SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pukul 09:00 WIB untuk menanyakan kendala atau hambatan pada saat. pembelajaran Mendengarkan Pementasan Drama di dalam kelas.

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. terbatas oleh usia, ruang, dan waktu. Dalam situasi dan kondisi apapun apabila

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan ketrampilan dalam mengatasi masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

I. PENDAHULUAN. memjawab tantangan-tantangan yang terjadi dimasyarakat. Tantangan-tantangan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pelangsungan berbahasa Indonesia. Termasuk di dalam kegiatan pelangsungan berbahasa

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 1 SAMBI TAHUN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. karya sastra, baik karya sastra lama maupun karya sastra baru. Kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) universitas juga diberikan mata pelajaran bahasa Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengalaman manusia dalam bentuk adegan dan latar pada naskah drama. Dengan

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PEMENTASAN DRAMA MELALUI METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI 2 SMK NEGERI 1 BANYUDONO TAHUN 2009/ 2010

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 BAKI, SUKOHARJO) Skripsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ridha Wulan Kartika, 2014

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA DAERAH (JAWA) SMP/ MTs

SILABUS BAHASA INDONESIA KELAS VI SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN

2014 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGONVERSI TEKS ANEKDOT MENJADI NASKAH DRAMA MELALUI MODEL BERPIKIR

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pun sudah didapat para siswa sejak duduk di sekolah dasar yang dikemas. bahwa Bahasa Indonesia adalah pelajaran yang mudah, namun

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya berlangsung dalam suatu proses yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Sumardjo (Mursini 2010:17) yang mengemukakan bahwa sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari bahasa saja, tetapi juga mempelajari sastra. Menurut Lukens

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 JATIPURO KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2008/ 2009

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imam Akhmad, 2013

I. PENDAHULUAN. diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi

BAB I PENDAHULAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan utama

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan dapat tercapai. Hal itu senada dengan pendapat Sanjaya (2012) yang

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN (PAKEM) DALAM MENYIMAK PUISI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI SASTRA

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah catur- tunggal. Keempat keterampilan tersebut yaitu : keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah dulce at utile. Menyenangkan dapat dikaitkan dengan aspek hiburan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizka Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa mencakup empat aspek keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan terutama pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk karya yang bereaksi langsung secara kongkret (Hasanuddin, 2009:1).

BAB V PENGGUNAAN PUISI KARYA ANAK USIA 7-11 TAHUN SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

TEKNIK BERMAIN PERAN DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN (Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas X SMA)

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI VIDEO SEBUAH OBJEK PADA SISWA KELAS X TSM 1 SMK MUHAMMADIYAH 1 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2012/2013

KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 7 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI OLEH HINDUN RRA1B114025

BAB I PENDAHULUAN. Drama merupakan gambaran kehidupan sosial dan budaya masyarakat

berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

GURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Penggunaan

Tabel 1 LATAR AKADEMIS RESPONDEN (GURU BI SMU DI DKI DAN JABAR)

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

BAB I PENDAHULUAN. 1991: 3 dalam Sobariah, 2008: 2). Hal ini bisa disebabkan oleh kekeliruan

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI KELAS X SMA NEGERI 1 JATISRONO, KABUPATEN WONOGIRI: BAHAN AJAR, METODE, MEDIA PEMBELAJARAN, DAN RESPON SISWA

SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan. Oleh: L A S M I N I A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa. atau kaidah kebahasaan. Selain itu, Mahsun (2014:97) berpendapat:

Oleh: Puji Watmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra di dunia pendidikan kita bukanlah sesuatu yang populer. Sastra dalam

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nikke Permata Indah, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa

BAB 1 PENDAHULUAN. lisan, sedangkan membaca dan menulis terjadi dalam komunikasi secara tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. menyerap informasi dari guru, tetapi juga melibatkan berbagai kegiatan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu program pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu: keterampilan

UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MENJELANG LEBARAN, MBOK JAH, DAN DRS CITRAKSI DAN DRS CITRAKSA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DENGAN MEDIA SURAT KABAR PADA SISWA KELAS X 5 SMA NEGERI 2 PATI TESIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.

ABSTRAK. meningkatkan mutu pembelajaran. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar 34

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran berbahasa mempunyai peranan yang sangat penting, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan ketat sejak di Hollandsch Inlandsche Scholl (HIS) dan Meer

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kreativitas bangsa itu sendiri dan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

Transkripsi:

PENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN UNSUR INSTRINSIK DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI TAHUN AJARAN 2008/ 2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Oleh ROMI SUSILO AJI A 310 050 144 PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru sangat berperan penting dalam pembelajaran di kelas karena tugas guru adalah mendidik dan mengajarkan berbagai pengetahuan, sikap, serta keterampilan kepada siswa seperti yang diinginkan orang tua. Guru juga harus memberikan contoh yang baik kepada siswanya dalam segala hal. Oleh karena itu, guru harus mempunyai pengalaman, pendidikan, keterampilan yang lebih dibandingkan dengan muridnya. Guru dalam mengajarkan sastra tidak hanya untuk mengenal, memahami, serta menghafalkan definisi sastra, sejarah sastra, gaya bahasa dalam karya sastra, judul karya sastra, nama pengarang, ataupun angkatan dalam karya sastra saja, melainkan untuk menumbuhkembangkan akal budi siswa melalui kegiatan pengalaman bersastra yang berupa apresiasi sastra, ekspresi sastra dan telaah sastra sehingga tumbuh suatu kemampuan untuk menghargai sastra sebagai suatu yang bermakna bagi kehidupan (Yulianti, 2006: 1). Tujuan pengajaran sastra bukanlah membuat para siswa menjadi pujangga atau sastrawan, melainkan memberikan pengertian pokok untuk menghargai sastra. Dengan kata lain, pengajaran sastra di sekolah sama sekali tidak bertujuan untuk mendidik calon-calon sastrawan, melainkan merupakan pendidikan apresiasi, pendidikan untuk mengajak para siswa mempunyai 2

minat, penghargaan, rasa cinta, dan sedikit banyak mempunyai selera yang baik tentang sastra. Berdasarkan tujuan itu, idealnya siswa SMA diharapkan mampu bersastra Ayip Rosidi (dalam Saptawuryandari 2008: 4). Di dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) kelas XI SMA, pembelajaran apresiasi drama diajarkan dalam tiga standar kompetensi yang meliputi aspek berbicara, menulis, dan mendengarkan. Pada aspek mendengarkan kompetensi dasarnya adalah mengidentifikasi penokohan, dialog, dan latar dalam pementasan drama. Pada aspek ini digunakan dasar sebagai penelitian mengenai peningkatan pemahaman unsur instrinsik drama dan keaktifan siswa pada saat pembelajaran drama sedangkan aspek berbicara dan menulis kompetensi dasarnya tidak sesuai dengan permasalahan dalam penelitian. Di SMA Negeri 1 Tawangsari, pembelajaran sastra masih ada hambatan, yaitu alokasi waktu pembelajaran yang terbatas sehingga guru terkadang menukar jadwal yang seharusnya materi Bahasa Indonesia digunakan untuk Sastra Indonesia, tempat untuk mementaskan yang kurang memenuhi syarat (apabila dilaksanakan di dalam kelas akan sangat menggangu kelas yang lain), media pembelajaran kurang maksimal karena sebenarnya siswa menginginkan menonton rekaman drama akan tetapi guru hanya menyediakan buku atau naskah drama. Hal ini disampaikan oleh Ibu Ita Retnowati selaku guru Bahasa dan Sastra Indonesia kelas XI SMA Negeri I Tawangsari pada saat wawancara sebelum melakukan penelitian yaitu pada 3

hari Rabu, tanggal 18 Maret 2009 pukul 10:00 WIB untuk menanyakan kendala atau hambatan pada saat pembelajaran drama di dalam kelas. Di sekolah-sekolah pembelajaran drama merupakan pembelajaran sastra yang paling tidak diminati oleh banyak siswa. Menurut Yus Rusyana (dalam Waluyo 2002: 154) bahwa minat siswa dalam membaca karya sastra yang terbanyak adalah prosa, menyusul puisi baru kemudian drama. Perbandingannya adalah 6: 3: 1. Hal ini disebabkan menghayati naskah drama yang berwujud dialog itu cukup sulit dan harus tekun. Penghayatan naskah drama lebih sulit daripada penghayatan naskah prosa dan puisi. Rendahnya minat siswa untuk mempelajari drama tidak hanya dipengaruhi oleh bentuk drama yang berupa dialog sehingga untuk mempelajarinya diperlukan suatu ketelitian lebih. Faktor lain yang mempengaruhi minat siswa untuk mempelajari drama di antaranya adalah karena metode mengajar yang digunakan oleh guru masih sangat monoton sehingga siswa merasa bosan dan tidak tertarik untuk mengikuti pembelajaran drama (Yulianti, 2006: 2). Bahan ajar apresiasi drama yang menggunakan naskah dan buku pendamping dari sekolah biasanya sulit dipahami dan membuat siswa jenuh. Biasanya guru hanya mengajarkan masalah pengertian drama dan unsur-unsur penyusun drama sehingga siswa kurang memiliki pengetahuan yang lengkap mengenai apresiasi drama dan mengenai drama serta isinya (Yulianti, 2006: 2). 4

