BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

IDENTIFIKASI KONDISI PASAR TRADISIONAL DIJAKARTA UTARA DENGAN PENDEKATAN KONSEP PASAR PINTAR

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan

2015 PASAR FESTIVAL ASTANA ANYAR

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Arti Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG. baik minimarket, supermarket, departmen store, hypermarket, dan mall. Hasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terjadi. Pada umumnya, semua pasar tradisional yang ada di Indonesia

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

BAB II TINJAUAN TENTANG PASAR MODERN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi proses tawar-menawar. Pada pasar tradisional terdapat kios-kios atau gerai,

KUESIONER Pertanyaan Untuk Pebelanja. Kelurahan :.. Kecamatan :.. Kota :.. DKI Jakarta

Pasar Umum Gubug Di Kabupaten Grobogan Dengan Pengolahan Tata Ruang Luar Dan Dalam Melalui Pendekatan Ideologi Fungsionalisme Utilitarian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merambah, tidak saja di Kota Jakarta, tetapi kota-kota lain di luar. apakah pasar tradisional akan tetap eksis di era munculnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM

REDESAIN PASAR INDUK KABUPATEN WONOSOBO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dengan semakin banyaknya pusat-pusat perbelanjaan didirikan.

BAB I PENDAHULUAN. pembeli berinteraksi. Pasar juga menjadi salah satu tempat dimana. menjadi pasar tradisional dan pasar modern.

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Redesain Pasar Umum Sukawati. 1.1 Latar Belakang

REDESAIN PASAR RUMPUT JAKARTA SELATAN MENJADI PASAR MODERN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PASAR GUNUNGPATI DI SEMARANG (Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TINGKAT PELAYANAN PASAR REMU DAN PASAR BOSWESEN DI KOTA SORONG

POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR

Citra Lokal Pasar Rakyat pada Pasar Simpang Aur Bukittinggi

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari, karena kedua hal tersebut adalah kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional, terutama dalam aspek-aspek seperti: peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

REDESAIN PASAR INDUK BATANG Penekanan Desain Arsitektur Tropis

REDESAIN PASAR TRADISIONAL AMURANG Optimalisasi Penerapan Konsep Pengelolaan Pasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang secara langsung melakukan transaksi jual beli yang biasanya dengan pola

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹.

BAB II KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN PASAR TRADISIONAL DESA SIDEMEN KECAMATAN SIDEMEN KABUPATEN KARANGASEM

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pasar-pasar modern yang berkembang pesat di tiap-tiap kota. Pada prinsipnya, kegiatan operasi perusahaan, yang terdiri atas laba.

IDENTIFIKASI SEBARAN MINIMARKET DI KELURAHAN TIGARAKSA KECAMATAN TIGARAKSA, KABUPATEN TANGERANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Tradisional dan keramaian pembeli serta pedagang didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia. Hal itu juga terjadi di bidang perdagangan antara lain adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Ruang publik sudah selayaknya menjadi hak setiap warga kota, namun

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk sebagai salah satu komponen dalam system wilayah atau. barang dan jasa. Sehingga kegiatan ekonomi erat kaitannya untuk

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA

BAB I PENDAHULUAN. dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PENERAPAN PENDEKATAN EKOLOGI TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN PASAR UJUNG BERUNG KOTA BANDUNG 1

BAB II PEMAHAMAN TERHADAP PASAR TRADISIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza,

Perkembangan Pasar Modern dan Pasar Tradisional

BAB III DESKRIPSI PROYEK. : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival. : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung. : Jl. Astana Anyar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

Revitalisasi Pasar Tradisional, Jumlah Kunjungan, Pendapatan Pedagang, dan Pendapatan Pasar

STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. (Tjokroaminoto dan Mustopadidjaya, 1986:1). Pembangunan ekonomi dapat

Aspek Arsitektur Kota dalam Perancangan Pasar Tradisional

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipungkiri. Selama ini masyarakat memenuhi berbagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. berekreasi, membuka lapangan pekerjaan dan berbelanja. Pada mulanya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Tradisional, Ruang untuk Masyarakat yang semakin Terpinggirkan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pasar tradisional menjadi salah satu wadah atau sarana untuk mencapai

