BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
CERMIN BUDAYA DALAM LEKSIKON PERKAKAS PERTANIAN TRADISIONAL DI PANGAUBAN, KABUPATEN BANDUNG (KAJIAN ETNOLINGUISTIK)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurshopia Agustina, 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jaenudin, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. klasifikasi folk taksonomi dan penganalisisan fitur-fitur atomistis makna leksikon.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif. Fokusnya adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dapat dimanfaatkan oleh peneliti. 1 Pemilihan lokasi atau site selection

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ismi Nurul Huda, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan ( fieldresearch),

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang bertujuan untuk menganalisis manfaat pelaksanaan PNPM

BAB III METODE PENELITIAN. dimana subjek penelitian ini merupakan orang yang mengalami masalah.

Moleong (2012: 6) mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

KONSEP NASI DALAM BAHASA SUNDA: STUDI ANTROPOLINGUISTIK DI KAMPUNG NAGA, KECAMATAN SALAWU, KABUPATEN TASIKMALAYA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Fenomena Kehidupan Anak Pekerja Ojek Payung di

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dari tanah darat seluas 1845 Ha dan tanah sawah seluas 1304 Ha..

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan penulis untuk memahami usaha Perpustakaan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif yaitu metode

BAB III METODE PENELITAN. A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Kota Palangka Raya Adalah selama 8 bulan setelah peneliti mendapat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI. 47 Universitas Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah dalam penelitian diperlukan suatu

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Dalam bab tiga ini akan membahas hal-hal yang berhubungan dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam proposal ini adalah pendekatan kualitatif. Yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN. proses kreatif proses kreatif program acara Young Creative di Balikpapan Televisi.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk

Mahmud Fasya. Universitas Pendidikan Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dari penelitian ini adalah Hotel Horison. Lokasi penelitian ini

BAB 3 METODE DAN MODEL PENELITIAN. dalam penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara

BAB III METODE PENELITIAN. laporan keuanga di BWI dan untuk mengetahui persepsi nadzir terhadap

BAB III RUMUSAN PENELITIAN. mengungkapkan sesuatu yang belum diketahui dengan metode sistematis dan terarah.

sekolah secara keseluruhan selama satu tahun.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Bogdan Dan Taylor (Andi Prastowo, 2011: 22) menyatakan metode

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Isaac & Michael

BAB III METODE PENELITIAN. perencanaan audit atas laporan keuangan pada KAP Drs. Joseph Munthe, M.S.,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data deskripstif berupa kata-kata tertulis, atau lisan dari orang-orang dan perilaku

METODE PENELITIAN. atau dengan menggunakan alat kuantifikasi yang lain, melainkan melakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan tentang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Bandarlampung sebagai tempat penelitian ini karena sekolah ini merupakan salah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengembangkan atau memvaliditasi produk-produk yang digunakan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dalam kondisi terkendali dan dimanipulasi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. PAUD Mekar Indah Desa Poowo Barat Kabupaten Bone Bolango. Peneliti melakukan penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian diperlukan untuk memecahkan suatu masalah dalam penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sulawesi Tengah. Dengan judul penelitian Kajian bentuk dan makna simbolik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendekatan penelitian analisis-kualitatif yaitu penelitian yang temuantemuannya

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, karena dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan merupakan cara utama untuk mencapai

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Desa Pangauban, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung. Lokasi penelitian ini dipilih karena lokasi ini merupakan komunitas terbatas yang masih berusaha mencerminkan kebudayaannya dan mempertahankan nilai kearifan lokalnya terhadap leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda. 3.2 Desain Penelitian Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian dalam bentuk diagram model case study oleh Milles dan Huberman 1994. Peneliti menggunakan model ini karena case study sebagian besar literatur yang salah satunya membahas bidang antropologi. Selain itu, menggunakan model case study dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai desain penelitian dalam proses pengambilan data sesuai dengan yang diharapkan peneliti. Peneliti memodifikasi desain penelitian ini pada bagian simpulan. Berikut ini digambarkan bagan desain penelitian dalam bentuk diagram (adaptasi model Milles dan Huberman 1994). 34

