PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Rataan konsumsi ransum setiap ekor ayam kampung dari masing-masing

I PENDAHULUAN. nutrisi suatu bahan pakan, meningkatkan kecernaan karena ternak mempunyai

PENGARUH LEVEL LIMBAH UDANG PRODUK FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP BIOLOGICAL VALUE PADA AYAM KAMPUNG

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

IMBANGAN EFISIENSI PROTEIN AYAM KAMPUNG YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG LIMBAH UDANG PRODUK FERMENTASI

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Penaeus monodon atau udang windu termasuk ke dalam golongan. crustaceae (udang-udangan) atau udang penaide. Udang windu secara

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

IV PEMBAHASAN. 4.1 Kandungan Protein Produk Limbah Udang Hasil Fermentasi Bacillus licheniformis Dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Udang (Penaeus monodon) atau dikenal sebagai udang windu, di dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh

I. PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha peternakan pakan selalu menjadi permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

PENDAHULUAN. telurnya karena produksi telur burung puyuh dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH UDANG PRODUK FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KONVERSI PROTEIN RANSUM DAN DAGING PADA AYAM LOKAL

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Peningkatan keberhasilan suatu usaha peternakan akan di pengaruhi oleh

I. PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap peningkatan produksi ternak. Namun biaya pakan

I. PENDAHULUAN. perunggasan merupakan salah satu penyumbang sumber pangan hewani yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Udang sebagai salah satu komoditi ekspor terbagi atas tiga macam, yaitu (1)

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh kualitas, kuantitas,

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang

1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

PENDAHULUAN. absorpsi produk pencernaan. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

olahan, yaitu diolah untuk membuang kepala dan kulit udang.

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

I. PENDAHULUAN. pakan ternak. Produksi limbah perkebunan berlimpah, harganya murah, serta tidak

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

I. PENDAHULUAN. hasil produksi pengembangan ayam broiler akan semakin tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebutuhan daging di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan selama penelitian dapat. Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mensejahterakan kehidupan makhluknya termasuk manusia agar dapat

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi pemanfaatan gulma tanaman pangan sebagai pakan ternak. peternakan. Gulma tanaman pangan mempunyai potensi untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagi penghasil daging dengan bobot badan 1,9 kg

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan,

I. PENDAHULUAN. Ikan Patin jenis Pangasius hypopthalmus merupakan ikan air tawar yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGANTAR. Latar Belakang. Sebagian komponen dalam industri pakan unggas terutama sumber energi

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

PENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IMBANGAN EFISIENSI PROTEIN RANSUM AYAM BROILER YANG MENGANDUNG TEPUNG BULU AYAM HASIL FERMENTASI DENGAN Bacillus spp. DAN Lactobacillus spp.

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

I. PENDAHULUAN. Perkembangan populasi ternak unggas di Indonesia semakin hari semakin

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan kecernaan protein ransum puyuh yang mengandung tepung daun lamtoro dapat dilihat pada Tabel 7.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu tipe pedaging, tipe petelur dan tipe dwiguna. Ayam lokal yang tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang

I. PENDAHULUAN. yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat makanan yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

Transkripsi:

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis unggas lokal yang berpotensi sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh masyarakat terutama yang bertempat tinggal di wilayah pedesaan. Hal ini disebabkan karena ayam kampung memiliki adaptasi yang baik terhadap lingkungan. Permintaan konsumen akan daging ayam kampung semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Peternakan (2014), jumlah produksi daging ayam kampung dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2014 terlihat mengalami peningkatan yakni pada tahun 2007 sebanyak 294.889 ton menjadi 332.095 ton pada tahun 2014. Melihat hal tersebut, peternak harus memperhatikan kecepatan umur panen dari ayam kampung agar dapat memenuhi permintaan yang dibutuhkan oleh pasar dengan memperhatikan keefisienan ransum yang digunakan dalam menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi. Ayam kampung mengonsumsi ransum sebagian besar adalah untuk memenuhi kebutuhan protein dan energinya. Kandungan protein dalam ransum sangat berpengaruh terhadap pencapaian bobot badan pada ayam kampung. Kandungan protein dalam ransum diperlukan untuk pertumbuhan jaringan, perbaikan jaringan, dan pengelolaan produksi serta bagian dari struktur enzim sehingga protein dikenal sebagai salah satu unsur pokok penyusun sel tubuh dan jaringan (Ahmad dan Herman, 1982). Hal ini menunjukkan bahwa protein berperan penting dalam pencapaian bobot karkas yang diinginkan.

