BAB 5 HASIL PE ELITIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 5.1. Hasil tes serial dilusi Streptococcus mutans terhadap infusum Kismis Konsentrasi

BAB 4 METODE PE ELITIA

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Sampel penelitian ini adalah biakan murni S. mutans yang berasal dari

BAB 1 PENDAHULUAN. mulut dan bersama grup viridans lainnya umum terdapat di saluran pernapasan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik.

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

25 Universitas Indonesia

EFEK ANTIMIKROBA INFUSUM DAUN BINAHONG. (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP BAKTERI. Streptococcus mutans : Uji KHM dan KBM

JUDUL PENELITIAN Masalah Tujuan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. RI tahun 2004, prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. 1 Karies gigi merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak kulit buah dan

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cermin dari kesehatan manusia, karena merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. reaksi, piring kultur sel atau di luar tubuh makhluk hidup, syarat penelitian

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI-UJI ANTIMIKROBA. Uji Suseptibilitas Antimikrobial. Menggunakan cakram filter, mengandung sejumlah antibiotik dengan konsentrasi tertentu

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) ASAL KOTA WATAMPONE. St. Maryam, Saidah juniasti, Rachmat Kosman

LAPORAN HASIL PENELITIAN PENENTUAN POTENSI JAMU ANTI TYPHOSA SERBUK HERBAL CAP BUNGA SIANTAN

Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2 merupakan medikamen saluran akar yang paling sering digunakan sejak tahun 1920.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan alam banyak dimanfaatkan sebagai obat-obatan, termasuk dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN 1. Skema Alur Pikir

A. Nanas (Ananas comosus (L) Merr.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. negatif Escherichia coli ATCC 25922, bakteri gram positif Staphylococcus aureus

BAB V HASIL PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan sebanyak tujuh plate dengan inkubasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Sentral bagian

Uji konsentrasi hambat minimum (KHM) ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia Steenis) sebagai antibakteri terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Analis Kesehatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Aktivitas antimikroba pada ekstrak sambiloto terhadap pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

pertumbuhan dengan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yang tampak pada Rf = 0, 67 dengan konsentrasi mulai 3% untuk Escherichia coli dan 2%

SKEMA ALUR PIKIR. Kulit Buah Manggis

BAB V PEMBAHASAN. aktivitas antimikroba ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS)

BAB 1 PENDAHULUAN. pada permulaan terjadinya karies gigi (Purnamasari et al., 2010). Namun, tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif golongan

PERBANDINGAN EFEK ANTIBAKTERI AIR SEDUHAN DAUN SIRIH (Piper betle Linn) TERHADAP Streptococcus mutans PADA WAKTU KONTAK DAN KONSENTRASI YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keparahan penyakit periodontal di Indonesia menduduki. urutan kedua utama setelah karies yang masih merupakan masalah

PENDAHULUAN. alam yang besar. Berbagai jenis tanaman seperti buah-buahan dan sayuran yang beragam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. (1965). Hasil determinasi tanaman. Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran

Daya Antibakteri Ekstrak Tumbuhan Majapahit (Crescentia cujete L.)Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila

BAB IV. PENETAPAN HAYATI DENGAN MIKROBIA

BAB VI PEMBAHASAN. bakteri aerob dan facultative anaerobic bacteria untuk makanan dan materi klinis.

I. PENDAHULUAN. penyakit menemui kesulitan akibat terjadinya resistensi mikrobia terhadap antibiotik

Streptococcus Mutans dari Saliva dengan Kromatografi Lapisan Tipis (TLC)

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL BATANG DAN DAUN EVODIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mikroorganisme ke dalam tubuh, mikroorganisme tersebut masuk bersama makanan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dilaksanakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UJI POTENSI ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOLIK HERBA PEGAGAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Rumah Sakit

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium

UJI AKTIVITAS BAKTERI METODE DIFUSI SUMURAN. Oleh: REZQI NURJANNAH P

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri Asam laktat (BAL) yaitu kelompok bakteri gram positif, katalase

