III. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
EFEKTIVITAS PENGENDALIAN PENYAKIT BAKTERIAL PADA PEMBESARAN IKAN LELE Clarias sp. DENGAN PAKAN YANG MENGANDUNG BAWANG PUTIH DAN MENIRAN

II. METODOLOGI 2.1 Persiapan Wadah dan Ikan Uji 2.2 Persiapan Pakan Uji

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia). Penyakit ini juga dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tawar yang cukup digemari masyarakat Indonesia. Ikan ini memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN. di Jawa Tengah (Purwanti et al., 2014). Lele dumbo merupakan jenis persilangan lele

PENDAHULUAN. semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan dilakukan pengembangan

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

II. METODOLOGI 2.1 Metode Penelitian Karakterisasi Sifat Biokimia dan Fisiologi A. hydrophila Uji Postulat Koch

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. terdiri atas penyakit bakterial dan mikotik. Contoh penyakit bakterial yaitu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi

BAB I PENDAHULUAN meningkat menjadi 31,64 kg per kapita per tahun (KKP, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. ikan yang terinfeksi akan mati dan sulit untuk diobati. Sebagai ilustrasi pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. ikan budidaya pada air tawar adalah penyakit Motil Aeromonas Septicemia (MAS)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstraksi terhadap 3 jenis sampel daun pidada menghasilkan ekstrak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ikan lele sangkuriang (C. gariepinus) merupakan salah satu komoditas perikanan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Melihat besarnya potensi pengembangan perikanan budidaya serta. didukung peluang pasar internasional yang baik maka perikanan budidaya di

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

I. PENDAHULUAN. Bidang perikanan memegang peranan penting dalam penyediaan protein

I. PENDAHULUAN. tinggi. Budidaya ikan mas telah lama berkembang di Indonesia, karena selain

BAB I PENDAHULUAN. terutama ikan air tawar. Ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 2008). Tanaman ini sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara dan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teh (Camellia sinensis) merupakan salah satu minuman terpopuler di

Daya Antibakteri Ekstrak Tumbuhan Majapahit (Crescentia cujete L.)Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila

PAKAN SEBAGAI IMUNOSTIMULAN UNTUK MENINGKATKAN RESPONS IMUN NON SPESIFIK IKAN LELE DUMBO

I. PENDAHULUAN. Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan salah satu jenis ikan air tawar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi

Teknologi Pengelolaan Kualitas Air. KUALITAS BIOLOGIS dan MANIPULASI MIKROBA: Probiotik

I. PENDAHULUAN. Ikan konsumsi yang dinilai memiliki nilai ekonomis tinggi adalah ikan mas. Data

BAB I PENDAHULUAN. (Uta, 2003). Jerawat terjadi ketika pori-pori kulit dipenuhi oleh minyak, sel kulit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

I. PENDAHULUAN. Non-nutritive feed additive merupakan suatu zat yang dicampurkan ke. dalam ransum ternak dengan bermacam-macam tujuan misalnya, memacu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. METODOLOGI 2.1 Metode Penelitian Identifikasi Bakteri Uji Peningkatan Virulensi Bakteri Uji

Gambar 9a-d. Gejala Klinis Penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia)

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan parasit, jamur, bakteri, dan virus. (Purwaningsih dan Taukhid,

Lampiran 1. Road-map Penelitian

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terkumpul dilakukan pengolahan serta analisis data dengan hasil sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif,

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya lele dumbo tergolong mudah dan pertumbuhannya relatif cepat.

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan konsentrasi 25%, 50%

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data-data yang dihasilkan selama penelitian adalah sebagai berikut :

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. populasi mikrobia dengan berbagai ukuran dan kompleksitas. Bakteri

BAB I PENDAHULUAN. Ikan mas (Cyprinus carpio L.) merupakan jenis ikan air tawar yang banyak

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta

I. PENDAHULUAN. Aeromonas salmonicida adalah salahsatu jenis dari bakteri Aeromonas sp. Secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB I PENDAHULUAN. menjadi ancaman dalam usaha budidaya ikan air tawar (Zonneveld, et al

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Potensi budidaya ikan air tawar di Indonesia sangat baik, mengingat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

I. PENDAHULUAN. Budidaya udang merupakan salah satu industri skala besar dengan tingkat

I. PENDAHULUAN. Gurami ( Osphronemus gouramy ) adalah salah satu ikan air tawar bernilai

I. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging,

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan lele lokal (Bachtiar, 2007).

