaktif. Distribusi sampel penelitian pada siswa kelas IX SMP Negeri 19 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 dipaparkan dalam tabel berikut. Tabel 3.2 Distribusi sampel dari Jumlah Siswa Kelas IX SMP Negeri 19 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 No Kelas Jumlah Siswa 15% dari Sampel yang jumlah siswa ditetapkan 1 IX A 31 4,65 5 siswa 2 IX B 31 4,65 5 siswa 3 IX C 32 4,8 5 siswa 4 IX D 32 4,8 5 siswa 5 IX E 31 4,65 5 siswa 6 IX F 30 4,5 5 siswa 7 IX G 31 4,65 5 siswa Jumlah 218 32,7 35 siswa

54 D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui teknik tes lisan. Tes dilaksanakan secara lisan dalam bentuk memberikan komentar terhadap dialog interaktif dengan tema yang sesuai dengan pemahaman remaja usia SMP. Pengambilan data dilaksanakan di dalam ruang multimedia. Langkah-langkah pengumpulan data tersebut, penulis uraikan sebagai berikut. 1. Seluruh siswa dibagi instrumen soal. 2. Siswa menyaksikan tayangan dialog interaktif berdasarkan rekaman TV dalam ruang multimedia. 3. Siswa dipanggil satu persatu untuk memberikan komentar terhadap tayangan dialog interaktif tersebut. Dengan alokasi waktu ± 3 menit untuk masing-masing siswa. 4. Pada saat siswa mengomentari dialog interaktif, penulis mengamati secara langsung siswa yang tampil. Hal ini untuk mendapatkan data kebahasaan dan nonkebahasaan. Dalam hal ini, penulis dibantu oleh satu orang penilai (teman sejawat). 5. Selain mengamati secara langsung, penulis juga melakukan pendokumentasian melalui rekaman audio visual dengan menggunakan handycame. Hasil pendokumentasian tersebut digunakan untuk memperoleh data yang akurat tentang ketepatan pelafalan, diksi intonasi, sikap, volume suara, dan penguasaan topik dengan cara mengamati secara berulang-ulang (mereduksi)

55 sesuai dengan keperluan. Penilaian dalam mengomentari dialog interaktif penulis dibantu oleh satu orang penilai (teman sejawat). Dalam penelitian ini siswa diharapkan mampu mengomentari dialog interaktif dengan memperhatikan aspek kebahasaan dan aspek nonkebahasaan. Hal itu karena terbatasnya teori mengenai penilaian dalam memberikan komentar. Selain itu, kegiatan mengomentari dialog interaktif termasuk dalam salah satu keterampilan berbicara yang penilaiannya tidak bisa terlepas dari aspek kebahasaan dan aspek nonkebahasaan. Oleh karena itu, penulis menggunakan teori Arsyad dan Mukti (1988:17) tentang aspek-aspek penunjang dalam berbicara. Alokasi waktu yang digunakan untuk mengerjakan tes adalah 90 menit (2x45) jam pelajaran. Untuk lebih jelasnya rincian skor per indikator yang dinilai dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.3 Indikator Tes Kemampuan Mengomentari Dialog Interaktif No. Indikator Kriteria Skor 1. Aspek Kebahasaan 1) Ketepatan ucapan/pelafalan a. Semua kata diucapkan sangat tepat b. Terdengar 1 2 lafal diucapkan tidak tepat c. Terdengar 3 4 lafal diucapkan tidak tepat d. Terdengar 5 6 lafal diucapkan tidak tepat e. Terdengar lebih dari 7 lafal diucapkan tidak tepat 2) Pilihan Kata/Diksi a. Semua pilihan kata/diksi digunakan tepat b. Terdengar 1 2 pilihan kata/diksi diucapkan tidak tepat c. Terdengar 3 4 pilihan kata/diksi 5 4 3 2 1 5 4 3

56 diucapkan tidak tepat d. Terdengar 5 6 pilihan kata/diksi diucapkan tidak tepat e. Terdengar lebih dari 7 pilihan kata/diksi diucapkan tidak tepat 2 1 2. Aspek Nonkebahasaan 3) Intonasi a. Tidak terdapat kesalahan dalam intonasi baik tekanan, nada, maupun kecepatan seluruh kalimat b. Terdapat kesalahan 1 2 intonasi baik tekanan, nada maupun kecepatan c. Terdapat kesalahan 3 4 intonasi baik tekanan, nada maupun kecepatan d. Terdapat kesalahan 5 6 intonasi baik tekanan, nada maupun kecepatan e. Terdapat kesalahan lebih dari 7 intonasi baik tekanan, nada maupun kecepatan 4) Sikap (wajar, tenang, dan tidak kaku) a. Tidak terdapat kesalahan dalam sikap (wajar, tenang, dan tidak kaku) b. Terdapat 1 2 kesalahan sikap (tidak wajar, tidak tenang, dan kaku) c. Terdapat 3 4 kesalahan sikap (tidak wajar, tidak tenang, dan kaku) d. Terdapat 5 6 kesalahan sikap (tidak wajar, tidak tenang, dan kaku) e. Terdapat lebih dari 7 kesalahan sikap (tidak wajar, tidak tenang, dan kaku) 5) Kenyaringan Suara/volume a. Volume suara jelas (dapat didengar oleh semua pendengar) b. Terdengar 1 2 volume suara tidak jelas 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4

