BAB II DASAR TEORI. Fungsi utama bank yakni sebagai financial intermediary atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 6 SISTEM OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH. AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANKAN SYARIAH SISTEM DAN OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rasio permodalan diukur dengan membandingkan antara rasio Modal

sampai dengan 30 September 2012 adalah sebagai berikut :

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN BANK & LEMBAGA KEUANGAN 1

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiata usahanya. Banyak

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur an

Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

Bank Konvensional dan Syariah. Arum H. Primandari

Bank Kon K v on e v n e sion s al dan Sy S ar y iah Arum H. Primandari

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskreptif pada perusahaan, yaitu dengan cara menganalisis data-data

DASAR HUKUM. a. Kegiatan usaha dan produk-produk bank berdasarkan prinsip syariah. b. Pembentukan dan tugas Dewan Pengawas Syariah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

OPERASIONAL BANK SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan dampak yang luas terhadap sendi- sendi perekonomin dunia

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN FINANSIAL BANK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMEL PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak terlepas dari kaitannya dengan uang. Sebab untuk menjalankan

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

melakukan penelitian yang berkaitan dengan rasio keuangan khususnya pada perusahaan perbankan syariah di Indonesia. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mendalam. Bank syariah yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan, hasil, prinsip ujoh dan akad pelengkap (Karim 2004).

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 TENTANG

1. Pengertian bank konvensional & bank syariah

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 9 /PBI/2003 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI PERIODE TUGAS AKHIR

BAB II LANDASAN TEORI. dalam kondisi sehat. Tingkat kesehatan BPR Hasa Mitra periode 2006 sampai

BAB I PENDAHULUAN. lapisan masyarakat. Secara umum, bank memiliki fungsi utama. lembaga intermediasi, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN PADA PT.BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk PERIODE DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. keuangan menerapkan prinsip-prinsip syariah diantaranya adalah:

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu mengembangkan dan memajukan perekonomian di

KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59

ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN dengan nama Bank Central Asia NV. Banyak hal telah dilalui sejak saat

TINJAUAN PUSTAKA Bank

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Pada PT. Bank Mandiri, Tbk Periode Disusun oleh : Nama : Las Rohana Jurusan : Akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masyarakat muslim yang menginginkan agar adanya jasa keuangan yang sesuai

BAB III METODE PENELITIAN

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

II. TINJAUAN PUSTAKA Bentuk Hukum, Permodalan dan Kepemilikan Bank Syariah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pengertian perbankan dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No.10 Tahun

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata syariah berasal dari bahasa Arab, dari kata syara a, yang berarti

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Aktiva bank terdiri dari aktiva produktif (earning assets) dan aktiva

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bunga (riba), baik nominal sederhana, bunga berbunga, berbunga. investasi, termasuk di pasar modal dan asuransi.

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DI INDONESIA (TINJAUAN BANK SYARIAH DAN KONVENSIONAL)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PT. BANK SYARIAH MANDIRI MENGGUNAKAN METODE CAMEL PERIODE TAHUN 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA KOPERASI LAUT SEJAHTERA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TEGAL SARI KOTA TEGAL

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10

diteliti yaitu Bank BNI Syariah. Selanjutnya akan dibahas mengenai Sumber Data yaitu

Prinsip prinsip Islam

BAB II TELAAH PUSTAKA

SOAL DAN JAWABAN AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan oleh penelitian kali ini tidak mengabaikan pada

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai tugas untuk menghimpun dana dari masyarakat yang selanjutnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK MUAMALAT INDONESIA DENGAN BANK SYARIAH MANDIRI TAHUN

ANALISIS PERBANDINGAN KENERJA KEUANGAN BANK DKI KONVENSIONAL DAN BANK DKI SYARIAH

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI. juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi. sebagai tempat untuk memindahkan uang, menerima segala bentuk

