Manajemen Persediaan

dokumen-dokumen yang mirip
Persediaan. by R.A.H

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN ILHAM SUGIRI HAMZAH KARIM AMRULLAH ARIE TINO YULISTYO

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Pengelolaan Persediaan

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Kajian pustaka ini menguraikan tentang teori-teori dan pengertianpengertian

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR. : Manajemen Operasional Agribisnis

BAB 2 LANDASAN TEORI

MANAJEMEN PERSEDIAAN

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

INVESTASI DALAM PERSEDIAAN

MODEL PERSEDIAAN DETERMINISTIK STATIS WAKHID AHMAD JAUHARI TEKNIK INDUSTRI UNS 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN YULIATI,SE,MM

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi

BAB 2 LANDASAN TEORI

#12 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Asti Widayanti S.Si M.T

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN

INVENTORY. (Manajemen Persediaan)

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

MATA KULIAH PEMODELAN & SIMULASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Kajian pustaka ini akan memaparkan mengenai teori-teori yang

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

INVENTORY Klasifikasi Bahan Baku :

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

Nama : Mutiara Dey NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Widada, SE.,MM,

MANAJEMEN PERSEDIAAN. a. Pengertian Persediaan. 2) Persediaan Barang Dalam Proses. 2) Persediaan Barang Jadi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

#14 MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN

Manajemen Operasional. Metode EOQ

INVENTORY. Bambang Shofari

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis dan metode yang digunakan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan usahanya, perusahaan sebagai suatu organisasi

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini pokok bahasan yang diteliti adalah persediaan bahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MANAJEMEN PERSEDIAAN BSP MANAJEMEN PERSEDIAAN 1

Manajemen Persediaan di Rumah Sakit Oleh: Firman Pribadi

Manajemen Operasi. Manajemen Persediaan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

menghitung EOQ Menghitung EOQ

Proudly present. Manajemen Persediaan. Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK.

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng

BAB 2 LANDASAN TEORI

COST ACCOUNTING. Material : Controlling, Costing, and Planning. Riaty Handayani, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY

MANAJEMEN PERSEDIAAN. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara

BAB II ECONOMIC ORDER QUANTITY

B I A YA B A H AN A. Perencanaan Bahan Tujuan perencanaan bahan Masalah yang timbul dalam perencanaan bahan

Bab 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan antar perusahaan tidak terbatas hanya secara lokal,

Manajemen Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM MENGELOLA PERSEDIAAN PERUSAHAAN. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Akuntansi

Pengendalian Persediaan. Fungsi Persediaan (2) Fungsi Persediaan 11/18/2015

BAB II LANDASAN TEORI

MODEL PENGENDALIAN PERSEDIAAN

BAB II LANDASAN TEORI. dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada

BAB III LANDASAN TEORI

MANAJEMEN PERSEDIAAN

PENENTUAN JUMLAH PESANAN EKONOMIS PERSEDIAAN VAKSIN MENINGITIS MENVEO PADA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN (KKP) KELAS II SAMARINDA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN PERSEDIAAN

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan

Ir. Rini Anggraini, MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) EOQ. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN

Prinsip-Prinsip Manajemen Persediaan Tujuan perencanaan dan pengendaliaan persediaan:

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam menunjang operasi (kegiatan) dari perusahaan

Transkripsi:

Manajemen Persediaan 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 A B C 20 40 60 80 100 100 80 60 40 20 Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc. Program Studi Agribisnis FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI

Persediaan Pengertian Persediaan adalah bahan atau barang yg disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses, barang jadi, ataupun suku cadang. Tujuan Utama Manajemen Persediaan Mengendalikan persediaan agar selalu dapat melayani kebutuhan bahan/barang dengan tepat, dan dengan biaya yang rendah. 2