35 Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional dalam Bahasa Sunda di Desa Pangauban, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung Pengumpulan Data 1. Metode libat 2. Metode cakap 3. Metode catat Data dan Sumber Data 1. Data: Tuturan masyarakat Desa Pangauban baik lisan maupun tulisan mengenai leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda. 2. Sumber Data: Masyarakat Desa Pangauban dan dokumen seperti kamus, artikel, jurnal yang membahas mengenai leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda. Penganalisian Data: 1. klasifikasi leksikon perkakas pertanian dalam Bahasa Sunda di Desa Pangauban, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung berdasarkan teori kata benda menurut Sudaryat., (2007: 48-65) dan teori klasifikasi menurut Sibarani (2004:152-153); 2. deskripsi leksikon perkakas pertanian dalam Bahasa Sunda di Desa Pangauban, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung menurut teori Sibarani (2004:152-153); 3. cerminan gejala kebudayaan yang muncul berdasarkan leksikon perkakas pertanian tradisional yang digunakan di Desa Pangauban menurut menurut Warnaen (1981:11). Penyimpulan Data

36 Muatan klasifikasi, deskripsi dan cerminan Kebudayaan dalam leksikon perkakas pertanian dalam bahasa Sunda di Desa Pangauban, Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung. (Diagram komponen-komponen analisis data: model case study oleh Milles dan Huberman 1994) 3.1 Diagram Desain Penelitian 3.3 Metode Penelitian Penelitian ini tentang leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda di Desa Pangauban, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung. Kajian penelitian ini tidak hanya dilakukan secara terbatas di dalam konteks linguistik semata, tetapi juga dilakukan dalam konteks sosial budaya yang lebih luas sehingga mampu menjangkau fungsinya dalam menopang praktik kebudayaan (Foley, 2001). Kajian ini menggunakan pendekatan etnolinguistik karena perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda di Desa Pangauban merupakan bagian dari budaya. Senada dengan pernyataan Duranti (1997:84) bahwa etnolinguistik merupakan kajian bahasa dan budaya yang merupakan subbidang utama dari antropologi yang mengungkap unsur kehidupan sosial, maka peneliti dalam bidang ini harus memiliki cara untuk menghubungkan bentuk bahasa dengan kebiasaan (perbuatan) budaya. Oleh karena itu, peneliti akan menganalisis dengan cara mengklasifikasikan, mendeskripsikan kemudian mengungkap cerminan budaya dari leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda. Seiring dengan pernyataan Duranti (1997:2) yang memaparkan etnolinguistik merupakan kajian yang menjelaskan hubungan antara bahasa dan budaya dalam bidang tertentu, penafsiran tidak hanya pada tataran bahasa saja, tetapi apa yang ada dibalik bahasa mencakup dengan budaya setempat (Duranti, 1997:2)

37 Pendekatan etnolinguistik dalam kajian ini dipusatkan pada model etnografi komunikasi untuk memfokuskan kerangka acuan karena pemberian tempat bahasa di dalam suatu kebudayaan bukan pada bahasa itu sendiri, melainkan pada komunikasinya (Hymes, 1980:8). Seiring dengan pernyataan Spradley (1997: 11-12) model etnografi difungsikan untuk mendeskripsikan cerminan kebudayaan dari leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda di Desa Pangauban, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung. Berlandaskan pada gagasan Sarosa (2012:127), peneliti mengamati dan terlibat dalam fenomena yang diamati dan dapat menjelaskan suatu kebudayaan dengan memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli. Studi ini akan terkait bagaimana subjek berpikir, hidup, dan berperilaku. Peneliti lebih banyak belajar dari pemilik kebudayaan tentang budaya pengamatan terlibat menjadi penting dalam aktivitas penelitian (Endaswara, 2003: 50). Etnografi merupakan sejenis penelitian budaya untuk memahami cara orang-orang berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena teramati dalam kehidupan seharihari. Dengan demikian, peneliti ikut berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat budaya Sunda dilihat dari sudut pandang penduduk setempat khususnya dengan masyarakat Desa Pangauban, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung (Endaswara, 2003: 50-51). Model Etnografi adalah penelitian untuk mendeskripsikan kebudayaan sebagimana adanya (Endaswara, 2003: 50). Hal ini sejalan dengan Sudikan (Endraswara, 2003: 51) yang menyatakan karakteristik penelitian etnografi adalah analisis data yang dilakukan secara holistik, bukan parsial. Selain itu, dapat menggunakan data kualitatif, maupun kuantitaif, namun sebagian besar menggunakan kualitatif. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologi, yaitu keterlibatan peneliti di lapangan dan penghayatan fenomena yang dialami dengan masyarakat Desa Pangauban, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung

