Pengaruh Penambahan Parutan Karet Ban Gradasi Tipe 2 terhadap Parameter Marshall pada Campuran Hot Rolled Sheet Wearing Course SENTOT HARDWIYONO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

PENGGUNAAN ASPAL BUTON TIPE RETONA BLEND 55 SEBAGAI BAHAN SUSUN CAMPURAN HRS-B

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

NASKAH SEMINAR INTISARI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

BAB III LANDASAN TEORI

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

Gambar 4.1 Bagan alir penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS

BAB I PENDAHULUAN. penduduk di Yogyakarta. Pembangunan hotel, apartemen, perumahan dan mall

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

KAJIAN EKSPERIMENTAL CAMPURAN HRS-WC DENGAN ASPAL MINYAK DAN PENAMBAHAN ADITIF LATEKS SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

PENGARUH PENAMBAHAN MINYAK PELUMAS BEKAS DAN STYROFOAM PADA BETON ASPAL

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARETMESH #80 PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

PENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

PERBANDINGAN PENGARUH PENAMBAHAN PLASTIK HIGH DENSITY POLYETILENE (HDPE) DALAM LASTON-WC DAN LATASTON-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

Djoko Sulistiono, Amalia FM, Yuyun Tajunnisa Laboratorium Uji Material Program Diploma Teknik Sipil FTSP ITS ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH PLASTIK POLIPROPILENA SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT PADA CAMPURAN LASTON TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL (105M)

PENGARUH ENERGI PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI SENJANG

TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT DAN AIR HUJAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. keras lentur bergradasi timpang yang pertama kali dikembangkan di Inggris. Hot

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Jalan

PENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

KINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC)

ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON

BAB III LANDASAN TEORI

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

ANALISIS KEKUATAN TARIK MATERIAL CAMPURAN SMA (SPLIT MASTIC ASPHALT) GRADING 0/11 MENGGUNAKAN SISTEM PENGUJIAN INDIRECT TENSILE STRENGTH

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC) TAMBAHAN LATEKS TERHADAP SIFAT MARSHALL

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN ALAMI LATEKS (GETAH KARET) TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COURSE (HRS - WC)

KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COARSE (HRS WC) PADA PEMADATAN DI BAWAH SUHU STANDAR

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

Muhammad Rizal Permadi, Retno Handayani Prastyaningrum, Bagus Hario Setiadji *), Supriyono *)

PENGGUNAAN PASIR KUARSA GUNUNG BATU KECAMATAN BAULA KABUPATEN KOLAKA SEBAGAI AGREGAT HALUS TERHADAP CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COURSE (HRS-WC)

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Pada pembuatan aspal campuran panas asbuton dengan metode hot mix (AC

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

PENGARUH KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN AGREGAT TERHADAP PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA ABSTRAK

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

Transkripsi:

JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 15, No. 2, 149-158, November 2012 149 Pengaruh Penambahan Parutan Karet Ban Gradasi Tipe 2 terhadap Parameter Marshall pada Campuran Hot Rolled Sheet Wearing Course (The Influence of Adding Shredded Tire Rubber Gradation Type 2 in Hot Rolled Sheet Wearing Course) SENTOT HARDWIYONO ABSTRACT The provision of road infrastructure cannot be separated with the pavement construction itself. One of the materials used is asphalt that is really related to natural resources. Using asphalt is not durable in many cases because of the oxidation process, mainly due to heating. This can lead the road (flexible pavement) to fast deformation, including cracking. Nowadays, there are many additives to improve the asphalt quality. One of them is adding rubber to the asphalt which can give more durability under high temperatures, increase its adhesion, and improve its flexibility. This study used the additives in the form of shredded rubber with the content of 20%, 21%, and 22% of the total mass of asphalt. The shredded rubber was mixed with the asphalt, and then heated at least 45 minutes before mixing it with the aggregates. The mixture with the tire rubber was compared in term of optimum asphalt content and Marshall results. The results show that adding shredded tire rubber in mixture can decrease the flow. This shows that the addition of shredded rubber can decrease of the sample deformation, so that the mix will not be too plastic and easily deformed under the loading. It can also increase the VIM and decrease the VFA, so that it can reduce the bleeding possibility. Keywords: HRS, Marshall Properties, Shredded Tire Rubber PENDAHULUAN Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi, dan selama masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi kerusakan yang berarti. Supaya perkerasan mempunyai daya dukung dan keawetan yang memadai serta ekonomis, maka perkerasan jalan dibuat berlapis lapis. Lapis permukaan merupakan lapisan paling atas yang paling baik mutunya. Di bawahnya terdapat lapisan fondasi, yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan. Efektivitas dan efisiensi dana yang ditanamkan dalam perkerasan lentur antara lain tergantung pada ketepatan campuran perkerasan yang digunakan sesuai dengan kondisi tropis Indonesia. Ada dua jenis kerusakan dominan yang dialami perkerasan lentur pada iklim tropis, yaitu retak-retak dan kelelehan plastis. Untuk itu dalam hal pemilihan dan perencanaan campuran perkerasan harus mendapat perhatian agar perkerasan lentur yang telah dilaksanakan dapat digunakan atau melayani beban lalu lintas sesuai umur rencana. Salah satu jenis lapis perkerasan yang umum dipakai di Indonesia adalah Hot Rolled Sheet (HRS) atau Lapis Tipis Beton (Lataston). Sejak pertama kali diperkenalkannya Lataston dengan gradasi senjang di Indonesia pada tahun 1980-an, banyak jalan yang dibangun dengan komposisi ATB ( Treated Base) dan HRS. Penggunaan lapis aus HRS diyakini dapat menjamin hasil yang memuaskan, sebagaimana yang diharapkan oleh Direktorat Jendral Bina Marga. Pada campuran HRS kadar aspal yang dipakai lebih banyak, karena menggunakan agregat bergradasi senjang sehingga volume antar rongga menjadi tinggi. Hal ini menghasilkan film aspal yang tebal dan mengakibatkan ikatan aspal sangat kuat sehingga durabilitasnya tinggi.

