BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melakukan observasi awal terhadap hasil belajar siswa di kelas IV SDN 3 Tabongo

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN HASIL BELAJAR MEMBACA SURAH AN NASR. Make a Match akan riuh, tetapi sangat asik dan menyenangkan.

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi, pendidikan di Indonesia masih

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, dan memberikan fasilitas belajar yang optimal. Namun demikian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS Tinjauan Tentang Belajar dan Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pendidikan. Hal ini sesuai dengan UU No. 19 Tahun 2005 tentang

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 10 NOMOR 2 OKTOBER 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA

DENGAN MATERI PEMERINTAHAN TINGKAT PUSAT MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. mengajar berjalan dengan baik dan efektif, diperlukan usaha yang sungguhsungguh

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Dalam pasal 1

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Hakikat Hasil Belajar Sumber Daya Alam

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

BAB I PENDAHULUAN. tidak sama, oleh karena itu peserta didik harus berpartisipasi aktif secara fisik dan

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. satu upaya yang dilakukan guru dalam peningkatan kualitas pembelajaran yaitu

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB I PENDAHULUAN. baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. setelah melalui kegiatan interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

PENGGUNAAN MAKE A MATCH

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan melalui kegiatan matematika. Matematika juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian ini dari Amelliyani Salsabil, mahasiswa fakultas ilmu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian integral dari pembangunan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha masyarakat untuk memajukan peradaban dan pengetahuan. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan. Di era

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian

OLEH. : Nurdin Dunggio. Nim : : Pendidikan Ekonomi. : Meyko Panigoro, S.Pd, M.Pd ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Esthi Santi Ningtyas, Emy Wuryani Program Studi PGSD-FKIP, Universitas Kristen Satya Wacana

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memberikan peranan yang sangat besar dalam menciptakan sumber daya. bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

BAB II Kajian Pustaka

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berkwalitas, karena matematika merupakan sarana berfikir bagi siswa untuk

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yang di pahami dan di mengerti dengan benar. Ernawati (2003;8) mengemukakan

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi, pendidikan di Indonesia masih memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ARTIKEL ILMIAH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

BAB I PENDAHULUAN. memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan

PENINGKATAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas berupa pekerjaan yang harus diselesaiakan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai kata kunci untuk menguak kemajuan bangsa. Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. belajar (pengajaran) maupun penilaian pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi diartikan sebagai hasil yang dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya (kamus besar bahasa Indonesia, 2005:895). Tri Anni (2006:5) berpendapat bahwa prestasi atau hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktifitas belajar. Gagne dalam Sunarto (2009:40) menyatakan prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Gagne dalam Rifa i (2009:82) belajar merupakan perubahan kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan. Slavin dalam Rifa i (2009:82) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Traves dalam Suprijono (2009:2) mengemukakan bahwa belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. Pendapat Cronbach dalam Suprijono (2009:2) belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman. Lebih rinci pendapat Harold Spears dalam Suprijono (2009:2) bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu. Jerome Brunner dalam Melsilberman (2005:9) mengemukakan tentang sisi sosial yang lain dari belajar adalah suatu kebutuhan manusia yang dalam untuk merespon yang lain dan secara bersama-sama terlibat dalam mencapai tujuan. Belajar adalah kegiatan seumur hidup yang dilakukan dengan menyenangkan dan berhasil (De Porter 2003:8). Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa konsep tentang belajar mengandung 3 (tiga) unsur utama, yaitu: a. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku. b. Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman. c. Perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen. 6

7 Adapun pendapat Purwadarminto dalam Adinugroho (2008:767) prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan. Menurut Winkel dalam Sunarto (2009:162) prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapai. S. Nasution dalam Sunarto (2009:17) mengemukakan prestasi belajar merupakan kesempurnaan yang dicapai seorang dalam berfikir, berasa, dan berbuat. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa perstasi belajar merupakan tingkat yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam kegiatan belajar mengajar prestasi belajar dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Menurut Sunarto (2009) adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah : a. Faktot intern yaitu faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, meliputi kecerdasan, bakat, minat, dan motivasi. b. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar siswa meliputi beberapa pengalaman, keadaan keluarga, keadaan sekolah, dan lingkungan masyarakat Prinsip-prinsip penilaian prestasi belajar : a. Valid: artinya dapat mengukur pencapaian kompetensi yang ditetapkan. b. Mendidik: untuk memotivasi siswa, meningkatkan kualitas belajar agar tumbuh dan berkembang secara optimal. c. Objektif : Untuk mengukur potensi siswa yang sesungguhnya d. Transparan : terbuka bagi semua pihak e. Berkesinambungan :terencana, bertahap, dan terus menerus. f. Menyeluruh : mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik g. Bermakna : mempunyai arti bagi siswa, guru dan orang tua h. Reliabel : petunjuk pelaksanaan dan pensekoran harus jelas. i. Ketuntasan belajar : mencapai ketuntasan belajar rata-rata (Depdiknas, 2006:4)

