POLA BERFIKIR DALAM METODE ILMIAH SECARA SISTEMATIS DAN PRAGMATIS

dokumen-dokumen yang mirip
Catt: kedua kalimat pertama dapat dibuktikan kebenarannya. Kedua kalimat terakhir dapat ditolak karena fakta yang menentang kebenarannya.

Metode Ilmiah. Sudarko S.P.,M.Si. PS. Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember

LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN. Oleh Agus Hasbi Noor

METODE DAN PENDEKATAN ILMIAH

METODE RISET (Research Method)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang

MAKALAH FILSAFAT ILMU. Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif. Patricia M D Mantiri Pend. Teknik Informatika. Tema: Disusun oleh:

BAB 6 ILMU PENGETAHUAN, METODE ILMIAH & PENELITIAN. Agung Suharyanto,M.Si PSIKOLOGI - UMA 2017

BAB I ILMU PENGETAHUAN, METODE ILMIAH, DAN PENELITIAN

PENGANTAR METODOLOGI PENELITIAN Sesi 01. Arief Soeleman, M.Kom

Bab 2 Penalaran Ilmiah

TKS Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

PENELITIAN DAN METODE ILMIAH. BY: EKO BUDI SULISTIO

BAHAN AJAR : Metode Penelitian Sosial Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan

FILSAFAT METODE PENELITIAN

MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dan Ilmu Pengetahuan. MR Alfarabi Istiqlal, SP MSi

BAB II KAJIAN TEORI. A. Analisis. Analisis diuraikan secara singkat memiliki arti penyederhanaan data.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ILMU DAN PENELITIAN Sub Pembahasan : 1) Ilmu dan Penalaran 2) Penelitian ilmiah 3) Proposisi dan Teori Dalam Penelitian 4) Metode Penelitian

II. KAJIAN PUSTAKA. untuk menggunakan unsur-unsur bahasa untuk menyampaikan maksud atau pesan

Hubungan Ilmu Pengetahuan dengan Penelitian Disusun oleh: Ida Yustina, Prof. Dr.

PENALARAN. Nurul Bahiyah, M.Kom.

Ilmu Alamiah Dasar. Oleh : Dini Rohmawati

BAB I PENELITIAN, PERKEMBANGAN IPTEK DAN KEBENARAN

Bentuk dasar pengetahuan ada dua: 1. Bentuk pengetahuan mengetahui demi mengetahui saja, dan untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati

ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA

6/10/ MHS DAPAT MENJELASKAN APA YG DIMAKSUD PENELITIAN ILMIAH. 2. MHS DAPAT MENJELASKAN HUB PENELITIAN DGN PENGEMBANGAN IPTEK

METODE PENELITIAN. Oleh Satria Novari, M.Kom

PROSES BERPIKIR ILMIAH

SIKAP ILMIAH 3/27/2014 Metil/dn 1

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

ILMU ALAMIAH DASAR (IAD) NANIK DWI NURHAYATI, S. SI, M.SI Telp = (271) ; Blog =nanikdn.staff.uns.ac.

IL I MU A LAMIA I H H DA D SA S R Dewi Yuanita

KONSEP DASAR DAN HAKEKAT PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

PENGANTAR METODE PENELITIAN. Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

METODE PENELITIAN. Wuryansari Muharini Kusumawinahyu

BAB I HAKEKAT IPA. Ilmu yang mempelajari alam dengan segala isinya, termasuk gejala-gejala alam ang ada. fisika biologi

Bab 1 PENELITIAN 1-2

MAKALAH FILSAFAT ILMU Silogisme dan Proposisi Kategoris. Disusun oleh : Nama : NPM :

Pengantar Metodologi Penelitian. sri lestari

JENIS-JENIS PENALARAN DI DUNIA BARAT (DEDUKTIF, INDUKTIF, ABDUKTIF)

METODE PENELITIAN. Pengantar: Pengetahuan, Ilmu dan Kebenaran. Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc.

