BAB 1 PENDAHULUAN. merah atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal. umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk pria, anemia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Negara maju maupun berkembang. Padahal besi merupakan suatu unsur

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. seksualnya sesuai dengan keinginan dan orientasi seksual yang dimilikinya (Lis Susanti,

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) ambang menurut umur dan jenis kelamin (WHO, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. populasi penduduk telah terjadi di seluruh dunia. Proporsi penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologik, dan perubahan sosial (Mansur, 2009). Pada remaja putri, pubertas

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia merupakan keadaan berkurangnya kemampuan darah

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting. dalam menentukan derajat kesehatan masyatakat.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KUESIONER PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. partus lama karena inertia uteri, perdarahan post partum karena atonia. uteri, syok, infeksi (baik intrapartum atau post partum).

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. merah (eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. D DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI : ANEMIA DEFISIENSI BESI DI RUANG MELATI I RSUD dr. MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. generasi sebelumnya di negara ini. Masa remaja adalah masa peralihan usia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. usia subur. Perdarahan menstruasi adalah pemicu paling umum. kekurangan zat besi yang dialami wanita.meski keluarnya darah saat

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB I PENDAHULUAN. selulosa, insiden ini mencapai puncak pada usia tahun (Lilik, 2011).

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Masalah kesehatan yang dihadapi negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. melalui alat indra (Lukaningsih, 2010: 37). Dengan persepsi ibu hamil dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan periode ini penting dalam hal reproduksi. Pada wanita, menstruasi terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. pada ibu hamil disebut potensial danger to mother and child (potensial

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Malaysia

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

menunjukkan 19,7% diderita oleh perempuan dewasa perkotaan, 13,1% lakilaki dewasa, dan 9,8% anak-anak. Anemia pada perempuan masih banyak ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. makanan pada masa itu menjadi penyebab utama munculnya masalah gizi remaja

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi. penerus bangsa yang potensinya perlu terus dibina dan dikembangkan.

BAB I PENDAHULUAN. hamil. Anemia pada ibu hamil yang disebut Potensial danger of mother and. intra partum maupun post partum (Manuaba, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas SDM yang dapat mempengaruhi peningkatan angka kematian. sekolah dan produktivitas adalah anemia defisiensi besi

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap

BAB I PENDAHULUAN. vitamin B12, yang kesemuanya berasal pada asupan yang tidak adekuat. Dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Proposal

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan merupakan masa yang dihitung sejak Hari Pertama

BAB I PENDAHULUAN. hemoglobin dalam sirkulasi darah. Anemia juga dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok yang paling rawan dalam berbagai aspek, salah satunya terhadap

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan kehamilan yang dapat menyebabkan kematian (Dinana,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia adalah suatu kondisi medis di mana suatu jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk pria, anemia biasanya di definisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 13,5 gr% dan pada wanita sebagai hemoglobin kurang dari 12,0 gr%. Definisi ini mungkin sedikit berbeda tergantung pada sumber dan referensi laboratorium yang digunakan (Proverawati Atikah, 2011). Pada hakikatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu: masa anak, masa dewasa, dan masa tua. Dimana pada masa tua itu mengalami kemunduran fisik maupun psikis. Salah satu penyakit yang paling sering di derita lansia adalah anemia yang merupakan kelainan hematologi. Prevelensinya meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Ada pendapat yang mengatakan bahwa menurunya hemoglobin pada lansia merupakan konsekuensi normal dari pertambahan usia. Prevelensinya anemia pada lansia meningkat secara signifikan sekitar 8-44% setelah usia 85 tahun dan insidennya pada pria yaitu 27-40% dan wanita 16-22% sebelum usia 55 tahun, tetapi setelah usia 55 tahun anemia lebih sering dijumpai pada pria (Purwonginangsih,2013). Penyebab anemia yang paling sering pada lansia yaitu penyakit kronik dan defisiensi besi. Dengan pertambahan usia, fungsi fisiologis tubuh mengalami kemunduran, apalagi jika gaya hidup dan kebiasaan makan di masa muda kurang baik. 1

