BAB I PENDAHULUAN. sangat terbatas, oleh karenanya Jepang melakukan terobosan inovasi dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BERITA NEGARA. No.83, 2013 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Keselamatan Nuklir. Inspektur. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG INSPEKTUR KESELAMATAN NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

HUKUM KETENAGANUKLIRAN; Tinjauan dari Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja, oleh Eri Hiswara Hak Cipta 2014 pada penulis

BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

Jl. Gajah Mada No. 8, Jakarta Pusat 10120, Telp. (+62-21) , , Fax. (+62-21) Po.Box Jkt Perijinan

KEBIJAKAN PENGAWASAN PLTN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

Nuklir Nomor 7 Tahun 2016 tentang

LAKIP TAHUN 2012 Laporan Akuntabilita s Kinerja Pemerintah DEPUTI PKN - BAPETEN

RENCANA STRATEGIS. Revisi - 1 Nopember 2005 Halaman 1 dari 31 KATA PENGANTAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENGAWASAN PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PLTN

PENGAWASAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DALAM BIDANG ENERGI

GUNTINGAN BERITA Nomor : /HM 01/HHK 2.1/2014

- 5 - INDIKATOR KINERJA UTAMA BAPETEN

RESUME SKRIPSI PERAN IAEA DALAM MENGATASI KASUS KEBOCORAN NUKLIR DI FUKUSHIMA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

Nuklir sebagai Energi Pedang Bermata Dua. Sarah Amalia Nursani. Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN INSPEKSI DALAM PENGAWASAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1998 TENTANG BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

2017, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perub

HIMPUNAN PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PENANAMAN MODAL TAHUN 2014

TENTANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL HEWAN DAN/ATAU PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DARI NEGARA JEPANG TERHADAP KONTAMINASI ZAT RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS BELAJAR BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

INSPEKSI IN DAN PENGEMBANGANNYA. Dedi Sunaryadi Direktorat Inspeksi Instalasi dan Bahan Nuklir (DI2BN).

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tam

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No

PENGKAJIAN INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

*48622 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 197 TAHUN 1998 (197/1998) TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT UTAMA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 197 TAHUN 1998 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG DESAIN PROTEKSI TERHADAP BAHAYA INTERNAL

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemanfaatan tenaga nuklir di bidang industri, medis, penelitian dan lain-lain

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Instalasi Nuklir. Kegempaan. Evaluasi Tapak. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

2015, No Tenaga Nuklir tentang Penatalaksanaan Tanggap Darurat Badan Pengawas Tenaga Nuklir; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 te

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA

BAB I PENDAHULUAN di Bandung dan Reaktor Kartini yang berada di Yogyakarta. Ketiga reaktor

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana,

OLEH : Dra. Suyati INSPEKSI FASILITAS RADIASI DAN INSPEKSI FASILITAS RADIASI DAN ZAT RADIOAKTIF ZAT RADIOAKTIF

GAMBARAN SUMBER DAYA PENGAWAS PLTN DI INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

P E M E R I N T A H K O T A M A D I U N

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 125/DJ-PSDKP/2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG DISIPLIN HARI DAN JAM KERJA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PERIZINAN REAKTOR DAYA NON KOMERSIAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

JENIS DAN BENTUK SANKSI PELANGGARAN KODE ETIK

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR:.. TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. listrik dalam wujud reaktor nuklir. Pengembangan teknologi nuklir tidak hanya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bab IV Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, Strategi dan Kebijakan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (RPJMN) tahun , program reformasi birokrasi dan tata kelola

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STANDAR KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS RADIASI BAB I PENDAHULUAN

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2017, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembar

KAJIAN PERPANJANGAN UMUR OPERASI REAKTOR RISET DI INDONESIA

PIAGAM KOMITE AUDIT. ( AUDIT COMMITTE CHARTER ) PT FORTUNE MATE INDONESIA Tbk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1980 TENTANG BADAN TENAGA ATOM NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 04/PRT/M/2006 TENTANG KODE ETIK AUDITOR INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

- 1 - RENCANA STRATEGIS BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BAB 1. PENDAHULUAN

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM MANAJEMEN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan industri pada suatu negara tidak terlepas dari ketersediaan sumber daya energi yang memadai, Jepang misalnya memiliki sumber daya alam yang sangat terbatas, oleh karenanya Jepang melakukan terobosan inovasi dengan penerapan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasainya sehingga menjadi negara maju yang mampu mencukupi kebutuhan energinya. Jepang memiliki 54 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), sebelum kejadian gempa bumi dan tsunami pada tanggal 11 Maret 2011 yang memicu insiden kecelakaan PLTN Fukushima Daiici, energi nuklir menyumbangkan 30% kebutuhan listrik dengan kapasitas 47,5 GWe. Insiden Fukushima Daiichi menyebabkan terjadinya kebocoran zat radioaktif ke lingkungan hidup hingga radius puluhan kilometer, menyebabkan ratusan penduduk di sekitar lokasi harus dievakuasi, serta ribuan ton bahan makanan dan produk pertanian lokal harus diawasi dengan sangat ketat. Ribuan area yang terkontaminasi harus dipantau secara ketat dan diupayakan tindakan-tindakan dekontaminasi yang memakan banyak biaya. Lima tahun setelah bencana atom Fukushima (48 PLTN dinonaktifkan), pemerintah Jepang kembali menegaskan negaranya tetap perlu energi atom untuk industri dan kebutuhan warga sehari-hari dan banyak belajar dari kejadian bencana tersebut sehingga Badan Pengawas atom Jepang (NRA) memberlakukan aturan lebih ketat. Pengoperasian kembali sejumlah PLTN akan 1

