Kriteria Desain Fasade Pembentuk Karakter Visual Bangunan Universitas Tanjungpura

dokumen-dokumen yang mirip
Karakteristik Fasade Bangunan Kawasan Pasar Besar Kota Malang

Bab IV Simulasi IV.1 Kerangka Simulasi

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG

Komposisi Fasad Bangunan Kompleks Pusat Penelitian Perkebunan Pabrik Gula Indonesia (P3GI) di Pasuruan

KARAKTER VISUAL BANGUNAN STASIUN KERETA API JEMBER

Karakter Visual Bangunan Rumah Dinas Kolonial Belanda Pabrik Gula Jatiroto Lumajang

Karakter Visual Bangunan Stasiun Kereta Api Tanjung Priok

Rencana Pengembangan Fasade Bangunan Kampus Unsri Bukit Besar Palembang

TATANAN ELEMEN VISUAL GEDUNG BALAI KIRTI YANG KONTEKSTUAL DI KOMPLEK CAGAR BUDAYA ISTANA BOGOR JURNAL ILMIAH

KARAKTER SPASIAL DAN VISUAL PADA BANGUNAN GEDUNG JUANG 45 BEKASI JAWA BARAT

Kesimpulan dan Saran

KOMPONEN PADA ELEMEN FASADE MASJID AGUNG JAMI MALANG PERIODE 1910, 1940, DAN 2016

TIPOLOGI WAJAH BANGUNAN RUMAH KUNO DI DESA SEMPALWADAK KABUPATEN MALANG

PELESTARIAN BANGUNAN GEDUNG PELAYANAN PERIZINAN TERPADU JATIM (EKS SOERABAIASCH HANDELSBLAD)

Geometri Ornamen pada Fasade Masjid Jami Malang

KOMPOSISI FASAD MASJID AL MUBAROK DI NGANJUK

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN STASIUN KERETA API SOLO JEBRES

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA SDN DITOTRUNAN 1 LUMAJANG

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

KAJIAN EKSPRESI BANGUNAN EIGER ADVENTURE STORE Jl. SUMATERA BANDUNG DITINJAU DARI EKSTERIOR DAN INTERIOR BANGUNAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB III TINJAUAN KHUSUS

Elemen Arsitektural pada Fasad Rumah Dinas Pabrik Gula Kremboong Sidoarjo

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KESIMPULAN. Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam

DOKUMENTASI GEDUNG SBM DAN BPI ITB

Identitas Visual Bangunan Pendopo Sabha Swagata Blambangan Banyuwangi

Analisa Karakter Fasade Bangunan. Kerangka Analisa Karakter Fasade Bangunan

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.

Elemen Pintu dan Jendela pada Stasiun Kereta Api Sidoarjo

Kajian Karakteristik Bangunan Ikonik Pada Gedung Puspa Iptek Kota Baru Parahyangan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID JAMIK SUMENEP

KARAKTERISTIK FASAD RUMAH MINIMALIS DI SURAKARTA

TEORI VITRUVIUS : 3. FIRMITAS KEKUATAN

Observasi Citra Visual Rumah Tinggal

Keselarasan antara Baru dan Lama Eks-Bioskop Indra Surabaya

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

TIPOLOGI FASADE BANGUNAN KOMERSIAL DI KAWASAN KORIDOR JALAN SOEKARNO-HATTA MALANG

Aspek Arsitektur Kota dalam Perancangan Pasar Tradisional

2. Sejarah Desain Interior

BAB 3 ELABORASI TEMA

NIRMANA DUA DIMENSI. Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013

BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORERIKAL PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK PADA TATA RUANG LUAR DAN DALAM HOMESTAY DAN EKOWISATA SAWAH

Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta

ADAPTASI BANGUNAN BARU TERHADAP BANGUNAN LAMA DI KAWASAN KONSERVASI GEDUNG SATE BANDUNG

KARAKTERISTIK FASADE BANGUNAN FACTORY OUTLET DI JALAN IR. H. DJUANDA BANDUNG

MANAKALA GEDUNG BPI ITB UNJUK KEKUATAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

hunian lama, BERNYAWA BARU Fotografer Lindung Soemarhadi

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

KERAGAMAN KARAKTER FORMAL BANGUNAN FASILITAS PENDIDIKAN PENINGGALAN KOLONIAL BELANDA DI YOGYAKARTA

b e r n u a n s a h i jau

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT

BAB II LANDASAN TEORI

KAJIAN BENTUK DAN FASADE HOTEL HILTON BANDUNG

Architecture. Modern Aesthetic. Neoclassic Style Teks: Widya Prawira Foto: Bambang Purwanto. Home Diary #009 / 2015