57 c. Terdengar 3 4 volume suara tidak jelas d. Tidak terdengar 5 6 volume suara tidak jelas e. Tidak terdengar lebih dari 7 volume suara tidak jelas 6) Penguasaan topik a. Siswa menguasai topik dengan baik b. Siswa menguasai topik secara umum c. Siswa cukup menguasai topik d. Siswa tidak menguasai topik e. Siswa mengomentari di luar topik 3 2 1 5 4 3 2 1 Jumlah Skor 30 ( Dimodifikasi dari Sanusi, Arsyad, dan Mukti) Penjelasan tentang indikator penilaian di atas penulis uraikan sebagai berikut. 1. Ketepatan Ucapan/Pelafalan Ketepatan ucapan/lafal yang dimaksud dalam indikator penilaian adalah tepat dalam mengucapkan bunyi-bunyi bahasa (Arsyad dan Mukti, 1988:17). Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian pendengar. Contoh kesalahan dalam pengucapan bunyi bahasa yaitu kesalahan dalam mengucapkan fonem, misalnya kata saudara diucapkan sodara, atau kata Indonesia yang diucapkan Endonesia. Kesalahan pengucapan fonem-fonem tersebut disebabkan kebiasaan berbahasa dalam pergaulan sehari-hari atau karena pengaruh dialek bahasa daerah.

58 Apabila dalam mengomentari siswa dapat mengucapkan seluruh kata dengan tepat, maka siswa memperoleh skor 5. Apabila terdengat 1 2 kata yang diucapkan tidak tepat, maka skor yang diperoleh 4. Skor 3 diperoleh siswa jika dalam mengomentari terdengar 3 4 kata yang pengucapannya tidak tepat. Skor 2 diperoleh siswa jika terdengar 5 6 kata yang diucapkan tidak tepat, dan siswa akan memperoleh skor 1 jika terdengar 7 sampai lebih kata yang diucapkan tidak tepat. 2. Pilihan Kata/Diksi Pilihan kata atau diksi yang digunakan oleh seorang pembicara dalam mengomentari hendaknya bukanlah istilah-istilah/kata-kata yang tidak dimengerti oleh pendengar karena istilah-istilah/kata-kata yang digunakan harus sesuai dengan sasaran pembicaraan, situasi, dan topik pembicaraan (Arsyad dan Mukti, 1988:19). Contoh pilihan kata/diksi yang kurang tepat yaitu gue, enggak, kita, orang dan sebagainya. Penggunaan kata-kata tidak baku tersebut kurang tepat jika digunakan dalam situasi formal misalnya dalam kegiatan pembelajaran. Bahasa tersebut hanya cocok digunakan dalam acara-acara santai atau pergaulan sehari-hari. Apabila dalam mengomentari siswa menggunakan pilihan kata yang tepat, maka siswa memperoleh skor 5. Jika terdengar 1 2 pilihan kata yang digunakan siswa tidak tepat, maka skor yang diperoleh adalah 4. Jika terdengar 3 4 pilihan kata yang digunakan siswa tidak tepat, maka skor yang diperoleh adalah 3. Skor 2 diperoleh siswa jika terdengar 5 6 pilihan

59 kata yang tidak tepat dan skor 1 diperoleh siswa jika terdengar 7 sampai lebih pilihan kata yang tidak tepat. 3. Intonasi Intonasi adalah kerjasama antara tekanan (nada, dinamik, dan tempo) dan perhentian-perhentian yang menyertai suatu tutur (Zaenuddin, 1992:20 23). Apabila dalam mengomentari siswa dapat menggunakan intonasi dengan tepat, maka skor yang diperoleh adalah 5. Jika terdengar 1 2 intonasi yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan maksud kalimat, maka skor yang diperoleh siswa adalah 4. Jika terdengar 3 4 intonasi yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan maksud kalimat, maka skor yang diperoleh siswa adalah 3. Skor 2 diperoleh siswa jika dalam berkomentar terdengar 5 6 intonasi yang tidak sesuai dengan maksud kalimat dan skor 2 diperoleh siswa jika dalam berkomentar terdengar 7 hingga lebih intonasi yang tidak sesuai dengan maksud kalimat. 4. Sikap (wajar, tenang, dan tidak kaku) Pembicara yang tidak tenang, lesu, dan kaku tentulah akan memberikan kesan pertama yang kurang menarik (Arsyad dan Mukti, 1988:20). Jika siswa mengomentari dengan posisi berdiri sambil membungkuk, berulangulang menggoyang-goyangkan badan atau memutar-mutarkan badan ke belakang maka siswa termasuk ke dalam kategori mengomentari dengan sikap yang kurang wajar. Sikap tenang dalam berbicara adalah sikap yang tidak gugup atau gelisah (Arsyad dan Mukti, 1988:21). Contoh sikap yang tidak tenang dalam mengomentari misalnya berbicara sambil menggaruk-