ANALISIS KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMKN 12 MALANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PERTEMUAN 7 HIPOTESIS PENELITIAN

Nantia Rena Dewi Munggaran

A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU

PENGANTAR LOGIKA INFORMATIKA

HIPOTESIS. Pertemuan 9. Pengertian Hipotesis

Ruang Lingkup Penelitian Ilmiah

9/14/2011. Dosen : Prof. Dr. Abdul Hakim, Drs. MSi FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG. Karakteristik Berpikir Filsafat

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BERPIKIR (PENALARAN) DEDUKTIF

2. Darimana kita tahu dalam enthymema tersebut ternyata ada premis yang belum disebut?

EPISTEMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR

METODE RISET (TMK602)

Struktur Ilmu Pengetahuan Modern & Cara Memperoleh Pengetahuan Ilmiah: Penalaran (Scientific Reasoning) Kamis, 21 Mei 2015

KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN

Metode ilmiah dan Teori ilmiah

Filsafat Ilmu dan Logika

II. POLA PIKIR PENELITIAN ILMIAH. Oleh Bambang Juanda

SILOGISME DAN ENTIMEN

METODE ILMIAH. Isti Yunita, M. Sc FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015

MODUL PERKULIAHAN DASAR-DASAR LOGIKA. Modul ini berisi langkahlangkah. memahami prinsip-prinsip logis dalam bernalar.

PENGERTIAN LOGIKA BAHAN SATU DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER I

ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA. Sulistyani, M.Si.

Drs. Rudi Susilana, M.Si. -

Metodologi Penelitian Kuantitatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Penalaran Matematis. a. Pengertian Penalaran Matematis

VII. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN

Hubungan kemampuan membaca skema dengan kemampuan menulis paragraf persuasive oleh Siswa Kelas XI SMA Swasta Katolik Budi Murni 2. Verawaty R.

Pertemuan 9 HIPOTESIS

Semua bahan ambil di =è announcement!!!

ILMU ALAMIAH DASAR. Pendekatan Ilmiah Dini Rohmawati

2/24/2011

MEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR

PERTEMUAN 6 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

MAGISTER DEGREE IN BUSINESS MANAGEMENT PADJADJARAN UNIVERSITY Prof. Dr. Sucherly, SE., MS

Buka Untuk melihat materi yang menyangkut matematika dan fisika

Ilmu pengetahuan. himpunan pengetahuan yang diperoleh secara terorganisisr melalui prosedur dan metode tertentu yang kemudian disistema-tisasi

METODOLOGI PENELITIAN PENDAHULUAN. ARSITA EKA PRASETYAWATI, dr.

BAB IV KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana

BENTUK SILOGISME S - M S - P

SARANA BERPIKIR ILMIAH

MERUMUSKAN DAN MENGUJI HIPOTESA

Verawaty R. Sitorus. Kata Kunci. Membaca Skema, Paragraf Persuasif, SMA Budi Murni

HIPOTESIS PENELITIAN. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH. Tujuan Pembelajaran

MATA KULIAH METODE RISET [KODE/SKS : IT /2 SKS]

PERTEMUAN 1. Semoga Tuhan memberi berkah pada kelas ini.

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN

METODE ILMIAH UNIVERSITAS GUNADARMA : SRI SETIAWATY NPM : DEFINISI METODE ILMIAH

Metode, Sikap, Proses, dan Implikasi Ilmiah. Sulistyani, M.Si.