FUNGSI PERSEDIAAN Menghilangkan risiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang dibutuhkan perusahaan Menghilangkan risiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan Menghilangkan risiko thdp kenaikan harga barang atau inflasi Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan tidak akan kesulitan bila bahan tersebut tidak tersedia di pasaran Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas (quantity discounts) Memberikan pelayanan kepada langganan dengan tersedianya barang yang diperlukan 3

KLASIFIKASI DALAM PERSEDIAAN Klasifikasi ABC merupakan aplikasi persediaan yang memakai prinsip Pareto: the critical few and the trivial many. Memfokuskan kepada persediaan yang critical (bernilai tinggi) daripada yang trivial (bernilai rendah). Klasifikasi ABC membagi persediaan dalam 3 kelompok berdasarkan atas volume rupiah tahunan Kelas A: Memiliki nilai volume rupiah yang tinggi, mewakili 70% dari nilai total volume rupiah, meskipun jumlahnya sedikit (sekitar 20% dari jumlah persediaan) Kelas B: Nilai volume rupiah yang menengah, mewakili sekitar 20% dari nilai persediaan, dan sekitar 30% dari jumlah persediaan Kelas C: Nilai volume rupiahnya rendah, hanya mewakili sekitar 10% dari nilai, tetapi terdiri dari sekitar 50% dari jumlah persediaan. 4

Grafik Distribusi Persediaan Volume Tahunan (Rp) 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 A B C Volume Tahunan (%) 100 80 60 40 20 C = 10% B = 20% A = 70% 20 40 60 80 100 Jenis barang dalam persediaan (%) 5

Contoh Kasus : Suatu perusahaan dalam proses produksinya menggunakan 10 item bahan baku. Kebutuhan persediaan selama satu tahun dan harga bahan baku per unit seperti tertera pada tabel berikut : Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kebutuhan (unit/tahun) 800 3000 600 800 1000 2400 1800 780 780 1000 Harga (rupiah/unit) 600 100 2200 550 1500 250 2500 1500 12200 200 Kelompokkanlah bahan baku tersebut kedalam klasisifikasi ABC. 6

Penyelesaian: Item Volume tahunan (Unit) Harga per unit (rupiah) Nilai tahunan (ribu Rp) Nilai Kumulatif (Ribu Rp) Nilai Kumulatif (%) Kelas (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 9 780 12.200 480 7 1.800 2.500 300 3 600 2.200 1320 5 1.000 1.500 440 8 780 1.500 1500 1 800 600 600 4 800 550 4500 6 2.400 250 1170 10 1.000 200 9516 2 3.000 100 200 1. Urutkan item berdasarkan harga tertinggi ke terendah 2. Hitung nilai tahunan (4) dengan cara mengalikan volume (2) dan harga (3) 7

Penyelesaian: Item Volume tahunan (Unit) Harga per unit (rupiah) Volume tahunan (ribu Rp) Nilai Kumulatif (Ribu Rp) Nilai Kumulatif (%) (1) (2) (3) (4) (5) (5) (7) 9 780 12.200 9.516 9.516 7 1.800 2.500 4.500 14.016 3 600 2.200 1.320 15.336 5 1.000 1.500 1.500 16.836 8 780 1.500 1.170 18.006 1 800 600 480 18.486 4 800 550 440 18.926 6 2.400 250 600 19.526 10 1.000 200 200 19.726 2 3.000 100 300 20.026 Hitung nilai tahunan kumulatif (5) dari nilai tahunan (4) Kelas 8

Penyelesaian: Item Volume tahunan (Unit) Harga per unit (rupiah) Volume tahunan (ribu Rp) Nilai Kumulatif (Ribu Rp) Nilai Kumulatif (%) Kelas (1) (2) (3) (4) (5) (5) (7) 9 780 12200 9516 9.516 47,5 7 1800 2500 4500 14.016 70,0 3 1000 1500 1500 15.336 76,6 5 600 2200 1320 16.836 84,1 8 780 1500 1170 18.006 89,9 1 2400 250 600 18.486 92,3 4 800 600 480 18.926 94,5 6 800 550 440 19.526 97,5 10 3000 100 300 19.726 98,5 2 1000 200 200 20.026 100,0 Hitung persentase nilai kumulatif tahunan (6) 9

