EFEK PENINGKATAN UPAH MINIMUM TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS DETERMINAN TINGKAT PENGANGGURAN SE-EKS KARESIDENAN SURAKARTA DI JAWA TENGAH TAHUN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI KOTA-KOTA PROVINSI JAWA TENGAH

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI EKS KARESIDENAN SURAKARTA TAHUN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. provinsi. Dalam satu karesidenan terdiri dari beberapa kapupaten atau kota.

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. tergolong dalam kategori angkatan kerja tidak memiliki pekerjaan dan. daerah mengalami pertumbuhan ataupun kemunduran.

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Dalam proses pembangunan ekonomi, manusia berperan cukup penting

PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN S1 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI JAWA TENGAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian kebijakan-kebijakan. yang diambil pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

ANALAISIS PENGARUH PDRB, UMK, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP JUMLAH PENGANGGURAN TERDIDIK DI D.I YOGYAKARTA. Febriana Nur Rahmawati

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I. Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Oleh: HANDY NUGRAHA

Oleh: FITRI KHOIRULANA B

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas nasional yaitu menciptakan lapangan pekerjaan bagi rakyat.

KETIMPANGAN PEREKONOMIAN DI PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Bangsa dan Negara Indonesia

Abstrak. Abstract. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang semakin sejahtera, makmur dan berkeadilan. Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM), sumber daya alam (SDA), teknologi, sosial budaya dan lain-lain. Oleh

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

ANALISIS TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menganalisis pengaruh UMK (Upah Minimum Kabupaten), TPT

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah, Jawa Barat, DI.Yogyakarta, Banten dan DKI Jakarta).

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SEKTOR INDUSTRI BESAR DAN SEDANG SE-EKS KARESIDENAN SURAKARTA TAHUN

ANALISIS PENGARUH PENDIDIKAN, UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA (UMK), DAN PDRB TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN SE-KARESIDENAN MADIUN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat ( United Nations, 2015).

BAB III. METODE PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI SULAWESI (TAHUN )

STUDI FAKTOR PENENTU JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN

ANALISIS DETERMINAN KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA: ANALISA EMPIRIS PENDEKATAN DATA PANEL TERHADAP

ANALISIS DETERMINAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. wisata, jumlah wisatawan dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap

KETIMPANGAN PEREKONOMIAN DI PROVINSI BENGKULU DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (TAHUN )

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

Disusun oleh : ANTON HERMAWAN B

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Todaro (2006), ketimpangan dan memberantas kemiskinan untuk mencapai kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator

ANALISIS PENGARUH INFLASI, INVESTASI, UPAH MINIMUM DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PENGANGGURAN DI EKS- KARISIDENAN SURAKARTA PERIODE TAHUN

ANALISIS TINGKAT PENGANGGURAN DI JAWA TENGAH TAHUN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program Studi Strata I pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hasil dari uji heterokedastisitas tersebut menggunakan uji Park. Kriteria

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Pengaruh Pariwisata Terhadap Produk Domestik...(Yhoga Bagus)

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat guna memperoleh gelar. Sarjana Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ekonomi Pembangunan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif.

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY) PERIODE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan

Rizka Febiana Putri / Economics Development Analysis Journal 4 (2) (2015)

Pengaruh pertumbuhan ekonomi dan upah minimum terhadap kemiskinan di Kota Jambi

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perbedaan dari varian residual atas observasi. Di dalam model yang baik tidak

KONTRIBUSI SEKTOR KETENAGAKERJAAN TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

SPATIAL AUTOREGRESSIVE MODEL DAN SPATIAL ERROR MODEL PADA PERTUMBUHAN EKONOMI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI EKS KARESIDENAN SURAKARTA

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. semua variabel independen tidak signifikan pada tingkat 1%.

