BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental yaitu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian terapan dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAB III. A. Jenis Penelitian. Penelitian ini termasuk ke dalam metoda penelitian eksperimental dimana

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2012 bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Juni 2014 di Laboraturium

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. MIPA dan Laboratorium Universitas Setia Budi Surakarta. B.

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN 1. Standar zona hambat antibiotik menurut CLSI

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi Dasar Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Universitas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. terdapat adanya perlakuan untuk memanipulasi objek penelitian dan diperlukan

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

3 METODOLOGI PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Isolasi Bakteri Endofit dari Batang dan Akar Tanaman Dara metode Radu & Kqueen (2002) yang dimodifikasi

BAB 4 METODE PENELITIAN. (True experiment-post test only control group design). Dalam penelitian yang

Koloni bakteri endofit

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai September 2016.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Sampel Daun Tumbuhan. dicuci dikeringanginkan dipotong-potong dihaluskan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen karena dalam

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium, mengenai uji potensi antibakteri ekstrak etilasetat dan n-heksan

BAB III METODE PENELITIAN A.

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dan eksplorasi. Penelitian ini

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, lokasi, dan waktu penelitian 1. Materi penelitian 1.1. Alat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puji Nurhayat, 2015

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Rumah Sakit

BAB III BAHAN DAN METODE

Lampiran 1. Persiapan Media Bakteri dan Jamur. diaduk hingga larut dan homogen dengan menggunakan batang pengaduk,

LAMPIRAN. Ekstraksi dengan 25 ml etil asetat digojog 10 menit dalam corong pemisah. Etil asetat dipisahkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek pada penelitian ini adalah bakteri Enterococcus faecalis yang

BAB III METODE PENELITIAN. adalah dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 95%. Ekstrak yang

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

II. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Karakterisasi Isolat L. plantarum dan Bakteri Indikator

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU LAMPIRAN

UJI-UJI ANTIMIKROBA. Uji Suseptibilitas Antimikrobial. Menggunakan cakram filter, mengandung sejumlah antibiotik dengan konsentrasi tertentu

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.3 Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dan eksperimen dengan cara mengisolasi dan identifikasi mikroba endofit dari

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

Lampiran 2. Morfologi Tanaman Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth)

Daya Antibakteri Ekstrak Tumbuhan Majapahit (Crescentia cujete L.)Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila

LAMPIRAN. Lampiran 1. Komposisi Media MGMK Padat dan Cara Pembuatannya Bahan: Koloidal kitin 12,5% (b/v) 72,7 ml. Agar 20 g.

BAB III METODE PENELITIAN. D. Alat dan bahan Daftar alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2.

BAB III METODE PENELITIAN. Nazir (1999: 74), penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

BAB III BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian Sampel

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. perkolasi kemangi kering menggunakan pelarut air dengan variasi waktu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Desember 2013 dengan tahapan

BAB IV METODE PENELITIAN. Merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan completely. rendomized posttest only control group design.

BAB III METODE PENELITIAN. vitro pada bakteri, serta uji antioksidan dengan metode DPPH.

Lampiran 1.Identifikasi tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

BAB 4 METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1.Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

II. BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

BAB III METODE PENELITIAN. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Menurut Fathoni (2006), metode penelitian eksperimen adalah metode percobaan untuk mempelajari pengaruh dari variabel tertentu terhadap variabel lain melalui uji coba dalam kondisi khusus yang sengaja diciptakan. B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini yaitu tanaman kapulaga dengan sampel penelitian yaitu bagian biji tanaman kapulaga. C. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Institut Biosains, Universiti Putra Malaysia, Serdang, Malaysia dari bulan Maret hingga April 2015. D. Alat dan Bahan Tabel 3.1. Daftar alat yang digunakan No. Nama Alat Spesifikasi Jumlah 1 Alat tulis Log book, pensil, pulpen, dan penghapus 1 set 2 Autoclave Tomy SX-500 1 buah 3 Blender - 1 buah 4 Botol Duran 500 ml 3 buah 5 Botol universal 2 buah 6 Bunsen Elektrik Fireboy ECO 1 buah 7 Cawan Petri Disposable 51 buah 8 Centrifuge Sartorius, 1-14, UPM 1 9 Cotton bud 4 buah 10 Destilator Sartorius stedim biotech arium 1 buah 27