Penyelesaian Akhir: Item Volume tahunan (Unit) Harga per unit (rupiah) Volume tahunan (ribu Rp) Nilai Kumulatif (Ribu Rp) Nilai Kumulatif (%) (1) (2) (3) (4) (5) (5) (7) 9 780 12200 9516 9516 47,5 A 7 1800 2500 4500 14016 70,0 A 3 1000 1500 1500 15516 77,5 B 5 600 2200 1320 16836 84,1 B 8 780 1500 1170 18006 89,9 B 1 2400 250 600 18606 92,9 C 4 800 600 480 19086 95,3 C 6 800 550 440 19526 97,5 C 10 3000 100 300 19826 99,0 C 2 1000 200 200 20026 100,0 C Susun klasifikasi persediaan: Nilai kumulatif 70% : Kelas A >70% - 90% : Kelas B >90% : Kelas C Kelas 10

BIAYA-BIAYA DALAM PERSEDIAAN Biaya Pemesanan (Ordering Costs, Procurement Costs): Merupakan biaya2 yg dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan bahan/barang, sejak dari penempatan pemesanan sampai tersedianya barang di gudang. termasuk set-up costs: utk menyiapkan mesin2 atau proses manufaktur dr suatu pesanan produksi. Biaya Penyimpanan (Carrying Costs, Holding Costs): Biaya-biaya yang dikeluarkan akibat diadakannya persediaan barang. % dari harga barang Rupiah per unit barang. Biaya Kekurangan Persediaan (Shortage Costs, Stock-out Costs): Biaya yang timbul sebagai akibat tidak tersedianya barang pada waktu diperlukan. 11

Tiga kemungkinan yang terjadi akibat kekurangan persediaan: Tertundanya penjualan Kehilangan penjualan Kehilangan pelanggan Contoh Perhitungan Biaya Kekurangan Persediaan Kasus Frekuensi Probabilitas Kerugian (Rp/kasus) Rata-rata Biaya (Rp) Tertundanya Penjualan Kehilangan Penjualan 50 0.25 0 0 130 0.65 500 325 Kehilangan Pelanggan 20 0.10 20.000 2.000 J u m l a h 200 1.00 2.325 12

Model persediaan Economic Order Quantity Model persediaan dengan pemesanan tertunda Model persediaan dengan potongan kuantitas Model persediaan dengan penerimaan bertahap Model persediaan digunakan utk menentukan kapan pesanan suatu barang dilakukan dan berapa banya barang yang dipesan. 13

MODEL PERSEDIAAN ECONOMIC ORDER QUANTITY - EOQ (Jumlah Pesanan Ekonomis) Asumsi-asumsi yang digunakan: Barang yang dipesan dan disimpan hanya satu macam Kebutuhan/permintaan brg adalah konstan dan diketahui Biaya pemesanan dan biaya penyimpanan adalah konstan dan diketahui Barang yang dipesan segera dapat tersedia dan tidak ada pesanan tertunda (diterima dalam satu batch) Harga barang tetap dan tidak tergantung dari jumlah yang dipesan (tidak ada potongan kuantitas) Waktu tenggang (lead time) diketahui dan konstan. 14

Grafik Persediaan dalam Model EOQ Tingkat persediaan (Unit) Q Tingkat persediaan *) Q/2 Rata-rata persediaan 0 Waktu A *) Asumsi: Permintaan konstan pada setiap periode B 15

