BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memenuhi tuntutan pembangunan bangsa diberbagai bidang,

dokumen-dokumen yang mirip
Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011 ABSTRAK

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Review Artikel : JVTE Volume 15, Number 1, Fall Judul :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizkika Fitri, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini

2015 SOFT SKILL PADA PEMBELAJARAN DI KAMPUS DAN PELAKSANAAN PROGRAM LATIHAN PROFESI MAHASISWA PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor diantaranya lingkungan, keluarga dan pendidikan.

ETIK UMB MANFAAT SOFT SKILL. Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.Sc. Ekonomi. Manajamen. Modul ke: Fakultas. Program Studi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang tahun 2020 perekonomian Indonesia akan berubah dan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan. yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan

BAB I PENDAHULUAN. anak yang perlu bagi kehidupannya dalam masyarakat, baik sebagai anggota. hidup di dalam masyarakat (Purwanto, 2007: 24).

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas ini diupayakan melalui sektor pendidikan baik pendidikan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Syahriandi Akbari Siregar, 2015

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. pencari kerja. Orang yang mencari kerja lebih banyak, sehingga banyak orang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. langsung terhadap perkembangan manusia, terutama perkembangan seluruh aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. perlu diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia ( SDM) untuk

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, perkembangan sumber daya. pengetahuan maupun penguasaan tinggi sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

Strategi & Upaya Menjadi Sekretaris yang Kompeten dan Profesional

BAB I PENDAHULUAN. individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena

PENTINGNYA ASPEK SOFT SKILLS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pengangguran di Indonesia cukup mengkhawatirkan, dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan tuntutan baru dalam masyarakat. Perubahan tersebut. terlebih jika dunia kerja tersebut bersifat global.

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional. Untuk mencapai tujuan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Statistik Republik Indonesia (2013), menyatakan tingkat pengangguran

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. lulusan yang siap terjun secara profesional dan ikut bergerak di dunia usaha atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja yang tersedia saat ini, sehingga banyak orang yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan fasilitas fisik, peningkatan mutu guru, dan perubahan kurikulum.

BAB I PENDAHULUAN. untuk berubah dari model pendidikan yang tradisional menjadi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibuktikan dari hasil penelitian Institute of Management Development (dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia memiliki jumlah penduduk yang banyak, namun dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dihadapkan pada tantangan-tantangan yang berat khususnya dalam

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB I PENDAHULUAN. lain. Perubahan merupakan proses sosial dimana orang dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat untuk proses pendidikan yang memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan bagi sumber daya wanita untuk berkarya. Khususnya di kota-kota besar dimana

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia di dalam pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting karena pendidikan salah satu penentu mutu sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan

BAB I PENDAHULUAN. skills termasuk komunikasi dan kemampuan berinkteraksi, kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan lingkungan usaha. Pesatnya perkembangan teknologi telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Dimulainya AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour

BAB I PENDAHULUAN. ini senada dengan pendapat Drucker (1996) bahwa kewirausahaan bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bebas ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) Tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Scoreboard (2009), dituntut untuk memiliki daya saing dalam dunia usaha internasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah bidang yang sangat penting terutama di Negara. berkembang seperti Indonesia, karena pendidikan yang berintegritas

BAB I PENDAHULUAN. produksi dari laboring menjadi manufacturing dalam arti tenaga kerja manusia

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

melalui Tridharma, dan; 3) mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan nilai Humaniora.

BAB I PENDAHULUAN. di SMK masih sangat konvensional, bahkan ada yang membiarkan para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang ikut menentukan kemajuan suatu negara. Pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sarana untuk pengembangan diri. Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi yang ditandai dengan persaingan mutu, menuntut semua pihak dalam berbagai bidang dan sektor pembangunan untuk senantiasa meningkatkan kompetensinya. Kualitas sumber daya manusia memiliki peranan strategis dalam memenuhi tuntutan pembangunan bangsa diberbagai bidang, berhubungan erat dengan kemajuan dan kemakmuran suatu bangsa. Untuk menjadikan SDM yang berkualitas berawal dari bidang pendidikan terutama hasil lulusannya harus mampu dapat bersaing dengan bangsa lain. Melihat keberadaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) saat ini pemerintah berharap posisinya sebagai wahana pengembangan pengetahuan dan keterampilan dan mampu menjawab tantangan dunia kerja secara nyata. Lulusannya diharapkan dapat memenuhi tuntutan dunia usaha akan tenaga kerja tingkat menengah. Hal ini senada dengan PP RI No. 29 Tahun 1990 tentang pendidikan menengah pasal 3 ayat 2, Sekolah Menengah Kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional, namun keberadaan SMK ini dinilai masih terlalu prematur untuk diharapkan lulusannya sebagai tenaga siap kerja. Menurut kajian Wiwiet Putrianingrum, hasil survai di SMK Kota Malang tahun 2009 (2009:1) mengenai lulusan SMK saat itu, ternyata kebanyakan masih mengalami kesulitan dan cenderung mudah frustrasi untuk mendapatkan 1

