BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini kita hidup pada abad 21 dimana segala tantangan zaman semakin meningkat.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengembangan berbagai kompetensi tersebut belum tercapai secara optimal.

Pembelajaran Matematika SD

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika yang ada di SD Negeri 2 Labuhan Ratu khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggali berbagai potensi dan kebenaran secara ilmiah.

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke 4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

BAB I PENDAHULUAN. logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Lebih

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan. Proses pembelajaran di dalam kelas harus dapat menyiapkan siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan secara umum mempunyai suatu arti suatu proses usaha

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa, salah satu aspek yang dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. mengalami keluhan tentang banyaknya materi pelajaran dengan alokasi waktu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RASIONAL KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diperhatikan guru dan siswa. Pendidikan merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kemajuan dari suatu bangsa dapat dilihat dari sektor pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang tinggi untuk menghadapi tantangan tersebut. Salah

BAB I PENDAHULUAN. dan melaksanakan proses belajar mengajar didalam kelas, melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan nasional menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA SMP MELALUI PERTANYAAN-PERTANYAAN INOVATIF PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN (PTK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kemana arah hidup dan cita-cita yang ingin masyarakat capai. memerlukan pendidikan demi kemajuan kehidupannya.

I. PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Oleh karena itu, dalam Permendiknas tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN. menguasai ilmu matematika akan memudahkan mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meringankan kerja manusia. Matematika diberikan kepada siswa sebagai bekal

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. pergeseran paradigma pembangunan dari abad ke-20 menuju abad ke-21.

(PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMP Negeri 2 Gemolong) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. pergaulan Pasar Bebas seperti GATT, WTO, AFTA dan pergaulan dunia yang

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk membenahi dan

2015 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS SD

BAB 1 PENDAHULUAN Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, cara pemecahan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MODEL PEMBELAJARAN PBL ( PROBLEM BASED LEARNING)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Inti kegiatan pendidikan di sekolah adalah pada proses pembelajaran,

jawab untuk memberikan jawaban yang tepat terhadap tantangan dan peluang kehidupan global. Kehidupan global akan melahirkan kebudayaan global dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini kita hidup pada abad 21 dimana segala tantangan zaman semakin meningkat. Beberapa tantangan yang akan dihadapi di masa depan adalah WTO, ASEAN community, APEC, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, ekonomi berbasis pengetahuan, kebangkitan industri kreatif dan budaya, pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains, mutu, investasi dan transformasi pada sektor pendidikan. Dengan adanya arus globalisasi semua informasi dapat masuk secara cepat dari seluruh penjuru dunia. Untuk itu agar Indonesia mampu menghadapi persaingan global, Indonesia harus dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Jika sumber daya manusianya dapat berkembang maka suatu modal besar dalam pembangunan, namun jika seandainya kualitas sumber daya manusiannya rendah maka sebagai hambatan dalam proses pembangunan. Salah satunya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan. Pendidikan yang membangun daya kreatifitas karena kemampuan manusia yang kreatiflah yang dibutuhkan di masa yang akan datang. Sesuai dengan standar isi no 22 tahun 2006 yang mengatakan, ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern dan mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia adalah matematika. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat dari sejak dini. Mata pelajaran ini perlu diberikan kepada siswa mulai dari sekolah dasar kerena matematika ini membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan untuk bekerja sama. Melihat pentingnya matematika bagi kehidupan siswa dalam masa yang mendatang. Guru harus mampu membuat desain pembelajaran yang menuntut siswa untuk terlibat berpikir aktif dalam pengalaman belajar. Landasan pembelajaran yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa yaitu Permendiknas No.22 Tahun 2006 mengenai standar isi yang meliputi 1

2 Standar kompetensi dan kompetensi dasar. Model desain pembelajaran yang dapat melatih siswa berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif adalah model pebelajaran berbasis masalah. Model pebelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang melatih keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya. Hal ini yang mengubah cara pandang siswa yang awalnya sebagai objek pembelajaran berubah menjadi subjek pembelajaran. Ivor K.Davis dalam Rusman 2012 mengemukakan bahwa Salah satu kecenderungan yang sering dilupakan adalah melupakan bahwa hakikat pembelajaran adalah belajarnya siswa dan bukan mengajarnya guru. Sehingga tugas guru yang dulunya sebagai sumber belajar berubah menjadi fasilitator untuk mefasilitasi siswa menyelidiki setiap permasalahan yang diberikan guru. Permasalahan yang digunakan sebagai starting poin pembelajaran yaitu permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa atau sering disebut sebagai masalah kontekstual. Tan dalam Rusman (2012:229) menjelaskan pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam pembelajaran berbasis masalah kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalkan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memperdayakan, mangasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikir secara berkesinambungan. Sehingga dalam model pembelajaran berbasis masalah ini lebih menekankan pada proses pembelajarannya bukan produk akhir. Namun dalam model pembelajaran berbasis masalah terdapat beberapa kelemahan apabila diterapkan di Sekolah Dasar diantaranya kemampuan bekerja kelompok dalam menyelasaikan permasalahan karena mengingat karakteristik siswa sekolah dasar yang masih individualis serta memiliki tahap perkembangan oprasional kongkrit sehingga guru harus mampu menciptakan desain pembelajaran yang sesuai dengan taraf berpikir siswa dan memotivasi siswa dalam kerja kelompok. Hal ini dilakukan dengan harapan siswa dapat termotivasi dalam kerja kelompok untuk menyelesaikan permasalahan dan membangun pemahamannya sendiri. Selain itu harus disesuaikan dengan karakteristik siswa sekolah dasar yang masih suka mendengarkan dongeng. Pengertian Dongeng

