BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Suwardjo dan Dariah (1995) mulsa adalah berbagai macam bahan seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

MODEL PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT BAB I PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA. ditanam pada lahan tersebut. Perlakuan pengolahan tanah diperlukan dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. perkebunan. Karena Mucuna bracteata memiliki kelebihan dibandingkan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun

Menurut Syariffauzi (2009), pengembangan perkebunan kelapa sawit membawa dampak positif dan negatif Dampak positif yang ditimbulkan antara lain

I. PENDAHULUAN. terus bermunculannya berbagai jenis industri yang mengolah bahan baku yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Manis. Tanaman jagung manis diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae (Tumbuhan),

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

BAB I. PENDAHULUAN A.

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hampir 100 perusahaan atau pabrik kelapa sawit baik milik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Caisim diduga berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur.

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu merupakan tanaman semusim dari Divisio Spermathophyta dengan

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Padi. tunggang yaitu akar lembaga yang tumbuh terus menjadi akar pokok yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

! " # $ % % & # ' # " # ( % $ i

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN. banyak ditemukan pada 0 sampai 10 cm (Kuhnelt et al, 1976). Kelompok hewan

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

Membangun Perkebunan Kelapa Sawit yang Ramah Lingkungan, Kenapa Tidak?

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk Organik Pupuk Organik Cair

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kailan termasuk dalam Kingdom Plantae, Divisi Spermatophyta,

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

I. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

STRATEGI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT DI PT. AMP PLANTATION JORONG TAPIAN KANDIH NAGARI SALAREH AIA KECAMATAN PALEMBAYAN KABUPATEN AGAM

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

PENGELOLAAN AIR LIMBAH PKS

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit.

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

TINJAUAN PUSTAKA. Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

NERACA HARA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom: Plantae,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Gambut. memungkinkan terjadinya proses pelapukan bahan organik secara sempurna

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Padi. secara langsung atau melalui persemaian lebih dulu. Tanaman padi adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Cacing Tanah Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah yang tidak memiliki tulang belakang (invertebrata) dan digolongkan ke dalam ordo Oligochaeta, kelas Chaetopoda, dan filum Annelida. Penggolongan ini didasarkan pada bentuk morfologi, karena tubuhnya tersusun atas segmen-segmen yang berbentuk cincin (annulus), setiap segmen memiliki beberapa pasang setae, yaitu struktur berbentuk rambut yang berguna untuk memegang substrat dan bergerak, tubuh dibedakan atas bagian anterior dan posterior, pada bagian anteriornya terdapat mulut, prostomium dan beberapa segmen yang agak menebal membentuk klitelium (Edward & Lofty, 1997). Cacing tanah dalam berbagai hal mempunyai arti penting, misalnya bagi lahan pertanian. Lahan yang banyak mengandung cacing tanah akan menjadi subur, sebab kotoran cacing tanah yang bercampur dengan tanah telah siap untuk diserap akar tumbuh-tumbuhan. Cacing tanah juga dapat meningkatkan daya serap air permukaan. Lubang-lubang yang dibuat oleh cacing tanah meningkatkan konsentrasi udara dalam tanah. Disamping itu pada saat musim hujan lubang tersebut akan melipat gandakan kemampuan tanah menyerap air. Secara singkat dapat dikatakan cacing tanah berperan memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah agar tetap gembur. Cacing tanah umumnya memakan serasah daun dan juga materi tumbuhan lainnya, yang kemudian dicerna dan dikeluarkan berupa kotoran. Kemampuan hewan ini dalam mengkonsumsi serasah sebagai makanannya bergantung kepada ketersediaan jenis serasah yang disukainya, dan juga ditentukan oleh kandungan karbon dan nitrogen serasah. Pada umumnya cacing tanah lebih menyukai serasah daun yang lunak, yang biasanya mengandung rasio yang rendah, dan kurang