60 garuk kepala. Jika siswa dapat berbicara dengan santai maka siswa tergolong dapat memberikan komentar dengan sikap yang tidak kaku. Apabila siswa berbicara dengan sikap yang tepat yakni wajar, tenang, dan tidak kaku, maka siswa akan memperoleh skor 5. Siswa akan memperoleh skor 4 jika dalam berkomentar terdapat 1 2 sikap siswa yang tidak tepat. Skor 3 diperoleh siswa jika dalam berkomentar terdapat 3 4 sikap yang tidak tepat. Skor 2 diperoleh jika siswa dalam berkomentar terdapat 5 6 sikap yang tidak tepat, dan skor 1 diperoleh jika terdapat kesalahan 7 sampai lebih sikap siswa yang tidak tepat. 5. Kenyaringan Suara/volume Kenyaringan suara atau volume suara yang dimaksud dalam indikator penilaian adalah volume suara yang dapat didengar oleh pendengar (Arsyad dan Mukti,1988:21). Apabila volume suara siswa dalam berbicara dapat didengar dengan jelas, maka skor yang diperoleh adalah 5. Apabila ketika siswa berkomentar terdengar 1 2 volume suara yang tidak jelas, maka skor yang diperoleh adalah 4. Apabila ketika siswa berkomentar terdengar 3 4 volume suara yang tidak jelas, maka skor yang diperoleh adalah 3. Skor 2 diperoleh siswa jika ketika berkomentar terdapat 5 6 volume suara kata tidak jelas, dan skor 1 diperoleh siswa jika ketika siswa berkomentar terdapat 7 sampai lebih volume suara yang tidak terdengar dengan jelas oleh seluruh jumlah pendengar.

61 6. Penguasaan Topik Menurut Arsyad dan Mukti (1988:22), yang dimaksud penguasaan topik ketika berbicara adalah kemampuan menguasai isi topik pembicaraan. Siswa dikatakan menguasai topik dengan baik jika di dalam pembicaraannya tidak ada topik lain yang menyimpang. Apabila dalam berkomentar siswa dapat menguasai topik dengan baik, maka skor yang diperoleh adalah 5. Jika dalam komentar terdapat bagian yang tidak mendukung topik, maka siswa memperoleh skor 4. Skor 3 diperoleh siswa jika dalam mengomentari topik kurang dikuasai dengan baik. Skor 2 diperoleh jika pada awal komentar siswa dapat menguasai topik, tetapi kemudian topik menyimpang dari ini pembicaraan, dan skor 1 diperoleh siswa jika topik tidak dikuasai dan komentar di luar topik atau topik menyimpang dari isi pembicaraan. E. Teknik Analisis Data Cara yang digunakan penulis dalam menganalisis data hasil penelitian adalah sebagai berikut. 1) Mendengarkan ulang hasil rekaman siswa dalam mengomentari dialog interaktif. 2) Membuat trankip hasil rekaman tersebut. 3) Memeriksa kembali hasil yang sudah didapat.

62 4) Mengoreksi dan memberi skor hasil kemampuan mengomentari dialog interaktif berdasarkan indikator yang dijadikan acuan (tabel 3). Skor terendah 1 dan skor tertinggi 5 untuk setiap aspek. Hasil tes siswa dikoreksi oleh dua penskor, yaitu penskor I (penulis) dan penskor II (teman sejawat). 5) Menjumlahkan skor mengomentari dialog interaktif per indikator per siswa dengan mengambil skor rata-rata dari hasil penskor I, dan hasil skor penskor II. 6) Menentukan nilai persentase kemampuan mengomentari siswa pada aspek yang dinilai berdasarkan rumus berikut. N SkorPerole han SkorMaksim al x100% 7) Menghitung rata-rata tingkat kemampuan mengomentari dialog interaktif siswa dengan rumus berikut. X X N x100% Keterangan: X = Skor rata-rata ΣX = Jumlah skor yang diperoleh siswa N = Jumlah sampel

63 8) Menentukan tingkat kemampuan mengomentari pendapat narasumber dialog interaktif siswa berdasarkan penilaian yang dikemukakan oleh Nurgiantoro (2001:339) seperti yang terdapat pada tabel 4 di bawah ini. Tabel 3.4 Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Mengomentari pendapat narasumber dialog interaktif dalam rekaman TV Interval Persentase Tingkat Kemampuan 85% 100% 75% 84% 59% 74% 40% 59% 0% 39% Keterangan Baik sekali Baik Cukup Kurang Kurang sekali (Modifikasi dari Nurgiantoro 2001:399)