BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan kristal merupakan persoalan. dalam sediaan suspensi parenteral terutama dalam melewati

dokumen-dokumen yang mirip
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. Suspensi adalah sistem dua fasa dimana fasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana praformulasi injeksi Difenhidramin HCl? Bagaimana formulasi injeksi Difenhidramin HCl?

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4%

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan

KELARUTAN DAN GEJALA DISTRIBUSI. Oleh : Nur Aji, S.Farm., Apt

PEMBAGIAN SEDIAAN CAIR PER ORAL : ORAL : TOPIKAL : PARENTERAL : KHUSUS :

BAB I PENDAHULUAN. Aspirin mencegah sintesis tromboksan A 2 (TXA 2 ) di dalam trombosit dan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

D. Tinjauan Pustaka. Menurut Farmakope Indonesia (Anonim, 1995) pernyataan kelarutan adalah zat dalam

SEDIAAN INJEKSI (PARENTERAL)

I. PENDAHULUAN. Ketoprofen secara luas telah digunakan sebagai obat analgetika antiinflamasi

PEMBAHASAN. I. Definisi

MONOGRAFI. B. Bahan Tambahan PROPYLEN GLYCOL. : Metil etilen glikol Rumus kimia : C 3 H 8 O 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN TITIK LEBUR UNIVERSITAS PADJADJARAN 2015 PENENTUAN TITIK LEBUR

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

BAB V PEMBAHASAN. Pertumbuhan kristal sering terjadi dalam sediaan. yang berbentuk suspensi terutama pada senyawa

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KLORHEKSIDIN. Sorbitol. Indikasi:

GEL. Pemerian Bahan. a. Glycerolum (gliserin)

BAB 4. WUJUD ZAT 1. WUJUD GAS 2. HUKUM GAS 3. HUKUM GAS IDEAL 4. GAS NYATA 5. CAIRAN DAN PADATAN 6. GAYA ANTARMOLEKUL 7. TRANSISI FASA 8.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

Sumber:

Ag2SO4 SIFAT FISIKA. Warna dan bentuk: serbuk putih BM: Titik leleh (derajat C) : tidak ada. Titik didih: 1085 C. Tekanan uap: tidak berlaku

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SEDIAAN OBAT MATA PENDAHULUAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1

Difusi adalah Proses Perpindahan Zat dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II. SEDIAAN INJEKSI RINGER LAKTAT R~en~L. Di susun oleh: : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.

I. SYARAT-SYARAT PEMBAWA/PELARUT HARUS INERT SECARA FARMAKOLOGI DAPAT DITERIMA DAN DISERAP DENGAN BAIK OLEH TUBUH TIDAK TOKSIS DALAM JUMLAH YANG DISUN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRASI

KELOMPOK 4 : SEDIAAN GEL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

1. Ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

Suspensi. ALUMiNII HYDROXYDUM COLLOIDALE. Aluminium Hidroksida Koloidal. Alukol

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat

20 % w/w = 100% 26.67% x =

PENDAHULUAN . J Pharm Biomed Anal.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari

I. PENDAHULUAN. mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin banyak. Upaya pemenuhan

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) Banyumas 53171

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP)

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

obat tersebut cenderung mempunyai tingkat absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu dan seringkali menghasilkan respon terapeutik yang minimum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

KELARUTAN ZAT PADAT DALAM CAIRAN

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.

Larutan Dapar Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan ph terhadap penambahan sedikit asam atau basa.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

KETOKONAZOL TABLET PREFORMULASI DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (SATU) C S1 FARMASI 2013

Lampiran 1 Bagan alir penelitian

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II KLOROKUIN FOSFAT

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol

UPAYA PENINGKATAN KELARUTAN HIDROKLORTIAZIDA DENGAN PENAMBAHAN SURFAKTAN TWEEN 60

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan kristal merupakan persoalan serius dalam sediaan suspensi parenteral terutama dalam melewati lubang jarum suntik dan rasa sakit yang ditimbulkan pada saat disuntikkan. Hal ini terjadi Juga pada sediaan Kortison Asetat dimana mempunyai kecenderungan yang cukup b e s a r u n t u k m e n g a l a m i p e r t u m b u h a n kristal. Umumnya sediaan suspensi bahan steroid disiapkan dengan menggiling (grinding) bahan obat dalam suatu ball mill dengan sebagian dari cairan pensuspensi. Cara ini sangat cocok untuk hampir semua steroid, tetapi tidak dapat diterapkan untuk kortison asetat. Formulasi sediaan bentuk suspensi yang baik tergantung dari dari faktor - faktor yang kompleks, sehingga sulit untuk distandarisasi. Pada analisa sinar X dari kristal bermacam - macam suspensi terlihat bahwa kristal kecil bila dicampur dengan media cair akan bergabung menjadi satu membentuk kristal yang lebih besar.(11) Pertumbuhan kristal tersebut, dapat menimbulkan perbedaan sifat fisis. Dalam formula sediaan sediaan suspensi, digunakan bahan obat dalam bentuk kurang stabil, dimana memiliki energi termodinamik, kelarutan yang lebih tinggij dan juga