6.1 PRINSIP-PRINSIP DASAR BERPIKIR KRITIS/LOGIS

Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu :

KONSEP-KONSEP DASAR PENELITIAN

MEMFORMULASIKAN KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

Pertemuan 4. Landasan Teori dan Penyusunan Hipotesis

Transkripsi:

POL BERFIKIR DLM METODE ILMIH SECR SISTEMTIS DN PRGMTIS ILLI SELDON MGFIROH KULIH X METODE ILMIH PROGRM STUDI GRIBISNIS, UNIVERSITS JEMBER 2017

1. da unsur logis di dalamnya Tiap bentuk berpikir mempunyai logikanya sendiri. Berpikir secara logis mempunyai konotasi jamak (orang lain dapat menggunakan logikanya, menurut asumsi/persepsi yang lain) 2. da unsur analitis Kegiatan berpikir itu sendiri merupakan kegiatan analisis Sifat analitis merupakan konsekuensi dari adanya pola berpikir tertentu Kriteria berpikir secara nalar

1. Melakukan kegiatan analisis dalam menggunakan logika secara ilmiah. 2. Merupakan gabungan antara penalaran secara deduktif dan induktif. Berpikir secara ilmiah / berpikir ilmiah, berarti

PENELITIN ILMU PROSES HSIL Hubungan Ilmu dan penelitian lmack (1960) Hubungan ilmu dan penelitian adalah seperti hasil dan proses.

PENELITIN ILMU KEBENRN PROSES PROSES HSIL Whitney (1960)

danya Koheren Suatu pernyataan dianggap benar jika konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Ex: Si Badu akan mati, adalah pernyataan benar, karena penryataan sebelumnya adalah semua manusia akan mati. danya koresponden Suatu pernyataan dianggap benar jika materi pengetahuan yang terkandung dalam pernyataan tersebut berhubungan atau mempunyai hubungan (koresponden) dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Ex: Bandung dalah ibukota prov. Jawa Barat, adalah benar karena terkandung hubungan atau berkorespondensi dengan objek yang dituju. danya sifat pragmatis Pernyataan tersebut dianggap benar apabila mempunyai sifat fungsional dalam kehidupan praktis. Kebenaran Ilmiah dapat diterima jika :

Masalah : pa, bgmn, mengapa, dsb Ilmiah Kebenaran diperoleh melalui penyelidikan ilmiah. Dengan ciri: Objektif Cermat Sistematik Berdasarkan Ilmu Pengetahuan PENELITIN Tidak Ilmiah Kebenaran diperoleh melalui : Trial and error Kebetulan/spekulatif Otoritas/wewenang/jabatan Intuisi Kebenaran dapat diperoleh melalui mekanisme sebagai berikut

da konsistensi dengan pengetahuan berikutnya. da kesesuaian antara pengetahuan yang dikembangkan dengan fakta di lapangan. Dua Kriteria utama pengetahuan Ilmiah

METODE ILMIH Penyelidikan yang sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis terhadap fenomena alam yang dipandu dengan teori dan hipotesis tentang dugaan hubungan antara variabel-variabel (fenomena). Prosedur atau cara tertentu yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan yang disebut ilmu (pengetahuan ilmiah)

Metode Ilmiah Metode Ilmiah Kriteria Langkah-langkah 1. Berdasarkan Fakta. 2. Bebas dari Prasangka 3. Menggunakan prinsip analisa 4. Menggunakan ukuran objektif 5. Menggunakan teknik Kuantifikasi a. Memilih dan mendefinisikan masalah b. Survei thd data yg tersedia c. Memformulasikan hipotesa d. Membangun kerangka analisa serta alat-2 dlm menguji hipotesa. e. Mengumpulkan data primer. f. Mengolah, menganalisa serta membuat interpretasi. g. Membuat generalisasi dan kesimpulan. h. Membuat laporan

Karakteristik Metode Ilmiah Kritis dan analitis, mendorong suatu kepastian dan proses penyelidikan untuk mengidentifikasi masalah dan metode untuk mendapatkan solusi. Logis, merujuk pada metode dan argumentasi ilmiah. Kesimpulan secara rasional diturunkan dari bukti-bukti yang ada