28 611DI No. Nama Alat Spesifikasi Jumlah 11 Erlenmeyer Bomex 2 buah 12 Evaporator Buchi, R-3. 1 13 Fortex Mixer BioGote 1 buah 14 Gelas ukur Ukuran 2 liter 1 buah 15 HiAntibiotic Zone Scale HiMedia, Mumbai 400 086, India 1 buah 16 Incubator Memmert GmbH + Co.KG IN55 1 buah 17 Kamera Cannon dan Nikon 1 buah 18 Laminar ESCO Smart Programme SC2-4A1 dan ESCO Class II EQU/04-EBC- 2A 2 buah 19 Lemari pendingin Merk berjaya 1 buah 20 21 22 Mikropipet Mikropipet Mikrotiter Uk. 10-100µL eppendorf, PhysioCare, Germany Uk. 100-1000µL eppendorf, PhysioCare, Germani Cellstar No. 650 185 Greiner bioone 1 buah 1 buah 2 buah 23 Ose/Loop Disposable dan non-disposable 3 buah 24 Oven Memmert IN55, Germany 1 25 Parafilm Merk M 1 box 26 Penggaris TENTH 1 buah 27 Sarung tangan Vandaier, Malaysia 1 box 28 Spatula 2 buah 29 Tabung centrifuge Ukuran 50 ml 2 30 Tabung Mikro Eppendorf 1.5 ml 60 buah 31 Timbangan Sartorius BSA224S-CW 1 buah 32 Tips Ukuran 10-100 µl dan 100-1000 µl Eppendorf @ 3 box

29 Tabel 3.2. Daftar Bahan yang digunakan No. Nama Alat Spesifikasi Jumlah 1 Agar Merk KgaA, Darmstadt, Germany 21 g 2 Akuades (dh 2 O) 1700 ml 3 Alkohol 70% 100 ml 4 Alumunium foil My Chef, Malaysia. 1 gulung 5 Dibuat dari kertas Whatman cat Cakram 6 mm no.1001 125 1 toples 6 Chlorhexidine 20 μl 7 DMSO 100% 2 ml 8 Biji kapulaga Dari IBS UPM 100 g 9 Inokulum Bacillus cereus Strain ATCC33019, IBS 1 plate 10 Inokulum Bacillus subtilis Strain ATCC6633, IBS 1 plate 13 Kertas saring Whatman no.1 1 box 14 Methanol 100% QreC, Grad AR, Malaysia 400 ml 15 Mueller Hinton Broth Beckton Dickinson, Spark, MD (MHB) 21152 USA 14 g 16 R & M Chemicals, Essex, USA NaCl 0,95% PHOU27814 4,75 g 17 Merck KgaA, 1-05443-0500 Nutrien Broth (NB) Germany. 4 g 18 BD, Dickinson and Company, MD Tryptic Soy Broth (TSB) 21152 USA 15 g E. Cara kerja 1. Persiapan Alat dan Bahan Alat yang akan digunakan dibersihkan menggunakan air dan di sterilisasi dalam autoclave selama 15 menit. Bahan-bahan yang dibutuhkan disiapkan dan

30 ditimbang sesuai kebutuhan. Media di sterilisasi dalam autoclave sebelum digunakan. 2. Sampel Ekstrak dan Strain Bakteri Biakan bakteri B. cereus dan B. subtilis diperoleh dari Institut Biosains, Universiti Putra Malaysia, Serdang Malaysia. B. cereus ATCC 33019 dan B. subtilis ATCC 6633 ditumbuhkan pada medium Tryptic Soy Agar (TSA), diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam untuk uji antimikroba. Sedangkan inkubasi untuk pemanenan spora dilakukan selama 7 hari atau lebih (Rukayadi et al., 2009). Sampel biji kapulaga kering dihaluskan menggunakan blender hingga menjadi butiran yang halus. 3. Ektraksi Biji Kapulaga Ekstraksi sampel biji kapulaga dilakukan dengan menghaluskan 100 g biji kapulaga kering dan dilarutkan ke dalam 400 ml metanol 100% (v/v) selama 48 jam dan disimpan pada suhu ruang. Setelah proses maserasi tersebut, rendaman biji kapulaga dalam metanol disaring menggunakan kertas saring Whatman filter paper no. 2 dan dipekatkan menggunakan rotary epavorator dengan suhu 50 C, 150 rpm hingga seluruh metanol menguap dan menyisakan ekstrak dalam labu. Selanjutnya ekstrak dilarutkan dalam Dimethylsulfoxide (DMSO) untuk mendapatkan larutan stok. Konsentrasi akhir ekstrak kapulaga yang digunakan adalah 10 mg/ml dan 100 mg/ml. Kedua konsentrasi hanya digunakan pada pengujian disc diffusion. DMSO 10% digunakan karena telah diuji tidak memiliki aktivitas antibakteri (Rukayadi, et al., 2009). 4. Persiapan Spora Spora B. cereus dan B. subtilis disiapkan menggunakan metode yang dideskripsikan sebelumnya oleh Kida et al. (2003) dan Rukayadi, et al. (2009) dengan modifikasi. Kedua bakteri uji, yaitu B. cereus dan B. subtilis ditumbuhkan dalam medium TSA pada suhu 37 o C selama 1 minggu. Setelah itu bakteri dipanen, spora dan sel vegetatif dilarutkan dalam larutan garam fisiologis NaCl 0.95% steril dan diinkubasi pada suhu 60 o C selama 60-120 menit untuk