8 b e r b e d a d a l a m struktur, sifat, t i t i k lebur, densltas, kekerasan,- bentuk k r istal, sifat optis dan elektris dengan bentuk stabilnya. Mekanisme pertumbuhan kristal dalam sediaan suspensi, terjadi dalam 3 tahap evolusi, yakni: - Tahap nukleasi. Pada tahap ini partikel membentuk fasa induk. - Tahap pertumbuhan inti nuklea. Dalam tahap ini pertumbuhan inti diatur oleh fasa induk dan disertai penghabluran partikel. - Tahap pema t a n g a n dispersi primer* Pada tahap ini mulai terjadi endapan, perubahan bentuk, struktur, ukuran partikel, agregasi, pengelorapokkan dan penggumpalan. Proses nukleasi ini dapat digambarkan sebagai berikut:(6) A + A A2 + A Ai-1+ A -> A2 A3 -> Ai Dimana : A adalah "solute i adalah kumpulan partikel yang disebut embrio. Sedangkan penyebab terjadinya pertumbuhan kristal tersebut, adalah: 1. Pengecilan ukuran partikel. Sesuai dengan persarnaan: (8) log S/So= 2^V/2.303 RTr (1)

9 dimana: S kelarutan dari partikel halus So kelarutan dari partikel mula - mula tegangan permukaan dari partikel V volume molar R r konatanta gas jari - jari partikel. Sehingga dengan ukuran partikel yang lebih kecil, maka kelarutan akan lebih besar, Hal ini akan a- menimbulkan perbedaan kelarutan dengan bentuk kristal semula, sehingga akan timbul keadaan supersaturasi dari slstem tersebut dan akan menyebabkan pertumbuhan kristal dari partikel. 2. Pemakaian bentuk kristal yang tidak tepat. (4,5) k Pemakaian bentuk kristal yang metastabil, dapat menyebabkan perubahan yang sangat cepat^dari bentuk metastabil menjadi bentuk yang lebih stabil. Hal ini karena bentuk metastabil memiliki energi thermodinamika, yang lebih besar dibanding bentuk stabilnya. Sesuai persamaan : RT In (S/So) = <VF...(2) dimana : S Kelarutan dalam bentuk serbuk/ kurang stabil i So Kelarutan dalam bentuk kristal A F Peningkatan jumlah energi termodinamika/ bebas

10 Bahan obat berbentuk kurang stabil meningkat, akan meningkatkan jumlah energi bebas, sehingga sistem. akan berusaha mengurangi jumlah energi bebas tersebut dengan memperbesar So. Terdapat beberapa kemungkinan untuk pencegahan pertumbuhan kristal baik secara thermodlnamlstatau kinetis dalam usaha untuk menghambat terjadinya penurunan energi termodinamikj yaitu: 1. Peningkatan viskositas.(5) Kecepatan pertumbuhan dan nukleasi ke bentuk stabil dapat ditekan. Antara lain dengan menaikkan viskositas media pensuspensi. Terjadinya efek tersebut terjadi kemungkinan berhubungan dengan viskositas yang tinggi dari media dimana akan menghambat proses difusi yang terjadi. Sesuai persamian: D= bt/6a,^) r (3) dimana, D b T ^ r Koefisien diffusi Tetapan Boltzman : Suhu (dalam Kelvin) : Viskositas : jari - jari partikel Dari persamaan (3) terlihat bahwa koefisien

11 difusi berbanding terbalik dengan viskositas. 2. Penambahan Surfaktan.(5) - Dengan adanya surfaktan, inti kristal stabil yang terbentuk kemungkinan akan melebur atau bersatu dengan "micelles" dari surfaktan. Dan ini akan menurunkan inti yang efektif dalam proses transformasi. - Adanya surfaktan akan menaikkan kelarutan baik bentuk kurang stabil maupun bentuk stabilnya sehingga perbedaan kelarutan dapat dikurangi, dan keadaan supersaturasi dapat dicegah. 3. Penambahan polimer,(13,6,7) Penambahan suatu bahan polimer seperti polivinilpirolidon akan menghambat pertumbuhan kristal, karena akan membentuk struktur seperti Jala sehingga akan menghambat pergerakan dari kristal. Mekanisme. kerja polimer dapat digambarkan / sebagai berikut: (6,7)