2 dilakukan jika seluruh ketentuan dalam regulasi energi nuklir telah dipatuhi dan dilakukan eksaminasi ulang. Indonesia sampai saat ini belum mempunyai pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), padahal berdasarkan kebijakan energi nasional yang tertuang dalam Peraturan Presiden No.5 tahun 2006, telah ditetapkan mengenai skenario pemenuhan kebutuhan energi nasional antara tahun 2005 2025. Peraturan Presiden tersebut telah mencantumkan target penyediaan energi baru dan terbarukan sebesar 17%, dengan 2% diantaranya merupakan kontribusi energi nuklir. Berdasarkan roadmap tersebut kemudian disusun perencanaan untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) sebanyak empat unit dimana masing-masing berkapasitas 1000 MW. Indonesia memiliki tiga reaktor riset yang tidak kalah penting bagi pengembangan industri pangan dan kesehatan. Tiga reaktor tersebut antara lain: Reaktor Triga di Bandung dibangun tahun 1965 memiliki daya 2.000 KW, Reaktor GA Siwabessy yaitu Reaktor Nuklir Serba Guna (RSG) yang dikembangkan sejak tahun 1972 memiliki daya 30 MW di kawasan Puspiptek Serpong, dan Reaktor Kartini di Yogyakarta dibangun akhir tahun 1974 dan beroperasi tahun 1979 mempunyai daya 100 KW didesain untuk tujuan penelitian, pendidikan dan pelatihan. BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional) yang mengelola ketiga reaktor tersebut, sebagai badan usaha milik negara dalam mengoperasikan fasilitasnya harus tunduk dan patuh terhadap peraturan pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia dan peraturan keselamatan dan keamanan nuklir internasional dibawah pengawasan badan dunia yaitu IAEA (International Atomic Energy Agency). 2

3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, p a s a l 4 memberikan amanat kepada Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) untuk memastikan pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia berlangsung dengan aman dan selamat. BAPETEN mempunyai kewenangan untuk menyusun peraturan perundang-undangan ketenaganukliran, menyelenggarakan sistem perizinan dan melaksanakan kegiatan inspeksi serta penegakan hukum untuk memastikan kepatuhan pengguna tenaga nuklir terhadap peraturan dan ketentuan keselamatan dan keamanan nuklir. BAPETEN harus didukung oleh SDM yang profesional dalam bidangnya guna terus menyiapkan perangkat pengawasannya, dengan terus meningkatkan kompetensi SDM untuk mengimbangi perkembangan teknologi nuklir, menjunjung idependensi berintegritas tinggi (jujur dan benar dalam sikap) menjaga profesionalitas serta menggunakan pengalaman sebagai untuk mencapai efektivitas pengawasan. Data sekunder menunjukkan bahwa kompetensi pegawai belum sepenuhnya sesuai standar kompetensi yang dipersyaratkan. dapat dilihat dari gambar 1.1 sebagai berikut: Sumber : Balai Diklat BAPETEN (2016) Gambar 1.1: Grafik Gap Kompetensi Inspektur 3

4 Hasil self assessment (kaji diri pegawai) tiga tahun terakhir pada beberapa kuadran kompetensi masih terdapat gap dari standar yang dipersyaratkan. Data independensi pegawai masih kurang ditegakkan dapat dilihat pada gambar 1.2 sebagai berikut: Gambar 1.2 : Grafik independensi Sumber: Sub. Bagian Administrasi Kepegawaian BAPETEN (2016) Data penilaian sikap perilaku pegawai tiga tahun terakhir rata rata antara 85 86 bernilai baik, sedangkan targetnya antara 90 100 bernilai sangat baik. Data pengalaman kerja pegawai tiga tahun terakhir yang masih kurang untuk mendukung pengawasan dapat dilihat pada gambar 1.3 sebagai berikut: Gambar 1.3: Grafik Perbandingan Pengalaman Inspektur Sumber : Direktorat Inspeksi FRZR BAPETEN (2016) 4