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, teh berasal dari tanaman teh (Camellia sinensis). Teh Camellia

BAB 5 HASIL PENELITIAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman

I. PENDAHULUAN. Secara alami hewan ternak, khususnya itik memiliki kekebalan alami. yang berfungsi menjaga kesehatan tubuhnya. Kekebalan alami ini

Lampiran 1a. Pengenceran konsentrasi bakteri dalam biakan murni dengan teknik pengenceran berseri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu

METODE PENELITIAN. Pemilihan Ikan Uji dan Bakteri (Patogen dan Probiotik)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemanfaatan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan berkembang dengan

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Parameter pada penelitian pembesaran ikan lele ini meliputi derajat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan harian, perhitungan jumlah bakteri total dan pengamatan dominasi bakteri secara kualitatif, karakterisasi isolat bakteri terpilih, serta kualitas air. 3.1.1 Derajat Kelangsungan Hidup Pengamatan terhadap kelangsungan hidup pada ikan lele selama penelitian dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum uji tantang dan sesudah uji tantang. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3. Keterangan : Huruf yang sama dalam grafik batang menyatakan tidak berbeda nyata (P>0,1) Gambar 2. Kelangsungan hidup ikan lele sebelum uji tantang Keterangan : Huruf yang berbeda dalam grafik batang menyatakan berbeda nyata (P<0,1) Gambar 3. Kelangsungan hidup ikan lele setelah uji tantang 10

Berdasarkan Gambar 2 dan 3 dapat dilihat bahwa derajat kelangsungan hidup sebelum uji tantang memberikan hasil yang tidak berbeda nyata pada semua perlakuan. Derajat kelangsungan hidup setelah uji tantang pada perlakuan pengobatan memiliki nilai sebesar 95,38±4,24% dan memberikan hasil yang berbeda nyata (P<0,1) dengan perlakuan kontrol (+) dengan nilai sebesar 86,92±2,71% dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol ( ) dengan nilai sebesar 96,15±2,03%. Perlakuan pencegahan dengan nilai tingkat kelangsungan hidup sebesar 94,62±2,91% tidak berbeda nyata(p>0,1) dengan semua perlakuan. 3.1.2 Laju Pertumbuhan Mutlak Pertumbuhan mutlak ikan uji diamati selama 35 hari pemeliharaan. Parameter laju pertumbuhan mutlak ikan digunakan untuk menganalisis pengaruh dari pemberian pakan dengan campuran bawang putih dan meniran terhadap pertumbuhan ikan uji. Pada Gambar 4 tertera grafik laju pertumbuhan mutlak ikan lele selama pemeliharaan. Gambar 4. Laju pertumbuhan mutlak ikan lele selama pemeliharaan Gambar 4 memperlihatkan bahwa ikan lele pada semua perlakuan mengalami pertumbuhan. Namun berdasarkan hasil analis statistik, nilai laju pertumbuhan mutlak tidak berbeda nyata (P>0,1) dari semua perlakuan. 11

3.1.3 Laju Pertumbuhan Harian Pertumbuhan harian ikan uji diamati selama 35 hari pemeliharaan. Parameter laju pertumbuhan digunakan untuk melihat pengaruh dari pemberian pakan dengan campuran bawang putih dan meniran terhadap pertumbuhan ikan uji. Berikut ini adalah grafik laju pertumbuhan harian (Gambar 5). Keterangan : Huruf yang sama dalam grafik batang menyatakan tidak berbeda nyata (P>0,1) Gambar 5. Laju pertumbuhan harian ikan lele selama pemeliharaan Berdasarkan Gambar 5 terlihat bahwa dari hasil analisis statistik, nilai laju pertumbuhan harian tidak berbeda nyata (P>0,1) antara semua perlakuan baik yang diberi pakan dengan campuran bawang putih dan meniran maupun perlakuan yang hanya diberi pakan komersial. 3.1.4 Perhitungan Jumlah Bakteri Total dan Pengamatan Koloni Bakteri yang Dominan Secara Kualitatif Jumlah bakteri yang tumbuh pada media ini merupakan total bakteri yang terdapat pada sampel air tersebut. Hasil plating bakteri dari air selokan tertera pada Gambar 6 dan air tandon pada Gambar 7. 12