2 Pemberian ransum dengan kualitas protein yang baik tentunya akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan dan perkembangan ayam kampung. Pertambahan bobot badan yang dihasilkan merupakan gambaran dari kualitas ransum yang diberikan. Pertambahan bobot badan ini dihasilkan dari kualitas konsumsi protein yang tinggi. Kualitas protein tinggi akan mempengaruhi asupan protein ke dalam daging sehingga asam-asam amino tercukupi di dalam tubuhnya. Pertambahan bobot badan disebabkan secara langsung oleh ketersediaan asam amino pembentuk jaringan sehingga konsumsi protein ransum berhubungan langsung dengan proses pertumbuhan. Kualitas protein ditentukan oleh bahan pakan penyusun ransum khususnya pada bahan pakan sumber protein yang biasa digunakan dan memiliki kandungan nutrien tinggi yaitu tepung ikan. Tepung ikan memiliki kandungan nutrien tinggi khususnya pada kandungan protein sebesar 58% yang dapat mempengaruhi kualitas protein dalam ransum ayam (Widodo, 2010). Namun, mengingat harga tepung ikan yang mahal dan ketersediaannya pun terbatas, perlu dicari bahan pakan alternatif sumber protein yang harganya murah, mudah didapat, ketersediaannya melimpah, dan memiliki kandungan protein cukup tinggi yang diharapkan dapat menyamai kualitas ransum dari penggunaan tepung ikan yaitu limbah udang. Limbah udang merupakan limbah perikanan yang jumlahnya semakin meningkat seiring dengan meningkatnya ekspor udang. Usaha pengolahan udang di Indonesia mempunyai kapasitas produksi sekitar 500.000 ton per tahun, dari total produksi udang 80-90% yang diekspor dalam bentuk udang beku tanpa kepala dan kulit. Bobot kepala dan kulit ini mencapai 60-70% dari bobot utuh

3 (Direktorat Jenderal Budidaya Departemen Perikanan dan Kelautan, 2005). Volume limbah kepala dan kulit udang yang dihasilkan dapat mencapai 203.403-325.000 ton per tahun. Jumlah tersebut merupakan potensi besar untuk pemanfaatan limbah jika dapat diolah menjadi bahan pakan alternatif sumber protein untuk penyusun ransum unggas (Rosyidi dkk., 2009). Keistimewaan limbah udang diantaranya mempunyai kandungan gizi yang tinggi terutama protein sebesar 42,65% yang hampir menyamai tepung ikan dan mempunyai harga yang relatif lebih murah jika dibandingkan dengan tepung ikan (Gernat, 2001). Kendala yang ada pada limbah udang yaitu adanya faktor pembatas berupa khitin yang berikatan dengan protein dan mineral pada ikatan kovalen glukosidik sehingga sulit dicerna oleh enzim pencernaan unggas. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu upaya untuk meningkatkan kualitasnya agar dapat digunakan sebagai bahan pakan dalam penyusunan ransum unggas. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas bahan pakan adalah dengan pengolahan secara biologis melalui teknik fermentasi bertahap dengan menggunakan bakteri Bacillus licheniformis, Lactobacillus sp., dan ragi berupa Saccharomyces cereviseae. Bakteri Bacillus licheniformis menghasilkan enzim khitinase dan enzim protease dengan sifat deproteinasi yang akan membebaskan sebagian nitrogen atau protein dari ikatan khitin. Lactobacilus sp. berfungsi mengurai glukosa, sukrosa, maltosa, dan laktosa sehingga terjadi endapan mineral. Saccharomyces cereviseae ialah ragi yang memproduksi enzim amilase, lipase, protease, dan enzim lain yang dapat membantu proses pencernaan zat makanan dalam organ pencernaan.

4 Teknologi fermentasi limbah udang merupakan salah satu alternatif yang praktis, hasilnya sangat disukai ternak, dan murah untuk meningkatkan nilai nutrien khususnya protein dari limbah tersebut sehingga berpengaruh terhadap kualitas protein ransum. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menilai kualitas protein ransum ialah dengan menghitung nilai imbangan efisiensi protein. Imbangan efisiensi protein (IEP) merupakan metode yang digunakan untuk menentukan kualitas protein ransum yang diartikan sebagai pertambahan bobot badan dibagi protein yang dikonsumsi (Anggorodi, 1994). Imbangan efisiensi protein menentukan tingkat efisiensi seekor ternak dalam mengubah setiap gram protein menjadi sejumlah pertumbuhan bobot badan. Berdasarkan kajian di atas, perlu dilakukan penelitian tentang imbangan efisiensi protein ayam kampung yang diberi ransum mengandung limbah udang produk fermentasi. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang, dapat diambil identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Adakah pengaruh limbah udang produk fermentasi dalam ransum terhadap imbangan efisiensi protein pada ayam kampung. 2. Berapa persen limbah udang produk fermentasi dalam ransum yang menghasilkan nilai imbangan efisiensi protein optimal pada ayam kampung.