2 pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahlian mereka. Pandangan yang menyebutkan usia mereka masih terlalu muda (immature) ditambah dengan bekal pengetahuan dan keterampilan yang belum memadai (inadequate knowledge and skills) sering menjadi kendala utama siswa lulusan SMK mendapatkan pekerjaan yang layak dan dapat mendukung karier dan kehidupan ke depan (future career path). Rendahnya kualitas lulusan SMK diindikasikan dari hasil observasi empirik di lapangan yang menunjukkan bahwa sebagian lulusan SMK dinilai masih kurang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan IPTEK, sulit untuk dapat dilatih kembali, serta kurang dapat mengembangkan diri. Temuan tersebut mengindikasikan bahwa pembelajaran di SMK belum efektif dan belum mengembangkan kemampuan peserta didik. Studi itu juga mengambarkan bahwa sebagian lulusan SMK tidak dapat diserap di lapangan kerja, karena kompetensi yang mereka miliki belum sesuai dengan tuntutan dunia kerja. (Samani, 2006:3). Akibatnya, banyak lulusan kejuruan hanya mampu mendapatkan pekerjaan musiman dan tanpa kepastian kehidupan ekonomi (financial insecurity), jaminan sosial, dan kesehatan. Padahal memasuki abad 21, banyak paradigma baru dalam dunia usaha bermunculan dan memerlukan pertimbangan serta perhatian yang seksama. Menurut penelitian Brown, P., Hesketh, A & Williams, S. (2003), lingkungan bisnis global akan menjadi semakin kompleks, dinamis, dan bermunculan berbagai konflik kepentingan, sehingga lulusan terdidik termasuk SMK harus dapat menyikapinya dengan baik.

3 Hard skills seperti pemahaman tentang bidang pekerjaan fungsional atau area tertentu, tidak lagi mencukupi bagi seseorang dalam meraih kesuksesan di dunia kerja. Diperlukan seseorang yang dididik secara tepat dan sesuai kebutuhan, memiliki pemikiran yang terintegrasi, komunikator yang handal, cerdas emosional, mampu bekerja dalam tim dan beretika, yang semuanya itu bersifat soft skills. Pendidikan tradisional yang menekankan bahwa dalam bekerja, seseorang harus memiliki pengetahuan yang tinggi tentang bidang pekerjaannya, sekarang tidak lagi mencukupi. Begitu juga paradigma pendidikan yang selama ini lebih menekankan intelektualitas maupun kemampuan akademik seringkali tidak berjalan seiring dengan kemampuan yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Menurut kajian Callan, VJ, (2003) dan Clarke, M, (2007) disinyalir masih ada kesenjangan antara dunia pendidikan dan dunia kerja di mana dunia pendidikan memandang lulusan yang mempunyai kompetensi yang tinggi adalah mereka yang lulus dengan nilai tinggi dalam waktu cepat, sedangkan dunia industri menginginkan lulusan yang high competence yaitu lulusan dengan kemampuan teknis dan sikap yang baik. Jika dijabarkan maka kompetensi lulusan yang dibutuhkan dunia industri dan usaha terbagi dalam dua aspek, sebagai berikut : 1. Aspek teknis yang berhubungan dengan latar belakang keilmuan yang dipelajari atau keahlian yang diperlukan di dunia kerja, yang kemudian disebut technical skills atau hard skills; 2. Aspek non teknis yang mencakup motivasi, adaptasi, komunikasi, kerja sama tim, probelem solving, manajemen stres, kepemimpinan, dan lain-lain,