Model Persediaan EOQ: Pendekatan Tabel Kasus PT. Feminim (Halaman 246) PT. Feminim adalah suatu perusahaan yang memproduksi tas wanita. Perusahaan ini memerlukan suatu komponen material sebanyak 12.000 unit selama satu tahun. Biaya pemesanan komponen itu Rp. 50.000 untuk setiap kali pemesanan, tidak tergantung dari jumlah komponen yang dipesan. Biaya penyimpanan (per unit/thn) sebesar 10% dari nilai persediaan. Harga komponen Rp 3000 per unit. Berdasarkan data diatas, manajer perusahaan ingin menentukan jumlah pesanan yang paling ekonomis (EOQ) yang dapat memberikan biaya total persediaan terendah. 16

Kasus PT. Feminim (Halaman 246) Frekuensi Pemesanan (Kali) Jumlah Pesanan (Unit) Persediaan Rata-rata (Unit) Biaya Pemesanan (Rp) Biaya Penyimpanan (Rp) Biaya Total (Rp) 1 12000 6000 50000 1800000 1850000 2 6000 3000 100000 900000 1000000 3 4000 2000 150000 600000 750000 4 3000 1500 200000 4.00000 650000 5 2400 1200 250000 360000 610000 6 2000 1000 300000 300000 600000 7 1714 857 350000 257143 607143 8 1500 750 400000 225000 625000 Pengadaan persediaan lebih ekonomis dilakukan 6 kali dengan jumlah pesanan masing-masimg 2000 unit 17

Model Persediaan EOQ: Pendekatan Grafik Kasus PT. Feminim Biaya Total Sebagai Fungsi dari Frekuensi Pesanan 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 Biaya (Ribu Rp) 1 2 3 4 5 6 7 8 Frekuensi Pesanan Biaya Pesan Biaya Simpan Biaya Total 18

Model Persediaan EOQ: Pendekatan Matematis Notasi: D = Jumlah kebutuhan barang (unit/tahun) S = Biaya pemesanan (rupiah/pesanan) h = Biaya penyimpanan sebagai % terhadap nilai barang C = Harga barang (rupiah/unit) H = h x C = Biaya penyimpanan (rupiah/unit/tahun) Q = Jumlah pemesanan (unit/pesanan) F = Frekuensi pemesanan (kali/tahun) T = Jarak waktu antar tiap pesanan (tahun, hari) TC = Total biaya persediaan (rupiah/tahun) Biaya Pemesanan Biaya Penyimpanan = Frekuensi pesanan X Biaya pesanan = D/Q. S = Persediaan rata-rata X Biaya penyimpanan = Q/2. H 19

Biaya Total = biaya pemesanan + biaya penyimpanan = D/Q. S + Q/2. H EOQ terjadi jika biaya pemesanan = biaya penyimpanan D/Q. S = Q/2. H 2 D S = Q2 H Q* = (2DS/H) 1/2 = (2DS/H) Q* adalah jumlah pemesanan yang memberikan biaya total persediaan terendah Q* dapat juga dihitung melalui deferensiasi fungsi biaya total: TC = D/Q. S + Q/2. H TC/ Q = - D/Q 2. S + H/2 = 0 D/Q 2. S = H/2 Q 2 H = 2 D S Q * = (2DS/H) 1/2 = (2DS/H) 20

Dengan menggunakan contoh yang sama, kita memperoleh data sebagai berikut: D = 12.000 S = Rp 50.000,- h = 10% C = Rp 3.000,- H = Rp 300,- (H = h x C) EOQ = Q * = (2)(12.000)(50.000) 300 = 2.000 unit Frekuensi pemesanan: D 12.000 F = = = 6 kali/tahun Q * 2.000 21

MODEL PERSEDIAAN DENGAN PEMESANAN TERTUNDA (BACK ORDER) Tingkat persediaan (Q-b) Q b Waktu Q = Jumlah setiap pemesanan (Q-b) = On hand inventory, yang menunjukkan jumlah persediaan pada setiap awal siklus persediaan B = Pesanan tertunda, yaitu jumlah barang yang dipesan tetapi belum dipenuhi (back order). Asumsi: jika perusahaan tidak bisa melayani permintaan karena tidak ada persediaan, maka perusahaan akan menanggung beban biaya kekurangan persediaan 22