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang

BAB III ELABORASI TEMA

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

Architecture. White Simplicity in. Neoclassic. Home 80 #006 / Diary

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

Putih Abu Hitam Coklat

Natural Friendly Neoclassical Style. Architecture

Kajian Facade Rumah Tradisional Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo

PELESTARIAN BANGUNAN UTAMA EKS RUMAH DINAS RESIDEN KEDIRI

Karakteristik Spasial dan Visual Balai Kota Madiun (Eks Raadhuis te Madioen)

DESAIN SHADING DEVICE PADA BANGUNAN KANTOR SURABAYA

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB IV PENUTUP

Karakter Visual Bangunan Utama Kompleks Asrama Inggrisan Kota Banyuwangi

PENERAPAN UKIRAN MADURA PADA INTERIOR GALERI BATIK DI BANGKALAN PLAZA MADURA

TIPOLOGI FASADE BANGUNAN DI JALAN KAWI ATAS KOTA MALANG

KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TAMBI SUKU LORE SULAWESI TENGAH

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

Pendekatan Kontekstual pada Rancangan Pusat Kajian Pekembangan Islam di Komplek Makam Siti Fatimah binti Maimun, Leran, Manyar, Gresik

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang

KARYA RANCANGAN GEDUNG ASRAMA SISWA PUTRA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 1 SALAM KABUPATEN MAGELANG

INTERIOR LAYANAN PERPUSTAKAAN ANAK (Studi Kasus: Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur)

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

BENTUKAN VISUAL ARSITEKTUR RUMAH SINOM DI KELURAHAN KERTOSARI PONOROGO

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan

ELEMEN ARSITEKTURAL ATAP PADA RUMAH TRADISIONAL MELAYU RIAU ROOF ARCHITECTURAL ELEMENT OF THE RIAU MALAY TRADISIONAL HOUSE

PELESTARIAN BANGUNAN KANTOR POS BESAR SURABAYA

Tipomorfologi Fasade Bangunan Pertokoan di Sepanjang Ruas Jalan Malioboro, Yogyakarta

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS TEMA

PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE

ORNAMEN DAN BENTUK RUANG RUMAH TINGGAL DI KAWASAN KAMPUNG AL MUNAWAR 13 ULU PALEMBANG

Transkripsi:

Kriteria Desain Fasade Pembentuk Karakter Visual Universitas Tanjungpura Mariyah Nurul Fikroh 1, Rinawati P. Handajani 2, Rr Haru Agus Razziati 3 1 Mahasiswa Bimbingan, Jurusan arsitektur/ Teknik Universitas Brawijaya 2 3 Dosen Pembimbing, Jurusan Arsitektur/ Teknik Universitas Brawijaya E-mail: mariyahnurul@gmail.com ABSTRAK Fasade bangunan merupakan elemen penting dalam penyampaian dari fungsi, makna serta suatu masa dari kebudayaan saat bangunan itu berdiri. Ketidakseragaman fasade bangunan dapat menyebabkan memburuknya kualitas visual kawasan dan lunturnya identitas suatu kelompok bangunan. Sebagai Universitas Negeri yang terbesar di Kalimantan Barat dan mengusung tema sebagai public university, komposisi visual dari fasade bangunan di Universitas Tanjungpura perlu diperhatikan untuk meningkatkan identitas kawasan kampus, yang diidentifikasi memiliki karakteristik bangunan Melayu. Dengan menggunakan metode tipologi dan deskriptif-analitis, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik fasade pada sampel bangunan eksisting sesuai dengan masing-masing fungsi, yaitu fungsi nonakademik manajemen dan akademik umum. Dari kedua karakteristik tersebut, diambil karakter pengikat yang dapat dijadikan kriteria desain fasade agar bangunan baru dapat dibangun selaras dengan bangunan lama dan dapat memperkuat identitas kawasan. Beberapa elemen fasade yang dapat digunakan sebagai karakter pengikat adalah komponen atap bangunan, ornament, komposisi simetri, irama, geometri serta unsur warna dan material. Kata Kunci: fasade, identitas kawasan, kriteria desain ABSTRACT Building facade is an important element to communicate the function, meaning and a period of culture when the building stood. Unevenness of building façade may cause a worsening the region visual quality and the dilution of buildings identity. As the largest State University in West Kalimantan and have the theme as Public University, the visual composition of building façade in Tanjungpura University is need to be considered to improve the campus area identity, which is identified as having the characteristics of Melayu building. By using typology and descriptiveanalityc method, the purpose of this study was to analyze the characteristics of the existing samples building façade from each function, specifically the non-academic function of management and public academic function. From both of these characteristics, taken the guideline that can be used as the standard criteria design so that the new building can built in harmony with the existing building and can strengthen regional identity. Some elements of the façade that can be used as a guideline is a component of building roof, ornament, composition of symmetry, rhythm, geometry and the elements of color and material. Keywords: facade, regional identity, design criteria