4 yang kemudian disebut soft skills (Harmoni, 2007; Santoso, 2008; Suherman, 2005; Putra & Pratiwi, 2005; Hary, 2008). Spencer and Spencer (dalam Idawati, 2004) mengemukakan kompetensi khususnya kompetensi kerja terdiri dari 5 komponen. Komponen tersebut adalah: (1) Knowledge, yaitu ilmu yang dimiliki individu dalam bidang pekerjaan atau area tertentu, (2) Skill, yaitu kemampuan untuk unjuk kerja fisik atau mental, (3) Self Concept, yaitu sikap individu, nilai-nilai yang dianut dan citra diri, (4) Traits, yaitu karakteristik fisik dan respon yang konsisten atas situasi atau informasi tertentu, dan (5) Motives, yaitu pemikiran atau niat dasar yang konstan yang mendorong individu untuk bertindak atau berperilaku tertentu. Skill dan knowledge sering disebut hard skills, sedangkan self concept, traits dan motives disebut soft skills. Dalam menghadapi era global dengan akselerasi yang cepat maka diperlukan tenaga kerja yang tidak hanya mempunyai kemampuan bekerja dalam bidangnya (hard skills) namun juga sangat penting untuk menguasai kemampuan menghadapi perubahan serta memanfaatkan perubahan itu sendiri (soft skills). Oleh karena itu menjadi tantangan pendidikan untuk mengintegrasikan kedua macam komponen kompetensi tersebut secara terpadu dan tidak berat sebelah agar mampu menyiapkan SDM utuh yang memiliki kemampuan bekerja dan berkembang di masa depan. Kalangan industri dan bisnis telah melakukan beberapa kajian untuk mendefinisikan, menentukan faktor-faktor yang menentukan keberhasilan seseorang dalam pekerjaan. Studi yang dilakukan Corinne Mason, Deadtrick

5 Newson dan Edward R. Del Gaizo, (2010) terhadap pendapat trainer dan manager dari berbagai industri menemukan 23 kemampuan yang dibutuhkan dalam pekerjaan, diantaranya kepribadian, communication skills, self-esteem dan etos kerja merupakan faktor utama penentu kesuksesan seseorang dalam pekerjaan. Studi lain menunjukkan bahwa etos kerja, kemampuan komunikasi, mencari informasi yang diikuti dengan kemampuan analisis dan kemampuan pemecahan masalah (problem solving) merupakan faktor utama penentu keberhasilan dalam bekerja. Menurut laporan Dikti, kelemahan SMK dalam mengisi peluang kerja pada umumnya adalah masalah personal skills (Dikti, 2011). Berikut ini adalah perbandingan rasio kebutuhan dan pengembangan soft skills dalam sisitem pendidikan dan dunia kerja/usaha: Rasio kebutuhan soft skills dan hard skills di dunia kerja/usaha Pengembangan soft skills dalam sistem pendidikan (Source: Neff and Citrin, 1999) Gambar 1.1 Porsi Persentase Keterampilan Sosial sebagai Komponen Sukses yang Ada Dalam Sistem Pendidikan Menurut laporan penelitian Siri Mariah & Machmud Sugandi (2010), mengenai kesenjangan soft skills lulusan SMK dengan kebutuhan tenaga kerja di

6 Industri/usaha, mengidentifikasi bahwa masih terdapat beberapa masalah berkaitan dengan pendidikan dan dunia usaha/industri, diantaranya: 1. Angka pengangguran terbuka pada bulan Februari 2010 berdasarkan pendidikan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) se indonesia yakni masih besar yaitu 13,81 persen. Hal ini berbeda dengan lulusan SMA yang hanya 11,90 persen (BPS, No. 33/05/Th. XIII, 10 Mei 2010). 2. Sumber daya manusia Indonesia masih sangat lemah untuk mendukung perkembangan industri dan ekonomi (Toshiko Kinosita, 2002). 3. Sebagian besar lulusan SMK di Indonesia bukan saja kurang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu dan teknologi, tetapi juga kurang mampu mengembangkan diri dan karirnya di tempat kerja (Depdiknas, 2004:1). 4. Kekecewaan dunia industri terhadap kualitas lulusan pendidikan kejuruan, terletak pada kesiapan mental untuk bekerja dan kurang memiliki daya juang dalam menghadapi pekerjaan (Autar Abdillah, 2001). Melihat data di atas agenda pengembangan soft skills terutama keterampilan sosial yang diperuntukan untuk mempersiapkan peserta didik siap kerja masih harus didorong agar menjadi kepedulian stakeholders (sekolah dan masyarakat) karena perusahaan tidak memberikan pelatihan khusus meski kebutuhan untuk mencari karyawan yang sesuai kebutuhan di lapangan sangat dibutuhkan. Hasil wawancara di sebuah industri di Sleman dengan 1040 karyawan menyebutkan bahwa kenyataan di lapangan kebutuhan karyawan yang belum siap kerja mayoritas adalah lulusan SMK. Contoh di atas menggambarkan dinamika yang