8 2.2. Pembelajaran IPS di SD. Dalam pembelajaran IPS di SD, seorang guru IPS hendaknya menguasai perbedaan konsep-konsep esensial ilmu sosial dengan ilmu pengetahuan sosial atau studi sosial sehingga upaya membentuk subjek didik sesuai tujuan pembelajaran IPS dapat tercapai. Perbedaan antara ilmu sosial dengan ilmu pengetahuan sosial/studi sosial, antara lain terletak pada hal-hal berikut ini. Modul Kurikulum IPS SD (http://www.materi rangkuman IPS SD. net/puslata diakses tanggal 10 Oktober 2012 pukul 21.25 WIB) a) Pengertian Pengertian IPS adalah bidang studi yang mempelajari dan menelaah serta menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu, sedangkan pengertian ilmu sosial adalah semua bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat. b) Tujuan Pembelajaran Pembelajaran IPS bertujuan membentuk warga negara yang berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri di tengah-tengah kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Sedangkan ilmu sosial bertujuan menciptakan tenaga ahli pada bidang ilmu sosial. c) Pendekatannya IPS menggunakan pendekatan interdisipliner atau multi disipliner dan lintas sektoral, sedangkan ilmu sosial menggunakan pendekatan disipliner. d) Tempat Pembelajaran IPS diajarkan pada tingkat rendah sampai tingkat tinggi yaitu diajarkan mulai kelas I SD sampai Perguruan Tinggi, sedangkan ilmu sosial dipelajari dan dikembangkan pada tingkat Perguruan Tinggi. IPS sebagai pendidikan, bukan hanya semata mata membekali anak didik dengan pengetahuan yang membebani mereka, melainkan membekali mereka dengan pengetahuan sosial yang berguna dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

9 Selanjutnya pendidikan IPS juga berfungsi mengembangkan keterampilan, terutama keterampilan sosial dan keterampilan intelektual. Keterampilan sosial, yaitu keterampilan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan hidup bermasyarakat, seperti bekerja sama, bergotong royong, menolong orang lain yang memerlukan, dan melakukan tindakan secara cepat dalam memecahkan persoalan sosial di masyarakat. Sedangakan keterampilan intelektual, yaitu keterampilan berpikir, kecekatan dan kecepatan memanfaatkan pikiran, cepat tanggap dalam menghadapi permasalahan sosial di masyarakat. Hal lain dari fungsi IPS sebagai pendidikan, yaitu mengembangkan perhatian dan kepedulian sosial anak didik terhadap kehidupan di masyarakat dan bermasyarakat. Dengan pengetahuan sosial yang berguna, keterampilan sosial dan intelektual serta perhatian dan kepedulian sosial, dapat diharapkan terbinanya sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang akan datang yang berpengetahuan, terampil, cendekia dan mempunyai tanggung jawab sosial yang tinggi yang mampu merealisasikan tujuan nasional menciptakan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 (Nursid Sumaatmadja, 2004 : 1.10). Adapun materi pembelajaran IPS kelas III tentang kerjasama adalah sebagai berikut: 1. Kerja sama adalah melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan secara bersamasama di antara beberapa orang. 2. Manfaat kerja sama, antara lain, sebagai berikut: a. tergalangnya persatuan dan kebersamaan, b. meringankan beban pekerjaan, c. mempercepat penyelesaian pekerjaan, dan d. meringankan beban biaya yang ditanggung. 3. Kerja sama di rumah dapat dilakukan dalam beberapa kegiatan sebagai berikut: a. membersihkan dan merapikan rumah, b. membuat kandang hewan ternak, c. mempersiapkan acara ulang tahun, serta d. mempersiapkan tamasya untuk mengisi liburan.