BAB II LANDASAN PUSTAKA. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB IV PEMBAHASAN. Pengaruh Simpanan dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Kinerja. Muamalat dalam menerapkan sistem bagi hasil Mudharabah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah bank berasal dari bahasa Italia, yaitu banco yang artinya meja atau

Transkripsi:

BAB II DASAR TEORI A. Pengertian Bank Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 21 Tahun 2008 Pasal 1 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/ atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Fungsi utama bank yakni sebagai financial intermediary atau menghimpun dana dari masyarakat dan meyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan. Fungsi bank secara lebih spesifik dapat berfungsi sebagai: 1. Agent of trust Lembaga yang berlandaskan unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya akan dapat disalurkan dan dikelola dengan baik oleh bank. 2. Agent of development Lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan perekonomian masyarakat. 3. Agent of services Selain menghimpun dan menyalurkan dana bank juga memberikan penawaran jasa pebankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang 8

9 diberikan dapat berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, penyelesaian tagihan, dan pemberian jaminan bank. 1. Pengertian Bank Syariah Menurut Muhamad (2014) bank syariah atau juga dikenal dengan istilah Bank Islam yakni bank yang operasional produknya berlandaskan pada Al-Qur an dan Hadits Rasullah. Sedangkan menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 yang telah diperbaharui dengan UU No. 21 Tahun 2008 pada Juli 2008 menyatakan bahwa Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. 2. Karakteristik Bank Syariah Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) kegiatan bank syariah merupakan implementasi dari prinsip ekonomi islam dengan karakteristik anatar lain sebagai berikut: a. Pelanggaran riba dalam berbagai bentuknya b. Tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang (time value of money) c. Konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas d. Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif e. Tidak diperkenankan menggunakan dua harga untuk satu barang f. Tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad Bank syariah beroperasi atas dasar prinsip bagi hasil. Bank syariah tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk mendapatkan pendapatan

10 maupun membebankan bunga atas penggunaan dana dan pinjaman karena bunga dalam islam diharamkan dan termasuk ke dalam riba. Suatu transaksi sesuai dengan prinsip syariah apabila telah memenuhi syarat-syarat berikut: a. Transaksi tidak mengandung unsur kedzaliman b. Bukan riba c. Tidak membahayakan pihak sendiri atau pihak lain d. Tidak ada penipuan (gharar) e. Tidak mengandung materi-materi yang diharamkan f. Tidak mengandung unsur judi (maisyir) 3. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional a. Perbedaan falsafah Perbedaan pokok antara bank konvensional dan bank syariah terletak pada landasan falsafah yang dianutnya. Bank syariah tidak melaksanakan sistem bunga dalam seluruh kegiatannya, sedangkan bank konvensional menggunakan sistem bunga. Hal inilah yang menjadi perbedaan yang mendasar terhadap produk-produk yang dikembangkan oleh bank syariah, dimana untuk menghindari sistem bunga maka sistem yang digunakan adalah jual beli serta kemitraan yang dilaksanakan dalam bentuk bagi hasil. Semua jenis transaksi perniagaan diperbolehkan asalkan tidak mengandung unsur bunga (riba) dalam bank syariah. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Baqarah Ayat 275 yang berbunyi:

11 و أ ح ل للا ال ب ي ع و ح ر م الر ب ا Artinya:...Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. b. Konsep pengelolaan dana nasabah Dana nasabah dalam sistem bank syariah dikelola dalam bentuk titipan ataupun investasi. Cara titipan dan investasi berbeda dengan deposito pada bank konvensional dimana deposito merupakan upaya membungakan uang. c. Kewajiban mengelola zakat Bank syariah wajib menjadi pengelola zakat, yaitu dalam arti wajib membayar zakat, menghimpun, mengadministrasikannya serta mendistribusikannya. Hal ini merupakan fungsi bank syariah untuk memobilisasi dana-dana sosial (zakat, infak, dan sedekah). d. Struktur organisasi Struktur organisasi bank syariah diharuskan adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS). DPS bertugas mengawasi segala aktivitas bank agar selalu sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. DPS dibawahi oleh DSN (Dewan Syariah Nasional). DSN dapat memberikan teguran jika suatu lembaga keuangan syariah melakukan penyimpangan. Di bawah ini terdapat tabel yang menjelaskan perbedaan antara sistem bunga dan sistem bagi hasil.