Total biaya persediaan = biaya pemesanan + biaya penyimpanan + biaya kekurangan persediaan Biaya penyimpanan untuk setiap siklus pesanan: 1 b b 2.H = x b x x H = 2 D 2D Jumlah pemesanan per tahun = D/Q, maka biaya penyimpanan per tahun: b 2.H D b 2.H = x = 2D Q 2Q Apabila B merupakan kerugian (dalam rupiah) yang timbul akibat tidak tersedianya persediaan untuk setiap unit barang, maka biaya kekurangan persediaan untuk setiap siklus pesanan dapat dihitung sbb: 1 Q-b (Q-b) 2.B = x x (Q-b) x B = 2 D 2D 23

Total biaya per tahun: D.S b 2.H (Q-b) 2.B TC = + + Q 2Q 2Q Dengan menghitung diferensiasi fungsi TC terhadap Q sama dengan nol, maka nilai Q * dapat diperoleh yaitu: 2DS Q * =. H B + H B Diferensiasi fungsi TC terhadap b sama dengan nol, maka dapat diperoleh: 2DS B B (Q * - b * ) =. = Q * H B + H B + H 24

b * B = Q * - Q * B + H Atau: B b * = Q * 1 - B + H 25

Contoh: Suatu agen alat perkakas listrik mendapat kiriman barang secara reguler sebanyak 240 unit/tahun. Biaya pemesanan $50 dan biaya penyimpanan $10 per unit/tahun. Barang yang diterima terbatas sehingga sering mengalami kehabisan stock. Meskipun demikian, konsumen bersedia menunggu sampai pengiriman yang berikutnya tiba. Biaya kekurangan persediaan (stock-out cost) sebesar $5 per unit. Berapa ukuran pesanan optimal? 26

D = 240 S = 50 H = 10 B = 5 2DS Q * =. H B + H B 2 (240)(50) 10 + 5 =. = 120 10 5 5 10 + 5 B (Q b) * = Q * = 120 = 40 B + H b * = Q * (Q b) * = 120 40 = 80 27

MODEL PERSEDIAAN DENGAN POTONGAN KUANTITAS (QUANTITY DISCOUNTS) Dalam pembelian barang yang menggunakan potongan kuantitas (quantity discounts), harga barang akan bervariasi menurut jumlah barang yang dibeli. Total biaya = biaya pemesanan + biaya penyimpanan + biaya pembelian D Q TC = S + H + DC Q 2 28

Prosedur Penyelesaian: 1) Hitung EOQ pd harga terendah. Bila EOQ fisibel (memenuhi syarat potongan kuantitas) maka kuantitas tsb merupakan pesanan yang optimal. 2) Bila EOQ tidak fisibel, hitung biaya total pada kuantitas terendah pada harga tersebut. 3) Hitung EOQ pd harga terendah berikutnya. Bila fisibel, hitung biaya totalnya. Kuantitas optimal adalah salah satu dari kuantitas yang telah dihitung dan mempunyai biaya total terendah 29

Apabila langkah 3) masih tdk fisibel, ulangi langkah 1) dan 2) sampai memperoleh EOQ yg fisibel atau perhitungan tdk mungkin dilanjutkan. Contoh persoalan: Permintaan sebanyak 5.000 unit per tahun. Biaya pesanan sebesar Rp 490.000 per pesanan. Biaya penyimpanan adalah 20% dari nilai barang. Harga barang berdasarkan kuantitas pembelian adalah: Kuantitas Pesanan (Unit) Harga per Unit (Rp.) 500 50.000 500 999 49.000 1.000 1.999 48.500 2.000 2.999 48.000 3000 47.500 30