7 sama yang pernah terjadi di negara-negara Eropa, dimana terjadi ketegangan antara sektor pendidikan dan industri tentang siapa yang bertanggungjawab atas penanaman keterampilan tersebut di terutama tingkat vocational atau SMK serta sektor pendidikan lain (Cornford, 2005). Urgensi aspek-aspek kompetensi lulusan SMK yang dibutuhkan di dunia industri yang diwujudkan dalam praktik kerja industri sangat berhubungan dengan salah satu mata diklat yaitu IPS yang diharapkan dapat membantu peserta didik siap kerja. Hasil kajian menunjukkan bahwa aspek-aspek kompetensi yang dirasa penting oleh industri adalah: kejujuran, etos kerja, tanggungjawab, disiplin, menerapkan prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja, inisiatif dan kreatifitas (F. Wahid, 2005 dan Muchlas Samani, 2007). Aspek di atas, menuntut dunia pendidikan termasuk SMK untuk mempersiapkan lulusannya yang bukan hanya siap pakai di dunia kerja/dunia usaha namun pula siap untuk meraih kesuksesan karir di dunia manapun (kerja/usaha). Terlebih lagi di kalangan praktisi SDM, pendekatan hard skills sudah mulai ditinggalkan. Hal ini bisa dilihat pada iklan-iklan lowongan kerja berbagai perusahaan yang juga mensyaratkan kemampuan soft skills, seperti kemampuan team work, kemampuan komunikasi, dan interpersonal relationship dalam seleksi penerimaan karyawannya. Inti permasalahan yang telah diuraikan di atas adalah masih rendahnya pengembangan soft skills peserta didik dalam pembelajaran di sekolah. Salah satu pembelajaran yang mendapat tugas seperti itu adalah IPS. Menurut laporan penelitian Enok Maryani (2009:1), pembelajaran berbasis keterampilan sosial

8 terutama yang seharusnya ada di IPS terbukti dapat menumbuhkan semangat dan motivasi belajar. Belajar yang tidak didominasi guru sebagai nara sumber, siswa juga aktif untuk mencari, menemukan dan mempresentasikan temuannya di depan kelas. Keadaan ini menumbuhkan rasa percaya diri, mandiri, kompetisi secara sehat, berkomunikasi, mendengar dan bertanya secara proporsional, bekerja sama, kompromi dalam mengambil kesimpulan, saling mendukung, mengembangkan kepemimpinan dan berbagai pengetahuan. Salah satu penyebab rendahnya keterampilan sosial dan kesiapan kerja pada siswa di SMK, dapat diasumsikan masih kurangnya arahan pembelajaran, khususnya IPS terhadap pengembangan soft skills (diantaranya keterampilan sosial dan siap kerja). Sebagai salah satu mata pelajaran di tingkat pendidikan dasar dan menengah, pendidikan IPS berfungsi untuk meningkatkan kemampuan berpikir, berperilaku, dan berinteraksi dalam keragaman realitas sosial dan budaya berdasarkan etika (Permen 22 tahun 2006). Guna mengejawantahkan fungsi mata pelajaran ini, maka keterampilan sosial dan kesiapan kerja siswa SMK harus dikembangkan secara optimal, sehingga pada gilirannya siswa memperoleh kecakapan hidup (life skills) yang bermanfaat bagi kehidupannya kini dan masa depannya kelak, khususnya menghadapi dunia kerja. Salah satu media untuk mengaplikasikannya yaitu mengkombinasikan pembelajaran di sekolah dengan belajar kembali lagi di masyarakat (khususnya dunia industri) dimana setelah lulus mereka akan menjalaninya. Dengan adanya program pendidikan sistem ganda di SMK diharapkan siswa memiliki bekal