12 Tabel 2.1 Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil No Sistem bunga Sistem bagi hasil 1 Penentuan suku bunga Penentuan besarnya resiko bagi dibuat pada waktu akad hasil dibuat pada waktu akad dengan pedoman harus dengan berpedoman pada selalu untung untuk pihak kemungkinan untung dan rugi. bank. 2 Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan. 3 Tidak bergantung pada kinerja usaha. Jumlah pembayaran bunga tidak mengikat meskipun jumlah keuntungan berlipat ganda saat keadaan ekonomi sedang baik. 4 Eksistensi bunga diragukan kehalalannya oleh semua agama termasuk islam. 5 Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi. Sumber: Muhamad (2014) Besarnya rasio (nisbah) bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh. Bergantung pada kinerja usaha. Jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan. Tidak ada agama yang meragukan keabsahan bagi hasil. Bagi hasil bergantung kepada keuntungan proyek yang dijalankan. Jika proyek itu tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak. 4. Prinsip Kegiatan Usaha Bank Syariah Berdasrakan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/34/KEP/DIR 12 Mei 1999 tentang bank Berdasarkan Prinsip Syariah, prinsip kegiatan usaha bank syariah adalah:

13 a. Hiwalah Akad pemindahan piutang nasabah (muhil) kepada bank (muhal alaih) dari nasabah lain (muhal). Muhil meminta muhal alaih untuk membayarkan terlebih dahulu piutang yang timbul dari jual beli. Pada saat piutang tersebut jatuh tempo, muhal akan membayar kepada muhal alaih. Muhal alaih memperoleh imbalan sebagai jasa pemindahan piutang. b. Ijarah Akad sewa-menyewa barang antara bank (muaajir) dengan penyewa (mustajir). Setelah masa sewa berakhir barang sewaan dikembalikan kepada muaajir. c. Ijarah wa iqtina Akad sewa-menyewa barang antara bank (muaajir) dengan penyewa (mustajir) yang diikuti janji bahwa pada saat yang ditentukan kepemilikan barang sewaan akan berpindah kepada mustajir. d. Istishna Akad jual beli barang (mashnu ) dengan penerima barang pesanan (shani). Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati di awal akad dengan pembayaran dilakukan secara bertahap sesuai kesepakatan. Apabila bank bertindak sebagai shani dan penunjukkan dilakukan kepada pihak lain untuk membuat barang (mashnu ) maka hal ini disebut istishna pararel.

14 e. Kafalah Akad pemberian jaminan (makful alaih) yang diberikan satu pihak kepada pihak lain dimana pemberi jaminan (kafiil) bertanggung jawab atas pembayaran kembali suatu utang yang menjadi hak penerima jaminan (makful). f. Mudharabah Akad antara pihak pemilik modal (shahibul maal) dengan pengelola (mudharib) untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan. Pendapatan atau keuntungan tersebut dibagi berdasarkan rasio yang telah disepakati pada awal akad. Menurut kewenangan yang diberikan mudharib, mudharabah dibagi menjadi: 1) Mudharabah mutlaqah Mudharib diberi kekuasaan penuh untuk mengelola modal. Mudharib tidak dibatasi, baik mengenai tempat, tujuan dan usahanya. 2) Mudharabah muqayyadah Shahibul maal menetapkan syarat tertentu yang harus dipatuhi mudharib, baik mengenai tempat, tujuan maupun jenis usahanya. g. Murabahah Akad jual beli antara bank dan nasabah. Bank memberi barang yang diperlukan nasabah yang bersangkutan sebesar harga pokok ditambah dengan keuntungan yang disepakati.