ANALISIS DETERMINAN TINGKAT PENGANGGURAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH TENAGA KERJA, DAN INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini dilakukan analisis model Fixed Effect dan pengujian

ANALISIS HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA INFLASI DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI SURAKARTA TAHUN

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, UPAH MINIMUM, DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi provinsi jawa tengah dipilih karena Tingkat kemiskinan

Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PEMODELAN LAJU INFLASI DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN REGRESI DATA PANEL

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan. Disusun Oleh:

ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI, INVESTASI, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah masalah pengangguran (Sukirno,1985). Menurut Nanga

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series

BAB III METODE PENELITIAN. PAD dari masing-masing kabupaten/kota di D.I Yogyakarta tahun

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. syarat kriteria BLUE (Best Unbiased Estimato). model regresi yang digunakan terdapat multikolinearitas.

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah) di seluruh wilayah Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibandingkan dengan produksi sub-sektor perikanan tangkap.

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Ketimpangan pendapatan adalah sebuah realita yang ada di tengah-tengah

: FREDILA PUTRI ARUMSARI B

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui pengaruh belanja daerah, tenaga kerja, dan indeks pembangunan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA UTARA TAHUN 2005 SAMPAI 2015

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling

KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI INFORMAL TERHADAP PEMBENTUKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN MADIUN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB I PENDAHULUAN. pengorbanannya tenaga kerja berhak mendapatkan balas jasa dari perusahaann

BAB III METODE PENELITIAN. Kab/Kota di 6 Provinsi Pulau Jawa Periode tahun , peneliti mengambil

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Bruto, Indek Pembangunan Manusia, Upah Minimum Provinsi daninflasi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN/KOTA EKS KARESIDENAN KEDU TAHUN

5. DETERMINAN KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN RUMAH TANGGA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TENAGA KERJA DI JAWA TENGAH TAHUN 2014

DAFTAR TABEL. Jawa Tengah Tahun Realisasi Proyek dan Investasi Penanaman Modal di Provinsi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI SE-KARESIDENAN MADIUN TAHUN

BAB III METODOLOGI. berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan kementrian terkait. Data yang

Transkripsi:

Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 15, Nomor 1, April 2014, hlm.48-54 EFEK PENINGKATAN UPAH MINIMUM TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN Jihad Lukis Panjawa 1, Daryono Soebagiyo 2 1,2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Surakarta Kampus A Yani Tromolpos 1 Pabelan, Kartasura, Surakarta 57102, Indonesia Phone: +62 271 717417, E-mail korespondensi: daryono51@ymail.com Naskah diterima: Maret 2013; disetujui: Maret 2014 Abstract: This research aims to analyze the determinants of unemployment rate in Surakarta Residency. The analytical method used in this study is panel data regression. Data panel is a combination of cross section that includes seven regencies in Surakarta and time series during 15 years from 1999-2013. The results showed that Fixed Effects Model (FEM) is the most appropriate. Based on simultaneous test, minimum wage, Gross Domestic Product (GDP), inflation, and the number of population simultaneously have an impact on the unemployment rate. Based on the effect validity test, the minimum wage and population has significant positive effect on the unemployment rate, Gross Domestic Product (GDP) has significant negative effect on the unemployment rate, while inflation does not have significant effect on the unemployment rate. Keywords: domestic regional gross product; inflation; minimum wage; population; unemployment rate JEL Classification: E24 Abstrak: Studi ini bertujuan menganalisis faktor-faktor penentu tingkat pengangguran se- Karesidenan Surakarta. Teknik analisis yang digunakan dalam studi ini adalah regresi data panel. Data panel merupakan gabungan data cross section yang meliputi tujuh kabupaten/kota di Karesidenan Surakarta dan time series selama 15 tahun dari tahun 1999-2013. Hasil studi menunjukkan bahwa Fixed Effect Model (FEM) merupakan model regresi data panel yang paling tepat. Berdasarkan uji simultan, upah minimum, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), inflasi, jumlah penduduk secara serempak memiliki pengaruh terhadap tingkat pengangguran. Berdasarkan uji validitas, upah minimum dan jumlah penduduk memiliki pengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengangguran, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat pengangguran, sedangkan inflasi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran. Kata kunci: produk domestik regional bruto; inflasi; upah minimum; jumlah penduduk; tingkat pengangguran Klasifikasi JEL: E24 PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi daerah merupakan proses pengelolaan sumber daya yang tersedia oleh pemerintah daerah dan masyarakat, serta kemitraan antara sektor swasta dan pemerintah daerah dalam penciptaan lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan ekonomi suatu wilayah. Peningkatan jumlah lapangan kerja dan jenis peluang kerja bagi masyarakat daerah merupakan tujuan utama dalam setiap pembangunan ekonomi. Sedangkan lapangan pekerjaan yang lebih kecil dibanding angkatan kerja akan menyebabkan pengangguran. Pengangguran yang tinggi termasuk dalam masalah ekonomi dan sosial. Pengangguran akan menjadi persoalan ekonomi karena menyianyiakan sum-