150 S. Hardwiyono / Semesta Teknika, Vol. 15, No. 2, 149-158, November 2012 Selain itu campuran HRS juga mempunyai nilai stabilitas yang sedang, sehingga lapis perkerasan menjadi fleksibel dan tidak mudah mengalami retak. Penggunaan aspal sering memberikan indikasi kurang tahan lama karena proses oksidasi terutama oleh proses pemanasan, sehingga jalan cepat mengalami kerusakan antara lain retakretak. Begitu pula dengan menggunakan aspal penetrasi tinggi akan terjadi kerusakan berupa alur, gelombang dan naiknya aspal ke permukaan. Hal ini disebabkan suhu permukaan jalan lebih tinggi dari titik lembek aspal yang digunakan. Untuk lebih meningkatkan mutu aspal, saat ini ada bermacam-macam bahan tambah, salah satunya adalah polimer karet. Penggunaan campuran antara aspal dan serbuk karet ban bekas, merupakan salah satu pengembangan dan pemanfaatan sisa daur ulang ban bekas. Diharapkan penambahan karet ke dalam aspal dapat memberikan daya tahan aspal terhadap suhu tinggi dan dapat pula meningkatkan daya lekat aspal terhadap agregat. Dalam penelitian ini akan dilakukan kajian tentang perbandingan parameter Marshall dan kadar aspal optimum antara Hot Rolled Sheet dengan Hot Rolled Sheet yang ditambah serbuk karet ban bekas sebesar 20%, 21% dan 22%. Parameter Marshall 1. Stabilitas Stabilitas adalah kemampuan lapis perkerasan menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk permanen seperti gelombang, alur ataupun bleeding (Sukirman, 2003). Stabilitas tergantung dari gesekan internal friction (gesekan antar agregat) dan kohesi. Gesekan antar agregat tergantung dari tekstur permukaan gradasi agregat, bentuk partikel, kepadatan campuran, dan tebal film aspal. 2. Kelelehan / flow Flow adalah keadaan perubahan bentuk suatu campuran aspal yang terjadi akibat suatu beban, dinyatakan dalam mm. Parameter flow diperlukan untuk mengetahui deformasi (perubahan bentuk) vertikal campuran saat dibebani hingga hancur (pada stabilitas maksimum). Flow akan meningkat seiring meningkatnya kadar aspal. 3. Void in Mix (VIM) / Rongga Udara dalam Campuran VIM adalah persentase volume rongga terhadap volume total campuran setelah dipadatkan, dinyatakan dalam %. VIM digunakan untuk mengetahui besarnya rongga campuran, sedemikian sehingga rongga tidak terlalu kecil (menimbulkan bleeding) atau terlalu besar (menimbulkan oksidasi/penuaan aspal dengan masuknya udara). 4. Voids Filled with Asphalt (VFA) / Rongga Terisi VFA adalah persentase volume aspal yang dapat mengisi rongga yang ada dalam campuran, dinyatakan dalam %. Parameter VFA diperlukan untuk mengetahui apakah perkerasan memiliki keawetan dan tahan air yang cukup memadai. 5. Marshall Quotient (MQ) MQ adalah hasil bagi dari stabilitas dengan flow yang dipergunakan untuk pendekatan terhadap tingkat kekakuan atau kelenturan campuran, dinyatakan dalam KN/mm. Nilai MQ yang tinggi menunjukkan nilai kekakuan lapis keras tinggi. Lapis keras yang mempunyai nilai MQ yang terlalu tinggi akan mudah terjadi retak-retak akibat repetisi beban lalu lintas. Sebaliknya nilai MQ yang terlalu rendah menunjukkan campuran terlalu fleksibel yang mengakibatkan perkerasan mudah berubah bentuk bila menahan beban lalu lintas. Persyaratan sifat campuran untuk HRS-WC ditampilkan pada Tabel 1. METODE PENELITIAN Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Agregat kasar dan agregat halus yang berasal stock pile PT. Suradi Sejahtera Raya DIY.