1. Pendahuluan Dalam rangka meningkatkan kualitas perguruan tinggi, Universitas Tanjungpura terus melakukan perbaikan fasilitas serta pengembangan sarana fisik berupa gedung baru. Tetapi sayangnya, gedung baru yang telah dibangun berkembang untuk kepentingan masing-masing fakultas dan mengakibatkan tidak adanya keseragaman visual dari fasade bangunan. Sedangkan bagian fasade suatu bangunan merupakan elemen penting dalam penyampaian fungsi, makna serta kebudayaan di saat bangunan itu berdiri. Sebagai sebuah institusi yang besar, hal tersebut dapat menyebabkan lunturnya identitas dan keseragaman bangunan kampus serta memburuknya kualitas visual bangunan. Untuk mencapai visi, misi serta tujuan, Untan tengah merencanakan pengembangan kawasan dan kampus dengan menambahkan lima gedung baru. Sebagai pusat pendidikan dan pusat aktivitas publik di lingkungan hutan kota, diharapkan perancangan kawasan dan gedung kampus mampu menghadirkan identitas tempat yang menjunjung tinggi nilai budaya Kalimantan Barat dan mendukung kehidupan masyarakat kota. Berdasarkan fenomena pengembangan kampus tersebut, diperlukan perencanaan yang matang sebelum menambahkan gedung baru di kawasan kampus Untan. diperlukan kajian terlebih dahulu mengenai karakteristik bangunan kawasan sebagai konsep dasar perancangan. Pendekatan untuk mengkaji karakteristik bangunan adalah dengan melakukan analisis elemen fisik karakter visual bangunan. Tinjauan visual bangunan merupakan salah satu upaya untuk memberikan arahan terhadap karakter visual pada fasade bangunan yang menunjukkan identitas kampus. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan acuan atau kriteria desain fasade dengan melakukan penelitian terhadap bangunan eksisting. 2. Bahan dan Metode 2.1. Tinjauan Pustaka Karakter visual yang baik disebabkan adanya keserasian antara bentukanbentukan fisik yang ada dalam suatu kawasan, berkaitan dengan hubungan yang terjadi antara elemen dalam suatu lingkungan (Shirvani:1985). Menurut Shirvani, elemen fisik pembentuk karakter visual bangunan terdiri dari ketinggian bangunan, style bangunan, material, tekstur, warna dan signage. Menurut Ching (1979), komponen fasade bangunan terdiri dari pintu masuk, zona lantai dasar, jendela, pagar pembatas, atap bangunan, signage serta ornamen, sedangkan komposisi dari fasade bangunan meliputi geometri, simetri, ritme, kontras, skala dan proporsi. Landasan teori dari fasade bangunan digunakan sebagai acuan untuk mencari variabel penelitian. Variabel penelitian yang akan digunakan terdiri dari komponen fasade bangunan berupa entrance, bukaan, atap bangunan dan ornamen, komposisi fasade bangunan berupa geometri, simetri, ritme, skala dan proporsi serta unsur dari fasade bangunan, yaitu warna dan material bangunan. 2.2. Metode Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi untuk mendapatkan data fasade dan fungsi keseluruhan bangunan pada lokasi penelitian di kampus bagian selatan. Dari keseluruhan bangunan tersebut, identifikasi bangunan akan difokuskan pada fungsi non-akademik manajemen dan fungsi akademik umum. Penentuan sampel bangunan dari kedua fungsi tersebut selanjutnya menggunakan metode purposive