15 h. Musyarakah Akad kerjasama ventura bersama antara dua pihak atau lebih pemilik modal untuk membiayai suatu jenis usaha yang halal dan produktif. Pendapatan atau keuntungan dibagi sesuai rasio yang telah disepakati. i. Qardh Akad pinjaman dari bank (muqridh) kepada pihak tertentu (muqtaridh) yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman. j. Al qardul hasan Akad pinjaman dari bank (muqridh) kepada pihak tertentu (muqtaridh) untuk tujuan sosial yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman. k. Alrahn Akad penyerahan barang harta (marhun) dan nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh uang. l. Salam Akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) antara pembeli (muslam) dengan penjual (muslam ilaih). Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati di awal akad dan pembayaran dilakukan di muka secara penuh. Apabila bank bertindak sebagai muslam dan pemesanan dilakukan kepada pihak lain untuk menyediakan barang (muslam fiih) maka hal ini disebut salam pararel.

16 m. Sharf Akad jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya. n. Ujr Imbalan yang diberikan atau yang diminta atas suatu pekerjaan yang dilakukan. o. Wadiah Akad penitipan barang/ uang antara pihak yang mempunyai barang/ uang dengan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang/ uang. Berdasrakan jenisnya wadiah terdiri atas: 1) Wadiah yad amanah Akad penitipan barang/ uang dimana pihak penerima tidak diperkenankan menggunakan barang/ uang yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan/ kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan. 2) Wadiah yad dhamanah Akad penitipan barang/ uang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik barang/ uang dapat memanfaatkan barang/ uang titipan dan harus bertanggung jawab atas kerusakan/ kehilangan barang/ uang titipan. Semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang/ uang tersebut menjadi hak penerima titipan.

17 p. Wakalah Akad pemberian kuasa dari pemberi kuasa (muakkil) kepada penerima kuasa (wakil) untuk melaksankan suatu tugas (taukil) atas nama pemberi kuasa. 5. Sumber Dana Bank Syariah Menurut Muhamad (2014) dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam bentuk tunai, atau aset lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai. Sedangkan sumber-sumber dana bank menurut Kasmir (2010) adalah usaha bank dalam memperoleh dana dalam rangka membiayai kegiatan operasinya. Uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank tidak hanya berasal dari para pemilik bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari titipan atau penyertaan dana orang lain atau pihak luar yang sewaktu-waktu atau pada saat tertentu akan ditarik kembali, baik secara berangsur-angsur ataupun keseluruhan. Sumber dana bank syariah terdiri dari: a. Modal inti (core capital) Modal ini merupakan modal sendiri yang berasal dari dana para pemegang saham. Menurut Arifin (2002) dalam Muhamad (2014) pada umumnya dana modal inti terdiri dari: 1) Modal yang disetor oleh para pemegang saham 2) Laba ditahan 3) Cadangan

18 b. Kuasi ekuitas (mudharabah account) Bank penghimpun dana berbagi hasil atas dasar prinsip mudharabah, dan pemilik dana tidak boleh mencampuri pengelolaan bisnis seharihari. Berdasarkan prinsip ini, dalam kedudukannya sebagai mudharib, bank menyediakan jasa bagi para investor berupa: 1) Rekening investasi umum 2) Rekening investasi khusus 3) Rekening tabungan mudharabah c. Titipan atau simpanan tanpa imbalan (wadiah/ non remunerted deposit) Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank, yang umumnya berupa tabungan atau giro. B. Kesehatan Bank Kesehatan suatu bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasionalnya secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Pengertian tentang kesehatan bank di atas merupakan suatu batasan yang sangat luas karena kesehatan memang mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya. Kegiatan tersebut meliputi: a. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan dari modal sendiri

