BAB I PENDAHULUAN. penerima dan bahasa menjadi media dalam penyampaian informasi tersebut.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. individu maupun kelompok. Ramlan (1985: 48) membagi bahasa menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh terhadap makna yang terdapat dalam sebuah wacana. Salah

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa berkembang terus sesuai dengan perkembangan pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Banyak sekali cara untuk berkomunikasi. Bentuk komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, penerjemah lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Berbagai macam problematika pada proses komunikasi juga turut

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003:

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini yang bercirikan keterbukaaan, persaingan, dan

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh, dan tidak perlu mengacu kepada isi yang rasional maupun isi yang

ERIZA MUTAQIN A

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan sintak..., Vandra Risky, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. mengusung permasalahan keilmuan. Materi yang dituangkan dalam tulisan ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia yang masih belum mempunyai kemampuan untuk. kehidupan sehari-hari baik secara lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Larson (1984: 3), dalam bukunya Meaning-Based Translation: A

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan bahasa sebagai sarana untuk berinteraksi antar manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selain musik, drama, anime dan lain-lain, untuk mempelajari dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya pembagian bahasa di dunia yang memiliki ciri-ciri yang unik yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia membaca adalah melihat serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari masyarakat. Dalam bahasa Indonesia contoh onomatope misalnya

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran ilmu bahasa atau linguistik. Cakupan linguistik itu sendiri

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009

MEANING DALAM PENERJEMAHAN OLEH MOH. FATAH YASIN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dan situasi tidak resmi akan memberikan kesan menghormati terhadap keadaan sekitar.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Komunikasi menjadi tali penghubung dalam hubungan antar manusia. Dalam berkomunikasi, dibutuhkan suatu elemen dasar dalam penerapannya, yaitu bahasa. Komunikasi ditujukan untuk menyampaikan suatu informasi dari informan kepada penerima dan bahasa menjadi media dalam penyampaian informasi tersebut. Secara garis besar elemen bahasa terdiri dari dua macam, yakni elemen bentuk dan elemen makna, atau untuk ringkasnya disebut makna. Bentuk adalah elemen fisik tuturan. Bentuk dari tataran terendah sampai dengan tertinggi diwujudkan dengan bunyi, suku kata, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana (Kridalaksana, 1993: 321). Bentuk-bentuk kebahasaan yang berwujud bunyi, suku kata, morfem (pada umumnya), kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana adalah unsur-unsur kebahasaan yang dapat dipisah-pisahkan atau disegmentasikan, sehingga disebut juga dengan unsur segmental. Selain unsur segmental, terdapat pula bentukbentuk kebahasaan yang perwujudannya diiringi dengan unsur-unsur yang tidak dapat dibagi-bagi. Unsur tersebut disebut dengan unsur suprasegmental. Unsurunsur suprasegmental ini terdiri atas keras lemahnya suara (tekanan), tinggi rendahnya suara (nada), panjang pendeknya ucapan (durasi), dan jarak waktu pengucapan (jeda). Variasi unsur suprasegmental di dalam tuturan seseorang 1

2 disebut intonasi. Di dalam bahasa tulis, unsur-unsur suprasegmental digambarkan dengan tanda baca, seperti koma (,), titik (.), tanda tanya (?), tanda seru (!), titik koma (;), dan sebagainya (Wijana 2011: 2). Selain elemen bentuk, ada pula elemen makna. Ada tiga hal yang dicoba jelaskan oleh para filsuf dan linguis sehubungan dengan usaha menjelaskan istilah makna. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata makna diartikan: (i) arti: ia memperhatikan makna setiap kata yang terdapat dalam tulisan kuno itu, (ii) maksud pembicara atau penulis, (iii) pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. (Depdikbud, via Pateda, 2001: 82). Dalam era globalisasi ini, bukan tidak mungkin kita mempelajari maupun mengerti bahasa lain secara luas. Bukan tidak mungkin pula membaca atau menikmati hasil karya sastra seperti novel, buku, maupun seri ensiklopedia dari bahasa lain. Akan tetapi, tidak semua orang mampu mengerti bahasa asing secara mendalam. Oleh karena itu lah penerjemahan memiliki posisi penting dalam hal ini. Pada dasarnya terjemahan adalah perubahan bentuk. Ketika kita berbicara tentang bentuk bahasa, kita mengacu pada kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf yang diucapkan atau dituliskan. Dalam proses penerjemahan bentuk dari bahasa sumber digantikan oleh bentuk bahasa sasaran (Larson, 1984: 3). Dalam hal ini, penerjemah mungkin saja melakukan teknik pengubahan bentuk, baik penambahan ataupun pengurangan bentuk teks asli ke bahasa teks sasaran agar maksud dan makna dari teks asli dapat tersampaikan dengan baik kepada pembaca.