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK KULIT NANAS (Ananas comosus) TERHADAP BAKTERI Fusobacterium nucleatum PENYEBAB GINGIVITIS (in vitro)

AKTIVITAS ANTIFUNGI SARI DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Candida albicans. Siska Nuryanti

Aktivitas Antibakteri Kitosan Kulit Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Terhadap Bakteri Kontaminan Bakso Ikan Tuna (Thunnus Sp.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif pada pengecatan gram

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi pada jaringan keras gigi yang bermula dari ke dentin berlanjut ke

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB I PENDAHULUAN. Rongga mulut manusia tidak terlepas dari berbagai macam bakteri, diantaranya

AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN ALAMANDA

Analisis Hayati KEPEKAAN TERHADAP ANTIBIOTIKA. Oleh : Dr. Harmita

Transkripsi:

BAB 5 HASIL PE ELITIA Pembiakan S.mutans dilakukan untuk mendapatkan 6 koloni berdasarkan : kontur, konsistensi, homogenisasi, pigmen, ukuran, dan kecembungan permukaan dari wild strain S.mutans yang terdapat pada media agar TYS20B Tes sensitivitas S.mutans tipe 1 sampai 6 terhadap infusum Jambu air Semarang secara serial dilusi dapat dilihat hasilnya pada tabel 5.1 dan zona hambatan dapat dilihat pada tabel 5.2 Tabel 5.1. Hasil Tes Metode Serial dilusi infusum Jambu air Semarang terhadap S.mutans Konsentrasi Inokulasi koloni Streptococcus mutans Infusum 1 2 3 4 5 6 Keterangan Jambu (% / ml) 15% + + + + + + Keruh/Tumbuh 20% + + + + + + Keruh/Tumbuh 30% + + + + + + Keruh/Tumbuh 40% + + + + + + Keruh/Tumbuh 60% + + + + + + Keruh/Tumbuh 80% + / - + / - + / - + / - + / - + / - Mulai jernih (Mulai terhambat) C (+) + + + + + + Keruh/Tumbuh C (-) - - - - - - Jernih / Terhambat * Tanda (+) menunjukkan cairan di dalam tabung dalam kondisi keruh, yang artinya bakteri tumbuh dengan subur, Tanda (-) menunjukkan cairan di dalam tabung dalam kondisi jernih, yang artinya bakteri tidak tumbuh, C (+) adalah Cairan BHI sebanyak 2 ml, C (-) adalah Cairan infusum Jambu air Semarang 100%. Dari tabel 5.1 dapat dilihat Kadar Hambat Minimum (KHM) pada tes serial dilusi adalah 80 %/ml sedangkan untuk Kadar Bakterisid Minimum tidak dapat ditentukan untuk keenam tipe S.mutans

Pengukuran zona hambatan dilakukan dengan mengukur batas luar disc sampai ke zona yang menunjukkan pertumbuhan bakteri. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 5.2 Tabel 5.2 Hasil Tes Metode Difusi infusum Jambu air Semarang terhadap S. mutans Konsentrasi Inokulasi koloni Streptococcus mutans pada media DST Infusum jambu 1 2 3 4 5 6 (%/ml) 15% 0 mm 0 mm 0 mm 0 mm 0 mm 0 mm 20% 0 mm 0 mm 0 mm 0 mm 0 mm 0 mm 30% 0 mm 0 mm 0 mm 0 mm 0 mm 0 mm 40% 0,5mm 0,5mm 0,5mm 0,5mm 0,5mm 0,5mm 60% 0,5mm 0,5mm 0,5mm 0,5mm 0,5mm 0,5mm 80% 1,1mm 1mm 0,9mm 1,1 mm 1mm 1 mm 100% 1,5mm 1,5mm 1,4mm 1,6mm 1,7mm 1,5mm *)Karena hasil penelitian pada konsentrasi 15%, 20%, dan 30% menghasilkan angka 0 maka untuk selanjutnya penelitian yang dipakai adalah dengan konsentrasi 40%, 60%, 80%, dan 100% Gambar 5.1 Grafik Zona Hambatan S.mutans Tipe 1