Karakteristik Metode Ilmiah Obyektif, mengandung makna bahwa hasil yang diperoleh ilmuwan yang lain akan sama apabila studi yang sama dilakukan pada kondisi yang sama Konseptual dan teoritis, mengandung arti pengembangan struktur konsep dan teoritis untuk menuntun dan mengarahkan upaya penelitian Sistematis, mengandung arti suatu prosedur yang cermat dan mengikuti aturan tertentu yang baku

Karakteristik Metode Ilmiah : Bersifat kritis, analistis, artinya metode menunjukkan adanya proses yang tepat untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan metode untuk pemecahan masalah. Bersifat logis, artinya dapat memberikan argumentasi ilmiah. Kesimpulan yang dibuat secara rasional berdasarkan bukti-bukti yang tersedia Bersifat obyektif, artinya dapat dicontoh oleh ilmuwan lain dalam studi yang sama dengan kondisi yang sama pula. Bersifat konseptual, artinya proses penelitian dijalankan dengan pengembangan konsep dan teori agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Bersifat empiris, artinya metode yang dipakai didasarkan pada fakta di lapangan.

Hubungan Ilmu, Penelitian dan Kebenaran... terdapat kesamaan yang tinggi derajatnya antara konsep ilmu dan penelitian. Keduanya adalah samasama proses Whitney Penelitian Ilmu Kebenaran Proses Proses Hasil by: David Sukardi Kodrat

PROPOSISI > Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan antara dua atau lebih konstruk yang dapat diuji kebenarannya (Effendi dan Singarimbun) Contoh: pengangguran terjadi karena investasi turun > Benarkah investasi turun menyebabkan pengangguran meningkat, maka secara empiris proposisi diuji Jika proposisi sudah dirumuskan sedemikian rupa dan sementara diterima untuk diuji kebenarannya maka dinamakan hipotesis. > Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan untuk pengujian empiris atau pernyataan dugaan (conjectural) tentang hubungan antara dua atau lebih variabel

PROPOSISI Untuk menguji proposisi di atas, dirumuskan hipotesis tingkat pengeluaran investasi berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran Tingkat pengeluaran dan tingkat pengangguran adalah variabel. Variabel adalah konstruk yang diberi angka atau variasi nilai.

DLIL Proposisi yang sudah mempunyai jangkauan cukup luas dan telah didukung oleh data empiris dinamakan dalil (scientific law) atau singkatan dari suatu pengetahuan tentang hubungan sifat-sifat tertentu yang bentuknya lebih umum jika dibandingkan dengan penemuanpenemuan empiris yang dari mana dalil tersebut didasarkan.

Teori > Teori adalah abstraksi dari pengertian atau hubungan dari proposisi atau dalil. > Teori adalah seperangkat konsep atau construct, definisi dan proposisi yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena dengan merinci hubungan-hubungan antara variabel, dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi fenomena itu (Kerlinger) > Teori menjelaskan hubungan antarvariabel atau antar konstruk sehingga pandangan yang sistematis dari fenomena-fenomena yang diterangkan oleh variabel dengan jelas kelihatan > Teori menerangkan fenomena dengan cara menspesifikasikan variabel-variabel mana yang berhubungan dengan variabel mana.

Konstruk Istilah yang digunakan peneliti untuk mendefinisikan secara abstrak fenomena-fenomena yang sama dalam disiplin ilmu tertentu. Contoh: Inflasi adalah konstruk yang digunakan para ekonom dan peneliti makroekonomi untuk mendeskripsikan fenomena naiknya harga-harga secara umum dan terus-menerus.

Fakta Fakta adalah pengamatan yang telah diverifikasikan secara empiris. Fakta yang dikumpulkan secara sistematis dengan beberapa sistem serta beberapa pokok pengurutan dapat menghasilkan ilmu Fakta tanpa teori tidak akan menghasilkan apa-apa Fakta dapat menjadi ilmu dan dapat juga tidak. Jika fakta hanya diperoleh saja secara random, fakta tidak dapat menjadi ilmu. Sebaliknya jika dikumpulan secara sistematis dengan beberapa sistem serta beberapa pokok-pokok pengurutan, maka fakta tersebut dapat menghasilkan ilmu. Fakta ilmiah adalah produk dari pengamatan yang bukan random dan mempunyai arti.