5 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah yang diambil, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui pengaruh penggunaan limbah udang produk fermentasi dalam ransum terhadap imbangan efisiensi protein pada ayam kampung. 2. Mendapatkan tingkat penggunaan limbah udang produk fermentasi dalam ransum yang menghasilkan nilai imbangan efisiensi protein optimal pada ayam kampung. 1.4. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan pengetahuan ilmiah yang bermanfaat bagi dunia peternakan maupun pendidikan mengenai pengaruh limbah udang produk fermentasi dalam ransum terhadap imbangan efisiensi protein pada ayam kampung sebagai bahan pakan alternatif dalam penyusunan ransum ayam kampung khususnya dan unggas pada umumnya. Hasil penelitian juga diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya mengenai limbah udang produk fermentasi. 1.5. Kerangka Pemikiran Ayam kampung merupakan salah satu jenis ayam lokal yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia karena memiliki adaptasi yang baik terhadap lingkungannya. Ransum merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang keberhasilan pemeliharaan ayam kampung. Kualitas protein ransum merupakan

6 salah satu syarat dalam menghasilkan pertambahan bobot badan ayam yang tinggi di samping memperhatikan kandungan energi ransum. Imbangan efisiensi protein (IEP) merupakan salah satu cara pengujian kualitas protein dalam suatu ransum yang dinyatakan sebagai perbandingan antara pertambahan bobot badan dengan konsumsi protein. Semakin besar nilai IEP suatu ransum, menunjukkan semakin efisien seekor ternak dalam mengubah setiap gram protein menjadi sejumlah pertambahan bobot badan (Tillman dkk., 1998). Imbangan efisiensi protein digunakan untuk menguji keefektifan protein ransum, yang berarti bahwa jika nilai imbangan efisiensi protein sudah secara nyata menurun maka efektifitas penggunaan protein dalam ransum juga rendah (Wahju, 1997) Konsumsi protein yang tinggi akan menghasilkan pertumbuhan yang lebih cepat sehingga juga berpengaruh terhadap karkas ayam (Rizal, 2006). Konsumsi ransum dalam jumlah besar akan diikuti oleh konsumsi protein yang besar pula (Wahju, 1997). Pernyataan ini mengindikasikan bahwa dengan mengonsumsi ransum yang mengandung protein kasar yang tinggi dapat mempercepat pertambahan bobot badan pada ayam kampung. Salah satu cara dalam mengefisienkan seekor ternak dalam mengubah setiap gram protein menjadi sejumlah pertambahan bobot badan yakni dengan memanfaatkan bahan pakan lokal yang mengandung protein cukup tinggi, bahan pakan tersebut ketersediaannya berkesinambungan, dan harganya relatif murah. Limbah udang merupakan salah satu bahan pakan yang bisa digunakan untuk dijadikan sebagai bahan pakan alternatif mengingat harga bahan pakan sumber protein seperti tepung ikan dan bungkil kedelai relatif mahal. Namun, adanya

7 faktor pembatas khitin pada limbah udang perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu, salah satunya yaitu dengan melakukan pengolahan secara biologis. Khitin merupakan polimer linier polisakarida N-asetil glukosamin dengan ikatan glikosidik β (1,4) pada komplek protein sehingga khitin bersifat mengikat protein pada limbah udang dan secara fisik, khitin membatasi enzim pencernaan terhadap protein sehingga menyebabkan kecernaan rendah saat dikonsumsi ternak (Minoru dkk., 2002). Limbah udang yang mengalami teknik pengolahan fermentasi akan terjadi peningkatan kandungan protein dan menurunkan sebagian kandungan khitin dengan bantuan enzim khitinase (Winarno dan Fardiaz, 1980). Kandungan nutrien dari limbah udang yaitu 42,65% protein kasar, 8,07% lemak kasar, dan 18,18% serat kasar sedangkan setelah diproses melalui fermentasi kandungan nutrien limbah udang fermentasi menjadi 44,73% protein kasar, 8,71% lemak kasar, dan 16,11% serat kasar (Gernat, 2001). Limbah udang yang difermentasi dengan bakteri Bacillus licheniformis, Lactobacillus sp., dan ragi berupa Saccharomyces cereviseae dapat mengubah bahan organik kompleks seperti protein, karbohidrat dan lemak menjadi molekul - molekul yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna, mengubah rasa dan aroma yang tidak disukai menjadi disukai, dan dalam beberapa hal tertentu menambah daya tahan (Palupi dkk., 2008). Bakteri Bacillus licheniformis menghasilkan enzim khitinase dan enzim protease dalam jumlah relatif tinggi dengan sifat deproteinasi dimana enzim tersebut mendegradasi ikatan β (1,4) glikosidik pada khitin dan akan membebaskan sebagian nitrogen atau protein dalam bentuk monomer N-Asetil-Dglukosamina serta asetil amino sehingga protein terlepas dari ikatan khitin