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI LINGKUNGAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Area Pasar;

I. PENDAHULUAN. kecil, serta melalui sistem penjualan grosir maupun retail merupakan perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya

BAB V KONDISI PASAR TRADISIONAL DI KOTA BOGOR

BAB VII STRATEGI PENINGKATAN POSISI TAWAR PASAR TRADISIONAL TERHADAP PEDAGANG DI KOTA BOGOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III KONDISI PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN BERBELANJA DI PASAR MODERN PLAJU

UJI PETIK RANCANGAN PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAAN DAN PARIWISATA TENTANG PASAR PESONA BUDAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Perkembangan Pasar Pasar tradisional mempunyai peran signifikan dalam perkotaan. Pasar tumbuh dan berkembang sebagai simpul dari pertukaran barang dan jasa, yang kemudian membangkitkan berbagai aktivitas di dalam kota. Saat orang melakukan jual beli bukan sekadar barang dan jasa yang dipertukarkan, tetapi juga informasi dan pengetahuan. Pasar Tradisional telah menjadi ruang publik perkotaan, tempat dimana masyarakat kota berkumpul dan membangun relasi sosial di antara mereka. Salah satu sarana perdagangan yang ada di kota adalah pasar, baik pasar tradisional maupun pasar modern. Menurut Urban Sector Development Reform Project tahun 2005, keberadaan sarana perdagangan ini berfungsi sebagai : a. Salah satu sub sistem pelayanan prasarana dan sarana kota. b. Salah satu sub sistem dari sistem pelayanan prasarana dan sarana kota. c. Salah satu tempat kerja dan sumber pendapatan masyarakat. d. Salah satu pusat retail dalam sistem perdagangan kota/daerah. e. Salah satu sumber pendapatan asli daerah. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 mendefinisikan Pasar Tradisional sebagai pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerja sama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar-menawar. Pasar Tradisional merupakan ruang publik yang menjadi identitas kota. Pasar Tradisional dianggap berhasil apabila pasar ramai oleh aktivitas ekonomi dan sosial, yang ditandai dengan ramainya pengunjung, tersedianya ruang-ruang yang mudah dan nyaman, aksesibilitas, dan berkualitas tinggi dan menjadi wadah aktivitas sosialkultural. Pasar tradisional cenderung hanya memperdagangkan kebutuhan sandang dan pangan. 1

2 Meski secara esensial pasar memegang peran penting bagi masyarakat kota, namun saat ini kondisi Pasar Tradisional di Indonesia menunjukkan penurunan peran yang secara tajam. Secara fisik, kemunduran ini dicitrakan oleh kondisi pasar tradisional yang kumuh dan kotor, dan menjadi tempat yang tidak aman dan nyaman untuk aktivitas. Secara ekonomi, penurunan ini juga ditunjukkan dengan semakin enggannya masyarakat kota memilih pasar tradisional sebagai tempat belanja. Jika kemunduran pasar tradisional ini terus berlanjut, diperkirakan fungsi pasar sebagai ruang sosial perkotaan akan segera menjadi masa lalu. (Cahyono, 2006). Berdasarkan hasil survey A.C. Nielsen, menunjukkan jumlah pasar tradisional di Indonesia terus mengalami penurunan (Gambar.1). Pada tahun 2000 masih terdapat 78,3% pasar tradisional dari total jumlah pasar, namun pada tahun 2005 jumlahnya menurun menjadi 70,5% pasar tradisional. Bahkan pada tahun 2008 diperkirakan jumlah pasar tradisional berkurang menjadi hanya 65% dari total jumlah pasar tradisional di Indonesia. Hasil survey A.C. Nielsen, pada tahun 2013, Pasar Modern di Indonesia tumbuh 35,1% pertahun dengan omset berkisar Rp. 2,5 triliun, sedangkan pasar tradisional menyusut menjadi 8,1 % pertahun dengan omset berkisar Rp. 9,1 juta. Gambar 1. Presentase Penurunan Jumlah Pasar Tradisional. Sumber : Survey A.C. Nielsen.2013. Dalam catatan PD Pasar Jaya, dari 153 pasar tradisional yang di Jakarta dan hanya 61 pasar yang kondisi fisik bangunannya masih dalam keadaan baik, sisanya sebanyak 73 pasar dalam keadaan rusak berat, 19 pasar lainnya keadaannya rusak ringan, dan sisa di antaranya telah ditutup (Julyani, 2013). Ciri ciri kondisi pasar yang masuk dalam kategori rusak ringan atau rusak berat dapat dilihat pada Gambar 2.