9 bagaimana ilmu yang didapatkan di sekolah dapat dipraktikkan di masyarakat khususnya di dunia kerja. Saat ini banyak penelitian yang mengkaji mengenai SMK namun kajian secara khusus mengenai keterkaitan salah satu pembelajaran di SMK yaitu IPS khususnya aspek keterampilan sosial hubungannya dengan kesiapan peserta didik menghadapi dunia kerja sejauh pengetahuan peneliti belum ada. Maka dari itu penelitian ini mengkhususkan diri pada upaya penggalian apakah ada kontribusi Keterampilan Sosial (Social Skills) dalam Pembelajaran IPS terhadap Kesiapan kerja (Job Readiness) di Praktik Kerja Industri khususnya SMK N di Kota Bandung. B. Rumusan Masalah Bertolak dari latar belakang konseptual dan faktual, maka dapat dikemukakan bahwa permasalahan penelitian ini bertumpu pada konstribusi pengembangan keterampilan sosial (Social Skills) dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja (Job Readiness) yang dimiliki peserta didik SMK N Kota Bandung di tempat praktik kerja industri (dunia usaha atau dunia industri). Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah ada kontribusi keterampilan sosial (Social Skills) dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja (Job Readiness) yang dimiliki peserta didik SMK N Kota Bandung di tempat praktik kerja industri? Berdasarkan rumusan masalah, selanjutnya dikembangkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian, yaitu:

10 1. Apakah ada kontribusi keterampilan sosial aspek perilaku yang berhubungan dengan lingkungan (Environmental Behaviors) dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dimiliki peserta didik SMK N Kota Bandung yang dimoderasi dengan nilai di tempat praktik kerja industri? 2. Apakah ada kontribusi keterampilan sosial aspek perilaku yang berhubungan dengan hubungan dengan orang lain (Interpersonal Behaviors) dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dimiliki peserta didik SMK N Kota Bandung yang dimoderasi dengan nilai di tempat praktik kerja industri? 3. Apakah ada kontribusi keterampilan sosial aspek perilaku yang berhubungan dengan diri (Self-Related Behaviors) dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dimiliki peserta didik SMK N Kota Bandung yang dimoderasi dengan nilai di tempat praktik kerja industri? 4. Apakah ada kontribusi keterampilan sosial aspek perilaku yang berhubungan dengan tugas/pekerjaan (Task-Related Behaviors) dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dimiliki peserta didik SMK N Kota Bandung yang dimoderasi dengan nilai di tempat praktik kerja industri? 5. Apakah ada kontribusi keterampilan sosial aspek perilaku yang berhubungan dengan lingkungan (Environment Behaviors), perilaku yang berhubungan dengan hubungan dengan orang lain (Interpersonal Behaviors), perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri (Self-Related

11 Behaviors), dan perilaku yang berhubungan dengan tugas (Task-Related Behaviors) secara keseluruhan dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dimiliki peserta didik SMK N Kota Bandung yang dimoderasi dengan nilai di tempat praktik kerja industri? C. Definisi Operasional Variabel Variabel yang menjadi bagian dari komponen penelitian ini adalah keterampilan sosial aspek perilaku Environmental Behaviors, Interpersonal Behaviors, Self-Related Behaviors dan Task-Related Behaviors dalam proses pembelajaran IPS, Kesiapan kerja, dan Nilai Praktek Kerja Industri. Maksud dari aspek variabel keterampilan sosial, penjabaranya menurut Cartled and Millbern (1992:15) dalam Lismaniar (2005) diantaranya: 1. Environmental Behaviors yakni perilaku terhadap lingkungan yang terdiri atas kepedulian dan cinta lingkungan, serta etika selama melakukan aktivitas di sekitar sekolah. Salah satu penggunaan proses belajar dalam IPS dapat diobservasi lewat perilaku di sekitar lingkungan yang ditampilkan siswa. Maksud perilaku di sekitar lingkungan adalah pandangan, sikap dan perilaku peserta didik yang berhubungan dengan wawasan ataupun aktivitas di sekitar lingkungan yang didapat dari hasil pembelajaran IPS. 2. Interpersonal Behaviors yakni perilaku yang meliputi penerimaan pengaruh orang lain, membantu orang lain, menghadapi orang lain, mengatasi konflik, memperoleh perhatian, berkomunikasi, kerjasama, bersikap positif, bertanggung jawab, dan menghormati hak orang lain. Maksudnya