19 b. Kemampuan mengelola dana c. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat d. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan pihak lain e. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku Dengan semakin meningkatnya kompleksitas usaha dan profil resiko, bank perlu mengidentifikasi permasalahan yang mungkin timbul dari operasional bank. Bagi perbankan, hasil akhir penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha pada waktu yang akan datang, sedangkan bagi Bank Indonesia antara lain digunakan sebagai sarana penetapan implementasi strategi pengawasan bank oleh Bank Indonesia. Tingkat kesehatan bank pada dasarnya dinilai dengan pendekatan kualitatif dengan menggunkaan penilaian atas faktor-faktor: permodalan (capital), kualitas aset, manajemen, rentabilitas (earning), dan likuiditas atau disingkat dengan metode CAMEL. Penialaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kualitatif dan kuantitatif. Setiap faktor yang dinilai terdiri dari beberapa komponen dimana masing-masing faktor beserta komponennya diberikan bobot yang besarnya disesuaikan dengan pengaruh terhadap kesehatan bank. Menyadari arti pentingnya kesehatan suatu bank bagi pembentukan kepercayaan dalam dunia perbankan serta untuk melaksankan prinsip kehati-

20 hatian (prudential banking) dalam dunia perbankan, maka Bank Indonesia merasa perlu untuk menerapkan aturan tentang kesehatan bank. Dengan adanya aturan tentang kesehatan bank yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992, perbankan diharapkan selalu dalam kondisi sehat sehingga tidak akan merugikan masyarakat. Bank yang beroperasi dan berhubungan dengan masyarakat diharapkan hanya bank yang betul-betul sehat. Aturan tentang kesehatan bank yang diterapkan Bank Indonesia mencakup berbagai aspek dalam kegiatan bank, mulai dari penghimpunan dana sampai dengan penggunaan dan penyaluran dana. C. Metode CAMEL Berbagai alat ukur dapat dijadikan sebagai penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank. Menurut Kasmir (2010) salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk untuk menentukan kondisi suatu bank dikenal dengan nama analisis CAMEL. Analisis ini terdiri dari aspek capital, assets, management, earning, dan liquidity. Hasil dari masing-masing aspek dapat menjadi gambaran pada suatu bank yang akan diukur. Berikut aspek yang dinilai dalam analisis CAMEL, yakni: 1. Aspek permodalan (capital) Dalam aspek ini yang dinilai adalah permodalan yang dimiliki oleh bank yang didasarkan pada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan pada CAR (Capital Adequacy

21 Ratio) yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Perbandingan rasio CAR adalah rasio modal terhadap Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Selanjutnya mencari nilai kredit dengan rumus sebagai berikut: Nilai Kredit Rasio CAR = Rasio 0,1 +1 NK Faktor CAR = NK Rasio CAR x Bobot Rasio CAR Tabel 2.2 Kriteria Penilaian CAR (Capital Adequacy Ratio) Nilai Kredit Penilaian >8% Sehat 7,9%-8% Cukup Sehat 6,5%-<7,9% Kurang Sehat <6,5% Tidak Sehat Sumber: Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 2. Aspek kualitas aset (assets) Penilaian terhadap aspek ini harus sesuai dengan peraturan Bank Indonesia dengan didasarkan pada perbandingan dua rasio, yakni: a. Rasio aset produktif yang diklasifikasikan terhadap rasio aset produktif, yakni: Aset Produktif yang Diklasifikasikan Rasio KAP = Aset Produktif x 100% Selanjutnya mencari nilai kredit dengan rumus sebagai berikut: 15,5% Rasio KAP Nilai Kredit Rasio KAP = 0,1 +1 NK Faktor KAP = NK Rasio KAP x Bobot Rasio KAP

