BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

PEMAKAIAN PREFIKS DALAM CERITA PENDEK DI MAJALAH ANEKA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah sistem, bahasa selain bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bahasa. Bahasa sebagai alat yang digunakan untuk berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1

BAB VI PENUTUP. dirumuskan tersebut berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Variabel

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

MASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami poetra dan poetri

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi,

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

Assalamu alaikum Wr. Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. gambar. Dengan kata lain, komik adalah sebuah cerita bergambar.

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

ANALISIS FUNGSI DAN NOSI PREFIKS PADA KARANGAN SISWA KELAS Vlll E SMP NEGERI 1 PLAOSAN, MAGETAN, JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam kehidupannya mulai dari bangun tidur, melakukan aktivitas, menyampaikan pendapat dan informasi melalui bahasa.

BAB II LANDASAN TEORI

KATA PENGANTAR. memberikan rahmat dan juga karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

ANALISIS AFIKSASI DAN PENGHILANGAN BUNYI PADA LIRIK LAGU GEISHA DALAM ALBUM MERAIH BINTANG

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat penghubung, alat komunikasi anggota masyarakat yaitu

sebagai kecenderungan baru dalam telaah bahasa secara alami. Dikatakan demikian karena analisis wacana pada hakikatnya merupakan kajian tentang fungsi

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi merupakan bagian dari proses sosial masyarakat sebab bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tindakan. Komunikasi dalam bentuk ujaran mungkin wujudnya berupa kalimat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara Republik Indonesia yang tercantum

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 2, Nomor 2, Juli Afiksasi Dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda (Studi Kontrastif)

BAB I PENDAHULUAN. kriya. (Nurhayati, 2001: 69) menyatakan bahwa verba atau tembung kriya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

AMBIGUITAS FRASA NOMINA PADA JUDUL ARTIKEL SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS SEPTEMBER-OKTOBER 2013 NASKAH PUBLIKASI

Analisis Pemakaian Afiks pada Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Karya Taufiq Ismail

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini peranan bahasa sebagai alat komunikasi masih sangat penting. Hal ini

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN AFIKS PADA KARANGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SAMBI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS MAKNA AFIKS PADA TAJUK RENCANA KOMPAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai makna tertentu. Sebagai sistem lambang bunyi yang mempunyai makna,

BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia lainnya. Menurut Wedhawati dkk (2006: 1-2), Bahasa Jawa

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak

ANALISIS RAGAM BAHASA PADA PESAN KESEHATAN DI PUSKESMAS TENGARAN JURNAL ILMIAH. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat

BUKU AJAR. Bahasa Indonesia. Azwardi, S.Pd., M.Hum

BAB V PENUTUP. rubrik cerita Pasir Luhur Cinatur pada majalah PS, maka diperoleh simpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lain dapat berbeda bergantung pada aliran linguistik apa yang mereka anut.

VERBA DENOMINAL BAHASA JAWA PADA MAJALAH DJAKA LODHANG EDISI JULI SAMPAI SEPTEMBER TAHUN 2008

diperoleh mempunyai dialek masing-masing yang dapat membedakannya

ANALISIS BENTUK DAN MAKNA AFIKS VERBA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP/MTS KELAS VII KURIKULUM 2013

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat pemakainya dalam berkomunikasi. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya (Widjono, 2007: 14). Sebagai sebuah sistem, bahasa bersifat sistematis dan sistemis. Secara harfiah sistematis artinya teratur menurut sistem, sedangkan sistemis yaitu bertalian atau berhubungan dengan sistem atau terdiri atas beberapa subsistem. Dikatakan sistematis karena bahasa memiliki kaidah atau aturan tertentu. Bahasa juga bersifat sistemis karena memiliki subsistem, yakni: subsistem fonologis, subsistem gramatikal, dan subsistem leksikal. Ketiga subsistem itu bertemu dalam dunia bunyi dan dunia makna (Sudaryat, 2011: 21). Bahasa di dunia ini diperkirakan berjumlah 2000 buah, diantaranya 715 buah berada di Indonesia yang disebut bahasa daerah atau disebut juga bahasa Nusantara. Bahasa sebanyak itu, ada yang membaginya atas bahasa fleksi dan bahasa aglutinasi. Bahasa fleksi yaitu bahasa yang kata kerjanya berubah-ubah sesuai dengan fleksi atau sesuai tenses dan persona. Sedangkan bahasa aglutinasi, yakni bahasa yang melekatkan afiks untuk membentuk data baru yang dapat digunakan untuk bertutur,