berdaya yang berharga dan angka pengangguran yang tinggi berarti menyianyiakan produksi barang dan jasa yang sebenarnya mampu diproduksi oleh pengangguran (Samuelson dan Nordhaus, 2004). Pada sisi lain, inflasi yang makin meningkat disertai dengan penurunan laju pertumbuhan ekonomi menyebabkan proporsi penduduk yang belum dewasa menjadi tambah tinggi dengan jumlah anggota keluarga bertambah lebih besar menyebabkan pertambahan penduduk yang tidak seimbang. Laju pertumbuhan ekonomi yang meningkat maka produksi barang dan jasa akan meningkat pula sehingga meningkatkan standar hidup. Laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi biasanya akan memperluas kesempatan kerja dan menurunkan tingkat pengangguran. Sedangkan tingkat upah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran. Upah merupakan kompensasi yang diterima oleh satu unit kerja berupa jumlah uang yang dibayarkan. Upah tenaga kerja sangat penting untuk kedua belah pihak. Bagi pihak produsen, upah merupakan biaya produksi yang harus ditekan seefisien mungkin. Bagi pihak pekerja, upah merupakan sumber penghasilan bagi dirinya, keluarganya dan menjadi sumber pembelanjaan masyarakat. Tinggi rendahnya upah merupakan faktor penting yang menentukan taraf hidup masyarakat. Tingkat Pengangguran yang cukup tinggi dibandingkan dengan Jawa Tengah dan Indonesia pada tahun 2009 terjadi di Kabupaten/ Kota Sukoharjo, Karanganyar dan Surakarta, namun pada tahun 2010 tingkat pengangguran tinggi hanya terjadi di Sukoharjo dan Surakarta. Dibandingkan dengan Indonesia, Kabupaten/ Kota di Karesidenan Surakarta lebih rendah, namun jika dibandingkan dengan Jawa Tengah, Surakarta saja yang tingkat penganggurannya lebih tinggi pada tahun 2011. Tingkat pengangguran Indonesia pada tahun 2012 lebih tinggi dibandingkan Jawa Tengah dan Kabupaten/Kota di Karesidenan Surakarta, namun jika dibandingkan dengan Jawa Tengah, ada beberapa kabupaten/kota di Karesidenan Surakarta yang tingkat penganggurannya lebih tinggi, antara lain: Sukoharjo, Karanganyar, Sragen dan Surakarta. Tingkat pengangguran di