Proses berpikir adalah refleksi yang hatihati dan teratur Untuk berpikir kritis menggunakan silogisma Silogisma yaitu membuat kesimpulan berdasarkan premis yang ada Silogisma dibedakan menjadi pola berpikir deduktif dan induktif Metode Berpikir Kritis

P E N L R N pengertian Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Didasari sejumlah proposisi (pernyataan/fakta) yang diketahui atau dianggap benar (pengamatan), Proses seorang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui disebut menalar.

P E N L R N pengertian Menurut Tim Balai Pustaka (dalam Shofiah, 2007 :14), istilah penalaran mengandung tiga pengertian, diantaranya : 1.Cara menggunakan nalar, pemikiran atau cara berfikir logis. 2.Hal mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan perasaan atau pengalaman. 3.Proses proses mental dalam mengembangkan atau mengendalikan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip

P E N L R N pengertian Dua bagian dalam penalaran, yaitu : proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi Penalaran dikelompokkan menjadi dua yaitu penalaran induktif dan deduktif

P E N L R N PENLRN INDUKTIF Penalaran induktif adalah cara berpikir dengan menarik kesimpulan umum dari pengamatan atas gejala-gejala yang bersifat khusus. Contoh: Jika dipanaskan, besi memuai. Jika dipanaskan, tembaga memuai. Jika dipanaskan, emas memuai. Jika dipanaskan, platina memuai. Jika dipanaskan, logam memuai.

P E N L R N 3 (tiga) macam PENLRN INDUKTIF 1. Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomenal individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena. peristiwa-peristiwa khusus untuk mengambil kesimpulan secara umum. dari segi bentuknya dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu : loncatan induktif dan yang bukan loncatan induktif. (Gorys Keraf, 1994 : 44-45).

P E N L R N 2 (dua) macam generalisasi 1. Generalisasi Tanpa Loncatan Induktif (Generalisasi tidak sempurna) adalah sebuah generalisasi bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan menyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali. 2. Generalisasi dengan Loncatan Induktif (Generalisasi sempurna) adalah sebuah generalisasi bila fakta-fakta yang digunakan tersebut dianggap sudah mewakili seluruh persoalan yang diajukan

P E N L R N 3 (tiga) macam PENLRN INDUKTIF 2. nalogi yaitu proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan. Kesimpulan yang diambil dengan analogi, yaitu kesimpulan dari pendapat khusus dengan beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan kondisinya. Tujuan analogi adalah meramalkan kesamaan, menyingkap kekeliruan dan menyusun sebuah klasifikasi.

P E N L R N 3 (tiga) macam PENLRN INDUKTIF 3. Kausal adalah paragraph yang dimulai dengan mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada simpulan yang menjadi akibat. Setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan. Hubungan kausal yang berlangsung dalam tiga pola, yaitu : sebab akibat, akibat-sebab, akibat-akibat.

P E N L R N PENLRN deduktif Penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi.

P E N L R N PENLRN deduktif Jenis penalaran deduktif yaitu: 1. Silogisme Kategorial = Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. 2. Silogisme Hipotesis = Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. 3. Silogisme kternatif = Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. 4. Entimen = Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.

P E N L R N PENLRN deduktif Penarikan kesimpulan deduktif dibagi menjadi dua, yaitu penarikan langsung dan tidak langsung. Simpulan secara langsung adalah penarikan simpulan yang ditarik dari satu premis simpulan secara adalah penarikan simpulan dari dua premis Premis yang pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis yang bersifat khusus.