3 Oleh karena itu proses penerjemahan akan sangat berkaitan erat dengan bentuk dan makna dari suatu bahasa. Menerjemahkan merupakan kegiatan mengalihkan makna yang terdapat dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, kemudian mewujudkannya kembali ke dalam bahasa sasaran dengan bentuk sewajar mungkin menurut aturan yang berlaku pada bahasa sasaran (Cahyono Aji, 2004: 9). Perbandingan teks-teks dalam bahasa yang berbeda pasti melibatkan teori kesepadanan. Kesepadanan dikatakan sebagai tujuan utama dalam terjemahan. Catford (via Cahyono Aji, 2004: 2) mengemukakan bahwa masalah utama dalam penerjemahan adalah bagaimana menentukan padanan terjemahan di dalam bahasa sasaran. Demikian pula Barnstone (via Nababan,1993: 93) yang bependapat bahwa masalah kesepadanan merupakan bagian inti dari teori penerjemahan karena praktik penerjemahan selalu melibatkan pencarian padanan. Sedikitnya jumlah penelitian-penelitian mengenai terjemahan yang kemudian mendorong untuk melakukan penelitian terjemahan berdasarkan teoriteori terjemahan yang sudah ada. Tentu saja kemampuan penguasaan bahasa sumber maupun bahasa sasaran digunakan sebagai modal awal dalam melakukan proses penerjemahan. Penelitian ini mengarah kepada penelitian antarbahasa, yaitu proses penerjemahan dari teks bahasa Korea sebagai Bahasa Sumber (bsu) ke bahasa Indonesia sebagai Bahasa Sasaran (bsa). Dengan melihat proses tersebut, akan diketahui proses pemadanan leksikal maupun gramatikal. Komik seri ensiklopedia bergambar berjudul Why? Uju Why? The Universe Alam

4 Semesta yang ditulis oleh Lee Kwang Woong, digunakan sebagai bahan penelitian dalam penelitian ini. Permasalahan yang muncul pada penerjemahan teks komik ensiklopedia Why? Uju Why? The Universe Alam Semesta ini adalah upaya pemadanan leksikal, seperti contoh pada kalimat berikut ini : 1) 미확인비행물체 (UFO) (Mihwak-in bihaeng mulchae) 미확인 비행 물체 Tak dikenal pesawat benda Pada contoh di atas terdapat leksem 비행 (bihaeng) yang bermakna pesawat, jika diartikan akan menjadi pesawat terbang tak dikenal, tetapi akhirnya digunakan kata piring terbang untuk merefleksikan arti dari pesawat terbang tak dikenal. Budaya bahasa dan kebiasaan penyebutan dalam bahasa sasaran digunakan dalam proses penerjemahan ini. Permasalahan lain yang timbul akan lebih beragam jika dalam teks terdapat bentuk penerjemahan frasa, kalimat bentuk jamak dan lain-lain. Pada tahun 2009, komik Why? Uju Why? The Universe Alam Semesta diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Yuliawati Dwi Widyaningrum dan diterbitkan oleh PT. Elex Media Komputindo. Tidak semua kata dalam bahasa Korea dapat diterjemahkan secara literal ke dalam bahasa Indonesia, sehingga