Jumlah pesanan yang paling ekonomis dapat dihitung sbb: EOQ = 2DS / hc TC = (D/Q)S + (Q/2)hC + DC EOQ pada harga terendah: EOQ = 2(5.000)(490.000) / 0,2 (47.500) = 718 EOQ ini tidak fisibel karena harga Rp 47.500,- hanya berlaku untuk pembelian lebih dari 3.000 unit. Total biaya pada kuantitas terendah yang fisibel pada harga Rp 47.500,- : TC = (5.000/3.000)(490.000) + (3.000/2)(0,2)(47.500) + 5.000(47.500) = 252.566.667 31

EOQ pada harga terendah berikutnya: EOQ = 2(5.000)(490.000) / 0,2(48.000) = 714 EOQ tidak fisibel. Total biaya pada kuantitas pembelian 2.000 unit adalah: TC = (5.000/2.000)(490.000) + (2.000/2)(0,2)(48.000) + 5.000(48.000) = 250.825.000 EOQ pada harga terendah berikutnya: EOQ = 2(5.000)(490.000) / 0,2(48.500) = 711 EOQ tidak fisibel. Total biaya pada kuantitas pembelian 1.000 unit adalah: TC = (5.000/1.000)(490.000) + (1.000/2)(0,2)(48.500) + 5.000(48.500) = 249.800.000 32

EOQ pada harga terendah berikutnya: EOQ = 2(5.000)(490.000) / 0,2(49.000) = 707 EOQ ini fisibel. Total biaya pada kuantitas pembelian sebesar 707 unit: TC = (5.000/707)(490.000) + (707/2)(0,2)(49.000) = 251.929.647 + 5.000(49.000) Resume Hasil Analisis Model Persediaan dengan Potongan Kuantitas Harga Pembelian EOQ Fisibel? Q-fisibel TC (000) 47.500 3.000 718 Tidak 3.000 252.567 48.000 2.000 2.999 714 Tidak 2.000 250.825 48.500 1.000 1.999 711 Tidak 1.000 249.800 49.000 500 999 707 Ya 707 251.929 33

MODEL PERSEDIAAN DENGAN PENERIMAAN BERTAHAP (Production Order Quantity) Tingkat persediaan Akumulasi Produksi Q Ukuran Run Persediaan Max Waktu t p t d Asumsi: Persediaan diterima secara bertahap dalam satu periode. Selama terjadi akumulasi persediaan, unit dlm persediaan juga digunakan utk produksi. Laju penerimaan persediaan lebih besar dari laju penggunaan 34

Lihat Gambar Pada tingkat akumulasi produksi tertentu (ukuran run), terjadi persediaan maksimum yang selalu lebih kecil dari akumulasi produksi (Q). Periode t p adalah periode tahapan akumulasi persediaan dimana produksi dan penggunaan persediaan terjadi sekaligus dan akumulasi persediaan terbentuk dgn laju yang tetap sebesar selisih antara produksi dan penggunaan. Priode t d adalah periode pengunaan persediaan. Notasi: Q H p d t p = Jumlah pesanan = Biaya penyimpanan per unit per tahun = Rata-rata produksi per hari = Rata-rata kebutuhan/penggunaan per hari = Lama production run (hari) 35

Biaya Total = Biaya set-up + biaya penyimpanan Biaya penyimpanan per tahun = Rata-rata persediaan x H Rata-rata persediaan = ½ Persediaan Max Persediaan Max = p. t p d. t p t p = Q / p = p. Q/p d. Q/p = Q(1 d/p) Biaya penyimpanan per tahun = ½ Q(1 d/p). H Biaya Set-up = D/Q. S Biaya Total = D/Q. S + ½ Q(1 d/p). H Jumlah pesanan ekonomis (ukuran run optimal): 2DS Q * = (1 d/p). H 36