menyenangi serasah daun yang keras yang sering mengandung C/N tinggi (Edwards & Lofty, 1997). 2.2. Ekologi Cacing Tanah Pengelompokan makhluk hidup yang didasarkan pada karakteristik ekologinya kadang-kadang memberikan keuntungan praktis seperti kemampuan untuk menilai perbedaan lingkungan. Hasil penelitian Paoletti (1999); dan Jimenez et al. (1998) menunjukkan: a. Lahan peternakan dan padang rumput memiliki kepadatan dan biomas cacing tanah yang lebih tinggi b. Hutan berdaun gugur lebih tinggi biomas dan kepadatan cacing tanahnya dibandingkan hutan berdaun jarum c. Lahan pertanian yang diolah intensif lebih rendah populasi cacingnya dibandingkan kebun buah-buahan. Cacing tanah secara umum dapat dikelompokkan berdasarkan tempat hidupnya, kotorannya, kenampakan warna, dan makanan kesukaannya (Edwards, 1998; Paoletti, 1999) dalam Ansyori (2004) sebagai berikut: a. Epigaesis; cacing yang aktif dipermukaan, warna gelap, penyamaran efektif, tidak membuat lubang, kotoran tidak nampak jelas, pemakan serasah di permukaan tanah dan tidak mencerna tanah. Contohnya Lumbricus rubellus dan Lumbricus castaneus. b. Anazesis; berukuran besar, membuat lubang terbuka permanen ke permukaan tanah, pemakan sersah di permukaan tanah dan membawanya ke dalam tanah, mencerna sebagian tanah, kotoran di permukaan tanah atau terselip di antara tanah. Contohnya Eophila tellinii, Lumbricus terrestris, dan Allolobophora longa. c. Endogaesis; hidup di dalam tanah dekat permukaan tanah, sering dalam dan meluas, kotoran di dalam lubang, tidak berwarna, tanpa penyamaran, pemakan tanah dan bahan organik, serta akar-akar mati. Contohnya Allolobophora chlorotica, Allolobophora caliginosa, dan Allolobophora rosea

d. Coprophagic; hidup pada pupuk kandang, contohnya Eisenia foetida,dendrobaena veneta dan Metaphire schmardae. e. Arboricolous; hidup di dalam suspensi tanah pada hutan tropik basah, contohnya Androrrhinus spp. Aktivitas hidup cacing tanah dalam suatu ekosistem tanah dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti : iklim (curah hujan, intensitas cahaya dan lain sebagainya), sifat fisik dan kimia tanah (temperatur, kelembaban, kadar air tanah, ph dan kadar organik tanah), nutrien (unsur hara) dan biota (vegetasi dasar dan fauna tanah lainnya) serta pemanfaatan dan pengolahan tanah (Hanafiah, 2005). Selanjutnya Populasi cacing tanah sangat erat hubungannya dengan keadaan lingkungan, dimana cacing itu beraksi cepat terhadap perubahan lingkungan, baik yang datang dari tanah, faktor iklim dan pengolahan tanah sesuai kemampuan mempertahankan dirinya (Adianto, 1993). Selanjutnya dijelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap populasi cacing tanah adalah : a. Kelembaban Tanah Kelembaban tanah sangat erat hubungan dengan populasi cacing tanah, karena tubuh hewan tanah mengandung air, oleh karena itu kondisi tanah yang kering dapat menyebabkan tubuh cacing tanah kehilangan air dan hal ini merupakan masalah yang besar bagi kelulusan hidupnya (Anas, 1990) b. Suhu Tanah Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat erat menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah dengan demikian suhu tanah akan menentukan tingkat dekomposisi material organik tanah. Fluktuasi suhu tanah lebih rendah dari suhu udara, dan suhu tanah sangat tergantung dari suhu udara, suhu tanah lapisan tanah mengalami fluktuasi dalam satu hari satu malam dan tergantung musim. Fluktuasi itu juga tergantung kondisi cuaca, topografi daerah dan keadaan tanah (Suin, 1997). c. ph Tanah Keasaman ph tanah sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan kegiatan cacing tanah, karena cacing tanah sangat sensitif terhadap ph tanah, sehingga ph tanah

merupakan salah satu faktor pembatas, namun demikian toleransi cacing tanah terhadap ph pada umumnya bervariasi untuk masing-masing spesies (Edward & Lofty, 1997). d. Bahan Organik bahan organik tanah sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan populasi cacing tanah, karena bahan organik yang terdapat di tanah sangat diperlukan untuk melanjutkan kehidupannya (Buckman dan Brady, 1982). Selanjutnya dijelaskan bahwa sumber utama materi organik tanah adalah yang berasal dari serasah tumbuhan dan tubuh hewan tanah yang telah mati. Pada umumnya bahan organik ini banyak terdapat di tanah yang kelembabannya cukup tinggi, oleh sebab itu cacing tanah lebih banyak jumlahya pada tanah yang kelembaban tinggi dibandingkan dengan yang rendah 2.3 Tanaman Kelapa Sawit 2.3.1 Klasifikasi Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan oleh Jacquin (1763) sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Kelas : Monocotyledone Ordo : Arecales Famili : Arecaceae Genus : Elaeis Spesies : Elaeis guineensis 2.3.2 Morfologi Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit dibedakan atas 2 bagian, yakni: bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif tanaman kelapa sawit terdiri dari akar berupa akar serabut, batang dan daun. Batang tidak bercabang dan tidak memiliki kambium. Pada ujung