22 Tabel 2.3 Kriteria Penilaian KAP (Kualitas Aset Produktif) Nilai Kredit Penilaian <10,35% Sehat 10,35%-12,60% Cukup Sehat 12,61%-14,85% Kurang Sehat >14,85% Tidak Sehat Sumber: Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 b. Rasio penyisihan penghapusan aset produktif (PPAP) terhadap penyisihan penghapusan aset produktif yang Wajib Dibentuk (PPAWD) dirumuskan dengan perhitungan sebagai berikut: Rasio PPAP = PPAP PPAPWD x 100% Selanjutnya mencari nilai kredit dengan rumus sebagai berikut: Rasio PPAP Nilai Kredit Rasio PPAP = 1% NK Faktor PPAP = NK Rasio PPAP x Bobot Rasio PPAP Tabel 2.4 Kriteria Penilaian PPAP (Penyisihan Penghapusan Aset Produktif) Nilai Kredit Penilaian >81% Sehat 66%-81% Cukup Sehat 51%-66% Kurang Sehat <51% Tidak Sehat Sumber: Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007

23 3. Aspek kualitas manajemen (mangement) Penilaian terhadap aspek manajemen menggunakan daftar pertanyaan/ pernyataan dengan jumlah sebanyak 100 (seratus) bagi bank devisa dan 85 (delapan puluh lima) bagi bank non-devisa. Penilaian dilakukan melalui komponen-komponen meliputi: a. Manajemen umum b. Penerapan sistem manajemen risiko c. Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya. 4. Aspek rentabilitas (earning) Penilaian ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan. Kemampuan ini dilakukan dalam satu periode. Kegunaan aspek ini juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai suatu bank. Bank yang rentabilitasnya terus meningkat di atas standar yang ditetapkan dapat dikatakan sebagai bank dengan predikat sehat. Penilaian terhadap aspek ini didasarkan pada dua rasio, yaitu: a. Rasio laba terhadap total aset (Return On Asset-ROA) dirumuskan dengan perhitungan sebagai berikut: Laba Sebelum Pajak Rasio ROA = Total Aset x 100% Selanjutnya mencari nilai kredit dengan rumus sebagai berikut: Nilai Kredit Rasio ROA = Rasio ROA 0,15% +1

24 NK Faktor ROA = NK RasioROA x Bobot Rasio ROA Tabel 2.5 Kriteria Penilaian ROA (Return On Asset) Nilai Kredit Penilaian >1,22% Sehat 0,99%-1,21% Cukup Sehat 0,77%-0,98% Kurang Sehat <0,76% Tidak Sehat Sumber: Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 b. Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) dirumuskan dengan perhitungan sebagai berikut: Rasio BOPO = Biaya Operasional Pendapatan Opersional x 100% Selanjutnya mencari nilai kredit dengan rumus sebagai berikut: 100% Rasio BOPO Nilai Kredit Rasio BOPO = 0,08% +1 NK Faktor BOPO = NK RasioBOPO x Bobot Rasio BOPO Tabel 2.6 Kriteria Penilaian BOPO Rasio BOPO Nilai Kredit Penilaian Standar BI <93,52% 81-100 Sehat 93,52%-94,73% 66-81 Cukup Sehat 94,73%-95,92% 51-66 Kurang Sehat >95,92% 0-51 Tidak Sehat Sumber: Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007

25 5. Aspek likuiditas (liquidity) Suatu bank dapat dikatakan likuid jika bank yang bersangkutan mampu membayar semua utangnya, terutama utang-utang jangka pendek. Dalam hal ini yang dimaksud dengan utang jangka pendek yang ada di bank meliputi simpanan masyarakat seperti simpanan tabungan, deposito dan giro. Dikatakan likuid jika pada saat ditagih bank mampu membayar. Kemudian bank juga harus dapat memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Penilaian terhadap aspek likuiditas didasarkan pada dua rasio, yaitu: a. Rasio kewajiban bersih call money terhadap aset lancar (NCM-CA) dirumuskan dengan perhitungan sebagai berikut: Rasio NCM-CA = Kewajiban Bersih Aset Lancar x 100% Selanjutnya mencari nilai kredit dengan rumus sebagai berikut: 100% RasioNCM CA Nilai Kredit Rasio NCM-CA = 1% +1 NK Faktor NCM-CA=NK RasioNCM-CA x Bobot Rasio NCM-CA Tabel 2.7 Kriteria Penilaian NCM-CA Nilai Kredit Penilaian >4,05% Sehat 3,30%-4,049% Cukup Sehat 2,55%-3,29% Kurang Sehat <2,54% Tidak Sehat Sumber: Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007