Contoh (Eddy Herjanto Hal. 257) PT Bonito merupakan industri sepatu wanita yang sedang berkembang. Jumlah permintaan sepatu kantor sebanyak 10.000 unit per tahun, atau rata-rata 40 unit/hari. Sol sepatu dibuat sendiri dari kulit dengan kemampuan produksi 60 unit/hari. Biaya set-up untuk membuat sol sepatu Rp 36.000, sedangkan biaya penyimpanan sebesar Rp 6.000 per unit per tahun. Pertanyaan: 1. Berapa ukuran pesanan optimal? 2. Berapa persediaan maksimum? 3. Berapa biaya total per tahun? 4. Berapa waktu siklus pesanan? 5. Berapa waktu run? 37

Penyelesaian: 1. Ukuran pesanan optimal Q * = 2DS (1 d/p) H = 2(10.000)(36.000) (1 40/60) 6000 = 600 unit 2. Persediaan Maksimum: Q(1 d/p) = 600 (1 40/60) = 200 3. Biaya Total Per Tahun D/Q. S + ½ Q(1 d/p). H = (10.000/600). 36.000 + ½. (200). 6000 = 1.200.000,- 4. Waktu Siklus Pesanan 5. Waktu Run 38

WAKTU TENGGANG, PERSEDIAAN PENGAMAN DAN TITIK PEMESANAN ULANG Waktu tenggang (lead time): Perbedaan waktu antara waktu pemesanan sampai saat barang tiba atau siap dipakai. Persediaan pengaman (safety stock, buffer stock, iron stock): Persediaan yang dicadangkan untuk kebutuhan selama menunggu barang datang. Berfungsi untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan. Titik pemesanan ulang (reorder point): Titik dimana harus diadakan pemesanan kembali sedemikian rupa, sehingga kedatangan atau penerimaan bahan baku yang dipesan adalah tepat waktu, dimana persediaan di atas persediaan pengaman tidak ada. 39

Cara menetapkan titik pemesanan ulang: 1) Jumlah penggunaan selama waktu tenggang ditambah dengan persentase tertentu 2) Jumlah penggunaan selama waktu tenggang ditambah dengan penggunaan selama periode tertentu sbg persediaan pengaman Dalam bentuk rumus: dimana: ROP = d x L + SS ROP = reorder point (waktu pemesanan ulang) d = tingkat kebutuhan per unit waktu SS = safety stock (persediaan pengaman) L = lead time (waktu tenggang) 40

Contoh: Diketahui kebutuhan bahan per minggu adalah 100 unit, berdasarkan pengalaman rata-rata waktu tenggang adalah 3 minggu, dan persediaan pengaman ditentukan sebesar 20% dari kebutuhan selama waktu tenggang, maka: ROP = 100 x 3 + 20% (100 x 3) = 360 unit Artinya pemesanan kembali perlu dilakukan pada saat tingkat persediaan barang mencapai 360 unit. 41

JUST IN TIME JIT adalah suatu konsep pengaturan penyediaan bahan baku atau barang agar lebih efisien dan efektif. Dalam persediaan, JIT mengusahakan persediaan diadakan seminimum yang diperlukan untuk menjaga tetap berlangsungnya kegiatan produksi (tersedia dalam jumlah dan waktu yang tepat pada saat diperlukan) Untuk mencapai persediaan JIT, variabilitas (masalah) yang disebabkan oleh faktor-faktor internal maupun eksternal harus dikurangi. Variabilitas dapat terjadi antara lain karena: Kesalahan pemasok dalam pengiriman barang Kesalahan operator/mesin dlm proses pembuatan produk Kesalahan dlm gambar teknis/disain produk Kesalahan dlm menginterpretasikan keinginan konsumen 42