misalnya bahasa Indonesia dan bahasa daerah di Indonesia (Wojowasito dalam Pateda, 2008: 13). Sebagian besar bahasa-bahasa daerah yang tersebar di Nusantara dapat digolongkan sebagai bahasa aglutinasi. Hal ini karena bahasa-bahasa tersebut terbentuk dengan cara melekatkan unsur yang satu dengan unsur lainnya. Salah satu bahasa daerah yang berkembang di Indonesia yaitu bahasa Muna yang digunakan oleh masyarakat di Desa Lakauduma Kecamatan Watopute. Sebagian besar kosakata dalam bahasa Muna dibentuk dengan cara melekatkan sebuah kata dengan afiks seperti halnya dalam bahasa Indonesia. Menurut Pateda (2009: 42) afiks merupakan morfem terikat yang harus dilekatkan pada morfem yang lain untuk membentuk kata sehingga dapat difungsikan untuk berkomunikasi. Afiks dalam bahasa Indonesia memiliki beragam jenis, begitu pula dengan afiks dalam bahasa Muna, yang terdiri atas prefiks, infiks, sufiks dan konfiks. Chaer (2008: 23) mengatakan bahwa prefiks merupakan afiks yang dibubuhkan di kiri bentuk dasar, misalnya prefiks ber-, prefiks me-, dan lain sebagainya. Menurut Parera (2007: 19) prefiks merupakan pembubuhan depan dengan morfem terikat, depan dapat dilihat/dicatat dalam bahasa Indonesia seperti: per-, di-, ke- dan sebagainya. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prefiks merupakan afiks yang dibubuhkan di awal kata dasar.

Afiks yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu prefiks. Prefiks dalam bahasa Indonesia berpadanan dengan beberapa prefiks dalam bahasa Muna, misalnya prefiks me- dalam bahasa Indonesia berpadanan dengan prefiks me- dalam bahasa Muna. Prefiks yang dapat membentuk kata dalam bahasa Muna misalnya, prefiks me- dalam kata meharo menyapu. Kata meharo yang menjadi dasar katanya yaitu haro sapu. Makna kata meharo yaitu melakukan kegiatan menyapu misalnya dalam kalimat perintah Ani, meharo! Ani, menyapu! Maksudnya, si Ani diperintahkan untuk melakukan kegiatan menyapu. Jika dilihat dari bentuknya, kata meharo termasuk dalam bentuk kata kerja (verba). Selain kata meharo, kata yang bermakna menyapu dalam bahasa Muna yaitu kata neharo, neharopi, dan meharopi. Kata neharo digunakan dalam kalimat pernyataan seperti dalam kalimat anoa neharo dia menyapu. Dalam hal ini dapat dinyatakan dia sedang melakukan kegiatan menyapu. Kata neharopi juga digunakan dalam kalimat pernyataan dengan makna menyapu tetapi dalam bidang yang luas, misalnya wa Dewi neharopi welo lambu si Dewi menyapu dalam rumah. Maksudnya, si Dewi melakukan kegiatan menyapu atau membersihkan seluruh ruangan di dalam rumah. Sedangkan kata meharopi digunakan dalam kalimat perintah. Misalnya Ani, meharopi! Ani, menyapu! maksudnya, si Ani diperintahkan untuk menyapu seluruh ruangan dalam suatu bangunan. Berdasarkan penjelasan di atas, prefiks me- dalam bahasa Indonesia, berpadanan dengan beberapa prefiks dalam bahasa Muna anatara lain yaitu prefiks me-, ne-, de-, ae-, dan no-. Jika dilihat dari segi makna prefiks ne-, de-, no- dan ae- memiliki makna

yang sama dengan prefiks me- dalam bahasa Muna. Penelitian ini akan melihat prefiks me- dalam bahasa Indonesia dan padanannya dalam bahasa Muna baik dari segi makna maupun bentuk, sehubungan dengan makna bentuk berafiks, Chaer (2006: 228) berpendapat bahwa makna yang didapat sebagai hasil proses pengafiksan yaitu melakukan, bekerja dengan alat, membuat barang, bekerja dengan bahan dan lain sebagainya. Bahasa Muna yang dimaksud yaitu bahasa yang dituturkan masyarakat Muna khususnya di Desa Lakauduma. Masyarakat Muna tidak memahami bahwa bahasa yang dituturkan memiliki prefiks, serta tidak memahami bahwa prefiks bahasa Indonesia berpadanan dengan prefiks dalam bahasa Muna. Selain itu masyarakat Muna tidak memahami bentuk dan makna yang dituturkan serta cara penerapannya dalam sebuah bidang ilmu bahasa yaitu pada bidang morfologi. Berdasarkan realitas atau kondisi yang terjadi, para penutur tidak memahami pemakaian prefiks dalam bahasa yang dituturkannya. Hal inilah yang menarik sehingga penelitian ini dilaksanakan, dengan harapan dapat memberikan gambaran kepada para pembaca khususnya masyarakat Muna, bahwa betapa pentingnya memahami dan mengetahui berbagai ilmu tentang bahasa salah satunya tentang pemahaman prefiks. Sehubungan dengan hal tersebut maka judul penelitian ini diformulasikan dengan kalimat Prefiks me- dalam Bahasa Indonesia dan Padanannya dalam Bahasa Muna.