Gambar 6. Koloni bakteri yang berasal dari air selokan pada media TSA yang berumur 1x24 jam pada suhu inkubasi 28-30 o C Gambar 7. Koloni bakteri yang berasal dari air tandon pada media TSA yang berumur 1x24 jam pada suhu inkubasi 28-30 o C Morfologi koloni pada sumber air selokan dan air pemeliharaan pada perlakuan kontrol (+), pencegahan dan pengobatan didapatkan bakteri yang beragam. Pada air tandon dan air pemeliharaan perlakuan kontrol (-) ditemukan bakteri dengan morfologi koloni yang homogen. Perhitungan jumlah total bakteri pada tiap sumber air dan air pemeliharaan dilakukan pada akhir pemeliharaan. Jumlah total bakteri yang terdapat pada sumber air dan air pemeliharaan terdapat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil perhitungan bakteri pada sumber air dan air pemeliharaan pada setiap perlakuan di akhir pemeliharaan Sampel Kepadatan Bakteri (CFU/ml) Morfologi Koloni Air Selokan 4,8 10 4 Beragam Air Tandon 3,32 10 4 Homogen Kontrol (+) 1,24 10 6 Beragam Kontrol (-) 4,82 10 5 Homogen Pencegahan 7,92 10 5 Beragam Pengobatan 6,5 10 5 Beragam Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa jumlah kepadatan bakteri pada sampel air selokan sebesar 4,48 10 4 CFU/ml lebih banyak dibandingkan dengan sampel air tandon sebesar 3,32 10 4 CFU/ml. Pada sampel air di akhir pemeliharaan pada bak perlakuan didapatkan hasil dari jumlah kepadatan bakteri yang berbeda. Jumlah kepadatan bakteri terbanyak terdapat pada bak perlakuan kontrol (+) sebesar 1,24 10 6 CFU/ml, selanjutnya pada bak pencegahan sebesar 13

7,92 10 5 CFU/ml, bak pengobatan sebesar 6,5 10 5 CFU/ml dan bak perlakuan kontrol ( ) sebesar 4,82 10 5 CFU/ml. 3.1.5 Karakterisasi Isolat Bakteri Terpilih Uji karakterisasi isolat bakteri terpilih dilakukan terhadap bakteri yang terdapat pada air tandon. Hasil karakterisasi isolat bakteri terpilih dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Karakterisasi isolat bakteri terpilih Uji Hasil Pewarnaan Gram Gram negatif Oksidasi/Fermentasi - Katalase + Oksidase - Motilitas + Berdasarkan hasil uji dan indentifikasi dengan menggunakan tabel Cowan, maka didapatkan hasil bahwa isolat bakteri terpilih tersebut merupakan bakteri dalam genus Alcaligenes. 3.1.6 Kualitas Air Parameter kualitas air yang diukur dalam penelitian ini adalah oksigen terlarut, suhu, ph, amoniak dan jumlah bakteri. Parameter kualitas air diamati pada awal pemeliharaan, saat pertengahan pemeliharaan dan akhir uji tantang. Data kualitas air dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kualitas air selama pemeliharaan Parameter Perlakuan Standar K (+) K (-) PC PG (pustaka) Suhu ( o C) 25-29 25-29 25-29 25-29 25-32 a Ph 6,31-7,15 6,96-7,31 6,7-7,23 6,71-7,41 6,5-8,5 a DO (mg/l) 3,5-5,5 3,6-5,9 3,1-5,4 4-5,4 >3 a Amoniak (NH 3 ) (mg/l) 0,020 0,026 0,024 0,034 0,7-2,4 b Keterangan : a ) SNI 7550:2009 b ) Boyd (1982) Tabel 5 menunjukkan nilai kualitas air selama pemeliharaan. Dari hasil analisis kualitas air, menunjukkan bahwa nilai kualitas air relatif tidak berbeda antar perlakuan dan masih dalam batas toleransi untuk pertumbuhan ikan lele. 14