Deduksi Deducere (de berarti dari dan ducere berarti menghantar, memimpin ) Merupakan suatu proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari sesuatu proposisi yang sudah ada menuju kepada suatu proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan Corak berpikir deduktif: silogisme kategorial, silogisme hipotetis, silogisme disjungtif atau silogisme alternatif, entinem, rantai deduksi. 33

Silogisme Silogisme adalah suatu bentuk proses penalaran yang berusaha menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan atau inferensi yang merupakan proposisi ketiga. 34

1. Silogisme Kategorial rgumen deduktif yang mengandung suatu rangkaian yang terdiri dari tiga (dan hanya tiga) proposisi kategorial, yang disusun sedemikian rupa sehingga ada tiga term yang muncul dalam rangkaian pernyataan itu. Tiap term hanya boleh muncul dalam dua pernyataan, misalnya: (1) Semua buruh adalah manusia pekerja (2) Semua tukang batu adalah buruh (3) Jadi, semua tukang batu adalah manusia pekerja. 35

Proposisi Silogisme Dalam seluruh silogisme hanya ada 3 term: term mayor, term minor, dan term tengah Tiap silogisme terdapat 3 proposisi: dua proposisi yang disebut premis, dan satu proposisi yang disebut konklusi Proposisi diberi nama sesuai dengan term yang dikandungnya: premis mayor, premis minor, dan konklusi (kesimpulan). 36

Proposisi Silogisme (2) Premis mayor: premis yang mengandung term mayor Proposisi yang dianggap benar bagi semua anggota kelas tertentu Contoh: Semua buruh adalah manusia pekerja adalah premis mayor karena akan muncul sebagai predikat dalam konklusi Premis minor: Premis yang mengandung term minor Proposisi yang mengidentifikasi sebuah peristiwa yang khusus sebagai anggota dari kelas tertentu Kesimpulan: Proposisi yang mengatakan bahwa apa yang benar tentang seluruh kelas, juga akan berlaku bagi anggota tertentu. 37

Kesahihan dan Kebenaran Nilai sebuah silogisme: Kesahihan (validitas; keabsahan), tergantung pada bentuk logisnya Kebenaran (truth), tergantung dari fakta yang mendukung sebuah pernyataan Bentuk logis sebuah silogisme: (1) Bentuk logis dari pernyataan kategorial dalam silogisme (premis mayor harus disebut lebih dahulu, kemudian premis minor, lalu konklusinya) (2) Cara penyusunan term dalam masing-masing pernyataan (proposisi) dalam silogisme. 38

Kaidah Silogisme Kategorial (1) Sebuah silogisme harus terdiri dari tiga proposisi: premis mayor, premis minor, dan konklusi. Misalnya: Premis Mayor: Semua petani desa itu adalah orang-orang jujur. Premis Minor: Halim adalah seorang petani desa it. Konklusi: Sebab itu, Halim adalah seorang jujur. Kalau salah satu premis tidak ada, maka sulit untuk menerima konklusi (2) Dalam ketiga proposisi itu harus ada tiga term, yaitu term mayor (term predikat dari konklusi), term minor (term subyek dari konklusi), dan term tengah (menghubungkan premis mayor dan premis minor). 39

Kaidah Silogisme Kategorial (2) (3) Setiap term yang terdapat dalam kesimpulan harus tersebar atau sudah tersebut dalam premis-premisnya. Premis Mayor: Manusia adalah mahluk yang berakal budi Premis Minor: di adalah seorang manusia Konklusi: Sebab it, di adalah mahluk berakal budi. Bila dalam kesimpulan terdapat term yang tidak pernah disebut dalam premis-premisnya, maka konklusi yang diturunkan akan tidak logis. Premis Mayor: Manusia adalah mahluk yang berakal budi Premis Minor: di adalah seorang manusia Konklusi: Sebab it, nita adalah mahluk berakal budi, atau Sebab it, di adalah mahluk yang tidak berakal budi. 40