10 4. Kerja sama di sekolah dapat dilakukan dalam beberapa kegiatan sebagai berikut: a. melaksanakan piket kelas, b. menyelenggarakan pertandingan c. mempersiapkan acara kemah, d. kerja bakti membersihkan halaman sekolah, dan e. mengerjakan tugas kelompok dari guru. 5. Kerja sama di kelurahan atau desa dapat dilakukan dalam bentuk kegiatankegiatan sebagai berikut: a. membersihkan dan merapikan jalan, b. menjaga kemanan dan ketertiban lingkungan, c. mendirikan gapura kampung, d. membantu warga yang sedang hajatan, e. memperbaiki jembatan yang rusak, serta f. menanggulangi bencana banjir 2.3. Pembelajaran kooperatif Make A Match Metode Make A Match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapan pada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartu diberi poin. Metode Make A Match dikembangkan oleh Lorna Curran dalam (Depdiknas, 2005) Langkah- langkah penerapan metode Make A Match : a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. b. Setiap siswa mendapat satu buah kartu. c. Setiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. d. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban). e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

11 f. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya g. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok. h. Bersama-sama dengan siswa guru menyimpulkan materi kesimpulan/ penutup. Keunggulan metode Make A Match a. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran (Let them move). b. Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis. c. Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa. Kelemahan metode Make A Match: a. Jika kelas terlalu gemuk akan muncul suasana yang ramai yang dapat mengganggu ketenangan belajar kelas lainnya. b. Guru harus menyiapkan beberapa kartu-kartu untuk pembelajaran. 2.4. Penelitian Yang Relevan Widyaningsih (2008) hasil penelitiannya diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif Make A Match mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV. Pada tes awal rata-rata hasil belajar siswa mencapai 55%, siklus I rata-rata dari 63,08%, siklus II rata-rata 75,08% dan tes akhir 80,73%. Seri Ningsih (2010) hasil penelitiannya diperoleh kesimpulan bahwa prestasi belajar matematika siswa dengan mengunakan metode pembelajaran kooperatif teknik Make A Match lebih baik daripada menggunakan metode pembelajaran Direct Intruction pada materi luas bangun datar (trapesium dan layang-layang). Jumiati (2009) hasil penelitiannya diperoleh kesimpulan bahwa Pembelajaran kooperatif Make A Match mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Pada tes awal rata-rata hasil belajar siswa hanya mencapai 50%. Siklus I nilai rata-rata 64,59 dengan persentase 43%, siklus II nilai rata-rata 70,45 dengan persentase 54,1% dan siklus III nilai rata-rata 80,40 dengan persentase73%.

12 Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa melalui metode pembelajaran Make A Match, rata rata dari siklus I, dan II mengalami peningkatan 20% sampai 30%, sehingga peneliti perlu untuk mengem-bangkan metode ini pada mata pelajaran yang lain agar hasil belajar dapat meningkat. 2.5. Kerangka Berfikir Berdasarkan latar belakang masalah dapat diketahui bahwa dalam pembelajaran IPS khususnya tentang materi kerjasama pada semester I tahun ajaran 2011/2012 pada siswa kelas III SDN Ngurenrejo prestasi belajar IPS siswa masih sangat rendah karena siswa yang mencapai KKM (nilai 65) hanya 46,66%, dan dalam pembelajaran terasa kurang menyenangkan dan membosankan. Hal ini dikarenakan guru masih mendominasi siswa, metode pembelajaran belum inovatif, metode yang digunakan hanya metode ceramah dan penugasan sehingga siswa pasif dan kurang bersemangat selama proses pembelajaran IPS serta kurangnya penggunaan media karena penggunaan media yang tepat sangat menentukan hasil pembelajaran. Berdasarkan beberapa masalah di atas peneliti berusaha mencari pemecahan masalahnya yaitu menerapkan metode pembelajaran Make A Match untuk meningkatkan prestasi belajar IPS serta menjelaskan langkah-langkahnya. 2.6. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah dijabarkan di atas, dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: Pembelajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif Make A Match dapat meningkatkan prestasi belajar IPS materi kerjasama pada siswa kelas III SD Negeri Ngurenrejo Wedarijaksa.