5 penerjemah perlu mencari padanan kata yang tepat sehingga informasi yang sampai ke pembaca sesuai dengan teks pada edisi bahasa Korea. Dipilihnya teks komik Why? Uju Why? The Universe Alam Semesta ini dikarenakan teks tersebut memiliki kalimat-kalimat sederhana yang sesuai dengan kemampuan penerjemahan dalam upaya penentuan kesepadanan leksikal. Selain itu, belum ada penelitian yang dilakukan terhadap komik berbentuk ensiklopedia pengetahuan anak. Di Indonesia sendiri masih sedikit bentuk buku ensiklopedia pengetahuan bagi anak dengan bentuk dan gambar yang menarik seperti komik Why? Uju Why? The Universe Alam Semesta ini. 1.2 Rumusan Masalah Apa faktor penentu kesepadanan leksikal pada teks yang terdapat pada komik Why? Uju Why? The Universe Alam Semesta? Bagaimana cara menentukan kesepadanan leksikal pada teks yang terdapat pada komik Why? Uju Why? The Universe Alam Semesta? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan faktor-faktor yang dapat menentukan kesepadanan leksikal dalam komik Why? Uju Why? The Universe Alam Semesta, selain itu terdapat manfaat teoritis dan praktis dalam penelitian ini. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam bidang ilmu linguistik khususnya semantik, serta menambah pembahasan tentang studi kesepadanan khususnya kesepadanan leksikal. Secara praktis, penelitian ini

6 diharapkan dapat menambah pengetahuan khalayak umum mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesepadanan kata, terutama kata sifat. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Analisis yang akan dibahas hanya akan dibatasi pada kesepadanan leksikal khususnya kata sifat dalam chapter atau bab mengenai planet-planet. Planet tersebut adalah Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Adanya pembatasan ini dikarenakan jika terlalu banyak sumber yang akan diteliti ditakutkan menyebabkan penyimpangan-penyimpangan penelitian. Selanjutnya kesalahan-kesalahan yang terjadi pada proses penerjemahan juga tidak akan menjadi fokus penelitian dalam analisis ini. 1.5 Kajian Pustaka dan Kajian Studi Penelitian yang telah dilakukan dan sejenis dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan Faizah dalam skripsinya yang berjudul Ekivalensi Leksikal dan Gramatikal Teks Bilingual Bambi s Game. Fokus penelitiannya adalah mengkaji hasil terjemahan dengan membandingkan antara teks sumber dengan teks sasaran, sehingga diketahui faktor penentu kesepadanan leksikal maupun gramatikal. Faizah juga menjelaskan proses penerjemahan dalam teks tersebut yang terdiri dari terjemahan dengan teknik penambahan, pengurangan, adaptasi leksikal, peresiduan, dan penyesuaian gramatikal. Dwi Cahyono Aji pun melakukan penelitian yang hampir sama dengan penelitian ini. Penelitiannya yang berjudul Penerjemahan Teks Cerita Dean s

7 Story Analisis Ekivalensi Leksikal dan Gramatikal berisi tentang penentuan ekivalensi leksikal, ekivalensi gramatikal, strategi penerjemahan dan pergeseran dalam penerjemahan, baik pergeseran bentuk maupun makna sehingga diketahui faktor kesepadanan, dilihat dari koteks, konteks, makna figuratif, pergeseran makna dalam teks, dan masih banyak lagi. Novahana Sumaryono dalam penelitiannya yang berjudul Bentuk Ekuivalensi Leksikal dalam Komik Seuwiteu Resipi Swewt Recipe meneliti mengenai masalah kesepadanan leksikal. Dalam penelitian tersebut faktor-faktor yang mempengaruhi kesepadanan leksikal adalah adanya koteks, konteks, semantik leksikal, kolokasi dan hubungan makna pada unit-unit leksikal. J.C Catford dalam bukunya yang berjudul A Linguistic Theory of Translation menegaskan bahwa kesepadanan merupakan tujuan pokok dari suatu penerjemahan. Catford juga menjelaskan bahwa kesepadanan menjadi akhir dari tujuan suatu penerjemahan dan pengabaian kesepadanan dapat mengakibatkan adanya pergeseran makna atau bahkan penyimpangan makna. M.A.K Halliday & Ruqaiya Hasan dalam bukunya yang terbit pada tahun 1976 dengan judul Cohesion in English, menjelaskan tentang kohesi baik pada tataran leksikal maupun gramatikal. Kohesi leksikal terdiri atas sinonimi, repetisi dan kolokasi, sedangkan Halliday & Hasan membagi kohesi gramatikal menjadi 4 jenis, yaitu referensi, ellipsis, konjungsi dan substitusi. Dalam bukunya yang berjudul Semantik Leksikal, Mansoer Pateda menjelaskan makna-makna dalam kata dan jenis makna. Makna amat erat