Kaidah Silogisme Kategorial (3) (4) Bila salah satu premis bersifat universal dan yang lain bersifat partikular, maka konklusinya harus bersifat partikular. Lihat contoh kaidah (1) dan (3). Kalau konklusi bersifat universal, maka silogisme akan ditolak karena tidak logis. Misalnya: Premis Mayor: Semua mahasiswa adalah orang yang rajin Premis Minor: Tommy adalah seorang mahasiswa Konklusi: Sebab itu, semua anak bimbingan saya adalah orang yang rajin. 41

Kaidah Silogisme Kategorial (4) (5) Dari dua premis yang bersifat universal, konklusi yang diturunkan juga harus bersifat universal. Premis Mayor: Semua buruh adalah orang yang suka bekerja Premis Minor: Semua tukang batu adalah buruh Konklusi: Sebab itu, semua tukang batu adalah orang yang suka bekerja. Bila konklusi bersifat partikular maka silogisme it tidak logis. Premis Mayor: Semua buruh adalah orang yang suka bekerja Premis Minor: Semua tukang batu adalah buruh Konklusi: Sebab itu, li adalah orang yang suka bekerja. Selain melanggar kaidah (5) silogisme di atas melanggar kaidah (3). 42

Kaidah Silogisme Kategorial (5) (6) Jika sebuah silogisme mengandung sebuah premis yang positif dan sebuah premis yang negatif, maka konklusinya harus negatif. Premis mayornya negatif: Premis Mayor: Semua calon mahasiswa yang berusia di atas 30 tahun tidak mengikuti perploncoan. Premis Minor: Nina adalah calon mahasiswa yang berusia di atas 30 tahun Konklusi: Sebab itu, Nina tidak mengikuti perploncoan. Premis minornya negatif: Premis Mayor: Semua calon mahasiswa yang berusia di bawah 30 tahun harus mengikuti perploncoan. Premis Minor: Nina adalah calon mahasiswa yang tidak berusia di bawah 30 tahun Konklusi: Sebab itu, Nina tidak mengikuti perploncoan. 43

Kaidah Silogisme Kategorial (6) (7) Dari dua premis yang negatif tidak dapat ditarik kesimpulan. Sebab it silogisme berikut tidak sahih dan tidak logis. Premis Mayor: Semua koruptor bukan warga negara yang baik. Premis Minor: Ia bukan seorang warga negara yang baik. Konklusi: Sebab itu, ia seorang koruptor. (8) Dari dua premis yang bersifat partikular, tidak dapat ditarik kesimpulan yang sahih. Premis Mayor: Chris John adalah seorang petinju Premis Minor: Chris John adalah warga negara Indonesia Konklusi: Sebab itu, petinju adalah warga negara Indonesia. 44

2. Silogisme Hipotetis Silogisme hipotetis atau silogisme pengandaian adalah semacam pola penalaran deduktif yang mengandung hipotese. Premis mayornya mengandung pernyataan yang bersifat hipotetis. Rumus proposisi mayor dari silogisme: Jika P, maka Q 45

Contoh: Premis Mayor: Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal Premis Minor: Hujan tidak turun Konklusi: Sebab itu panen akan gagal. tau Premis Mayor: Jika tidak turun hujan, maka panen akan gagal Premis Minor: Hujan turun Konklusi: Sebab itu panen tidak gagal. Pada contoh premis mayor mengandung dua pernyataan kategorial, yaitu hujan tidak turun dan panen akan gagal. Bagian pertama disebut antiseden, sedangkan bagian kedua disebut akibat. Terdapat asumsi: kebenaran antiseden akan mempengaruhi kebenaran akibat. 46