S. Hardwiyono / Semesta Teknika, Vol. 15, No. 2, 149-158, November 2012 151 TABEL 1. Persyaratan Sifat Campuran untuk HRS-WC No. Sifat-sifat campuran Persyaratan Min Maks 1. Rongga dalam campuran (VIM) 3,0 6,0 % 2. Rongga dalam agregat (VMA) 18 - % 3. Rongga terisi aspal (VFA) 68 - % 4. Stabilitas 800 - kg 5. Kelelehan / flow 3,0 - mm 6. Marshall Quotient 250 - kg/mm Sumber : Depkimpraswil, 2002 2. keras penetrasi 60/70 ex PT Pertamina. 3. karet ban bekas yang diperoleh dari bengkel vulkanisir ban di Yogyakarta. Spesifikasi yang digunakan berpedoman pada spesifikasi campuran beraspal panas, Divisi 6. Perkerasan, seksi 6.3 Campuran Panas. Alat Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat uji tekan Marshall yang terdiri dari : 1. Kepala penekan berbentuk lengkung. 2. Cincin penguji/proving ring berkapasitas 22,2 KN (5000 lbf dan 10000 lbf) yang dilengkapi dengan arloji tekan dengan ketelitian 0,0025 cm (0,001inch). 3. Arloji penunjuk nilai kelelehan. Tahapan Penelitian Langkah-langkah penelitian ditampilkan pada Gambar 1. Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil pengujian Marshall adalah VMA, VIM, VFA, stabilitas dan flow. Nilai stabilitas dan flow ditentukan dengan menggunakan alat uji Marshall, sedangkan VMA, VIM, dan VFA ditentukan melalui penimbangan benda uji dan perhitungan (berat kering, berat kering permukaan dan berat dalam air). Dari data yang diperoleh selanjutnya dibuat grafik hubungan antara : 1. Kadar aspal dengan VMA. 2. Kadar aspal dengan VIM. 3. Kadar aspal dengan VFA. 4. Kadar aspal dengan stabilitas. 5. Kadar aspal dengan flow. Dengan mempergunakan grafik dapat ditentukan nilai kadar aspal optimum, yaitu dengan menempatkan batas-batas spesifikasi campuran pada grafik tersebut. Kadar aspal optimum adalah nilai tengah dari rentang kadar aspal yang memenuhi spesifikasi campuran. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Bahan Hasil pengujian agregat dan aspal dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Hasil pengujian berat jenis serbuk karet ban bekas adalah sebesar 1,1 gr/cc. TABEL 2. Hasil Pemeriksaan Agregat Kasar dan Agregat Halus Persyaratan Hasil No Jenis Pemeriksaan Agregat kasar Agregat halus Agregat kasar Agregat halus 1. Keausan agregat Maks 40 29,51 % 2. Berat jenis semu Min 2,5 Min 2,5 2,65 2,8 3. Absorbsi air Maks 3 Maks 3 1,5 2,1 %