8 kaitannya dengan kesepadanan karena pencarian kesepadanan baik kata maupun struktur gramatikal berhubungan dengan maksud atau makna yang akan disampaikan. Mildred L. Larson, dalam bukunya yang berjudul Meaning-based Translation: A Guide to Cross-language Equivalence, menjelaskan bahwa terjemahan terbaik adalah yang menggunakan bentuk bahasa normal dari bahasa sasaran, memiliki makna yang sama, yang dipahami oleh pembicara (penulis) dari bahasa sumber, dan mempertahankan dinamika teks bahasa sumber asli. I Dewa Putu Sujana dan Muhammad Rohmadi. dalam bukunya yang berjudul Semantik: Teori dan Analisis, menjelaskan berbagai elemen kebahasaan dan bentuk bahasa yang terdiri dari unsur-unsur yang membangunnya. Dalam buku terbitan Yuma Pustaka pada tahun 2008 tersebut diuraikan pula jenis-jenis makna yang dilihat dari sudut pandang berbeda-beda dan perubahannya, seperti perubahan makna yang meluas, menyempit, membaik, serta memburuk. George Yule, dalam bukunya yang berjudul Pragmatik, menjelaskan mengenai makna-makna yang diucapkan oleh penutur dan ditafsirkan oleh para pendengar. Dalam buku terbitan tahun 2006 tersebut dijelaskan pula tipe studi tentang maksud penutur dengan melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan oleh orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang diucapkan. Roger T. Bell menjelaskan bahwa makna kata dapat dibedakan pada kehadiran masing-masing penjelasnya, yaitu koteks dan konteks. Dalam bukunya

9 yang berjudul Translation and Translating: Theory and Practice, Bell menjelaskan tanpa adanya koteks dan konteks, interpretasi yang dimaksudkan penulis/penutur dapat ditangkap berbeda oleh pembaca/pendengar karena adanya perbedaan pengalaman yang dirasakan masing-masing pihak. M. Rudolf Nababan menjelaskan pentingnya teori kesepadanan pada suatu penerjemahan dalam bukunya yang berjudul Teori Menerjemah Bahasa Inggris. Berbeda dengan Catford, Nababan membedakan sendiri tipe kesepadanan menurut tataran katanya. Oleh karena itu, penggunaan informasi dalam buku ini hanya dibatasi pada teori yang dikemukakan. 1.6 Landasan Teori Catford merupakan seorang tokoh penting dalam studi terjemahan. Menurut pendapatnya, ekivalensi atau kesepadanan merupakan konsep kunci dan masalah inti penerjemahan. Catford (via Cahyono Aji, 2004: 10) mengemukakan bahwa istilah kunci dan inti permasalahan dalam terjemahan adalah kesepadanan. Lebih jauh, Catford membagi dua macam kesepadanan menjadi dua, yaitu kesepadanan leksikal dan kesepadanan gramatikal. Penelitian ini menekankan pada ekivalensi leksikal, oleh karena itu pembahasan mengenai ekivalensi atau kesepadanan gramatikal tidak akan dijelaskan lebih lanjut. Ekivalensi (kesepadanan) leksikal adalah proses kesepadanan dengan mengikuti proses infleksi atau derivasi bsu ke bsa. Dalam suatu pencarian kesepadanan makna, seringkali ditemukan kesulitan sebagai akibat seringnya ditemukan sebuah kata yang memiliki makna beragam atau lebih dari satu. Oleh