objek studi berfluktuasi dari 2009-2012. Empat kabupaten (Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar, dan Sragen) dari tujuh kabupaten/kota se-eks Karesidenan Surakarta mengalami peningkatan pada tahun 2012, sedangkan Boyolali, Klaten dan Surakarta mengalami penurunan. Tabel 1. Tingkat Pengangguran di Indonesia, Jawa Tengah dan Karesidenan Surakarta Tahun 2009-2012 (dalam Persen) Kota/Kabupaten 2009 2010 2011 2012 Indonesia 7,90 7,10 6,60 6,20 Jawa Tengah 7,33 6,21 5,93 5,63 Boyolali 5,51 3,90 5,24 4,52 Klaten 6,36 4,50 6,21 3,66 Sukoharjo 8,28 7,40 5,48 5,98 Wonogiri 5,03 4,70 3,41 3,60 Karanganyar 8,26 6,62 5,51 5,79 Sragen 5,78 4,09 5,69 6,00 Surakarta 10,44 8,73 6,36 6,07 Sumber: Jawa Tengah dalam Angka 2009-2013 Tabel 1 menunjukkan tingkat Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2012 sebesar 5,98 persen, meningkat dari tahun 2011 dengan nilai 5,48 persen. Pada tahun 2012 tingkat pengangguran Kabupaten Wonogiri sebesar 3,60 persen, padahal tahun 2011 hanya sebesar 3,41 persen. Tingkat pengangguran di Kabupaten Karanganyar pada tahun 2012 sebesar 5,79 persen, mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 0,25 persen. Peningkatan pengangguran juga terjadi di Kabupaten Sragen, pada tahun 2011 sebesar 5,69 persen dan pada tahun 2012 tingkat pengangguran sebesar 6 persen. Berdasarkan uraian di atas, studi ini bertujuan untuk melihat pengaruh PDRB, inflasi, jumlah penduduk dan upah minimum terhadap tingkat pengangguran se-eks-karesidenan Surakarta pada tahun 1999-2013, yaitu: (1) untuk menganalisis pengaruh PDRB terhadap tingkat pengangguran di Eks-Karesidenan Surakarta pada tahun 1999-2013, (2) untuk menganalisis pengaruh inflasi terhadap tingkat pengangguran di Eks-Karesidenan Surakarta pada tahun 1999-2013, (3) untuk menganalisis pengaruh upah minimum terhadap tingkat pengangguran di Eks-Karesidenan Surakarta pada tahun 1999-2013. dan (4) untuk menganalisis pengaruh jumlah penduduk terhadap tingkat pengangguran di Eks-Karesidenan Efek Peningkatan Upah Minimum... (Jihad Lukis Panjawa, Daryono Soebagiyo) 49