2 Meskipun anemia dapat disebabkan berbagai sebab berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, namun diketahui bahwa sebagaian besar anemia di Indonesia terjadi karena kekurangan zat besi yang merupakan mineral pembentuk hemoglobin (Fatimah, 2010). Indonesia tergolong Negara dengan struktur penduduk lanjut usia (aging structured populasion), karena jumlah penduduk kelompok lanjut usia di Indonesia tahun 2000 adalah 14.439.967 dari jumlah penduduk Indonesia. Jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2006 sebesar kurang lebih dari 19.000.000 jiwa, dengan usia harapan hidup 66,2 %. Dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 23.992.553 jiwa (9,77%) sementara pada tahun 2011 jumlah lansia sebesar 20.000.000 jiwa (9.51%), dengan usia harapan hidup 67,4 % dan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28.800.00 jiwa (11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1% (Depkes, 2012). Rata-rata usia harapan hidup di Negara-negara kawasan asia tenggara adalah 70 tahun, sedangkan usia harapan hidup di Indonesia sendiri termasuk cukup tinggi yaitu 71 tahun, berdasarkan Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2011. (WHO, 2012). Secara umum jumlah penduduk lansia di Provinsi Jawa Timur sebanyak 3.897.034 orang atau 10,46 % dari keseluruhan penduduk. Jumlah penduduk lansia perempuan 2.185.451 orang lebih banyak di banding jumlah penduduk laki-laki 1.711.583 orang, Data Statistik Lansia Jawa Timur, (2010). Terjadinya anemia di Ponorogo salah satunya didukung oleh perekonomian yang rendah sehingga kebutuhan zat besi mereka berkurang. Dari data yang diperoleh peneliti dari Kecamatan Sukorejo didapatkan usia

3 pra usila 45 - < 60 tahun laki-laki sebanyak 5292 dan wanita sebanyak 5354 dan untuk usila > 60 tahun, laki-laki sebanyak 3678 dan wanita sebanyak 4426. Dan dari Desa Gandu Kepuh didapatkan sekitar 1210 lansia yang terbagi menjadi 4 dukuh yaitu Dukuh Ngujung 490 lansia, Dukuh Sekayu 292 lansia, Dukuh Tempuran 205 lansia, Dukuh Sawahan 223 lansia. Semakin meningkatnya jumlah lansia di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo tersebut akan semakin banyak pula risiko penyakit yang akan dialami lansia dengan berbagai perubahan-perubahan fisik salah satunya kurangnya zat besi dalam asupan nutrisi untuk mencegah anemia. Dari hasil study pendahuluan 10 Responden yang dilakukan peneliti didapatkan peran keluarga yang baik dalam perawatan pemenuhan kebutuhan gizi untuk pencegahan anemia pada lansia 30% dan peran keluarga yang buruk dalam perawatan pemenuhan kebutuhan gizi untuk pencegahan anemia pada lansia 70%. Sel darah merah mempunyai fungsi yang sangat penting didalam tubuh yakni sebagai media atau alat pengantar zat besi atau oksigen. Oksigen sangat dibutuhkan tubuh untuk proses fisiologis dan biokimia pada seluruh jaringan tubuh. Pasokan oksigen dan sel darah merah yang kurang akan membuat seseorang mengalami anemia dan timbul gangguan fisiologis pada tubuh yang akan mengalami cepat lelah, sakit kepala, anoreksia, penglihatan berkunang-kunang, dan badan menjadi tidak enak karena kadar Hb nya rendah. Kompensasi yang dimiliki tubuh dengan lansia yang mengalami anemia yaitu dengan meningkatnya daya pompa jantung untuk memenuhi kebutuhan darah keseluruh tubuh dengan meningkatnya daya pompa jantung. Akibat meningkatnya kerja jantung, dan rusaknya jaringan jantung tidak

4 adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang sehingga dalam anemia berat dapat menyebabkan gagal jantung, nyeri dada, dan infark jantung (Sadikin, M. 2001). Penyebab lainnya yaitu defesiensi vitamin B 12, defesiensi asam folat, perdarahan saluran cerna dan sindroma mielodisplatik pada lansia penderita anemia berbagai penyakit lebih mudah timbul dan penyembuhan penyakit akan semakin lama. Hasil Survey Kesehatan Nasional (Surkesnas) Tahun 2001 menemukan prevalensinya penyakit tidak menular pada usia lanjut di Indonesia antara lain, anemia 46,3% (Purwonginangsih,2013). Pada individu lansia, hal tersebut merupakan kondisi yang berbahaya, karena secara alami lansia juga mengalami penurunan kemampuan fungsi organ dan metabolisme. Individu lansia yang kadar Hb nya di bawah 10 g/dl perlu mendapat perhatian lebih (Fatmah, 2010). Peran keluarga sangat dibutuhkan terutama dalam hal pemenuhan gizi untuk pencegahan anemia pada lansia. Seharusnya keluarga harus mengetahui informasi atau sumber media tentang makanan yang dapat mencegah anemia, sehingga lansia yang ada di dalam anggota keluarga bisa terhindar dari risiko anemia. Pencegahan anemia pada usia lanjut, dapat di cegah dengan pemenuhan gizi berimbang dengan memberikan makanan yang mengandung zat besi dan kecukupan Fe. Zat besi adalah makanan yang berasal dari daging hewan. Selain banyak mengandung zat besi, serapan zat besi dari sumber makanan tersebut mempunyai angka sebesar 20-30%, sedangkan kecukupan Fe dipenuhi tidak hanya dari sumber hewani tetapi juga dari non daging seperti biji-bijian,sayuran,buah (Fatmah, 2010). Tetapi itu semua tergantung dengan pendapatan atau penghasilan keluarga diketahui UMR Ponorogo yaitu