batang terdapat titik tumbuh yang terus berkembang membentuk daun. Batang berfungsi sebagai penyimpan dan pengangkut bahan makanan untuk tanaman serta sebagai penyangga mahkota daun. Daun kelapa sawit membentuk suatu pelepah bersirip genap dan bertulang sejajar. Panjang pelepah dapat mencapai 9 meter. Pelepah daun sejak mulai terbentuk sampai tua mencapai waktu ± 7 tahun; jumlah pelepah dalam 1 pohon dapat mencapai 60 pelepah. Jumlah anak daun tiap pelepah dapat mencapai 380 helai. Panjang anak daun dapat mencapai 120 cm (Risza, 1994). Bagian generatif tanaman kelapa sawit terdiri dari bunga dan buah. Kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12 bulan. Pembungaan kelapa sawit termasuk monoceus artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada satu tandan yang sama. Namun terkadang dijumpai juga dalam 1 tandan terdapat bunga jantan dan bunga betina. Bunga seperti itu disebut bunga banci (hermaprodit). Buah kelapa sawit termasuk buah batu yang terdiri dari 3 bagian yakni; lapisan luar (epicarpium) yang disebut kulit luar, lapisan tengah (mesocarpium) yang disebut daging buah, mengandung minyak sawit dan lapisan dalam (endocarpium) yang disebut inti, mengandung minyak inti. Diantara inti dan daging buah terdapat lapisan tempurung (cangkang) yang keras. Biji kelapa sawit terdiri dari 3 bagian yaitu; kulit biji (spermodermis), tali pusat (funiculus) dan inti biji atau nucleus seminis (Risza, 1994). Gambar 2.1 Morfologi Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis)

2.4 Limbah Cair Kelapa Sawit Pamin, dkk. (1996) menjelaskan bahwa pengolahan limbah cair bertujuan untuk membuang atau mengurangi kandungan limbah serta tidak mengganggu terhadap lingkungan hidup ditempat sekitar pembuangannya, limbah cair yang mengandung bahan organik majemuk mengalami biodegradasi dalam suasana anaerobik menjadi suasana-suasana asam sederhana, terutama asam asetat dan gas-gas. Naibaho (1996) menyatakan bahwa limbah cair yang dihasilkan pabrik pengelola kelapa sawit berasal dari air crab (Sludge water), air kondensat (sterilizer condensate), air Hydrocylone (claybath) atau bak pemisah Lumpur, air cucian pabrik dan lain sebagainya. Banyaknya jumlah air buangan ini tergantung pada sistem pengolahan, kapasitas olah dan keadaan peralatan klarifikasi. Selanjutnya dijelaskan bahwa air buangan sludge separatot umumnya 60 % dari TBS yang diolah, akan tetapi keadaan ini sering dipengaruhi oleh : a. jumlah air pengencer yang digunakan pada vibrating screen atau pada screw press b. Sistem dan instalasi yang digunakan dalam stasiun klarifikasi, yaitu klarifikasi yang menggunakan decanter menghasilkan air limbah yang kecil c. Efisiensi pengutipan minyak dari air limbah yang rendah akan mempengaruhi karakteristik limbah cair yang dihasilkan Untuk menanggulangi limbah PKS yang begitu banyak, beberapa pihak perkebunan dan pabrik kelapa sawit telah mencoba memanfaatkan limbah tersebut ke areal kebun, seperti janjang kosong, solid decanter dan abu ketel telah dimanfaatkan untuk memperbaiki struktur dan ph tanah serta mengurangi penguapan tanah. Sedangkan limbah cair yang didapatkan dari (Sistem Land Application) bertujuan untuk menambah unsur hara dalam tanah (Loebis & Tobing, 1989). Selanjutnya dijelaskan bahwa limbah cair PKS merupakan bahan organik yang mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, seperti Nitrogen (N), Phospor (P), Calsium (Ca), dan Magnesium (Mg) pabrik terlebih dahulu diolah secara system ponding. Setelah terjadi penurunan tingkat pencemaran limbah ini dialirkan kelahan perkebunan