5 Pengalaman kerja inspektur yang berada di luar unit kerja inspeksi lebih rendah dibandingkan inspektur yang berada di unit kerja inspeksi karena mendapat penugasan jauh lebih sedikit dibanding inspektur yang berada di unit kerja inspeksi yang merupakan tugas pokok dan fungsi inspeksi.yaitu antara 2 4 per tahun sedangkan inspektur yang berada pada unit inspeksi mendapat penugasan rata-rata 6 10 per tahun. Data temuan hasil inspeksi tiga tahun terakhir menggambarkan tingkat efektivitas pengawasan belum tercapai dapat di lihat pada gambar 1.4 sebagai berikut: Gambar 1.4 Grafik Temuan Hasil Inspeksi Sumber : Direktorat Inspeksi FRZR BAPETEN (2016) Grafik menunjukkan bahwa masih terdapat temuan pelanggaran dengan tingkat temuan level 1 (berat) hingga mencapai 30%, sedangkan targetnya adalah zero temuan. 5

6 Penelitian sebelumnya yang membedakan dengan penelitian ini adalah penelitian oleh Norma Kharismatuti, P. Basuki Hadiprajitno, Jakarta 2012, berjudul Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris pada Internal Auditor BPKP DKI), hasilnya menunjukkan bahwa kompetensi tidak berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Etika auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Audit pada hakekatnya sama dengan inspeksi. Hasil audit sama dengan hasil inspeksi. Keduanya bertujuan memberikan pengawasan, yang membedakan hanya obyek yang diawasi. 1.2. Identifikasi Masalah, Perumusan, dan Batasan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah Data sekunder tersebut di atas memberikan dasar bagi penulis untuk membuktikan adanya masalah yang ada pada SDM Pengawas di BAPETEN, identifikasi masalah sebagai berikut: 1) Kesenjangan kompetensi Inspektur BAPETEN cukup besar. Diprediksi masih terdapat gap antara kompetensi yang dimiliki oleh Inspektur BAPETEN dengan standar kompetensi yang dipersyaratkan. 2) Penerapan independensi yang artinya integritas (kejujuran dan sikap yang benar dalam diri inspektur), mempertahankan sikap yang tidak memihak sepanjang pelaksanaan inspeksi masih belum transparan. 6

7 3) Sebagian besar pengalaman kerja Inspektur belum mendukung pengawasan. 4) Efektivitas pengawasan belum sesuai dengan yang diharapkan, yang mana efektivitas diukur dari tidak adanya temuan pelanggaran sesuai hasil inspeksi pada fasilitas sehingga dapat dipastikan kondisi aman dan selamat. 1.2.2. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis mencoba merumuskan permasalahan tentang: 1) Bagaimana pengaruh kompetensi terhadap efektivitas pengawasan?. 2) Bagaimana pengaruh independensi terhadap efektivitas pengawasan?. 3) Bagaimana pengaruh pengalaman kerja terhadap efektivitas pengawasan?. 4) Bagaimana pengaruh kompetensi, independensi dan pengalaman kerja terhadap efektivitas pengawasan secara simultan?. 1.2.3. Batasan Masalah Penulis ingin meneliti pengaruh kompetensi, independensi dan pengalaman kerja terhadap efektivitas pengawasan yang dilakukan oleh inspektur keselamatan nuklir yang diberi kewenangan oleh Kepala BAPETEN untuk melaksanakan inspeksi yaitu memastikan ditaatinya peraturan perundang-undangan ketenaganukliran oleh pengguna izin. Ketentuan tentang inspeksi diatur dalam Peraturan Kepala BAPETEN nomor 18 tahun 2012 tentanng Inspektur Keselamatan Nuklir Badan 7

8 Pengawas Tenaga Nuklir, pada pasal 6 ayat 2 dijelaskan tentang jenjang inspektur didasarkan atas pangkat, golongan dan ruang, serta kompetensi. 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian Penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisa lebih dalam tentang pengaruh kompetensi, independensi dan pengalaman kerja SDM pengawas tenaga nuklir terhadap efektivitas pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia. 1.3.2. Tujuan Penelitian Penulis berharap dapat membuktikan keterkaitan antara kompetensi sebagai modal dasar untuk melakukan tugas dengan baik mencapai hasil maksimal, independensi untuk membuktikan SDM yang profesional dan pengalaman kerja mendukung untuk penyelesaian tugas dengan baik. 1.4. Manfaat dan Kegunaan Penelitian 1.4.1. Manfaat Penelitian Memberikan semangat kepada para inspektur untuk terus meningkatkan kompetensi dan menjunjung tinggi sikap independensi serta meningkatkan pengalaman kerja guna mendukung tugas dan tanggungjawab sebagai aparatur sipil negara yang profesional. 1.4.2. Kegunaan Penelitian 8

9 Hasil penelitian ini akan memberikan data kepada lembaga untuk mendukung pentingnya program pengembangan SDM guna mewujudkan visi dan misi BAPETEN. Memberikan data untuk terus mengembangkan program budaya keselamatan dan keamanan nuklir. 9