3.2 Pembahasan Berbagai jenis bakteri banyak ditemukan di setiap perairan. Bakteri-bakteri yang sering dijumpai pada perairan tawar di antaranya adalah Pseudomonas, Flavobacterium dan Proteus (Irianto, 2005). Bakteri yang terdapat di alam tidak semuanya bersifat patogen. Bakteri yang bersifat patogen di antaranya seperti Aeromonas hydrophila, Vibrio harveyi, Streptococcus agalactiae dan Vibrio alginolyticus. Penyakit pada ikan yang disebabkan oleh bakteri patogen disebut sebagai penyakit bakterial. Penyakit bakterial dapat dikendalikan dengan penggunaan imunostimulan. Imunostimulan merupakan suatu bahan yang berasal dari mahluk hidup atau gabungan dari bahan-bahan sintetik yang dapat meningkatkan sistem pertahanan tubuh. Imunostimulan dapat memberikan efek pada sejumlah komponen yang ada pada sistem imun seperti dengan adanya peningkatan aktivitas fagositosis (Sakai, 1999 dalam Tacchi et al., 2011). Imunostimulan dapat diberikan melalui oral atau secara injeksi. Imunostimulan yang diberikan melalui pakan lebih efektif dibandingkan dengan metode injeksi dalam hal biaya ketika mempertimbangkan dari segi pemberian pakan (Tacchi et al., 2011). Beberapa bahan imunostimulan yang telah digunakan dalam pakan untuk kegiatan budidaya adalah seperti lipopolisakarida (LPS) (Guttvik et al., 2002, Nya dan Austin, 2010 dalam Tacchi et al., 2011), ekstrak dari tumbuhan seperti jahe, dan ekstrak teh hijau (Camellia sinensis) (Abdel et al., 2010 dalam Tacchi et al., 2011) dan penggunaan bawang putih (Sahu et al, 2007 dalam Suman dan Csaba, 2011). Penggunaan imunostimulan dapat dijadikan sebagai bahan alternatif untuk menggantikan penggunaan antibiotik dan bahan-bahan kimia lainnya yang sudah mulai dilarang penggunaanya karena dapat meninggalkan residu pada tubuh ikan dan membahayakan jika dikonsumsi oleh konsumen. Antibiotik juga dapat menyebabkan meningkatnya resistensi bakteri terhadap antibiotik yang digunakan. Potensi tanaman sebagai imunostimulan bagi ikan mulai banyak diterapkan dalam dunia perikanan. Salah satu bahan fitofarmaka yang cukup efektif dalam mengatasi beberapa penyakit adalah bawang putih dan meniran. Hal ini telah dibuktikan dalam penelitian yang telah dilakukan dalam skala laboratorium seperti penggunaan bawang putih dan meniran untuk mengatasi 15