sampling berdasarkan kriteria tertentu yang harus dipenuhi. Dalam menentukan kriteria sampel bangunan, dibutuhkan acuan dasar berupa sumber data sekunder dari tinjauan studi terdahulu dan penjabaran tema kampus sebagai Public University yang menekankan pada kontekstual bangunan kampus dengan budaya di Pontianak, Kalimantan Barat. Berdasarkan kedua sumber penetapan kriteria pemilihan sampel, maka didapat 4 aspek kriteria pemilihan sampel, yaitu aspek keistimewaan bangunan, aspek keterawatan bangunan, aspek estetika dan aspek memperkuat citra kawasan. Setelah mendapatkan bangunan sampel, selanjutnya akan dilakukan analisis data berdasarkan variabel penelitian yang telah ditentukan. Dalam menganalisis data, bidang amatan yang menjadi fokus adalah kesan visual yang didapat melalui pandangan (views). Metode yang dilakukan untuk menganalisis data adalah dengan menggunakan metode tipologi dan deskriptif analitis, untuk selanjutnya akan terlihat karakter yang dominan dan karakter pengikat yang dapat digunakan sebagai kriteria desain fasade. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Pemilihan Sampel Pemilihan sampel bangunan dilakukan pada populasi yang terdapat pada 9 zona pada kampus bagian selatan. Dari 8 sampel bangunan yang terpilih, masing-masing akan dikelompokkan sesuai dengan fungsi bangunannya, yaitu fungsi non-akademik manajemen dan fungsi akademik umum. Tabel 1. Fasade Sampel Fungsi non-akademik manajemen Fungsi akademik umum No Nama Fasade No Nama Fasade 1 Gedung MIPA 1 Gedung Kedokteran 2 Gedung KIP 2 Gedung Ekonomi 3 Gedung Hukum 3 Perpustakaan 4 Gedung Rektorat 4 Gedung Teknik

3.2 Analisis Komponen Fasade 3.2.1 Entrance (pintu masuk) Karakter visual pintu masuk pada fungsi non-akademik manajemen didominasi oleh lokasi entrance yang berada di tengah garis sumbu simetri pada bidang fasade, bentuk yang dimajukan keluar dengan atap pelindung berbentuk atap kombinasi serta ditandai secara visual dengan adanya kolom yang menonjol dan ornamen pada atap pelindung. Pada fungsi akademik umum, karakter yang dominan adalah lokasi yang berada di tengah garis sumbu simetri bidang fasade, bentuk dimajukan keluar dengan kanopi pelindung berbentuk atap kombinasi serta ditandai dengan adanya kolom yang menonjol, kenaikan tinggi lantai dan ornamen pada atap. 3.2.2 Bukaan Karakter bukaan pada bangunan non-akademik manajemen ditandai dengan komposisi masif dan bukaan yang seimbang, bentuk bukaan yang memanjang secara horizontal, letak bukaan yang dikelompokkan pada bidang dinding dan dibatasi oleh kolom, jenis bukaan yang dominan adalah jendela hidup dengan material kusen kayu, kaca bening, railing besi serta ventilasi jalusi kayu. Karakter bukaan yang dominan terdapat pada bangunan akademik umum adalah komposisi yang seimbang antara masif dan bukaan, bentuk bukaan yang memanjang secara vertikal, letak bukaan yang dikelompokkan pada bidang dinding dan kolom. Jenis bukaan yang dominan adalah menggunakan jendela mati dengan material kusen kayu, kaca bening, railing besi serta ventilasi dengan material kaca atau jalusi kayu. Dari kedua fungsi bangunan tersebut, terdapat karakter bukaan yang sama terhadap arah hadapnya. Bukaan yang mengarah kearah barat daya, barat laut dan barat didominasi oleh jenis jendela mati dengan material yang dapat menfilter panas matahari atau jenis jendela hidup dengan penambahan sun shading. Bukaan yang menghadap pada arah sebaliknya, yaitu arah timur laut, timur dan tenggara menggunakan jenis jendela hidup dengan material kaca bening dan komposisi massif bukaan yang seimbang. 3.2.3 Atap bangunan Fungsi non-akademik manajemen dan akademik umum memiliki karakter atap bangunan yang sama. Bentuk atap bangunan yang dominan adalah berbentuk perisai atau pelana yang terpatah menjadi dua kemiringan atau dikombinasi dengan bentuk atap lain. Kemiringan atap antara 30-60 sesuai dengan bentuk atap tropis dengan kemiringan yang dominan digunakan adalah 30. Material atap terbuat dari tanah liat dengan warna abu-abu gelap atau warna terakota. 3.2.4 Ornamen Ornament pada bangunan non-akademik manajemen dominan terletak pada dinding dibawah atap, sedangkan pada bangunan akademik umum dominan terletap pada bagian atap. Karakter dari bentuk, motif dan material ornament pada kedua fungsi memiliki ciri yang sama yaitu bentuk ornament yang mengikuti garis atap (bentuk segitiga), motif ornamen yang dominan berbentuk geometri dengan unsur garis tegas dan material ornamen yang terbuat dari kayu serta warna yang selaras dengan warna kusen dan atap.