12 Dimana : A adalah kristal obat B adalah kristal dalam proses pertumbuhan G adalah inhibisi oleh polimer Proses yang terjadi adalah kompetisi difusi antara polimer dengan partikel obat dalam bentuk terlarut untuk mencapai permukaan kristal. Jika kecepatan difusi polimer relatif lambat terhadap obat, akan terjadi pertumbuhan kristal, dan sebaliknya jika kecepatan difusi polimer relatif lebih cepat terhadap partikel obat dalam larutan, maka polimer akan membentuk semacam jala untuk menutupi permukaan kristal, sehingga terjadilah proses inhibisi. SIFAT - SIFAT-BAHAN YANG DIPERGUNAKAN 1.KORTISON ASETAT (9,1,15,3) 21-asetoksi~17 -hidroksipregn-4-ene-3,11,20-trion Berat Molekul = 402,5 C23 H30 06 Serbuk kristal, berwarna putih, tak berbau, pertama - tama tak berasa kemudian pahit yang konstan. Mengandung 96,0

13 104% kortison asetat murni. Tidak tercampurkan Bahan pengoksidasi» dalam media alkali, asam mineral. Titik lebur = 240 C Kelarutan: sangat sedikit larut dalam air (lbagian dalam 5000 bagian air) i larut pada 300 bagian Alkohol (20 C) larut pada 4 bagian Kloroform (20 C) larut dalam Aseton, Eter dan Hetanol. Dalam menyiapkan sediaan agar cukup baik dipakai serbuk yang ultra kecil. Stabilitas kristal : berada dalam beberapa bentuk polimorf. Untuk bahan obat yang baik dalam sediaan dipilih bentuk metastabil khususnya untuk sediaan suspensi, tetapi harus dicegah terjadinya pertumbuhan kristal. Penyimpanan : Terlindung dari cahaya. Pemakaian : Sebagai hormon Adrenocortical (Hydrocortisone). Dipakai untuk menanggulangi kekurangan adrenocortical dan sebagai antiinflamatory, asma, arthritis, rematik dan penanggulangan disorder dari darah. Indikasi Terjadi transitori dan relaps dengan segera ketika pengobatan dihentikan, Akan tetapi

14 dengan pemberian berlanjut akan menekan sekresi endogenus pituitary. Efek samping: Oedema gravitasi, ascites dan kegagalan jantung karena keseimbangan elektrolit terganggu. Terjadi Cushing Syndrome. Kontraindikasi dan pencegahan: Diperhatikan pada penderita diabetes dengan insulin karena dapat meningkatkan peptic ulceration.' Takaran Maksimum: Menurut Farmakope Indonesia edisi 111,1979 Untuk pemakaian intra muskulair, - 150 ragram untuk sekali - 400 mgram untuk sehari Kemasan : Sediaan injeksi suspensi 250 mg/10 ml, 500 mg/20 ml 2. POLIVINILPIROLIDON (9,13) 2 Pirolidion-l-etilen homopolimer 1 vinil-2-pirolidinon polimer (C6H9NO)n = 111,1 X n

15 Adalah polimer sintetik, mengandung gabungan l-vinil-2-pi rolidlnon yang linier. Derajat polimer bervar i a s i, sehingga menghasilkan i bobot molekul yang bervariasi. Merupakan serbuk putih, tak berbau, tak berasa dan bersifat higroskopis. Kelarutan: Larut dalam air Larut dalam alkohol Larut dalam kloroform Larut dalam isopropilalkohol Tidak larut dalam aseton dan eter 5% larutan memberikan ph 3-7 Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat. Dipergunakan: Sebagai Suspending agent dan dispersing agent. Umumnya dipergunakan sampai konsentrasi 10 % Dipergunakan untuk mengurangi iritasi, cocok untuk parenteral. Jenis pvp tergantung dari harga K, dimana harga K dihitung berdasarkan viskositas ratio. Di pasaran terdapat pvp dengan harga K yang bervariasi, dan untuk percobaan ini digunakan pvp K 30, dengan sifat - sifat sebagai berikut: PVP K30 - Memiliki BM 49.000 sehingga diharapkan lebih banyak dibutuhkan dibanding dengan BM yang lebih kecil Bersifat sebagai penambah viskositas dan polimer

16 Bersifat sebagai solubilising agent