3 Gambar 2. Ciri Ciri Pasar Rusak Ringan Dan Pasar Rusak Berat. Sumber : PD.Pasar Jaya, 2010 Untuk memperbaiki kondisi fisik pasar tradisional yang rusak dan menurun kualitasnya, maka perlu adanya revitalisasi terhadap pasar tradisional untuk meningkatkan perekonomian pasar. Demikian juga pada pasar Muara Karang, perlu adanya pembaharuan dan penambahan baru pada los / kios tanpa menghilangkan fungsi pasar tradisional. Dari beberapa penelitian ditemukan bahwa yang membuat pasar tradisional terus bertahan hidup adalah keunikannya yang khas, yang terbangun secara historis dengan komunitas yang menghidupkan pasar tersebut. Di beberapa kota, ditemukan beberapa pasar tradisional yang masih menjadi pembangkit utama aktivitas kota, seperti Pasar Beringharjo di Yogyakarta, Pasar Gede di Solo, dan Pasar Baru di Bandung. Pasar tersebut menjadi komponen kota dan menjadi jiwa bagi kota-kota yang dilayaninya. Apabila dibandingkan dengan pasar tradisional, maka pasar modern itu ada beberapa macam diantaranya Minimarket, Pasar Swalayan, Supermarket, Hypermarket. Dari tingkat nasional, pertambahan pasar modern terbilang pesat untuk daerah Jakarta. Pada tahun 2003, hypermarket berjumlah 43 buah, tahun 2004 sudah berdiri 68 buah, dan tahun 2005 berdiri 83 buah. Sedangkan supermarket, pada tahun 2003 berdiri 896 buah, tahun 2004 menjadi 956 buah, dan tahun 2005 menjadi 961 buah Gambar 3. Gambar 3. Peningkatan Pasar Modern di Jakarta Sumber : Hemprisuyatma, 2008

4 Data pasar modern diatas menunjukkan bahwa peningkatan pasar modern di Jakarta berkembang pesat dibandingkan dengan pasar tradisional. Perkembangan pasar modern meningkat dikarenakan konsumen lebih nyaman berbelanja di pasar modern yang bersih dan kering dibandingkan dengan di pasar tradisional yang becek dan bau. Agar pasar tradisional menjadi pilihan masyarakat untuk berbelanja, maka perlu dilakukan studi terkait peremajaan pasar tradisional. 1.1.2. Pasar Muara Karang Pasar Muara Karang dibangun berdasarkan kebutuhan masyarakat terutama pada kawasan komplek perumahan yang juga didukung dengan pusat kuliner. Kondisi fisik pasar yang menurun drastis pada Pasar Muara Karang karena infrastruktur pasar yang tidak teratur dan tidak adanya terjadi perbaikan yang spesifik, kondisi pasar Muara Karang sudah tidak layak karena pasar tersebut tergolong kedalam pasar rusak berat seperti kriteria yang ada pada Gambar 2. Pasar Muara Karang juga merupakan ikon pasar tradisional dan objek wisata kuliner yang dimiliki oleh pemerintah kota Jakarta Utara. Barang-barang yang dijual di Pasar Muara Karang bervariasi misalnya penjualan sayur dan buah, daging, sembako, peralatan mencuci, penjualan tekstil, dan sebagainya. Pasar Muara Karang didukung juga oleh pusat kuliner makanan yang juga memiliki nilai sosial kultural yang khas yaitu dengan adanya masyarakat pecinaan di sekitar pasar tersebut, sehingga pasar muara karang sangat populer dengan kebudayaan sosial kultural, dimana kebudayaan yang dikembangkan sesuai dengan kultural pecinaan yang sudah didukung oleh masyarakat yang datang dengan rata rata sebagain besar masyarakat pecinaan. Keberadaan pasar memberi pengaruh pada masyarakat dan juga pengaruh pada lingkungan sekitarnya. Seiring dengan berjalannya waktu Pasar Muara Karang ini meluas ke jalan yang seharusnya sebagai area sirkulasi jalan bagi pejalan kaki dan kenderaan, namun kini diisi oleh pedagang kaki lima (PKL). Disadari atau tidak persepsi masyarakat terhadap pasar tradisional adalah kumuh, semerawut, becek, kotor dan minimnya fasilitas seperti terbatasnya tempat parkir, tempat sampah yang bau dan kotor, lorong yang sempit, dan sebagainya. Pencitraan negatif ini dikarenakan masih rendahnya kesadaran dan kedisiplinan masyarakat pada