penyakit akibat bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele (Kurniawan, 2010), penyakit akibat bakteri Streptococcus agalactiae pada ikan nila (Fauziah, 2012) dan penyakit akibat bakteri Vibrio alginolyticus pada ikan kerapu macan (Miranti, 2012). Penelitian-penelitian tersebut dapat membuktikan bahwa ikan mampu memanfaatkan bahan-bahan aktif yang terdapat pada bawang putih dan meniran. Bahan aktif yang terdapat pada bawang putih adalah allicin. Menurut Durairaj et al. (2009), bawang putih bekerja sebagai antibakteri dan dapat menekan pertumbuhan bakteri serta dapat membunuh bakteri dari golongan Gram negatif dan Gram positif. Allicin pada bawang putih bersifat antibakteri dengan cara menghambat sintesis RNA dan lipid bakteri. RNA yang diproduksi oleh bakteri dalam jumlah sedikit ataupun tidak diproduksi berakibat pada sintesis protein karena tidak adanya messenger RNA, ribosomal RNA dan transfer RNA. Hal ini yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri tersebut karena tidak dapat terbentuknya asam amino dan protein dalam tubuh bakteri. Selain menghambat RNA, allicin juga menghambat sintesis lipid yang berakibat pada sel lainnya terutama pada bagian phospholipid biolayer. Hal ini dapat menyebabkan pembentukan dinding sel yang kurang tepat pada tubuh bakteri baik pada bakteri Gram positif maupun Gram negatif. Meniran berfungsi sebagai imunostimulator, yaitu mengaktifkan sistem imun. Hal ini sesuai dengan pendapat Sabir dan Rocha (2008) yang menyatakan bahwa meniran bekerja dengan cara mengaktifkan sistem kekebalan tubuh ikan setelah meniran tersebut dimakan oleh ikan. Kandungan zat aktif yang terdapat pada meniran adalah lignan, tanin, terpen, flavonoid, alkaloid dan saponin (Dhar et al, 1968 dalam Bagalkotkar et al, 2006 ). Menurut Suprapto (2006), flavonoid merupakan antioksidan yang mampu merangsang kekebalan tubuh ikan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jiao et al. (2001) dalam Maratani (2006) mengenai fungsi imunitas seluler yang dilakukan secara in vivo pada tikus menunjukkan bahwa senyawa flavonoid dapat memacu proloferasi limfosit dan meningkatkan jumlah sel T yang berperan dalam pembentukan sistem imun. 16

Berdasarkan hasil penelitian pada parameter kelangsungan hidup, perlakuan yang menunjukkan hasil yang paling baik adalah pada perlakuan pengobatan. Hal ini menunjukkan bahwa bahan aktif dalam bawang putih dan meniran bekerja pada saat setelah perlakuan uji tantang (pergantian sumber air) dilakukan. Menurut Muslim et al. (2009), bawang putih dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan bakteri. Bawang putih juga bekerja dalam menghambat pertumbuhan serta membunuh bakteri yang terdapat pada air selokan, diduga melalui pencucian (leaching) pakan yang mengandung bawang putih pada perlakuan pengobatan. Melalui pencucian pakan ke air diduga mampu membunuh bakteri pada air selokan yang diduga terdapat bakteri patogen di dalamnya. Sesuai dengan pendapat Durairaj et al. (2009) menyatakan bahwa allicin yang terdapat pada bawang putih mampu menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri yang ada. Pada saat perlakuan pencegahan bakteri yang terdapat pada air tandon pun ditekan pertumbuhannya karena adanya allicin dalam pakan perlakuan. Namun pada perlakuan pencegahan tidak didapatkan hasil yang berbeda nyata antara semua perlakuan. Hal ini diduga karena bakteri-bakteri yang terdapat pada air tandon merupakan bakteri non patogen sehingga bakteri tersebut tidak memberikan pengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan. Berdasarkan hasil karakterisasi dan identifikasi dengan menggunakan tabel Cowan terhadap isolat bakteri terpilih (bakteri air tandon), didapatkan bahwa bakteri tersebut adalah bakteri dalam genus Alcaligenes. Bakteri Alcaligenes merupakan bakteri non patogen pada ikan (Austin dan Austin, 1999 dalam Irianto, 2005). Setelah uji tantang (pergantian sumber air) pada perlakuan pengobatan, allicin pada pakan pengobatan bekerja dengan baik dengan cara menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri yang terdapat pada air selokan. Dengan demikian, pada perlakuan kontrol (+) dan pencegahan didapatkan kelangsungan hidup yang lebih rendah dibanding perlakuan pengobatan. Hal ini, diduga karena terdapat bakteri patogen pada air selokan yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup selama pemeliharaan. Dari hasil TPC air selokan didapatkan bakteri dengan warna koloni yang berbeda-beda (beragam), sedangkan pada hasil TPC air tandon didapatkan warna dan bentuk yang lebih seragam (homogen). Allicin dan 17