26 b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank, seperti: Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI), tabungan, giro, dan lain-lain atau dikenal dengan sebutan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR). Cara menghitung rasio LDR sebagai berikut: Rasio LDR = Kredit Dana Pihak Ketiga x 100% Selanjutnya mencari nilai kredit dengan rumus sebagai berikut: 155% Rasio LDR Nilai Kredit Rasio LDR = 1% x 4 NK Faktor LDR = NK RasioLDR x Bobot Rasio LDR Tabel 2.8 Kriteria Penilaian LDR Nilai Kredit Penilaian <94,755% Sehat 94,755%-98,75% Cukup Sehat 98,75%-102,25% Kurang Sehat >102,25% Tidak Sehat Sumber: Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 D. Faktor Pengurang Penilaian Kesehatan Bank 1. Pelanggaran ketentuan BPMD-Batas Maksimum Penyaluran Dana a. Pelanggaran dihitung berdasarkan jumlah kumulatif pelanggaran BPMD kepada debitur individual, debitur kelompok dan pihak terkait dengan bank, terhadap modal bank.

27 b. Sanksi pengurangan nilai kredit sebagai berikut: 1) Untuk setiap pelanggaran BPMD, nilai kredit dikurangi 5. 2) Untuk setiap 1% pelanggaran BPMD, nilai kredit dikurangi lagi 0,05 dengan maksimal 10. 2. Pelanggaran ketentuan PDN-Posisi Devisa Netto a. Pelanggaran terhadap ketentuan PDN dihitung atas dasar jumlah kumulatif pelanggaran yang terjadi dalam satu bulan yang dihitung atas dasar laporan mingguan yang memuat rata-rata hari dalam seminggu, baik secara total maupun secara administratif. b. Sanksi pengurangan nilai kredit untuk setiap 1% pelanggaran PDN nilai kredit dikurangi 0,05% dengan maksimal 5. Berdasarkan hasil penilaian terhadap aspek dan komponen permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas dan likuiditas maka akan diperoleh nilai kredit gabungan. Setelah nilai kredit gabungan dikurangi dengan nilai kredit pengurang akibat pelanggran ketentuan bank, maka tingkat kesehatan bank dapat ditetapkan dalam 4 (empat) golongan predikat pada tabel berikut: Tabel 2.9 Golongan Predikat Kesehatan Bank Nilai Kredit Predikat 81-100 Sehat 66- <81 Cukup sehat 51-<66 Kurang sehat 0- <51 Tidak sehat Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP/2004

28 3. Penelitian terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang analisis tingkat kesehatan bank syariah dengan menggunakan metode CAMEL seperti penelitian yang dilakukan oleh Said (2012) pada PT. Bank Syariah Mandiri periode 2001-2010. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa PT. Bank Syariah Mandiri pada tahun 2001 sampai dengan 2003 termasuk dalam golongan dengan predikat bank yang SEHAT akan tetapi pada tahun 2004 sampai dengan 2010 PT. Bank Syariah Mandiri mengalami penurunan yakni pada golongan predikat CUKUP SEHAT. Hidayati (2013) juga melakukan penelitian tentang analisis kesehatan bank pada PT. Bank Syariah Mandiri dengan periode laporan keuangan yang berbeda yakni pada 2009 sampai dengan 2012. Hasilnya dalam analisis metode CAMEL menunjukkan bahwa PT. Bank Syariah Mandiri pada periode tersebut dinyatakan dalam golongan dengan predikat SEHAT.