31 membunuh sel vegetatif. Spora dipanen melalui sentrifugasi (13,000 g selama 5 menit) dan tiga kali pencucian menggunakan larutan 0.95% NaCl steril. Jumlah spora awal dihitung sebagai acuan pengenceran suspensi spora pada tahap selanjutnya. Spora juga diwarnai menggunakan metode pewarnaan endospora untuk memastikan bahwa larutan mengandung spora saja. Metode pewarnaan endospora menurut Cappuccino dan Sherman (1999) menggunakan dua macam reagen, yaitu a. Malakit hijau Pewarna ini berfungsi sebagai pewarna dasar yang akan mewarnai spora melalui proses pemanasan. Sel vegetatif maupun endospora akan terwarnai oleh malakit hijau. Setelah dicuci menggunakan air, pewarna pada dinding sel vegetatif akan tercuci, sedangkan pewarna yang diikat oleh endospora akan tetap hijau karena tidak dapat tercuci air. b. Safranin Pewarna ini berfungsi sebagai pewarna lawan yang akan mewarnai sel vegetatif yang tidak berwarna akibat pencucian. Hasilnya sel vegetatif akan berwarna merah dan spora akan terwarna hijau. 5. Uji Antimikroba Uji antimikroba yang dilakukan terhadap sel vegetatif adalah disc diffusion, MIC dan MBC. Pengujian ini dilakukan berdasarkan Clinical Laboratory Standards Institute (CLSI) M7-A6. a. Metode disc diffusion Ekstrak kapulaga diuji aktivitas antibakteri terhadap sel vegetatif B. cereus dan B. subtilis. Kultur bakteri masing-masing species disebarkan di atas medium TSA menggunakan cotton swab steril. Cakram kertas steril diletakkan di atas medium, lalu ditambahkan 10 μl ektrak biji kapulaga. Konsentrasi yang digunakan pada uji disc diffusion ini adalah 10 mg/ml dan 100 mg/ml ekstrak. Kontrol positif menggunakan Chlorhexidine (CHX) 1%, sedangkan kontrol negatif menggunakan DMSO 10%. Cawan diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam. Hasil diobservasi dengan menghitung zona bening di sekitar cakram dan diinterpretasikan berdasarkan Arora and Bhardwaj (1997) yaitu,

32 1) Diameter < 6 mm : Tidak sensitif 2) Diameter 6-9 mm : Sensitivitas rendah 3) Diameter 9-12 mm : Sensitivitas sedang 4) Diameter > 12mm : Sensitivitas tinggi. b. Konsentrasi Hambat Minimum atau Minimum Inhibitory Concentration (MIC) Nilai MIC merupakan nilai yang menunjukkan konsentrasi minimal ekstrak yang dapat menghambat pertumbuhan sel vegetatif bakteri B. cereus dan B. subtilis dibandingkan dengan pertumbuhan dalam kontrol (Rukayadi et al., 2009). Pada pengujian ini, MIC dihitung dengan menggunakan metode 2-fold serial broth microdilution atau seri pengenceran 2 kali lipat (Andrews, 2001). Masingmasing bakteri dilarutkan dalam 1 ml media Mueller-Hinton Broth (MHB). Setelah itu, sebanyak 10µL suspensi bakteri dipindahkan ke dalam 10 ml media MHB. Pengujian dilakukan dalam microtitter dengan 96 sumur, kolom pertama diisi oleh media MHB sebagai kontrol negative, kolom kedua diisi oleh inoculum bakteri saja, sebagai kontrol positif. Pada uji MIC ini terdapat 10 macam konsentrasi, yaitu 0.0195 mg/ml, 0.390 mg/ml, 0.078 mg/ml, 0.156 mg/ml, 0.312 mg/ml, 0.625 mg/ml, 1.25 mg/ml, 2.5 mg/ml, 5 mg/ml dan 10 mg/ml. Plate microtiter lalu diinkubasi pada suhu 35-37 o C selama 24 jam. Hasilnya dilihat dengan membandingkan sumur uji dengan kontrol. c. Minimum Bactericidal Concentration (MBC) Nilai MBC didapatkan dengan cara mengkultur suspensi bakteri sebanyak 10 μl dari setiap sumur ke dalam medium MHA, selanjutnya diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam. Konsentrasi yang diuji sama dengan konsentrasi pada pengujian MIC, yaitu 0.0195 mg/ml, 0.390 mg/ml, 0.078 mg/ml, 0.156 mg/ml, 0.312 mg/ml, 0.625 mg/ml, 1.25 mg/ml, 2.5 mg/ml, 5 mg/ml dan 10 mg/ml. 6. Aktivitas Antispora Uji aktivitas antispora dilakukan dengan menggunakan metode yang dijelaskan oleh Kida et al. (2003) dan Rukayadi et al. (2009), dengan modifikasi.