flavonoid yang terdapat pada pakan berkerjasama dalam menghambat dan membunuh bakteri yang terdapat pada air selokan, sehingga ikan-ikan dalam perlakuan pengobatan memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan kontrol (+) dan pencegahan. Uji tantang yang dilakukan dalam penelitian ini berbeda dengan uji tantang yang pada umumnya yang dilakukan dalam penelitian skala laboratorium. Dalam penelitian ini, uji tantang dilakukan dengan cara membuat ikan stres. Menurut Irianto (2005), stressor atau faktor stres pada ikan dapat diklasifikasikan menjadi empat macam diantaranya adalah stressor kimiawi, stressor fisik, stressor biologis dan stressor prosedural. Uji tantang dalam penelitian ini menggunakan stressor biologis dan stressor prosedural. Stressor biologis adalah stressor yang diakibatkan karena adanya masalah seperti densitas terlalu tinggi, multikultur (adanya spesises-spesies yang agresif dan persaingan tempat), dan mikroba (kehadiran mikroba patogenik maupun non patogenik). Stressor biologis yang terdapat dalam penelitian ini diakibatkan oleh mikroba. Dengan adanya pergantian air dari air tandon menjadi air selokan yang keduanya memiliki jumlah mikroba yang berbeda. Berdasarkan hasil TPC bakteri pada media TSA, diketahui bahwa pada air selokan memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah bakteri pada air tandon. Selain stressor biologis, dalam penelitian ini juga menggunakan stressor prosedural yaitu cara penanganan pada saat uji tantang. Ikan-ikan tersebut diangkat dari terpal dan selanjutnya dimasukkan ke dalam ember agar ikan menjadi lebih padat selama 30 menit. Hal ini dilakukan agar terjadi luka pada kulit ikan yang dapat menyebabkan ikan stres dan serangan dari bakteri yang ada pada air selokan. Dengan demikian, pengaruh dari pemberian pakan dengan campuran bawang putih dan meniran dapat dilihat pengaruhnya. Jumlah kepadatan bakteri pada suatu perairan merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit. Jumlah kepadatan bakteri akan menyebabkan penyakit atau menjadi patogen jika telah mencapai kepadatan tertentu. Pada bakteri Aeromonas hydrophila akan menjadi patogen pada suatu perairan jika telah mencapai kepadatan 10 4 CFU/ml (Irianto, 2003 dalam Bijanti et al., 2011). Kepadatan bakteri pada sumber air selokan yang digunakan untuk uji tantang sebesar 4,48 10 4 CFU/ml dan kepadatan bakteri pada sumber air tandon sebesar 18

3,32 10 4 CFU/ml. Dari hasil TPC yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa bakteri pada air tandon lebih sedikit jumlahnya dan koloni yang terbentuk lebih homogen dilihat dari warna koloni yang dihasilkan dibandingkan pada bakteri di air selokan dengan jumlah yang lebih banyak dan beragam dilihat dari warna koloni yang dihasilkan berbeda-beda. Dari hasil indentifikasi bakteri, pada sumber air tandon didapatkan bakteri dalam genus Alcaligenes yang bersifat non patogen bagi ikan (Austin dan Austin, 1999 dalam Irianto, 2005). Pertumbuhan baik pada laju pertumbuhan mutlak dan laju pertumbuhan harian pada penelitian menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada semua perlakuan. Namun demikian, dari grafik laju pertumbuhan mutlak dan laju pertumbuhan harian dapat dilihat bahwa ikan uji menunjukkan pertumbuhan selama perlakuan. Sartika (2011) dalam penelitiannya juga mendapatkan hasil bahwa pemberian pakan yang mengandung bawang putih dan meniran tidak memberikan hasil yang berbeda nyata (P>0,05) dengan kontrol pada parameter pertumbuhan. Kualitas air selama pemeliharaan menunjukkan nilai yang berada pada kisaran normal. Suhu berkisar 25-32 o C, ph 6,5-8,5, DO> 3 mg/l (SNI 7550:2009) dan amoniak < 0,1 (Boyd, 1982). 19