Alasan peneliti mengambil prefiks me- karena prefiks me- dalam bahasa Indonesia berpadanan dengan prefiks me- dalam bahasa Muna. Selain itu prefiks medalam bahasa Muna memiliki bentuk lain seperti: ne-, de-, ae-, dan lain sebagainya tetapi memiliki makna yang sama dengan prefiks me- dalam bahasa Muna. Jadi prefiks me- dalam bahasa Indonesia berpadanan dengan prefiks me-, ne-, de-, dan ae-, dalam bahasa Muna. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut: 1. Prefiks me- dalam bahasa Indonesia berpadanan dengan beberapa prefiks dalam bahasa Muna. 2. Penggunaan infiks dalam bahasa Muna 3. Sufiks dalam bahasa Muna 4. Penggunaan konfiks dalam bahasa Muna 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada prefiks me- dalam bahasa Indonesia dan padanannya dalam bahasa Muna.

1.4 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yakni, 1. Bagaimana bentuk dan makna prefiks me- bahasa Indonesia dan padanannya dalam bahasa Muna? 2. Bagaimana penggunaan padanan prefiks me- dalam bahasa Muna? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu: 1. Mendeskripsikan bentuk dan makna prefiks me- bahasa Indonesia dan padanannya dalam bahasa Muna. 2. Mendeskripsikan penggunaan padanan prefiks me- dalam bahasa Muna. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian yang baik haruslah memberikan manfaat. Untuk itu manfaat dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya pengkajian prefiks yaitu prefiks me-, ne-, ae-, de-, dan lain sebagainya dalam bahasa Muna. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang pembentukan kata serta bentuk dan makna prefiks me- bahasa Indonesia dan padanannya dalam bahasa Muna. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak berikut.

1) Bagi masyarakat pembaca khususnya masyarakat Muna, dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dalam menganalisis prefiks dalam bahasa Muna. 2) Bagi peneliti dapat menambah wawasan pengetahuan khususnya pengkajian tentang afiks yaitu prefiks me- dalam bahasa Indonesia dan padanannya dalam bahasa Muna. 3) Bagi lembaga pendidikan, penelitian ini dapat digunakan oleh lembaga: (1) SD, SMP, dan SMA khususnya guru mata pelajaran bahasa daerah Muna, serta dapat dijadikan sebagai referensi bahan ajar, khususnya pengkajian prefiks me- dalam bahasa Indonesia dan padanannya dalam bahasa Muna. (2) Perguruan tinggi, dapat dijadikan sebagai referensi dalam melakukan penelitian kedepannya yang berkaitan dengan padanan prefiks. 1.7 Definisi Operasional Untuk menghindari salah penafsiran dalam permasalahan yang akan dibahas, maka perlu adanya penjelasan terhadap istilah yang berkaitan dengan penelitian ini yakni sebagai berikut: 1) Prefiks Menurut Mulyono (2013: 75) bahwa prefiks merupakan afiks yang melekat pada awal kata dasar. Prefiks yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu prefiks medalam bahasa Indonesia yang berpadanan dengan prefiks bahasa Muna misalnya: me-, ne-, de-, no- dan ae-.

2) Prefiks me- Prefiks me- merupakan afiks yang produktif. Fungsi prefiks me- yaitu membentuk kata kerja aktif transitif dan intransitif. Sedangkan makna yang didapat sebagai hasil proses pengafiksannya, antara lain melakukan, bekerja dengan alat, membuat barang, dan sebagainya (Chaer, 2006: 228). Prefiks me- yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah prefiks me- sebagai afiks tunggal, bukan sebagai bagian dari afiks gabungan seperti me-kan, me-an, dan sebagainya. 3) Padanan Secara harfiah kata padanan merujuk pada: keadaan seimbang (sebanding, senilai, seharga, sederajat, sepadan, searti) atau padanan merupakan kata yang sama maknanya pada dua bahasa. Padanan prefiks yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kesamaan makna antara prefiks me- dalam bahasa Indonesia dengan beberapa prefiks dalam bahasa Muna. 4) Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 dan dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36 sebagai bahasa Negara. Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dapat juga disebut bahasa nasional atau bahasa kebangsaan (Alwi, 2003: 3-4). Bahasa Indonesia yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu bahasa Indonesia resmi atau yang lazim digunakan dalam aktivitas berbahasa oleh masyarakat Indonesia.

5) Bahasa Muna Bahasa Muna yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu bahasa daerah Muna yang dituturkan oleh masyarakat Muna sehari-hari, khususnya di Desa Lakauduma, Kecamatan Watopute, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Dengan demikian, prefiks me- bahasa Indonesia dan padanannya dalam bahasa Muna, yang dimaksudkan adalah semua kata bahasa Indonesia yang terbentuk dari prefiks me- yang bergabung dengan bentuk kata dasar lain, yang berpadanan dalam bahasa Muna.