PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH Objek Pemungutan PPN dan PPn BM 1. Penyerahan BKP dan atau JKP oleh PKP Rekanan 2. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah Pabean di dalam daerah Pabean 3. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean didalam Daerah Pabean Pembayaran yang Tidak Dipungut PPN dan PPn BM 1. Pembayaran Rp. 1 Juta termasuk PPN dan PPn BMdan tidak dipecah 2. Pembayaran untuk pembebasan Tanah 3. Pembayaran atas Penyerahan BKP dan atau JKP yang menurut perundangan undangan PPN men-dapat fasilitas PPn tidak dipungut atau dibebaskan dari pengenaan PPN 4. Penyerahan BBM / Non BBM oleh Pertamina 5. Pembayaran Rekening Telepon 6. Jasa Angkutan Udara oleh Perusahaan Penerbangan 7. Pembayaran lain yang tidak dikenakan PPN Barang Kena Pajak B arang Kena Pajak (BKP) adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 1
PPN. Pada dasarnya semua barang adalah BKP, kecuali undang-undang menetapkan sebaliknya. Jenis barang yang tidak dikenakan PPN ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah yaitu Ps.4 A UU PPN 1984 jo. Ps. 1-4 PP No.144/2000 didasarkan atas kelompok-kelompok barang sebagai berikut: 1. Barang hasil pertambangan/ pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya, terdiri dari minyak mentah, gas bumi, panas bumi, pasir, kerikil, batu bara sebelum diproses menjadi briket, dan bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih nikel, bijih tembaga, bijih perak, dan bijih bauksit. 2. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, terdiri dari beras, gabah, jagung, sagu,kedelai, dan garam. 3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya termasuk catering baik dikonsumsi di tempat maupun tidak. 4. Uang, emas batangan, dan surat berharga. Jasa Kena Pajak Jasa Kena Pajak (JKP) adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang PPN. Pada dasarnya semua jasa dikenakan pajak, kecuali yang ditentukan lain oleh Undang-Undang PPN. Jenis jasa yang tidak dikenakan PPN ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah didasarkan atas kelompok-kelompok jasa sebagai berikut: 1. Jasa pelayanan kesehatan medis; 2. Jasa pelayanan sosial; Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 2
3. Jasa pengiriman surat dengan prangko; 4. Jasa keuangan; 5. Jasa asuransi; 6. Jasa keagamaan; 7. Jasa pendidikan; 8. Jasa kesenian dan hiburan; 9. Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan; 10. Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri; 11. Jasa tenaga kerja; 12. Jasa perhotelan; 13. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum; 14. Jasa penyediaan tempat parkir; 15. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam; 16. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan 17. Jasa boga atau katering. PPn BM Selain dikenakan PPN, dikenakan juga PPn BM terhadap: 1. Penyerahan BKP yang tergolong mewah 2. Impor BKP yang tergolong mewah PPn BM dikenakan hanya 1 (satu) kali pada waktu penyerahan BKP yang tergolong mewah Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 3
Tarif PPN dan PPn BM 1. Tarif PPN yang berlaku saat ini adalah 10% (sepuluh persen). Berdasarkan pertimbangan perkembangan ekonomi dan/atau peningkatan kebutuhan dana untuk pembangunan, dengan Peraturan Pemerintah tarif PPN dapat diubah serendah-rendahnya 5% (lima persen) dan setinggi-tingginya 15% (lima belas persen) dengan tetap memakai prinsip tarif tunggal. Perubahan tarif tersebut, harus dengan Peraturan Pemerintah. 