Gambar 5.2 Grafik Zona Hambatan S.mutans Tipe 2 Gambar 5.3 Grafik Zona Hambatan S.mutans Tipe 3 Gambar 5.4 Grafik Zona Hambatan S.mutans Tipe 4

Gambar 5.5 Grafik Zona Hambatan S.mutans Tipe 5 Gambar 5.6 Grafik Zona Hambatan S.mutans Tipe 6 Rata-rata zona hambatan infusum Jambu air Semarang terhadap S.mutans pada konsentrasi 40 adalah 0,5 mm ; konsentrasi 60% adalah 0,5 mm ; konsentrasi 80% adalah 1,02 mm ; konsentrasi 100% adalah 1,53 mm

Bab 6 Pembahasan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui daya antimikroba infusum Jambu air Semarang dengan konsentrasi 15%, 20%, 30%, 40%, 60%, dan 80% terhadap S. mutans dari 6 macam koloni yang berbeda. Jambu air Semarang yang digunakan pada penelitian ini diperoleh di pasar swalayan di Jakarta. S. mutans dipilih sebagai bahan penelitian karena merupakan organisme utama penyebab terjadinya karies gigi. S.mutans yang digunakan dalam pengujian ini diperoleh setelah dipilih beberapa macam tipe koloni berdasarkan perbedaan morfologi dari masing-masing koloni (diameter, kontur, konsistensi, homogenisasi, pigmen, ukuran, dan kecembungan permukaan). Berdasarkan perbedaan morfologinya, maka dari media agar TYS20B yang tersedia dapat dipilih 6 macam tipe koloni Streptococcus mutans untuk diteliti yang diberi label tipe 1 sampai dengan 6. Kemudian bakteri-bakteri ini diinkubasi selama 3 hari pada suhu 37 o C, dipilihnya waktu 3 hari karena merupakan umur yang paling optimal bagi pertumbuhan bakteri ini. Dari berbagai penelitian yang telah dipublikasikan, diketahui bahwa tanamanan seperti anggur, teh, dan coklat telah terbukti dapat bertindak sebagai agen antimikroba. 4 Kandungan zat aktif yang umum ditemukan di dalam tanaman-tanaman tersebut adalah fenol dan oleanolic acid. Fenol bekerja dengan cara merusak sitoplasma dari bakteri dan menyebabkan kebocoran isi sel, sedangkan pada konsentrasi tinggi, fenol berkoagulasi dengan protein seluler. Akivitas ini sangat efektif ketika bakteri dalam tahap pembelahan karena fenol dapat berpenetrasi dengan mudah dan merusak isi sel dari bakteri. Selain itu, Fenol dan Oleanolic acid dapat menghambat aktivitas glikolisis sehingga bakteri tidak dapat memanfaatkan aktivitas glikolisis untuk memetabolisme fruktosa menjadi glukosa akibatnya bakteri tidak mendapatkan cukup energi untuk hidup, serta menghambat enzim glukosiltransferase (menyebabkan polimerisasi glukosa pada sukrosa, hal ini dimanfaatkan oleh S.mutans untuk berkembang dan membentuk plak 7, 8, 22 gigi) yang terdapat di atas permukaan bakteri. Menurut Julia F Morton di dalam Jambu air Semarang terdapat bahan aktif fenol dalam bentuk Tannin dan oleanolic acid. Selain itu dari beberapa penelitian yang telah dilakukan terhadap buah Jambu air Semarang diketahui bahwa Jambu air Semarang dapat menghambat Staphylococcus.5, 21 aureus, Mycobacterium smegmatis, dan Candida albicans Hal-hal menjadi alasan dipilihnya buah Jambu air Semarang sebagai bahan penelitian. inilah yang