38 (Endraswara, 2003: 44). Penelitian dalam pandangan fenomenologi bermakna memahami budaya lewat pandangan pemilik budaya atau memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam keadaan tertentu (Moleong, 2003: 42 dan 44). Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu berupa deskripsi mendalam terhadap fenomena leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda di Desa Pangauban. Dalam kaitan ini diterapkan rancangan analisis budaya dalam tataran untuk mengungkap cerminan gejala kebudayaan yang muncul berdasarkan leksikon perkakas pertanian tradisional bahasa Sunda (Banton dalam Endaswara, 2003:242). Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Endaswara (2003:14) yang menjelaskan bahwa penelitian kualitatif budaya sangat penting untuk melihat kondisi yang tidak mungkin dijangkau dengan rumus-rumus kuantitatif. Penelitian ini lebih mempertahankan pada keutuhan (entry) sebuah budaya, bukan menilai budaya secara parsial, karena peneliti tidak melihat benar atau salah, tetapi semua data penting. Data yang didapat sesuai dengan keadaan di lapangan tanpa ada kontrol atau manipulasi data dari peneliti. Peneliti hanya menjelaskan data yang berkaitan dengan fakta sesuai data yang diperoleh di lapangan. Dengan menggunakan metode ini, sumber data berlatar alami dengan peneliti yang berfungsi sebagai human instrument (Moleong, 1995: 121-125). 3.4 Definisi Operasional Berikut ini dideskripsikan beberapa definisi operasional dari beberapa istilah yang penulis gunakan dalam penelitian ini. a. Leksikon utama dalam penelitian ini adalah leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda yang digunakan untuk kegiatan bercocok tanam, berhuma, bersawah, berkebun, berladang, dan pekarangan di Desa Pangauban, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung. Seperti etem, arit, aseuk, bajak, baliung, cungkir, pacul, caplak, barincong, gacok atau pacul carang,

39 kored, gerendel, bedog, linggis, gasrok, parang, peso, kompa semprot, congkrang, susurung atau gagarok, turus, dan luku. b. Leksikon pendukung perkakas pertanian ini adalah leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda yang digunakan untuk melengkapi perkakas pertanian yang berkaitan dengan bercocok tanam, berhuma, bersawah, berkebun, berladang, dan pekarangan di Desa Pangauban, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung. doran, garan, halu, kas, jubleg, boboko, giribig, eter, bawak, dreum, gunting, asahan, piring, cecempeh, kiloan, karung, nyiru, dan terpal. c. Cerminan budaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pandangan hidup itu tentang manusia sebagai pribadi, hubungan manusia dengan lingkungan masyarakatnya, hubungan manusia dengan alam, hubungan manusia dengan Tuhan, dan tentang manusia dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kepuasaan batiniah melalui leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda di Desa Pangauban, Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung. d. Etnolinguistik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendekatan yang digunakan untuk mencari pengetahuan tentang etnik masyarakat Pangauban melalui leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda. 3.5 Instrumen Penelitian berikut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan lembar observasi sebagai Tabel 3.1 Format Lembar Observasi Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional LEMBAR OBSERVASI LEKSIKON PERKAKAS PERTANIAN TRADISIONAL Klasifikasi Bahan Leksikonper kakas pertanian tradisional

40 No 1. 2. 3. 4. 5. 7. 8. 9. 10. Glo ss Kayu Bambu Besi Batu Plastik Perpaduan Kayu dan Besi Kain mota 3.6 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan tiga macam metode pengumpulan data, yakni (1) metode libat, (2) metode cakap, dan (3) metode catat. Metode libat digunakan karena peneliti terlibat dan terjun langsung ke lapangan untuk memeroleh data dengan berpartisipasi dalam pembicaraan dengan informan. Peneliti memerhatikan penggunaan bahasa informan dan ikut serta dalam pembicaraan (Sudaryanto, 1993:3). Dengan metode ini peneliti dapat memahami lebih dalam tentang fenomena (perilaku atau peristiwa) yang terjadi di lapangan. Adapun metode cakap digunakan karena peneliti akan terlibat langsung dalam percakapan bersama-sama informan dengan bertatap muka. Oleh karen itu, data diperoleh melalui penggunaan bahasa secara lisan dan tulisan. Dalam metode ini percakapan dikendali oleh peneliti dengan menggunakan daftar tanyaan berupa lembar observasi mengenai leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda dan diarahkan sesuai dengan kepentingannya (Mahsun, 2007:95). Metode catat dilakukan dengan cara menyediakan lembar observasi dan mencatat keterangan data yang diperoleh dari informan. Dengan menggunakan metode ini, peneliti akan mengetahui bahwa catatan lapangan itu merupakan inti dari observasi pelibatan dan tambahan penting bagi metode-metode pengumpulan