2. Tarif PPn BM yang berlaku sekarang ini paling rendah 10% dan paling tinggi 200%. Faktur Pajak 1. Sesuai UU PPN pasal 1 disebutkan bahwa Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan BKP atau penyerahan JKP atau pada saat impor BKP. 2. Pada pasal 13 UU PPN disebutkan juga Pengusaha Kena Pajak wajib membuat faktur pajak untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP). Orang atau badan yang tidak dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak dilarang membuat Faktur Pajak. 3. Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan BKP atau penyerahan JKP 4. Pengusaha Kena Pajak wajib membuat faktur pajak untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP). Faktur pajak tersebut harus dibuat pada: a. Saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak; b. Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak; c. Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan; atau Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 4
d. Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Dasar Pemungutan PPN dan PPn BM Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan Dasar Pengenaan pajak yang meliputi harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain. Nilai lain adalah nilai berupa uang yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak. Nilai lain sesuai PMK 38/PMK.03/2013 ditetapkan bermacam-macam antara lain 1. untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah yang ditagih atau jumlah yang seharusnya ditagih; atau 2. untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih. Contoh Satker Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan melakukan perikatan kepada PT Kiriman Kilat untuk pengiriman paket buku sebesar Rp.10.000.000,00. Terhadap perikatan itu bendahara harus memungut PPN sebesar : Harga jasa pengiriman : Rp. 10.000.000,00 Dasar Pengenaan Pajak : 10% x Rp.10.000.000,00 : Rp. 1.000.000,00 PPN : 10% x Rp.1.000.000,00 : Rp.100.000,00 Tata Cara Pemungutan PPN dan PPn BM 1. PKP selaku penyedia barang/jasa wajib menerbitkan Faktur Pajak dan SSP pada saat menyampaikan tagihan kepada Bendahara Pemerintah baik untuk Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 5
sebagian maupun seluruh pembayaran. Dalam hal pembayaran diterima sebelum penagihan atau sebelum penyerahan BKP dan/atau JKP, maka Faktur Pajak wajib diterbitkan pada saat pembayaran diterima. 2. PKP selaku penyedia Barang/Jasa Pemerintah mencantumkan jumlah PPn BM yang terutang pada Faktur Pajak, apabila dalam penyerahan BKP tersebut terdapat PPn BM yang terutang. 3. Faktur Pajak dibuat dalam rangkap tiga: a. Lembar pertama untuk Bendahara; b. Lembar kedua untuk arsip PKP rekanan/ penyedia barang/jasa Pemerintah; c. Lembar ketiga untuk KPP melalui Bendahara pemerintah. 4. Setoran Pajak dibuat oleh PKP rekanan dengan nama, alamat dan NPWP dari PKP rekanan/penyedia barang jasa pemerintah yang bersangkutan. Contoh 1 Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan melakukan pembelian komputer ke CV Wijaya yang beralamat di Jalan Sewu 1 Nomor 14 Bogor, dengan NPWP 01.029.298.0.561.000 dan NPPKP 01.562.358.3-529.000. Pembayaran sebesar Rp. 11.000.000,00 (termasuk PPN) dilakukan pada tanggal 8 April 2016. Bagaimana kewajiban perpajakan yang harus dilakukan oleh bendahara? Pemungutan PPN Jumlah Pembayaran termsuk PPN = Rp. 11.000.000,00 Dasar Pengenaan Pajak: Rp.11.000.000,00 x 100/110 = Rp.10.000.000,00 PPN yang dipungut: 10 % x Rp. 10.000.000,00 = Rp.1.000.000,00 Pemungutan PPh pasal 22 Dasar Pengenaan Pajak: Rp.11.000.000,00 x 100/110 = Rp.10.000.000,00 PPh ps 22 dipungut: 1,5 % x Rp. 10.000.000,00 = Rp.150.000,00 Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 6