3 menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi. James Danandjaja dalam Agus DS (2008:11) menjelaskan bahwa dongeng adalah cerita rakyat lisan yang terdiri dari mite, legenda dan dongeng. Mendongeng bisa menjadi sarana efektif dalam menyampaikan materi pada siswa karena tercipatnya suasana pembelajaran yang menyenangkan. Siswa pun diposisikan sebagai subjek aktif yang ikut bermain peran atau melibatkan seluruh inderanya untuk larut dalam cerita. Dengan siswa mengalaminya langsung diharapan pembelajaran menjadi berkesan bagi siswa sehingga materi yang diajarkan mampu tertanam di long memory sehingga siswa tidak cepat lupa seperti halnya pembelajaran dengan cara menghafal. Salah satu karakteristik model pembelajaran berbasis masalah adalah menggunakan masalah sebagai starting ponit pembelajaran. Masalah yang digunakan sebagai starting ponit pembelajaran merupakan permasalahan yang dapat dibayangkan, dialami, maupun dirasakan oleh siswa. Penggunaan model Problem Based Learning yang di desain dalam sebuah dongeng ini memiliki harapan dapat meningkatkan keantusiasan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang meningkat. Sehingga peneliti mecoba melihat pengaruh penerapan model Problem Based Learning dengan dongeng dan kegiatan pembelajaran seperti biasa (direct learning) sebagai pembanding. Pembelajaran langsung bertujuan agar siswa mendapatkan pengalaman langsung dari obyek yang dilihat, dan mampu menghayati tugas pekerjaan yang diberikan dengan penuh tanggung jawab. Pembelajaran langsung juga merupakan cara yang efektif untuk mengajarkan konsep dan ketrampilan-ketrampilan kepada siswa baik yang memiliki prestasi tinggi maupun rendah. Model pembelajaran langsung ini menekankan kegiatan mendengarkan dan kegiatan mengamati, sehingga membantu siswa yang cocok belajar dengan cara ini. Didukung dengan penelitian yang telah dilakukan Budiyono (2013) menyatakan bahwa pembelajaran langsung mampu meningkat hasil belajar matematika siswa kelas III SD N Ngagel Rejo/III 398 Surabaya.

4 1.2 Identifikasi Masalah Masalah-masalah yang dihadapi kelas 3 dalam pembelajaran Matematika antara lain: a. Guru cenderung sumber utama belajar bagi siswa. b. Kondisi kelas cenderung pasif karena proses pembelajaran masih teachercenter. c. Materi yang dipelajari cenderung parsial dengan dunia nyata yang dihadapi siswa d. Kurang tumbuhnya rasa keingin tahuan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga banyak siswa merasa bosan dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar. e. Pembelajaran hanya interaksi satu arah yaitu guru ke siswa tanpa ada timbal balik sehingga siswa belum terlihat aktif dalam proses pembelajaran. f. Proses pembelajaran yang kurang mefasilitasi peserta didik untuk aktif. g. Matematika masih parsial artinya kurang pemahaman siswa tentang penggunaan matematika dalam dunia nyata siswa. 1.3 Batasan masalah Berdasarkan identifikasi masalah, penulis membatasi masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu : 1. Hasil belajar siswa mata pelajaran matematika pada ranah kognitif setelah mengikuti proses pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning dengan dongeng. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh penerapan model Problem Based Learning dengan dongeng terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas III SD Salatiga 03 semester II tahun pelajaran 2015/2016?

5 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang dilakukan penulis adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penerapan model Problem Based Learning dengan dongeng terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas III SD N Salatiga 03 semester II tahun pelajaran 2015/2016. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis dalam pendidikan. Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1) Manfaat Teoritis Dapat memberikan kajian pustaka yang terkait penerapan model Problem Based Learning dengan dongeng sehingga dapat menambah wawasan pembaca dan dapat menginspirasi pembaca untuk menerapkan model Problem Based Learning dengan dongeng dalam setiap pembelajaran. 2) Manfaat Praktis a) Bagi Siswa Menciptakan suasana belajar yang menantang dan menyenangkan sehingga siswa lebih termotivasi untuk aktif selama proses belajar mengajar dengan harapan pembelajaran membiasakan siswa trampil dalam memecahkan permasalahan kontektual. b) Bagi Guru Menambah wawasan guru tentang model Problem-Besed Learning dengan dongeng sehingga guru dapat menerapkan model pembelajaran ini. c) Bagi Sekolah Dapat memberikan informasi terkait model Problem-Besed Learning dengan dongeng, sehingga dapat dijadikan dasar kebijakan dalam memotivasi guru untuk menerapkan model Problem Based Learning dalam setiap pembelajaran pada materi yang sesuai.