3.3 Analisis Komposisi Fasade 3.3.1 Geometri Karakteristik geometri dari kedua fungsi non-akademik manajemen dan akademik umum memiliki ciri yang sama yaitu tipe bidang geometri pembentuk fasade yang dominan adalah terdiri dari persegi panjang horizontal, trapesium dan segitiga sama kaki yang disusun secara vertikal dengan urutan dari bawah adalah bidang persegi panjang sebagai badan bangunan serta bidang persegi panjang, trapesium dan atau segitiga sebagai pembentuk atap. 3.3.2 Simetri Karakteristik simetri dari kedua fungsi non-akademik manajemen dan akademik umum memiliki ciri yang sama yaitu garis sumbu yang terletak di tengah bidang sekaligus merupakan sumbu pencapaian. Keseimbangan simetris menunjukkan kesan formal yang sesuai dengan fungsi bangunan. 3.3.3 Irama Karakteristik irama dari kedua fungsi non-akademik manajemen dan akademik umum memiliki ciri yang sama, yaitu elemen yang berulang berupa kolom, bukaan dan ornamen. Jenis perulangan yang dominan adalah perulangan bentuk dan ukuran saat mendekati garis sumbu. Pola perulangan yang dominan pada kolom dan bukaan adalah pola linier horizontal yang simetris, sedangkan pola pada ornamen adalah menggunakan pola sekuensial menurut ukuran yang menyesuaikan dengan garis atap. 3.3.4 Skala dan proporsi Perbedaan ciri karakteristik proporsi pada kedua fungsi bangunan adalah proporsi ketinggian atap dan bangunan dominan seimbang pada fungsi bangunan nonakademik manajemen, sedangkan pada fungsi akademik umum memiliki karakter yang dominan lebih besar perbandingan tinggi atap dibandingkan dengan tinggi bangunan. Hasil analisis indikator skala dan proporsi lainnya menunjukkan ciri yang sama dari kedua fungsi. Skala menyesuaikan dengan dimensi tinggi manusia rata-rata di Indonesia, dimensi pintu masuk yang dominan adalah dengan tinggi 220cm dan lebar 80-100cm. Jarak dari lantai ke plafon memiliki ketinggian antara 3.5 4m dengan jumlah lantai antara 1-2 lantai. Perbandingan panjang bangunan lebih besar dibandingkan dengan tinggi bangunan. 3.4 Analisis Unsur Fasade 3.4.1 Warna dan material Karakter warna yang dominan pada fungsi non-akademik manajemen dan akademik umum adalah penggunaan warna netral diluar lingkaran warna, yaitu warna putih, abu-abu dan krem, sedangkan beberapa bangunan menggunakan sedikit warna kontras sebagai identitas masing-masing fakultas Material bangunan yang banyak digunakan adalah penggunaan material kaca bening sebagai pengisi jendela, material kayu pada kusen, material tanah liat pada atap dan material dinding bata dengan finishing cat warna.