8 (Rahayu dkk., 2004). Lactobacilus sp. berfungsi mengurai glukosa, sukrosa, maltosa, dan laktosa menjadi asam laktat sehingga terjadi endapan mineral (Lee dan Tan, 2002). Saccharomyces cereviseae ialah ragi yang memproduksi enzim amilase, lipase, protease, dan enzim lain yang dapat membantu proses pencernaan zat makanan dalam organ pencernaan (Wagstaff, 1989). Peningkatan kualitas nutrien limbah udang produk fermentasi menyebabkan kualitas ransum akan meningkat pula. Hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat kecepatan pertambahan bobot badan pada ayam kampung. Pertambahan bobot badan ayam dipengaruhi oleh genetik, jenis kelamin, protein ransum, suhu, manajemen perkandangan, dan sanitasi (Anggorodi, 1994). Selain itu, dipengaruhi pula oleh kemampuan penyerapan nutrien oleh tubuh. Ransum yang diberi tambahan bahan pakan limbah udang produk fermentasi akan mempengaruhi kemampuan penyerapan nutrien oleh tubuh ayam. Fermentasi bahan organik akan melepaskan asam amino dan sakarida dalam bentuk senyawa yang terlarut dan mudah diserap oleh saluran pencernaan ayam. Hal ini menyebabkan absorpsi dan pemanfaatan zat makanan untuk pertumbuhan menjadi lebih optimal. Selain itu, bahan pakan yang mengalami fermentasi akan meningkatkan kandungan vitaminnya seperti riboflavin, vitamin B12, dan Provitamin A yang berpengaruh terhadap pertumbuhan. Riboflavin sangat esensial untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh semua hewan (Scott dkk., 1982). Limbah udang yang diolah dengan metode fermentasi dapat meningkatkan kecernaan protein kasar dari 50% menjadi 70,50% (Mirzah dkk., 2008). Meningkatnya nilai kecernaan pada limbah udang produk fermentasi tersebut

9 membuat protein yang ada pada limbah udang hasil fermentasi dapat digunakan sebagai pengganti sebagian protein tepung ikan dalam ransum sehingga dapat menghasilkan pertambahan bobot badan yang optimal. Namun, penggunaan limbah udang produk fermentasi harus sesuai dengan batas pemakaiannya. Jika melebihi batas penggunaan dapat menghambat pertumbuhan ayam. Hal ini dapat disebabkan karena limbah udang yang difermentasi hanya menurunkan sebagian kandungan khitinnya yaitu sebesar 16% sehingga dengan semakin meningkatnya penggunaan limbah udang produk fermentasi dalam ransum menyebabkan kandungan khitin dalam ransum ikut meningkat dan melebihi batas toleransinya yang menyebabkan khitin tersebut dapat membatasi fungsi enzim pencernaan terhadap protein sehingga mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan ayam (Razdan dan Pettersson, 1994). Penggunaan limbah udang fermentasi sampai dengan tingkat 10% tidak memberikan pengaruh negatif terhadap performan ayam (Islam dkk., 1994). Penggunaan limbah udang produk fermentasi sampai dengan 20% dalam ransum memberikan pengaruh yang sama dengan ransum tanpa penggunaan limbah udang fermentasi pada ayam broiler (Abun, 2008). Direkomendasikan penggunaan 10% limbah udang hasil fermentasi untuk ransum ayam (Okoye dkk., 2005). Lebih lanjut dinyatakan bahwa penggunaan limbah udang hasil fermentasi lebih dari 10% dapat menurunkan bobot badan ayam pada fase starter maupun finisher. Sejalan dengan pendapat Mirzah dkk. (2008), bahwa penggunaan limbah udang fermentasi yang semakin tinggi dalam ransum menyebabkan penurunan pertambahan bobot badan pada ayam dan penggunaan limbah udang hasil fermentasi lebih dari 14% terbukti dapat menurunkan pertumbuhan bobot badan

10 ayam. Namun, tidak ada informasi khusus mengenai penggunaan limbah udang hasil fermentasi pada ransum ayam kampung. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik hipotesis bahwa penggunaan 10% limbah udang produk fermentasi dalam ransum menghasilkan imbangan efisiensi protein yang optimal pada ayam kampung. 1.6. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 20 November 2015 sampai dengan 15 Januari 2016. Penelitian dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas, Non Ruminansia, dan Industri Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Sumedang.