Surakarta pada tahun 1999-2013. Studi yang dilakukan oleh Amir (2007) tentang pengaruh inflasi dan pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran di Indonesia tahun 1980-2005, disimpulkan bahwa ada pengaruh negatif signifikan antara pertumbuhan ekonomi dengan tingkat pengangguran, sedangkan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pengangguran. Sementara, studi yang dilakukan oleh Pitartono dan Hayati (2012) yang menggunakan analisis kuantitatif dengan metode analisis statistik deskriptif dan analisis korelasi, disimpulkan bahwa variabel jumlah penduduk menunjukkan hubungan positif signifikan dengan tingkat pengangguran. Variabel tingkat inflasi tidak berhubungan signifikan dengan tingkat pengangguran. Variabel upah minimum kabupaten/kota menunjukkan hubungan positif dan signifikan dengan tingkat pengangguran. Sementara, variabel laju pertumbuhan PDRB menunjukkan hubungan yang tidak signifikan dengan tingkat pengangguran. Chow (2013) melakukan studi serupa di Bangladesh pada tahun 2000-2011 menggunakan model persamaan regresi tunggal sederhana. Variabel kontrol dalam studi tersebut adalah pertumbuhan GDP, kurs, dan tingkat inflasi sementara variabel dikontrol yaitu tingkat pengangguran. Hasil regresi menunjukan tingkat inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengangguran, sedangkan pertumbuhan GDP dan kurs memiliki pengaruh negatif signifikan. Sementara, studi yang dilakukan Akbar dan Achma (2013) menunjukkan PDRB berpengaruh negatif signifikan, sedangkan inflasi, upah, dan beban tanggungan penduduk berpengaruh positif signifikan. Prasaja (2013) melakukan studi pengaruh investasi asing, jumlah penduduk dan inflasi terhadap pengangguran terdidik di Jawa Tengah Periode 1980-2011 dengan regresi log linier OLS. Hasil Studi menunjukkan investasi asing memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap pengangguran terdidik. Inflasi berpengaruh secara tidak signifikan, sedangkan jumlah penduduk memiliki pengaruh positif signifikan terhadap variabel dikontrol dalam studi. Aurangzeb (2013) melakukan peneitian di India, Cina dan Pakistan tahun 1980-2009. Alat analisis yang digunakan adalah regresi, kointegrasi dan kausalitas Granger. Pengangguran sebagai variabel dikontrol, sedangkan inflasi, GDP, nilai tukar dan pertumbuhan penduduk sebagai variabel kontrol. Hasil regresi dalam studi menunjukkan bahwa semua variabel kontrol memiliki dampak positif yang signifikan terhadap tingkat pengangguran untuk Pakistan. Variabel GDP berpengaruh negatif terhadap pengangguran, sedang inflasi, nilai tukar dan pertumbuhan penduduk berpengaruh positif di India. Variabel GDP dan inflasi berpengaruh negatif terhadap pengangguran, sedang pertumbuhan penduduk dan nilai tukar berpengaruh positif di China. Hasil uji kointegrasi menunjukkan adanya hubungan jangka panjang antarvariabel untuk semua model. Untuk hasil kausalitas Granger di Pakistan, tidak ada hubungan dua arah di antara salah satu variabel, namun kausalitas searah yaitu GDP mempengaruhi pengangguran dan pengangguran mempengaruhi nilai tukar. Hasil kausalitas Granger dua arah di India tidak terjadi, namun inflasi mempengaruhi pengangguran. Hasil kausalitas Granger di China membuktikan adanya hubungan dua arah antara nilai tukar dan pengangguran, dan hubungan yang searah antara pengangguran dengan inflasi, dan pertumbuhan penduduk dengan pengangguran. METODE PENELITIAN Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia. Studi ini menggunakan gabungan data cross section di tujuh Kabupaten/Kota di Karesidenan Surakarta dan data runtut waktu selama 15 tahun yaitu dari tahun 1999-2013. Gabungan data cross section dan runtut waktu disebut data panel yang memberi lebih banyak informasi dan variasi, sedikit kolinearitas antar variabel, lebih banyak derajat kebebasan dan efisien (Gujarti, 2012). Fungsi persamaan model adalah sebagai berikut: UE = f(pdrb, INF,UMK, POPL) 1) di mana: UE adalah variabel Tingkat Pengangguran; PDRB adalah variabel Produk Domestik Regional Bruto; INF adalah variabel Inflasi; 50 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 15, Nomor 1, April 2014: 48-54