5 aspek kebersihan dan ketertiban, sehingga kurang memperhatikan pemeliharaan sarana fisik (Arief, 2009). Kondisi seperti diatas terjadi di pasar Muara Karang, dimana terbatasnya fasilitas umum, penataan lapak yang tidak teratur dan belum didukung Standard Operation Procedure (SOP) yang jelas. Gambar 4. Fasad Pasar Muara Karang Sumber : Google.Maps Gambar 5. Kondisi Pasar Muara Karang. Sumber : Google.Maps Dengan melihat kondisi pasar muara karang diperlukan pemecahan masalah berupa penataan ulang pada ruang ruang didalam bangunan dan menyediakan sirkulasi gerak yang nyaman, mengembangkan fasilitas perdagangan yang lebih baik yang bertujuan untuk memberikan tempat yang layak bagi pedagang dan pembeli untuk berjualbeli sehingga terjadi transaksi ekonomi yang sehat di pasar tersebut. Pasar Muara Karang ini direncanakan sebagai tempat penjualan bermacammacam produk untuk memenuhi kebutuhan primer, sekunder, dan tersier, yang dilengkapi dengan restoran atau pusat jajanan. Perencanaan desain akan ditekankan dengan penerapan konsep pasar pintar.

6 Tabel 1. Jenis Pedagang di Pasar Muara Karang. Kebutuhan Primer Kebutuhan Sekunder Kebutuhan Tersier Pedagang Sayuran Pedagang Pakaian Pedagang Peralatan Dapur Pedagang Daging, Ikan Pedagang Sepatu Sandal Pedagang Arloji Pedagang Buah Pedagang Tas Pedagang Mas Pedagang Kelapa, Bumbu Pedagang Buku Pedagang Aksesoris Pedagang kelontong Pedagang Mainan Anak Pedagang Plastik Pedagang Warung Makan Penjahit Pakaian Pedagang Kosmetik Sumber : Olahan Peneliti. Penerapan dengan Judul Konsep Pasar Pintar pada perancangan Pasar Tradisional di Muara Karang ini diambil dari jurnal yang berjudul Pasar Tradisional Sebagai Pengembangan Rancangan Revitalisasi Pasar Tradisional sebagai Aset Sosial Kultural Kota, oleh Agus S. Ekomadyo dan Sutan Hidayatsyah, tahun 2012. Dengan menggunakan konsep pasar pintar, pasar ini dibuat sebagai ruang ekonomi, dan sebagai ruang sosial. Kepedulian terhadap komunitas dalam merevitalisasi pasar dilihat dari perilaku pengguna pasar berdasarkan waktu, kegiatan dan aktivitas pasar, kebutuhan sosial dan standarisasi pada pasar sebagai dasar untuk merancang pasar yang lebih baik. Tujuannya adalah memetakan aspek kecerdasan lokal dari pasar tradisional, dan merevitalisasi pasar tersebut dengan konsep pasar pintar. Penelitian ini dilakukan dengan melihat perbandingan antara isu, tujuan, dan kriteria dari pasar tradisional, antara lain melihat tipe dan luas unit, lebar jalur sirkulasi, zoning, penghawaan, pencahayaan, fasilitas umum, dan utilitas air bersih dan kotor. Artikel yang kedua berjudul Isu, Tujuan, dan Kriteria Perancangan Pasar Tradisional, oleh Agus S. Ekomadyo dan Sutan Hidayatsyah, tahun 2012. Dinyatakan bahwa keberhasilan pasar tradisional ditentukan oleh keramaian bangunan ini oleh aktivitas ekonomi dan sosial. Perancangan fisik berkontribusi dalam menyedikan ruang yang nyaman untuk aktivitas, tempat-tempat yang aksesibel (mudah dijangkau), dan adanya ruang-ruang sosial-kultural. Dari permasalahan yang banyak diamati di pasar tradisional lainnya maka dibuatlah perancangan pasar tradisional dengan isu, tujuan, dan kriteria yang sesuai dengan model pemograman arsitektur berbasis isu dari Duerk. Namun model Duerk ini perlu disesuaikan dengan kondisi di lapangan, agar bisa diterapkan di lapangan. Salah satunya adalah membagi permasalahan perancangan pasar menjadi 3 aspek, yaitu aspek arsitektur kota, aspek standar fungsional, dan aspek penciptaan karakter lokal.