10 karena itu, ada 2 hal yang tidak dapat dipisahkan dari pencarian suatu padanan, yaitu koteks dan konteks. Koteks merupakan suatu bagian linguistik dengan menggunakan ungkapan yang dipakai sebagai acuannya. Koteks merujuk pada hubungan antar satuan kata atau bahasa, satuan kata atau bahasa tersebut dapat mengikuti maupun mendahului satuan yang lain. Satuan bahasa yang mendahului teks disebut prakoteks, sedangkan satuan kebahasaan yang mengikuti suatu teks disebut pascakoteks. Koteks merupakan suatu unsur internal teks dan menghubungkan semua unsur antarsatuan teks. Selain koteks, terdapat pula konteks, atau lingkungan fisik. Konteks lebih mudah dikenali karena memiliki pengaruh kuat tentang bagaimana ungkapan pengacuan tersebut seharusnya diinterpretasikan (Yule, 1996:36). Konteks bersifat nonlinguistik dan berada di luar teks. Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti dalam partisipan bahasa, situasi teks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan dan lain sebagainya. Bell menjelaskan bahwa teks tanpa konteks akan memberi bahaya pada penjelasan yang tidak alamiah pada teks tersebut (1991: 83). Koteks dan konteks inilah yang perlu diperhatikan dalam menentukan makna yang sepadan (Cahyono Aji, 2004: 20). Catford berpendapat bahwa Equivalence probability are, in fact, constantly affected by contextual and co-textual factor, ekivalensi secara konstan dipengaruhi oleh faktor kontekstual dan kotekstual (1965: 31). Berikut sebagai contoh : 2) Table (..?..) table manner (etika makan), rounded table (meja bundar), table of contents (daftar isi)

11 Dari contoh-contoh di atas, terlihat bahwa table memilliki padanan leksikal yang berbeda-beda, perbedaan tersebut dikarenakan adanya faktor prakoteks dan pascakoteks. Satuan kebahasaan yang mendahului teks disebut prakoteks dan satuan kebahasaan yang mengikuti suatu teks disebut dengan pascakoteks. Dalam kata table manner, penerjemahan kata table yang seharusnya dapat diartikan menjadi meja berubah menjadi kata makan. Hal ini disebabkan adanya pascakoteks manner yang bermakna etika. Kata etika akan menjadi tidak sepadan apabila digabungkan dengan kata meja dan menjadi etika meja. Begitu pula halnya dengan penerjemahan kata table dalam table of contents. Table of contents merupakan penerjemahan dari daftar isi, hal ini disebabkan oleh adanya pascakoteks (of) contents. Dikarenakan adanya pascakoteks tersebut, kata table dalam table of contents tidak dapat diartikan menjadi meja. Lain halnya dalam rounded table, pengaruh prakoteks rounded atau bundar dapat menjelaskan kata table sebagai sebuah meja. Koteks merupakan suatu unsur internal teks dan menghubungkan semua unsur antar satuan teks. Seperti yang dituliskan di atas, penyepadanan makna tidak hanya dipengaruhi oleh koteks, tetapi juga oleh konteks kalimat. Makna kontekstual memiliki makna situasional (situasional meaning) yang muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dan konteks (Pateda, 2001 : 117). Pateda membagi konteks tersebut seperti di bawah ini :