3. Silogisme lternatif Silogisme alternatif atau silogisme disjungtif: proporsi mayornya merupakan sebuah proposisi alternatif, yaitu proposisi yang mengandung kemungkinan atau pilihan. Proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya. Konklusi tergantung dari premis minornya. Contoh: Premis Mayor: yah ada di kantor atau di rumah Premis Minor: yah ada di kantor Konklusi: Sebab it, ayah tidak ada di rumah. tau Premis Mayor: yah ada di kantor atau di rumah Premis Minor: yah ada di kantor Konklusi: Sebab it, ayah tidak ada di rumah. 47

4. Entimem Enthymeme, enthymema (Yunani) berasal dari kata kerja enthymeisthai yang berarti simpan dalam ingatan Silogisme muncul hanya dengan dua proposisi. Contoh: Silogisme aslinya berbunyi: Premis Mayor: Siapa saja yang dipilih mengikuti pertandingan Thomas Cup adalah seorang pemain kawakan. Premis Minor: Taufik Hidayat terpilih mengikuti pertandingan Thomas Cup. Konklusi: Sebab it Taufik Hidayat adalah seorang pemain (bulu tangkis kawakan). Penulis dapat menyatakan dalam bentuk entimem: Taufik Hidayat adalah seorang pemain bulu tangkis kawakan, karena terpilih mengikuti pertandingan Thomas Cup. 48

5. Rantai Deduksi Penalaran yang deduktif dapat berlangsung lebih informal dari entimem. Orang tidak berhenti pada sebuah silogisme saja, tetapi dapat pula berupa merangkaikan beberapa bentuk silogisme yang tertuang dalam bentuk yang informal. Semua buah belimbing masam rasanya. (hasil generalisasi) Kali ini saya diberi lagi buah belimbing. Sebab it, buah belimbing ini juga pasti masam rasanya. (deduksi) Saya tidak suka akan buah-buahan yang masam rasanya. (induksi: generalisasi) Ini adalah buah belimbing masam. Sebab it, saya tidak suka buah belimbing ini (deduksi) Saya tidak suka makan apa saja, yang tidak saya senangi (induksi: generalisasi) Saya tidak suka buah ini. Sebab it saya tidak akan memakannya. (deduksi) 49

Induktif Pengambilan kesimpulan dari kasus yang khusus menjadi kesimpulan yang bersifat umum Deduktif Pengambilan kesimpulan dari hal yang umum menjadi kasus yang bersifat khusus bersifat bersifat Kesimpulan : Pola Pikir dalam Metode Ilmiah

Induktif : Fakta : Tumbuhan akan mati (khusus) Hewan akan mati (khusus) Manusia akan mati (khusus) Kesimpulan : (umum) Semua makhluk hidup akan mati Deduktif : Fakta : Semua manusia akan mati (umum) Taka adalah manusia (khusus) Kesimpulan : Taka akan mati (khusus) Contoh sederhana

Perbedaan Pendekatan Ilmiah dan Non Ilmiah : Pendekatan Ilmiah : Perumusan masalah jelas dan spesifik Masalah merupakan hal yang dapat diamati dan diukur secara empiris Jawaban permasalahan didasarkan pada data Proses pengumpulan dan analisis data, serta pengambilan keputusan berdasarkan logika yang benar Kesimpulan yang didapat siap/terbuka untuk diuji oleh orang lain Pendekatan Non Ilmiah : Perumusan masalah yang kabur atau abstrak Masalah tidak selalu diukur secara empiris dan dapat bersifat supranatural/dogmatis Jawaban tidak diperoleh dari hasil pengamatan data di lapangan Keputusan tidak didasarkan pada hasil pengumpulan data dan analisis data secara logis Kesimpulan tidak dibuat untuk diuji ulang oleh orang lain

Contoh : Taka sakit perut selama seminggu Pendekatan Ilmiah : Cari data di lapangan Taka makan apa? Periksa ke dokter Tes laboratorium Pengobatan Kesimpulan : Taka Keracunan Pendekatan Non Ilmiah : Pergi ke dukun Penyembuhan Kesimpulan : Taka terkena gunaguna dari teman/musuhnya