3.5 Kriteria Desain Table 2. Kriteria Desain Fasade Pembentuk Karakter Visual Kriteria Desain Non-akademik Akademik umum Gambar Komponen Fasade Pintu masuk (entrance) Bukaan manajemen Lokasi pintu masuk sebaiknya berada di tengah sumbu simetri bidang fasade Bentuk pintu masuk Bentuk pintu masuk dimajukan keluar dan dimajukan keluar dan diberi atap pelindung diberi atap pelindung, berupa atap pelana dapat berupa atap yang terpatah menjadi kombinasi 2 kemiringan Dapat ditandai secara visual dengan adanya kolom yang menonjol dan ornamen pada atap pelindung Dapat ditandai secara visual dengan adanya kolom yang menonjol, kenaikan tinggi lantai dan ornamen pada atap pelindung memiliki komposisi yang seimbang antara masif dan bukaan. Bukaan memiliki Bukaan memiliki bentuk dasar persegi bentuk dasar persegi yang memanjang yang memanjang secara horizontal secara vertikal Letak bukaan dikelompokkan pada bidang dinding Menggunakan Menggunakan dominan dominan jendela jendela mati, hidup, penggunaan penggunaan material material dapat dapat menggunakan menggunakan material pengganti. material pengganti. Memberi perlakuan khusus pada bukaan yang menghadap ke arah barat laut, barat dan barat daya Pintu masuk dengan kanopi dan kolom yang menonjol Letak dikelompokkan bidang dinding bukaan pada Sun Shading untuk bukaan yang menghadap kearah barat Atap Penyelesaian atap dapat menggunakan bentuk pelana dengan cara dikombinasi atau dipatah menjadi 2 sudut kemiringan dengan kemiringan atap antara 30º-60º dengan dominan penggunaan 30. Material pada atap dapat menggunakan material pengganti namun warna tetap menyesuaikan dengan warna dominan yaitu abu-abu gelap Atap dipatah menjadi 2 kemiringan Atap kombinasi Ornamen Dianjurkan menerapkan ornamen pada bangunan untuk keselarasan bangunan dengan menerapkannya pada dinding dibawah atap atau pada atap. Ornamen terdiri dari bentuk geometri sederhana dengan unsur garis yang tegas dengan penggunaan material kayu. Ornamen pada atap

Komposisi Fasade Komposisi Fasade Unsur Fasade Geometri Simetri Irama Skala dan proporsi Warna dan material Kriteria Desain Non-akademik Akademik umum manajemen Sebaiknya bidang geometri pembentuk fasade terdiri dari bidang dasar persegi panjang horizontal, trapezium dan segitiga sama kaki yang disusun secara vertikal dengan urutan dari bawah adalah bidang persegi panjang sebagai badan bangunan serta bidang persegi panjang, trapesium dan atau segitiga sebagai pembentuk atap. baru sebaiknya memiliki kondisi yang simetris pada bentuk fasade dengan garis sumbu imajiner terletak di tengah bidang Menerapkan irama berupa perulangan kolom dan bukaaan yang mengarah pada sumbu pencapaian Menerapkan irama berupa perulangan garis atau bidang pada ornamen Skala bangunan menyesuaikan dengan dimensi manusia di Indonesia yang ditunjukkan pada dimensi ketinggian pintu dan jarak dari lantai ke plafon 3.5m sampai dengan 4m Memiliki maksimal jumlah lantai 4 lantai Memiliki proporsi Memiliki perbandingan ketinggian atap dan tinggi atap lebih besar ketinggian bangunan dibandingkan dengan seimbang tinggi bangunan. Semakin tinggi suatu atap bangunan maka suhu ruangan dibawahnya akan semakin dingin, sehingga dapat mengurangi penggunaan AC. Material pada bangunan dapat menggunakan material pengganti sesuai dengan kemajuan teknologi namun warna pada bangunan yang digunakan menyesuaikan dengan warna yang dominan ada yaitu warna-warna netral. Unsur warna dapat digunakan sebagai karakter pengikat, sedangkan warna kontras pada bangunan dapat diberikan untuk memberi identitas masing-masing fakultas. Gambar Siluet bangunan dengan bentuk dasar persegi panjang horizontal, trapesium dan segitiga Irama kolom dan bukaan Skala manusia pada bangunan Perbandingan tinggi atap dan tinggi bangunan seimbang Warna netral pada bangunan 4. Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari hasil analisa penulis adalah Universitas Tanjungpura akan terus tumbuh dan berkembang mengikuti kebutuhan masing-masing fakultas. Namun sebelum melakukan perkembangan perlu adanya perencanaan yang matang dengan adanya kriteria desain sebagai standar atau acuan agar pembangunan lebih terarah dan memiliki karakter sebagai kampus negeri terbesar di Kalimantan Barat.