41 data lainnya. Dalam hal ini, konsep dialog seluas-luasnya yang pada intinya melibatkan dua pihak yang berlaku sebagai pembicara dan lawan bicara (Sudaryanto, 1988: 5). Peneliti menggunakan metode libat cakap dan catat bertujuan untuk memudahkan dalam proses pengambilan data sesuai dengan yang diharapkan peneliti. Ini dapat disejajarkan dengan metode wawancara atau interview dalam ilmu sosial khususnya antropologi (Sudaryanto,1988: 7). 3.7 Teknik Analisis Data Analisis data merupakan proses pengaluran data-data yang telah terkumpul secara sistematis untuk memudahkan pemahaman dan penyusunan laporan. Berdasarkan hal itu, teknik analisis data dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. membuat klasifikasi leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda di Desa Pangauban, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung seperti mengklasifikasikan leksikon perkakas pertanaian tradisional berdasarkan kayu batu, bambu plastik, dan perpaduan besi dan kayu, dan kain mota; 2. mendeskripsikan leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda Desa Pangauban, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung seperti mengklasifikasikan leksikon perkakas pertanaian tradisional berdasarkan bentuk, bahan, fungsi, dan cara pemakaian ; 3. mendeskripsikan cerminan gejala kebudayaan yang muncul berdasarkan leksikon perkakas pertanian tradisional di Desa Pangauban, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung; 4. membuat simpulan. Berikut contoh format lembar observasi yang akan digunakan. Format Lembar Observasi LEMBAR OBSERVASI Klasifikasi No Gloss Kayu Bambu Besi Batu Plastik Perpaduan Kain Leksikon

42 besi dan kayu mota perkakas pertanian tradisional 1 Cangkul Pacul 2 Ungkal Asahan 3 Bawak Bawak 4 Caplak Caplak 5 Kored Kored 6. Karung Karung 7. Lalandak Gerendel 8. Piring Piring 9. Osrok Gasrok 10. Keranjang Eter 3.8 Data dan Sumber Data Data dalam penelitian ini adalah leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda di berbagai peristiwa tuturan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Pangauban. Perlu dipahami bahwa peristiwa tuturan yang menjadi data penelitian ini terlihat dengan jelas apabila tuturan itu muncul bersama konteks situasi tutur. Konteks yang dimaksud dapat berupa (1) konteks sosial, (2) konteks budaya, dan (3) konteks situasional (Sudana, dkk 2012). Data penelitian ini bersumber dari penggunaan bahasa Sunda yang terjadi di masyarakat Desa Pangauban mengenai leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda. Penggunaan bahasa Sunda terjadi secara alami dari peristiwa tuturan yang wajar di dalam masyarakat dalam kegiatan komunikasi sehari-hari. Dengan menggunakan data ini, peneliti akan mengetahui leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda di Desa Pangauban. Sumber data penelitian ini adalah tuturan masyarakat dan dokumen yang membahas mengenai leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda yang berkaitan dengan bercocok tanam, berhuma, bersawah, berkebun, berladang,

43 dan pekarangan. Selain tuturan dan dokumen, peneliti pun menggunakan kamus untuk mengecek leksikon-leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam proses pengambilan dan penganalisisan data sesuai dengan harapan peneliti Dalam penentuan informan, peneliti menggunakan konsep Spardley dan Benard ( Endaswara, 2003: 238) yaitu bahwa informan harus paham terhadap budaya yang dibutuhkan. Penentuan informan dilakukan menggunakan teknik snowballing, yaitu berlandaskan informasi informan sebelumnya untuk mendapatkan informan berikutnya sampai mendapatkan data jenuh (tidak terdapat informasi baru lagi). Karakteristik informan tidak ditentukan oleh peneliti, melainkan didasari pada rekomendasi informan sebelumnya. Berlandaskan pendapat tersebut, penentuan informan dalam penelitian ini adalah 3 orang. Informan pertama merupakan informan utama. Adapun informan kedua dan ketiga adalah informan pembanding. Informan-informan tersebut merupakan rekomendasi dari informan utama. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan data jenuh dan informan yang dipilih adalah orang yang ahli dalam bidang pertanian khususnya pengelola pertanian yang berkaitan dengan kegiatan bercocok tanam, berhuma, bersawah, berkebun, berladang, dan pekarangan.