33 Pada pengujian aktivitas antispora ini digunakan glutaraldehid sebagai kontrol positif. Ekstrak biji kapulaga dilarutkan dalam DMSO, sedangkan glutaradehid sebagai kontrol dilarutkan dalam ddh 2 O. Keduanya dilarutkan hingga mendapat konsentrasi 10% atau 100mg/mL. Suspensi spora yang sebelumnya telah disiapkan lalu dilarutkan dalam NaCl 0.95% dengan perbandingan 1:100. Ekstrak biji kapulaga disiapkan dengan melakukan pengenceran dengan suspensi spora, hingga didapatkan konsentrasi uji sebesar 0%, 1%, dan 2%, seperti ditunjukkan pada Tabel 3.3 di bawah ini, Tabel 3.3. Konsentrasi ekstrak dan spora dalam uji antispora Sampel Uji Konsentrasi Jumlah yang ditambahkan Sampel uji Suspensi spora 0% - 1000µl Ekstrak biji 1% 100µl 900µl kapulaga 2% 200µl 800µl 0% - 1000µl Glutaraldehid 1% 100µl 900µl 2% 200µl 800µl Setiap larutan dengan konsentrasi yang berbeda tersebut selanjutnya diambil sebanyak 1 ml untuk diinkubasi dan dikocok pada suhu 37 o C, dalam dua waktu inkubasi yang berbeda, yaitu 0 jam dan 1 jam. Pada tiap jam inkubasi (0 dan 1 jam) sebanyak 100 µl suspensi diambil dan diencerkan dalam 900µl NaCl 0.95% untuk mendapatkan pengenceran 10-1 and 10-2. Sebanyak 25 µl larutan 10-1 and 10-2 dikultur dalam medium NA dan diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam. Pengujian antispora ini dilakukan dalam dua kali pengulangan. Koloni yang terbentuk dihitung dan dirata-ratakan jumlahnya dalam nilai CFU/mL. Menurut Sutton (2011), kisaran umum jumlah koloni yang dapat diterima dalam satu cawan petri adalah 30-300 dan 25-250. 7. Analisis Data

34 Data hasil uji antimikroba disc diffusion dan antispora dianalisis dengan menggunakan SPSS versi 16 untuk mengetahui signifikansi pengaruh ekstrak biji kapulaga terhadap sel vegetatif dan spora B. cereus dan B. subtilis, yaitu dengan melakukan Uji Normalitas, Homogenitas. Pada hasil uji antimikroba disc diffusion, uji menggunakan uji parametrik, yaitu ANOVA dan Uji TUKEY serta uji T untuk mengetahui perbandingan rata-rata kedua bakteri, sedangkan hasil uji antispora dilanjutkan ke pengujian ANOVA dan Uji TUKEY saja. Hasil MIC dan MBC dianalisis dengan menghitung jumlah rata-rata dan standar deviasi.

Serbuk biji Kapulaga kering Ekstrak biji kapulaga maserasi selama 48 jam dalam methanol 100% dan di epavorasi pada suhu 50 C, 150 rpm UJI ANTIMIKROBA UJI ANTISPORA Disc Diffusion MIC dan MBC Ekstrak spora dilarutkan dalam NaCl 0.95% (1:100) Biakan B. cereus dan B.subtilis Cakram steril diletakkan di atas biakan di spread di atas medium TSA Cakram diberi ekstrak biji kapulaga 10 mg/ml dan 100 mg/ml sebanyak10µl lalu inkubasi 24 jam pada suhu 37 o C Bakteri uji dilarutkan dalam media MHB Pengujian MIC menggunakan microtiter Bakteri uji diberi ekstrak biji kapulaga dengan konsentrasi 0.195-10 mg/ml inkubasi 24 jam pada suhu 37 o C Hasil diamati pada setiap sumur Hasil MIC dilanjutkan untuk uji MBC Pertumbuhan koloni bakteri tiap konsentrasi diamati Hasil MIC di kutur pada medium TSA, mulai dari konsentrasi 0.195-10 mg/ml Larutan spora ditambahkan ekstrak biji kapulaga dengan konsentrasi 0%, 1% dan 2% diinkubasi dan dikocok selama 0 jam Larutan uji di spread dalam medium NA dengan pengenceran 10-1 dan 10-2 Cawan di inkubasi 24 jam pada suhu 37 o C diinkubasi dan dikocok selama 1 jam Larutan uji di spread dalam medium NA dengan pengenceran 10-1 dan 10-2 Gambar 3.1. Bagan alir penelitian 39

40