Hal lain yang menyebabkan tingkat kemampuan apresiasi drama siswa rendah adalah guru mengalami kesulitan dalam mengajarkan apresiasi drama secara apresiatif karena alokasi waktu pembelajaran yang terbatas hanya dua kali pertemuan dan setiap pertemuan dua jam pelajaran sehingga untuk dapat mencapai pembelajaran yang apresiatif kurang maksimal. Selama guru hanya menggunakan metode ceramah untuk mengajarkan apresiasi drama pada siswa metode tersebut dirasakan kurang efektif karena guru hanya menjelaskan halhal yang umum saja dan sifatnya hanya teori sehingga siswa kurang paham mengenai apresiasi drama. Drama dapat mengantarkan siswa kepada kedewasaannya, dengan melatih siswa mengalami berbagai macam pengalaman hidup manusia dalam naskah yang dibawakan. Dengan mementaskan drama atau membaca naskah drama siswa dapat mengerti manusia lain lebih nyata karena setiap naskah yang dibaca membutuhkan pengahayatan agar maksud dan tujuan dari naskah dapat diperoleh. Seorang guru drama hendaknya mampu memperkenalkan drama kepada siswa, kemudian membimbing siswa mengapresiasi drama, membuat mereka dapat menyenangi, menggemari dan menjadikan drama sebagai salah satu bagian yang menyenangkan dalam kehidupan mereka (Waluyo, 2002: 155). Dalam membina dan mengembangkan apresiasi drama murid dan guru harus dilengkapi dengan bahan yang serasi untuk kelompok-kelompok yang diajarkan dan menguasai teknik dan bahan jika diperlukan (Waluyo, 2002: 196). Oleh karena itu, guru hendaknya dapat memilih media yang sekiranya 5

menarik perhatian siswa dan dapat membantu siswa memahami isi drama itu sehingga dapat mempermudah siswa dalam mempelajari drama. Dengan teknologi yang semakin modern seperti sekarang ini, pembelajaran apresiasi dapat dilakukan melalui radio, televisi, video, ataupun internet (Yulianti, 2006: 3). Dalam hal ini, peneliti menggunakan media audiovisual, yaitu video pementasan drama yang dirasa dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan pengalaman belajar yang sungguh menyenangkan dan mungkin membawa kesan yang tak terlupakan bagi siswa maupun guru tersebut. Dengan media audiovisual siswa diharapkan dapat melihat secara langsung gambaran tokoh, gerak, dialog, dan keadaan yang ada karena divisualisasikan melalui gambar bergerak. Dalam penelitian ini, siswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami unsur instrinsik drama yang ditayangkan tersebut. Untuk mengetahui kemampuan pemahaman unsur-unsur instrinsik drama pada siswa, perlu diadakan penelitian mengenai hal tersebut. Dipilihnya media audiovisual dikarenakan lebih efektif dalam pembelajaran drama dan menurut petunjuk guru siswa lebih tertarik dalam pembelajaran dan hal tersebut belum pernah dilakukan oleh guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sebelumnya. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Kemampuan Pemahaman 6

Unsur Instrinsik Drama dengan Menggunakan Media Audiovisual pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Tahun Ajaran 2008/ 2009. B. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji lebih mendalam. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran dan kemampuan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari tahun ajaran 2008/ 2009 dalam menemukan unsur instrinsik drama dengan menggunakan media audiovisual. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, permasalahan umum yang akan dicari jawabannya melalui penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimana media audiovisual dapat meningkatkan kemampuan memahami unsur instrinsik drama pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari. 2. Bagaimana media audiovisual dapat meningkatkan keaktifan belajar memahami unsur instrinsik drama pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari. 7

D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. mendeskripsikan peningkatkan kemampuan memahami unsur instrinsik drama dengan menggunakan media audiovisual pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari. 2. mendeskripsikan peningkatkan keaktifan pembelajaran apresiasi drama dengan menggunakan media audiovisual pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari. E. Manfaat Penelitian Pada dasarnya penelitian ini diharapkan dapat berhasil dengan baik, yaitu dapat mencapai tujuan penelitian secara maksimal, menghasilkan laporan yang sistematis. Adapun manfaat yang diambil dari penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut. 1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk memantau sejauh mana peningkatan kemampuan yang dimiliki siswa dalam menganalisis unsur instrinsik drama. 2. Siswa dapat mengetahui sejauh mana kemampuan yang dimiliki dalam menganalisis unsur instrinsik drama dengan menggunakan media audiovisual dan memberi siswa pengalaman belajar yang yang lebih baik. 3. Bagi peneliti lain dapat digunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut terhadap penelitian tentang apresiasi drama. 8

F. Sistematika Penulisan Bab I: Pendahuluan yang isinya meliputi latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II: Landasan Teori yang isinya meliputi penelitian terdahulu, kerangka pemikiran meliputi pengertian karya sastra, pengertian drama, unsur drama, hakekat pembelajaran apresiasi drama, hakekat media pembelajaran, hakekat media audiovisual, urutan berpikir. Bab III: Bentuk dan strategi penelitian, setting penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, validitas data, teknik analisis data, prosedur penelitian, indikator penelitian, metode penyajian hasil. Bab IV: Hasil dan Pembahasan merupakan hasil penelitian tentang peningkatan kemampuan dan keaktifan pemahaman unsur instrinsik drama dengan menggunakan media audiovisual pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari. Bab V: Penutup merupakan bab terakhir yang memuat kesimpulan dan saran. 9