5 R P. 500.0000-R P. 940.0000 (Tomo Utomo, 2013), karena penghasilan dapat mempengaruhi kebutuhan gizi yang diperlukan dalam keluarga terutama pada lansia. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang peran keluarga lansia dalam pemenuhan gizi untuk pencegahan anaemia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut Bagaimana peran keluarga lansia dalam pemenuhan gizi untuk pencegahan anemia. 1.3 Tujuan Penelitian Mengetahui peran keluarga lansia dalam pemenuhan gizi untuk pencegahan anemia. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Bagi Institusi Universitas Muhammadiyah Ponorogo Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk bahan dalam meningkatkan mutu pendidikan keperawatan yang dapat digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan kurikukulum terutama yang berhubungan dengan mata kuliah Gerontik dan Komunitas keluarga. 2. Bagi Peneliti Sebagai sarana untuk menerapakan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah dan menambah pengalaman lebih banyak.

6 1.4.2 Manfaat Praktisi 1. Bagi Responden Memberikan pengetahuan pada keluarga tentang bagaimana peran yang baik dalam pemenuhan kebutuhan gizi untuk pencegahan anemia pada lansia. 2. Bagi Masyarakat Menambah wawasan bagi masyarakat terutama keluarga yang mempunyai anggota keluarga lansia agar memperhatikan kebutuhan gizinya utuk pencegahan anemia. 3. Bagi Iptek Dapat digunakan sebagai pedoman serta sumber pengetahuan baru tentang pemenuhan gizi untuk pencegahan anemia pada lansia. 1.5 Keaslian Penulisan Berikut penelitian yang terikat dengan pemenuhan gizi pada lansia. 1. Lia Meilianingsih, 2010 Hubungan pola makanan dengan kejadian anemia pada lansia di Kecamatan Cicendo Kota Bandung. Penelitian ini dilakukan terhadap 132 sampel yang diambil secara acak. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif dengan pendekatan cross secliaonal. Data dikumpulkan dengan menggunakan foods records selama 7 hari dan pemeriksaan Hb dengan sianmethemoglobin. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan uji chi square dan regresi logistik. Hasil penelitian ini memperlihatkan adanya hubungan yang bermakna antara kecukupan sayur, lauk, pauk, dan buah (masing-masing mempunyai nilai p= 0,000). Namun tidak ada hubungan yang bermakna

7 antara kecukupan nasi dengan kejadian anemia (p=0,137). Secara keseluruhan komponen makanan mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian anemia (p=0,014). Kelengkapan variasi jenis makanan juga mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian anemia (p=0,018). Kebiasaan minum teh dan kopi juga mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian anemia pada lansia (p=0,000). Uji statistic menu888njukkan kecukupan lauk merupakan komponen pola makan yang paling dominan terhadap kejadian anemia karena mempunyai nilai OR tertinggi, yaitu 92,334. pada penelitian ini terdapat variabel pengganggu yang mempengaruhi hubungan pola makan dengan kejadian anemia, yaitu pendakatan keluarga responden karena basil dari analisis diperoleh selisih OR>10%. 2. Endang Ristawati, 2008 Hubungan Pola Makan dengan kejadian Anemia pada remaja putri di SMK Negeri 1 Magetan. Desain penelitian adalah korelasional dengan populasi siswa remaja putri 397 siswa dan sampel 40 responden pada siswa kelas 1 SMK Negeri Magetan. Pengumpulan data menggunakan quisoner dan pemeriksaan darah. Sedangkan teknik analisa menggunakan Chi-Square dengan tingkat kebebasan 0,05. Hasil penelitian terdapat 40 responden di dapatkan pola makan baik sebanyak (62,5%) dan pola makan buruk (37,5%) sedangkan hasil pemeriksaan darah terkait dngan kejadian anemia, hasil pemeriksaan darah normal (47,5%) dan tidak normal (52,5%). Sedangkan hubungan antara keduanya di dapatkan pola makan baik hasil pemeriksaan darah normal (47,5%) pola makan baik hasil pemeriksaan darah normal (0%). Pola makan baik hasil pemeriksaan

8 darah tidak normal (15%) pola makan buruk hasil pemeriksaan darah tidak normal (37,5%). Dari uji Chi-Square di dapatkan x2 hitung 21,71 > x2 tabel 3,84 sehingga ada hubungan antara pola makan dengan kejadia anemia pada siswa remaja putrid di kelas 1 SMK Negeri 1 Magetan. Perbedaan : Dari ke dua penelitian di atas memiliki perbedaan dengan penelitian ini yaitu terletak pada metode penelitian yang digunakan dimana penelitian Endang Ristawati menggunakan metode korelasional sedangkan penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Persamaan : Dari ke dua penelitian di atas memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu metode pengumpulan data dengan kuesioner.