2.5 Pemanfaatan limbah cair Menurut Loebis dan Tobing (1989) limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit mengandung unsur hara yang tinggi seperti N, P, K, Mg, dan Ca, sehingga limbah cair tersebut berpeluang untuk digunakan sebagai sumber hara bagi tanaman kelapa sawit, di samping memberikan kelembaban tanah, juga dapat meningkatkan sifat fisik kimia tanah, serta dapat meningkatkan unsur hara tanah. Limbah agroindustri dapat dimanfaatkan bagi bidang pertanian secara luas. Berbagai penelitian menunjukka n bahwa land application untuk berbagai jenis komoditas memberikan hasil yang memuaskan, seperti pada tanaman ubi kayu, padi sawah, jagung dan kedelai (Soelaeman et al., 2004). Di samping itu kerusakan dapat dihindari, karena limbah agroindustri tersebut dimanfaatkan dalam bidang pertanian. Dalam hal ini tanah berfungsi sebagai penampung limbah (landfill disposal of waste) sehingga limbah tidak terbuang langsung ke sungai. Dari aspek kimia tanah, limbah agroindustri secara langsung dapat menyumbangkan unsur hara makro dan mikro ke dalam tanah. Secara tidak langsung bahan organik yang berasal dari limbah setelah termineralisasi juga akan menyumbangkan unsur hara ke dalam tanah. Selain itu limbah ini juga berpengaruh terhadap reaksi kimia tanah. Kondisi fisik dan kimia tersebut juga didukung oleh akibat aktivitas mikroorganisme tanah atau sebaliknya. Bahan organik dari limbah tersebut dapat dijadikan sumber energi oleh mikroorganisme (Banuwa, et al., 2001). 2.6 Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Limbah cair pabrik kelapa sawit (PKS) dihasilkan dari 3 tahap proses yaitu: a. Proses sterilisasi (pengukusan) untuk mempermudah perontokan buah dari tandannya, mengurangi kadar air, dan untuk inaktifasi enzim lipase dan oksidase b. Proses ekstraksi minyak untuk memisahkan minyak daging buah dari bagian lainnya

c. Proses pemurnian (klarifikasi) untuk membersihkan minyak dari kotoran lain (Anonim, 2001) Teknik pengolahan limbah cair yang biasanya diterapkan di PKS adalah: a. Kolam pengumpul (fatfit) Kolam ini berguna untuk menampung cairan-cairan yang masih mengandung minyak yang berasal dari air kondensat dan stasiun klarifikasi b. Kemudian dimasukkan ke unit deoling pond untuk dikutip minyaknya dan diturunkan suhunya dari 70-80 C menjadi 40-45 C melalui bak pendingin c. Kolam pengasaman Pada proses ini digunakan mikroba untuk menetralisir keasaman cairan limbah. Pengasaman bertujuan agar limbah yang mengandung bahan organik lebih mudah mengalami biodegradasi dalam suasana anaerobik. Limbah cair dalam kolam ini mengalami asidifikasi yaitu terjadinya kenaikan konsentrasi asamasam yang mudah menguap. Waktu penahanan hidrolisis (WPH) limbah cair dari kolam pengasaman ini. Selama 5 hari. Kemudian sebelum diolah diunit pengolaha n limbah kolam anaerobik, limbah dinetralk terlebih dahulu dengan menambahkan kapur tohor hingga mencapai ph antara 7,0-7,5 d. Kolam Anaerobik Primer Pada proses ini memanfaatkan mikroba dalam suasana anaerobik atau aerobik untuk merombak BOD dan biodegradasi bahan organik menjadi senyawa asam dan gas. WPH dalam kolam ini mencapai 40 hari e. Kolam Anaerobik Sekunder Adapun WPH limbah dalam kolam ini mencapai 20 hari. Kebutuhan lahan untuk kolam anaerobik primer dan sekunder mencapai 7 hektar untuk PKS dengan kapasitas 30 ton TBS/jam f. Kolam Pengendapan Kolam pengendapan ini bertujuan untuk mengendapkan Lumpur-lumpur yang terdapat dalam limbah cair. WPH limbah dalam kolam ini berkisar 2 hari Biasanya ini merupakan pengolahan terakhir sebelum limbah dialirkan ke badan air dan diharapkan pada kolam ini limbah sudah memenuhi standar baku mutu air sungai (Pedoman Pengolahan Limbah Industri Kelapa Sawit, 2006)