12 a. Konteks orangan, memaksa pembicara untuk mencari kata-kata yang maknanya dipahami oleh kawan bicara sesuai dengan jenis kelamin, latar belakang sosial ekonomi, latar belakang pendidikan. b. Konteks situasi, memaksa pembicara mencari kata yang maknanya berkaitan dengan situasi yang sedang terjadi. c. Konteks tempat, misalnya di pasar, di sekolah, semuanya akan mempengaruhi kata yang digunakan atau turut mempengaruhi makna kata yang digunakan, misalnya makna yang berhubungan dengan informasi. d. Konteks formal/tidaknya pembicaraan, memaksa orang harus mencari kata yang bermakna sesuai dengan keformalan/tidaknya pembicaraan. e. Konteks suasana hati pembicara/pendengar, suasana hati pembicara/pendengar akan mempengaruhi kata yang berakibat pula pada makna. Contoh yang dapat diketahui adalah semisal suasana hati pembicara sedang jengkel, maka dimungkinkan munculnya kata kasar dalam percakapan tersebut. f. Konteks waktu, konteks ini dapat muncul semisal waktu akan tidur, atau waktu saat-saat orang akan bersantap. Jika seseorang bertamu pada waktu seseorang akan beristirahat, maka orang diajak bicara akan merasa kesal.

13 g. Konteks tujuan, memaksa orang untuk mencari kata yang sesuai dengan tujuan diucapkannya kata tersebut, seperti contoh apabila memiliki tujuan meminta, maka orang akan mencari kata-kata yang maknanya meminta. h. Konteks objek, yang mengacu kepada fokus pembicaraan akan turut mempengaruhi makna kata yang digunakan. i. Konteks kelengkapan alat bicara/dengar, kelengakapan alat bicara/dengar akan turut mempengaruhi makna kata yang digunakan. j. Konteks kebahasaan, maksudnya hal-hal yang berhubungan dengan kaidah bahasa yang bersangkutan akan turut mempengaruhi makna. 1.7 Metode Penelitian Secara umum Sudaryanto (via Aji 2004: 14) menunjukkan jalan dan rambu-rambu ke arah pemecahan masalah dalam penelitian linguistik, yaitu tahap penyediaan data, tahap penganalisisan data, dan tahap penyajian hasil analisis. Pada tahapan pertama, pengumpulan data dilakukan dengan metode menyimak dan kemudian mencatat kata-kata sifat yang terdapat dalam buku komik seri ensiklopedia bergambar berjudul Why? Uju Why? The Universe Alam Semesta. Proses selanjutnya adalah membandingkan kata-kata sifat yang telah diperoleh dengan hasil terjemahan dalam komik terjemahan Bahasa Indonesia.

14 Pembahasan yang dilakukan hanya pada bab yang membahas tentang planetplanet, yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Pembatasan penelitian dilakukan agar penelitian ini dapat terfokus pada jenis kata sifat dalam bab planet-planet tersebut. Berdasarkan metode yang digunakan, penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan data kualitatif dengan pemaparan secara deskriptif. Metode ini yang dipilih karena penelitian ini merupakan riset dengan pemaparan analisa secara deskriptif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta pada teks terjemahan yang diteliti. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Dalam hal ini analisis teks terjemahan dalam komik Why? Uju Why? The Universe Alam Semesta dengan teori ekivalensi leksikal yang menjadi indikator utama untuk mengetahui faktorfaktor penentuan masing-masing ekivalen itu sendiri. Pada tahap yang terakhir, hasil analisis data disajikan dengan menggunakan metode panyajian informal, yaitu dengan kata-kata biasa (a natural language) walaupun dengan istilah (terminology) yang bersifat teknis saja. Selain itu digunakan pula metode penyajian informal, yaitu perumusan dengan beberapa tanda dan lambing (an artificial language) (Sudaryanto, via Aji, 2004: 17).

15 1.8 Sistematika Penyajian Sistematika dalam penyusunan penelitian ini di bagi menjadi empat bab. Bab I merupakan pendahuluan, yang berisikan latar belakang masalah berisi alasan penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, kajian pustaka dan kajian studi, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II membahas analisis penerjemahan dengan metode kesepadanan leksikal dan faktor-faktor yang menentukan padanan leksikal pada komik seri ensiklopedia Why? Uju Why? The Universe Alam Semesta. Bab III berisi kesimpulan.