Metoda JIT juga diterapkan dlm proses produksi. Penekanannya adlh mengusahakan secara kontinyu pengurangan rendemen dan inefisiensi. Produksi JIT menunjukkan suatu sistem produksi dimana kegiatan operasi terjadi hanya bila diperlukan saja. Sistem JIT sering juga disebut dengan sistem Kanban, yaitu. suatu sistem informasi yang secara harmonis mengendalikan sistem produksi dgn metoda JIT dalam tiap proses produksi. Kanban merupakan otorisasi, baik untuk mengisyaratkan adanya kebutuhan suatu persediaan atau untuk penggerakan material dari satu pusat kerja ke pusat kerja lainnya. Manfaat JIT: Berkurangnya tingkat persediaan Meningkatnya pengendalian mutu 43

METODE PENILAIAN PERSEDIAAN Metoda First In First Out (FIFO) Metoda ini didasarkan atas asumsi bahwa harga barang persediaan yang sudah terjual atau terpakai dinilai menurut harga pembelian barang yang terdahulu masuk. Metoda First In First Out (FIFO) Tanggal Keterangan Jumlah (Unit) Harga (Rp.) Total (Rp.) 1 Juni Persediaan awal 300 1.000 300.000 10 Juni Pembelian 400 1.100 440.000 15 Juni Pembelian 200 1.200 240.000 25 Juni Pembelian 100 1.200 120.000 JUMLAH 1.000 1.100.000 44

Misalkan pada tanggal 30 Juni, jumlah persediaan akhir yang ada sebesar 250 unit, berarti jumlah bahan baku yang dipakai adalah 750 unit. Harga pokok bahan baku yang terpakai dapat dihitung sebagai berikut: 300 unit @ Rp 1.000,- = Rp 300.000,- 400 unit @ Rp 1.100,- = Rp 440.000,- 50 unit @ Rp 1.200,- = Rp 60.000,- 750 unit = Rp 800.000,- Nilai persediaan akhir: 100 unit @ Rp 1.200,- = Rp 120.000,- 150 unit @ Rp 1.200,- = Rp 180.000,- 250 unit = Rp 300.000,- atau Nilai Persediaan Akhir = Nilai total persediaan nilai persediaan terpakai 45

Metoda Last In First Out (LIFO) Metoda ini mengasumsikan bahwa nilai barang yang terjual/ terpakai dihitung berdasarkan harga pembelian barang yang terakhir masuk. Dengan menggunakan contoh yang sama, maka harga pokok bahan baku yang dipakai adalah: 100 unit @ Rp 1.200,- = Rp 120.000,- 200 unit @ Rp 1.200,- = Rp 240.000,- 400 unit @ Rp 1.100,- = Rp 440.000,- 50 unit @ Rp 1.000,- = Rp 50.000,- 750 unit = Rp 850.000,- Nilai persediaan akhir: = nilai total persediaan - nilai persediaan terpakai = Rp 1.100.000 - Rp 850.000 = Rp 250.000,- 46

Metoda Rata-rata Tertimbang (Weighted Average Method) Nilai persediaan pada metoda ini didasarkan atas harga ratarata barang yang dibeli dalam suatu periode tertentu. Nilai rata-rata persediaan = Rp 1.100.000 : 1.000 unit = Rp 1.100 per unit Harga pokok bahan baku yang terpakai = 750 x Rp 1.100,- = Rp 825.000,- Nilai persediaan akhir = 250 x Rp 1.100,- = Rp 275.000,- 47

Perbandingan atas hasil penilaian: Apabila harga barang stabil maka ketiga cara tersebut akan memberikan hasil yang sama, tetapi apabila harga barang berubah-ubah, maka nilainya menjadi berbeda. Pada saat harga meningkat, cara FIFO akan menunjukkan: nilai persediaan akhir yang tinggi nilai barang terpakai yang rendah keuntungan yang lebih besar Sebaliknya cara LIFO menunjukkan: nilai persediaan akhir rendah nilai barang terpakai yang tinggi keuntungan yang rendah. Cara mana yang dipilih adalah tidak menjadi persoalan, asalkan digunakan secara konsisten sepanjang tahun. 48