7 1.2. Rumusan Masalah Permasalahan pada penelitian ini adalah mengenai penataan ruang dan aksesibilitas yang nyaman di dalam bangunan Pasar Muara Karang di Jakarta Utara. Permasalahan akan dibatasi dengan beberapa pokok permasalahan, yaitu : 1. Bagaimana kondisi fisik Pasar Muara Karang saat ini berdasarkan kriteria pasar pintar? 2. Bagaimana penataan ruang dan aksesibilitas pada pasar muara karang berdasarkan konsep pasar pintar? 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan Tujuan penelitian ini dilakukan untuk merancang pasar dengan citra modern dengan menerapkan konsep pasar pintar, agar dapat diminati oleh pengguna pasar. Tujuan utama dari penelitian ini adalah 1. Mengetahui kondisi fisik muara karang berdasarkan kriteria pasar pintar yaitu : bangunan pasar, keamanan pasar, kios/los, tempat berjualan makanan dan bahan pangan, tempat pembuangan, saluran limbah dan drainase, kondisi toilet, kondisi tempat parkir dan sirkulasi jalan, perilaku pedagang, dan kondisi untuk pengunjung. 2. Menentukan konsep rancangan ruang dalam pada Pasar Muara Karang berdasarkan konsep pasar pintar, khususnya pada aspek tata ruang pasar, zonasi ruang pasar, penentuan jenis barang produksi yang dijual, dan aksesibilitas yang mudah dan nyaman untuk pengguna pasar. 1.4. Ruang Lingkup Dari rumusan masalah serta tujuan diatas, maka ruang lingkup yang akan diteliti adalah : 1. Kondisi eksisting Pasar Muara karang terhadap konsep-konsep pasar pintar, modern, dan mengetahui fungsi serta fasilitas yang tersedia saat ini di Pasar Muara Karang. 2. Konsep perbaikan desain atau rancangan ruang dalam pada Pasar Muara Karang untuk memenuhi kebutuhan pengguna pasar.

8 Pasar Muara Karang berada di Jakarta Utara di kawasan kompleks perumahan di kelurahan Pluit. Gambar 6. Lokasi Pasar Tradisional Muara Karang dan Sekitarnya. Sumber: google.map, diakses 11 febuari 2015 Fungsi yang bersisian dengan tapak antara lain : Utara : Jl. Pluit Karang Jelita (Toko Ruko) Timur : Jl. Niaga II (Kompleks Perumahan) Barat : Jl. Niaga III (Kompleks Perumahan) Selatan : Jl. Muara Karang Raya / jalan primer (Toko Ruko)