UMK adalah variabel Upah Minimum untuk POPL adalah variabel Jumlah Penduduk. Tingkat pengangguran adalah presentase angkatan kerja yang tidak memiliki pekerjaan. Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi meningkat demi kemakmuran masyarakat (Todaro, 2011). Salah satu pengukur pertumbuhan ekonomi adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku yang dinyatakan dalam juta rupiah. Inflasi adalah perubahan tingkat harga secara keseluruhan yang dinyatakan dalam satuan persen Upah Minimum berupa rata rata upah minimum Kabupaten/ Kota di Karesidenan tahun 1999-2013 yang dinyatakan dalam rupiah. Sementara, penduduk adalah mereka yang sudah menetap di suatu wilayah paling sedikit 6 bulan atau kurang dari 6 bulan tetapi bermaksud untuk menetap yang dinyatakan dalam jiwa. Model regresi data panel secara umum bisa dirumuskan sebagai berikut 1 : data panel yang dapat digunakan, yaitu Metode Pooled Ordinary Least Square (PLS), Fixed Effect Model (FEM) dan Random Effect Model (REM). Pemilihan model data panel yang taepat dapat digunakan dengan uji Chow dan uji Hausman. Uji Chow digunakan untuk memilih antara model PLS dan FEM. Uji Hausman memilih antara model FEM dan REM. Setelah penentuan model yang tepat, langkah selanjutnya perlu dilakukan uji-uji eksistensi model, uji determinan dan uji validitas pengaruh. Tabel 2. Hasil regresi Variabel Koefisien Model PLS FEM REM C 9,531135-10,29146 8,738802 PDRB 2,18E-07-8,17E-07-2,04E-07 INF -0,026588-0,004207-0,022018 UMK -1,01E-06 1,16E-05 4,44E-06 POPL -5,21E-06 1,76E-05-4,54E-06 Error term 277,1570 135,7684 217,5884 R2 0,310106 0,662048 0,205376 Prob.F- Statistik 0,000000 0,000000 0,000115 UE it = α + β 1PDRB it + β 2 INF it + β 3 UMK it + β 4 POPL it + u it. 2) di mana: UE adalah variabel Tingkat Pengangguran untuk wilayah ke-i dan waktu ke-t; PDRB adalah Produk Domestik Regional Bruto untuk wilayah ke-i dan waktu ke-t; INF adalah variable Inflasi untuk wilayah ke-i dan waktu ke-t; UMK adalah variabel Upah Minimum untuk wilayah ke-i dan waktu ke-t; POPL adalah variabel Jumlah Penduduk untuk wilayah ke-i dan waktu ke-t; i adalah Kota/ Kabupaten; t adalah waktu; u adalah variabel faktor gangguan. Menurut Juanda (2012), ada tiga metode 1 Modifikasi dari jurnal Aurangzeb and Khola Asif. Factors Effecting Unemployment: A Cross Country Analysis. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, 3:1 (January2013). 219-230 dan Pitartono, Ronny dan Banatul Hayati. Analisis Tingkat Pengangguran di Jawa Tengah Tahun 1997-2010. Diponegoro Journal of Economics, 1:1 (2012).1-10. Model panel lihat Gujarati, Damodar N dan Dawn C. Porter.Dasar-Dasar Ekonometrika. Edisi 2 (Jakarta: Salemba Empat. 2012). 235-269 Uji Chow atau Likelihood Ratio digunakan untuk memilih model antara Pooled Ordinary Least Square dan Fixed Effect Model. H 0: Model PLS tepat dengan H A: Model FEM tepat. Output E- views menunjukkan Prob. F atau Prob.Chisquare signifikan (0,0000<0,05). Kesimpulannya, H 0 ditolak yang berarti model FEM tepat. Hasil pengolahan ditunjukkan pada tabel 3. Tabel 3. Uji Chow Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 16,315194 (6,94) 0,0000 Cross-section Chi-square 74,931526 6 0,0000 Uji Hausman digunakan untuk memilih model regresi data panel yang paling baik antara Fixed Effect Model dan Random Effect Model. H 0: Model PLS tepat dengan H A: Model FEM tepat. Output E-views menunjukkan Chisquare atau p-value (0,0000<0,05). Kesimpulan- Efek Peningkatan Upah Minimum... (Jihad Lukis Panjawa, Daryono Soebagiyo) 51