Melihat perkembangan kampus sampai saat ini, tidak terlihat adanya pemersatu dalam karakter visual, utamanya antara bangunan lama dan bangunan baru. Kriteria desain fasade pembentuk karakter visual yang telah dirumuskan diharapkan dapat menjadi pengikat dan pembentuk kesatuan antar bangunan. Kriteria desain fasade yang dirumuskan didasarkan pada karakteristik fasade bangunan dengan fungsi non-akademik manajemen dan akademik umum. Dari kedua karakteristik tersebut, diambil karakter pengikat yang dapat dijadikan standar kriteria desain agar bangunan baru dapat dibangun selaras dengan bangunan eksisting dan dapat memperkuat identitas kawasan. Beberapa elemen fasade yang dapat digunakan sebagai karakter pengikat adalah sebagai berikut: Bentuk atap dominan bentuk perisai atau pelana yang terpatah menjadi dua kemiringan atau dikombinasi dengan bentuk lain, kemiringan atap yang dominan digunakan adalah 30 dan material atap terbuat dari tanah liat dengan warna abuabu gelap atau terakota. Komponen ornamen dominan terletak pada dinding dibawah atap atau pada atap dengan bentuk ornamen mengikuti garis atap (bentuk segitiga). Motif ornamen yang dominan berbentuk geometri dengan unsur garis tegas dengan material ornamen terbuat dari kayu serta warna yang selaras dengan warna kusen dan atap. Komposisi simetri yang digunakan adalah keseimbangan simetris dengan garis sumbu imajiner terletak pada tengah bidang fasade, sekaligus menjadi sumbu pencapaian. Keseimbangan simetris yang digunakan dapat menunjukkan kondisi yang formal sesuai dengan fungsi bangunan sebagai perguruan tinggi. Komposisi irama pada elemen yang berulang berupa kolom, bukaan dan ornamen. Jenis perulangan yang dominan adalah perulangan bentuk dan ukuran saat mendekati garis sumbu dengan pola perulangan yang dominan pada kolom dan bukaan adalah pola linier horizontal yang simetris, sedangkan pola pada ornamen adalah pola sekuensial menurut ukuran yang menyesuaikan dengan garis atap. Komposisi geometri terdiri dari bidang geometri pembentuk fasade berupa persegi panjang horizontal, trapesium dan segitiga sama kaki yang disusun secara vertikal dengan urutan dari bawah adalah bidang persegi panjang sebagai badan bangunan serta bidang persegi panjang, trapesium dan atau segitiga sebagai pembentuk atap. Unsur warna menggunakan warna-warna netral sebagai warna dominan dan karakter pengikat antar bangunan, sedangkan warna kontras pada bangunan dapat digunakan untuk memberi identitas masing-masing fakultas. Contohnya adalah penggunaan warna merah bata untuk fakultas kedokteran, warna biru untuk fakultas teknik, warna hijau untuk fakultas pertanian, dan sebagainya. Material yang digunakan adalah material kaca bening untuk pengisi jendela, kayu pada kusen, material tanah liat pada atap dan material dinding bata dengan finishing cat warna. Daftar Pustaka Ching, F. D. K. 1994. Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan. Jakarta: Erlangga. Krier, Rob (1998) Architectural Composition, dalam versi bahasa Indonesia diterjemahkan oleh Ir. Effendi Setiadharma, dkk. Jakarta: Penerbit Erlangga. Ramdhoni, Muhammad Fajri & Hendi Warlika Sedo Putra. Rencana Pengembangan Fasade Kampus Unsri Bukit Besar Palembang. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014: A_95. Shirvani, Hamid. 1985. The Urban Design Process. Van Nostrand Reinhold Company, New York.