12 bagaimana pandangan perilaku peserta didik mengenai capaian yang didapat dari guru terhadap keterampilan yang diperoleh melalui pengalaman agar peserta didik dapat berkembang terutama dalam hal berhubungan atau komunikasi dengan orang lain sesuai dengan bakat dan minatnya. 3. Self-Related Behaviors yakni perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri yang meliputi menerima konsekuensi, berperilaku etis, menyatakan perasaan, sikap positif terhadap orang lain, bertanggung jawab dan peduli terhadap orang lain. Diartikan sebagai pandangan siswa mengenai perilaku dirinya yang berhubungan dengan diri siswa sendiri dari hasil pembelajaran IPS. Berkaitan dengan pembelajaran IPS, guru IPS berperan penting dalam menciptakan sebuah interaksi yang efektif dalam rangka pemahaman di bidang IPS. Salah satu perilaku yang berhubungan dengan diri siswa adalah kepercayaan diri yang dinilai sangat diperlukan dalam keterampilan sosial, karena dengan kepercayaan diri yang kuat, peserta didik akan mudah untuk terbuka dan terampil dalam bersosialisasi. 4. Task-Related Behaviors yakni perilaku yang berhubungan dengan tugas, yang meliputi kemampuan mengerjakan tugas, menampilkan perilaku, partisipasi mengikuti aturan, kewirausahaan dan kualitas pekerjaan. Pada mata diklat IPS sering mendapatkan tugas. Proses melaksanakan tugas tersebut siswa dapat mengembangkan keterampilan sosial lainya yaitu task behaviors. Dalam penelitian, task behaviors berupa pandangan peserta didik mengenai penugasan yang didapat dari guru IPS.

13 5. Kesiapan kerja (Job Readiness). Kesiapan kerja dapat diartikan sebagai upaya mempunyai keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga peserta didik setelah lulus nanti dapat diserap oleh dunia kerja. Guna mendapatkan lulusan yang siap kerja ditentukan oleh relevansi output lembaga pendidikan dengan yang diharapkan oleh masyarakat.. Kesiapan kerja dalam penelitian ini berupa sikap dan pandangan siswa terhadap kualitas kerja dari apa yang dilakukan di sekolah. 6. Hasil penilaian akhir non teknis yang diperoleh peserta didik selama melakukan praktik kerja industri terutama dari pembimbing lapangan (dunia usaha atau industri) atau pembimbing sekolah. Data yang dibutuhkan berupa data rasio (nilai non teknis) sebagai representasi dari kualitas atau prestasi kerja selama praktik kerja di perusahaan. D. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi keterampilan sosial dalam proses pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dimiliki peserta didik SMK N Kota Bandung yang dimoderasi dengan nilai prakerin di tempat praktik kerja. Sedangkan secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai: 1. Kontribusi keterampilan sosial aspek perilaku yang berhubungan dengan lingkungan (environmental behaviors) dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dimoderasi dengan nilai prakerin di tempat praktik kerja industri SMK N Kota Bandung.

14 2. Kontribusi keterampilan sosial aspek perilaku yang berhubungan dengan orang lain (interpersonal behaviors) dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dimoderasi dengan nilai prakerin di tempat praktik kerja industri SMK N Kota Bandung. 3. Kontribusi keterampilan sosial aspek perilaku yang berhubungan dengan diri (self-related behaviors) dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dimoderasi dengan nilai prakerin di tempat praktik kerja industri SMK N Kota Bandung. 4. Kontribusi keterampilan sosial aspek perilaku yang berhubungan dengan tugas/pekerjaan (task-related behaviors) dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dimoderasi dengan nilai prakerin di tempat praktik kerja industri SMK N Kota Bandung. 5. Keterampilan sosial aspek perilaku yang berhubungan dengan lingkungan (environmental behaviors), perilaku yang berhubungan dengan orang lain (interpersonal behaviors), perilaku yang berhubungan dengan diri (selfrelated behavior), dan perilaku yang berhubungan dengan tugas/pekerjaan (task-related behaviors) dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja yang dimoderasi dengan nilai prakerin di tempat praktik kerja industri SMK N Kota Bandung. E. Manfaat Penelitian Secara umum penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru untuk memperbaiki proses pembelajaran IPS di SMK sebagai bahan pendukung untuk

15 mempertajam keterampilan social yang nanti akan diterapkan di tempat praktik kerja. Secara khusus manfaat yang dapat diambil adalah: 1. Memberikan gambaran yang jelas tentang keterampilan sosial dalam pembelajaran IPS dan kontribusinya terhadap kesiapan kerja peserta didik SMK N Kota Bandung di tempat praktik kerja. 2. Memberikan pengetahuan kepada peserta didik dan guru IPS SMK mengenai keterampilan sosial dalam pembelajaran IPS dan kontribusinya terhadap kesiapan kerja peserta didik SMK N Kota Bandung di tempat praktik kerja. 3. Bagi pengembangan ilmu dapat menambah atau memperluas khasanah ilmu pengetahuan tentang konstribusi keterampilan sosial dalam pembelajaran IPS terhadap kesiapan kerja peserta didik SMK N Kota Bandung di tempat praktik kerja.