Jambu air Semarang pada penelitian ini dibuat dalam bentuk infusum karena infusum merupakan salah satu metode untuk mengekstrak zat kandungan aktif dari bahan-bahan nabati yang paling umum dan mudah dilakukan dari segi waktu, peralatan dan biaya. Selain itu infusum juga telah terbukti dapat memberikan zat kandungan aktif yang cukup banyak dengan perbandingan jumlah bahan nabati yang tidak terlalu banyak. Sehingga pemilihan metode infusum merupakan pemilihan yang paling efektif dan efisien untuk penelitian dengan jangka waktu yang cukup singkat. Metode infusum adalah metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infusum tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98 C) selama waktu tertentu (15-20 menit). Umumnya digunakan untuk memperoleh zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati 32. Setelah didapatkan hasil infusum, maka dilakukan uji sensitivitas S.mutans pada infusum Jambu air Semarang yang diukur dengan dua metode, yaitu metode serial dilusi dan metode disk pada media agar DST. Pada metode Serial Dilusi dibuat 6 konsentrasi infusum Jambu air Semarang, yaitu 15%, 20%, 30%, 40%, 60%, dan 80% yang diuji untuk mengetahui kadar hambat minimum (KHM) dan Kadar Bakterisid Minimum (KBM). KHM adalaah konsentrasi terendah yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Sedangkan KBM adalah konsentrasi terendah yang mampu membunuh bakteri. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, S.mutans mulai sensitif terhadap infusum Jambu air Semarang pada konsentrasi 80%. Pada konsentrasi ini secara kasat mata, infusum Jambu air Semarang mulai terlihat jernih. Hal ini berbeda dengan konsentrasikonsentrasi lainnya dibawah 80% yang terlihat keruh yang menunjukkan bakteri dapat tumbuh subur di dalamnya. Untuk menguatkan pengamatan tersebut, maka dilakukan penggoresan infusum Jambu air Semarang pada media agar. Hasil yang didapat terlihat pengurangan jumlah bakteri pada konsentrasi 80% tetapi bakteri tetap ada dalam jumlah kecil. Hal ini menunjukkan bahwa infusum Jambu air Semarang dapat menghambat pertumbuhan dari S.mutans pada konsentrasi minimum 80%. Akan tetapi, dari penelitian ini belum dapat ditentuntakan konsentrasi minimum dari infusum Jambu air Semarang yang dapat membunuh S.mutans. Tes sensitifitas kedua adalah metode disk pada media agar DST yang digunakan untuk mengukur besarnya zona hambatan. Pengukuran dilakukan dengan mengukur jarak dari batas luar disc sampai dengan zona yang memperlihatkan adanya pertumbuhan bakteri. Rumus yang digunakan untuk perhitungan ini adalah diameter zona hambatan dikurang dengan diameter disc kemudian dibagi dua. Zona hambatan mulai terbentuk

pada infusum Jambu air Semarang dengan konsentrasi 40%, 60%, 80%, dan 100%. Dari hasil penelitian didapatkan Rata-rata zona hambatan infusum Jambu air Semarang terhadap S.mutans pada konsentrasi 40 adalah 0,5 mm ; konsentrasi 60% adalah 0,5 mm ; konsentrasi 80% adalah 1,02 mm ; konsentrasi 100% adalah 1,53 mm. Hasil ini memperkuat hasil metode Serial Dilusi bahwa infusum Jambu air Semarang memang memiliki daya antimikroba terhadap pertumbuhan S.mutans. Selain itu, hasil ini memperlihatkan bahwa besarnya daya hambat (diukur dengan besar dari diameter zona hambatan) infusum Jambu air Semarang terhadap S.mutans berbanding lurus dengan besarnya kosentrasi dari infusum. Berdasarkan hasil penghitungan KHM dan KBM serta pengukuran zona hambatan, infusum Jambu air Semarang dalam konsentrasi tinggi (80%) mampu menghambat pertumbuhan S.mutans yang merupakan agen utama penyebab karies gigi walaupun tidak cukup kuat untuk membunuh bakteri S.mutans. Hal ini kemungkinan disebabkan karena tidak cukup besarnya konsentrasi kandungan fenol dan olenolic acid di dalam Jambu air Semarang. Akan tetapi dari penelitian ini sudah dapat dibuktikan bahwa Jambu air Semarang memiliki sifat antimikroba terhadap S.mutans.