nya, H 0 ditolak yang berarti model FEM tepat. Hasil pengolahan ditunjukkan pada tabel 4. Test Summary Cross-section random Tabel 4. Uji Hausman Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. 54,648473 4 0,0000 Hasil uji Chow dan uji Hausman menunjukkan bahwa model Fixed Effect Model (FEM) adalah model yang paling tepat. Pemilihan model FEM juga didukung pernyataan Jugde (Gujarati, 2012) dari hasil beberapa observasi mengenai penentuan dalam menentukan model fixed effect atau random effect yang paling baik, yang menyatakan apabila jumlah times series (T) lebih besar daripada jumlah cross section (N), model fixed effect yang dipakai. Oleh karena itu, dalam mengestimasi menggunakan model FEM. Hasil regresi ditunjukkan pada tabel 5 (Lampiran). Selain uji regresi di atas dilakukan juga pengujian Cross Section Dummy variabel seperti pada tabel 6. Tabel 6. Cross Section Fixed Dummy Variable Cross section Effect Boyolali -2,530407 Klaten -3,415151 Sukoharjo 2,629128 Wonogiri -4,470521 Karanganyar 0,757091 Sragen -2,048128 Surakarta 9,077989 Pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan PDRB nominal memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap pengangguran di Karesidenan Surakarta tahun 1999-2013. Artinya, kenaikan tingkat pengangguran disebabkan karena pertumbuhan ekonomi menurun. Adanya fleksibilitas ini, suatu perekonomian mempunyai kebebasan yang tak terbatas dalam menentukan kombinasi antara modal dan tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan tingkat output tertentu (Arsyad, 2010). Sementara itu, pengaruh inflasi tidak signifikan terhadap pengangguran di Karesidenan Surakarta tahun 1999-2013. Hal ini sejalan dengan studi Pitartono (2012) yang menunjukkan bahwa tingkat pengangguran tidak dipengaruhi oleh inflasi. Terjadinya kenaikan harga barang dan jasa secara umum (inflasi) bukan karena naiknya permintaan barang dan jasa tetapi lebih disebabkan karena kenaikan harga BBM. Amir (2007) menjelaskan hubungan negatif antara tingkat inflasi dan penangguran dalam kurva Phillips. Peningkatan inflasi akan menyebabkan terjadinya penurunan pengangguran. Sementara kenaikan permintaan agregat merupakan cerminan dari inflasi yang menunjukkan hubungan antara inflasi dan pengangguran. Ketika pemintaan agregat meningkat, maka akan sesuai dengan teori permintaan. Upah minimum memiliki pengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengangguran di Karesidenan Surakarta tahun 1999-2013. Di mana kenaikan upah minimum akan menyebabkan peningkatan pengangguran di objek studi. Penyebab terjadinya pengangguran akibat adanya kekakuan upah (wage rigidity) yaitu ketidakmampuan upah dalam melakukan penyesuaian sampai di titik ekuilibrium, di mana penawaran tenaga kerja sama dengan permintaan tenaga kerja. Pengangguran yang disebabkan kekakuan upah akibat penyesuaian antara jumlah pekerja yang menginginkan pekerjaan dan jumlah pekerjaan yang tersedia. Namun, meningkatnya tingkat upah membuat penawaran tenaga kerja bertambah, sehingga membuat permintaan tenaga kerja berkurang. Akibatnya terjadi surplus tenaga kerja atau pengangguran. Penyebab kekakuan upah antara lain: peraturan upah minimum, serikat pekerja dan efisiensi upah (Mankiw, 2012). Jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran di Karesidenan Surakarta tahun 1999-2013. Artinya, jumlah penduduk yang terus bertambah akan menyebabkan pengangguran terus meningkat. Jumlah penduduk yang terus meningkat, menyebabkan banyak penduduk yang masuk dalam kategori angkatan kerja. Berbeda halnya jika angkatan kerja yang meningkat akan menyebabkan kesempatan kerja juga meningkat. Hal ini apabila tidak disertai dengan penciptaan lapangan kerja baru, maka akan banyak penduduk yang tidak memperoleh pekerjaan (pengangguran). 52 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 15, Nomor 1, April 2014: 48-54