Kewajiban Bendahara a. melakukan pengecekan keabsahan Faktur Pajak yang telah diisi dengan data Wajib Pajak CV Wijaya, dan membubuhi cap disetor tanggal serta membubuhi tanda tangan; b. menyetorkan secara elektronik PPN dan PPh pasal 22 atas nama CV Wijaya paling lambat tanggal 15 April 2016 c. menyerahkan copi bukti setor ektronik PPh Pasal 22 dan PPN, Faktur pajak kepada CV Wijaya; d. melaporkan SPT Masa PPh Pasal 22 paling lama tanggal 14 Mei 2016 ke KPP Pratama Bogor; e. melaporkan SPT Masa PPN ke KPP Pratama Bogor paling lama tanggal14 Mei 2016. Simulasi Transaksi Bendahara Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan melakukan pembayaran untuk pekerjaan pembuatan seragam kantor kepada PT Valino yang beralamat di Jl. Baru No.5 Bogor dengan NPWP No.02.425.347.2-404.000 pada tanggal 3 Mei 2016 dengan menerbitkan faktur pajak bernomor seri 020.000.13.00000875. Dalam perjanjian disepakati bahwa bahan baku kain berasal dari Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan, PT Valino menyediakan bahan tambahan. Imbalan yang disepakati sebesar Rp.33.000.000,00 dengan rincian : Biaya jasa maklon Rp. 25.000.000,00 Biaya untuk bahan tambahan Rp. 5.000.000,00 PPN 10% Rp. 3.000.000,00 Jumlah Rp. 33.000.000,00 Bagaimana kewajiban perpajakan bendahara? a. Pemotongan/Pemungutan PPh Atas pembayaran ongkos pembuatan baju seragam kepada PT Valino dipotong PPh pasal 23 atas jasa maklon sebesar 2% x Rp.25.000.000,00 = Rp.500.000,00 Atas pembayaran bahan tambahan kepada PT Valino dipungut PPh pasal 22 atas belanja barang sebesar 1,5% x Rp.5.000.000,00 = Rp. 75.000,00 Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 7
Namun apabila tidak ada bukti pendukung atas rincian tagihan diatas jumlah bruto sebagai dasar pemotongan PPh pasal 23 adalah sebesar Rp.30.000.000,00, sehingga pengenaan pajak yang dilakukan bendahara sebesar 2 % x Rp.30.000.000,00 = Rp.600.000,00 Dalam hal CV Valino merupakan Wajib Pajak dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 tahun pajak yang dikenai PPh final dengan tarif sebesar 1% sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013, dibebaskan dari pemungutan PPh Pasal 23 sepanjang CV Valino dapat menyerahkan fotokopi Surat Keterangan Bebas Pemotongan dan/atau Pemungutan PPh atas nama CV Valino yang telah dilegalisasi oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar. b. Pemungutan PPN Atas penyerahan jasa maklon dan bahan tambahan tersebut. Bendahara memungut PPN sebesar 10% x Rp.30.000.000,00 = Rp.3.000.000,00 c. Bea Meterai Dalam setiap pembuatan bukti pembayaran, bendahara sebagai pihak penerima kuitansi terutang bea meterai sebesar: Rp3.000,00 di setiap bukti pembayaran yang nilai transaksinya di atas Rp250.000,00 s.d. Rp1.000.000,00; Rp6.000,00 di setiap bukti pembayaran yang nilai transaksinya di atas Rp1.000.000,00. d. Kewajiban Bendahara Kewajiban bendahara pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan atas jasa maklon tersebut adalah melakukan pengecekan keabsahan Faktur Pajak yang telah diisi dengan data Wajib Pajak CV Valino; menyetorkan secara elektronik PPh Pasal 22 dan SSP PPN atas nama CV. Valino paling lambat tanggal 10 Mei 2016 ; membuat bukti potong PPh Pasal 23 atas PT. Valino; Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 8
Menyerahkan fotokopi bukti setor PPh pasal 22 dan PPN, Faktur pajak lembar ke-2; dan Bukti pemotongan PPh Pasal 23, kepada CV Valino. melaporkan SPT Masa PPh Pasal 23 yang telah dilengkapi dengan bukti setor PPh Pasal 23 atas nama bendahara ke KPP Pratama Bogor paling lama tanggal 20 Juni 2016; melaporkan SPT Masa PPh Pasal 22 ke KPP Pratama Bogor paling lama tanggal 14 Juni 2016; melaporkan SPT Masa PPN ke KPP Pratama Bogor paling lama tanggal 31 Mei 2016. Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 9