Selain itu, ketiadaan sumber pendukung, lambatnya perkembangan lapangan kerja akan mengakibatkan tenaga buruh, pengangguran dan kekurangan lapangan kerja semakin serius. Sementara dampak dari peningkatan penduduk yang cepat akan mengurangi pendapatan, tabungan dan investasi yang membuat pembentukan modal menjadi lambat dan kesempatan kerja semakin sedikit, akibatnya pekerjaan berkurang dan terjadi pengangguran (Jhingan, 2000). SIMPULAN Hasil perhitungan dengan data panel untuk menjelaskan determinan pengangguran di Karesidenan Surakarta maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Pengujian model menggunakan uji Chow menunjukkan bahwa model FEM lebih tepat digunakan daripada model PLS. Sementara pada uji Hausman menunjukkan model FEM lebih tepat digunakan dibandingkan dengan model REM. Oleh karena itu, studi ini memutuskan menggunakan model FEM karena model FEM lebih tepat dari model PLS dan REM; Kedua, PDRB memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap tingkat pengangguran, upah minimum dan jumlah penduduk berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengangguran, sedangkan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran di Eks-Karesidenan Surakarta tahum 1999-2013. Berdasarkan dari hasil studi di atas, maka diberikan saran pada pemerintah Eks-Karesidenan Surakarta hendaknya tanggap dalam mengatasi pengangguran baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung pemerintah menambah lapangan kerja baru, sedangkan cara tidak langsung pemerintah hendaknya memberikan pengembangan kewirausahan dan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Pemerintah hendaknya melakukan usahausaha untuk meningkatkan investasi. Investasi yang dimaksud adalah investasi padat karya, bukan padat modal. DAFTAR PUSTAKA Amir, A. (2007). Pengaruh inflasi dan pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran di Indonesia. Aurangzeb and Khola, A. (2013). Factors effecting unemployment: A cross country analysis. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, 3 (1), hlm. 219-230. Badan Pusat Statistik. (2013) Jawa Tengah dalam angka (1999-2014). Semarang: Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. Chow, Mohammad Shafiur Rahman. (2013). Determinants of Unemployment in Bangladesh: A Case Study. Developing Country Studies Vol. 4, No.3 Gujarati, D. N dan Dawn C. P. (2012). Dasar- Dasar Ekonometrika. Jakarta: Salemba Empat. http://amriamir.wordpress.com, diakses tanggal 20 Agustus 2013) Jhingan, M.L. (2007). Ekonomi pembangunan dan perencanaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Juanda, B dan Junaidi. (2012). Ekonomi Deret Waktu. Bogor: PT Penerbit IPB Press. Mankiw, N. G. (2012). Makroekonomi. Jakarta: Erlangga. Mankiw, N. G. (2012). Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: Salemba Empat Pitartono, R dan Banatul, H. (2012). Analisis tingkat pengangguran di Jawa Tengah Tahun 1997-2010. Diponegoro Journal Of Economics 1 (1), hlm.1-10. Prasaja, Mukti. (2013). Pengaruh investasi asing, jumlah penduduk, dan inflasi terhadap pengangguran terdidik di Jawa Tengah periode tahun 1980-2011. Economics Development Analysis Journal. Vol.2, No.3. Samuelson A, P dan Willam, D. N. (2003). Ilmu Mikro Ekonomi. Jakarta: PT. Media Global Edukasi. Samuelson A. P. (2004). Ilmu makro ekonomi. Jakarta: PT. Media Global Edukasi. Simanjuntak, P. J. (1985). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia.Jakarta: LPFE UI. Soebagiyo D., dkk. (2013). Analisis Daya Saing Daerah dan Implikasinya terhadap Pem- Efek Peningkatan Upah Minimum... (Jihad Lukis Panjawa, Daryono Soebagiyo) 53

bangunan Wilayah di Jawa Tengah. Penelitian PUPT-Dikti Tahap 1 2013. Soebagiyo D., dkk. (2013). Analisis Daya Saing Daerah dan Implikasinya terhadap Pembangunan Wilayah di Jawa Tengah. Penelitian PUPT-Dikti Tahap 2 2014. Todaro, P. M. (2011). Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Erlangga. LAMPIRAN Tabel 5. Regresi Fixed Effect Model Hasil Regresi Variabel C PDRB INF UMK POPL Prob.F Stat R 2 Koefisien -10,29146-8,17E-07-0,004207 1,16E-05 1,76E-05 0,000 0,6621 Prob.t-Stat 0,0559 0,0000 0,7660 0,0000 0,0061 54 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 15, Nomor 1, April 2014: 48-54