152 S. Hardwiyono / Semesta Teknika, Vol. 15, No. 2, 149-158, November 2012 Mulai Persiapan bahan Persiapan alat Pengujian bahan Agregat kasar 1. Keausan agregat 2. Berat jenis semu 3. Absorbsi air Agregat halus 1. Berat jenis semu 2. Absorbsi air AC pen 60/70 1. Penetrasi 2. Titik lembek 3. Titik nyala dan titik bakar 4. Daktilitas 5. Penurunan berat 6. Berat jenis 7. Viskositas aspal Karet ban (aditif) 1. Berat jenis Tidak Masuk spesifikasi Ya Design mix formula gradasi ideal dan kadar aspal 7 9 % yang telah dicampur dengan 20%, 21% dan 22% serbuk karet ban bekas Perencanaan campuran Pembuatan benda uji Pengukuran tinggi dan diameter benda uji Penimbangan benda uji 1. Kondisi kering 2. Kondisi dalam air (jenuh) 3. Kondisi kering permukaan (SSD) Pengujian Marshall Analisis 1. VIM 2. VFA 3. VMA Hasil pengujian 1. Stabilitas 2. Flow Hasil terkoreksi 1. Stabilitas 2. Flow 3. Marshall Quotient Angka koreksi Kadar aspal optimum Selesai GAMBAR 1. Tahapan Penelitian

S. Hardwiyono / Semesta Teknika, Vol. 15, No. 2, 149-158, November 2012 153 No Jenis Pemeriksaan TABEL 3. Hasil Pemeriksaan Keras Penetrasi 60/70 Persyaratan Min Maks Normal +20% Ban Bekas +21% Ban Bekas +22% Ban Bekas 1. Penetrasi (25 C, 5 detik) 60 79 66,9 67,1 64,2 63,3 0,1 mm 2. Titik lembek 48 58 49 49 49.5 51.5 C 3. Titik nyala dan titik bakar 200 246 - - - C 4. Daktilitas (25 C, 5 cm/menit) 100 151,5 60 78,5 66 cm 5. Penurunan berat (163 C, 5 jam) 0,8 0,014 0,549 0,52 0,551 % berat 6. Berat jenis (25 C) 1 1,016 1,074 1,075 1,107 gr/cc 7. Kelarutan dalam CCl 4 99 99,885 99,063 99,135 99,308 % berat 1. Stabilitas Hasil Uji Marshall Nilai stabilitas untuk setiap campuran ditampilkan pada Tabel 4 dan Gambar 2. Nilai stabilitas lebih tinggi dibandingkan dengan dengan penambahan parutan karet ban bekas dengan angka stabilitas sebesar 1723,484 kg. Pada campuran dengan penambahan parutan karet ban bekas 20%, 21% dan 22% masing-masing angka stabilitas maksimum sebesar 1529,66 kg, 1515,56 kg dan 1668,49 kg. 2. Flow / Kelelehan Nilai flow untuk setiap campuran ditampilkan pada Tabel 5 dan Gambar 3. Nilai flow pada lebih tinggi bila dibandingkan dengan dengan campuran parutan karet ban bekas. Dapat disimpulkan bahwa dengan penambahan 20%, 21% dan 22% parutan karet ban bekas mampu menurunkan nilai deformasi dari campuran. 3. Void Filled with Asphalt (VFA) Nilai VFA untuk setiap campuran ditampilkan pada Tabel 6 dan Gambar 4. Pada tiap penambahan kadar aspal, nilai VIM pada campuran dengan penambahan parutan karet ban bekas lebih meningkat dan nilai VFA menurun. Hal ini dapat mengurangi kemungkinan perkerasan menjadi plastis dan terjadi bleeding akibat kadar aspal yang terlalu tinggi. 4. Void In the Mix (VIM) Nilai VIM untuk setiap campuran ditampilkan pada Tabel 7 dan Gambar 5. Nilai Marshall Quotient pada penambahan 20%, 21% dan 22% parutan karet ban bekas lebih tinggi dibandingkan dengan campuran normal. Hal ini menunjukkan penambahan karet ban bekas dapat mengurangi deformasi yang besar pada saat perkerasan menerima beban yang melintas di atasnya. 5. Marshall Quotient (MQ) Nilai MQ untuk setiap campuran ditampilkan pada Tabel 8 dan Gambar 6. Kadar aspal optimum untuk campuran dengan penambahan karet lebih besar daripada campuran. Hal ini disebabkan nilai VIM dari campuran dengan penambahan karet ban bekas hampir semua masuk spesifikasi yang ditetapkan oleh Depkimpraswil. Kadar Optimum Berdasarkan hasil perhitungan dari parameter Marshall dapat ditentukan kadar aspal optimum seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7 sampai dengan Gambar 10.

154 S. Hardwiyono / Semesta Teknika, Vol. 15, No. 2, 149-158, November 2012 Kadar 7,0% 7,5% 8,0% 8,5% 9,0% TABEL 4. Nilai Stabilitas untuk Setiap Campuran +20% +21% +22% 1443,865 1138,509 1253,759 1558,687 1723,484 1357,899 1500,628 1668,49 1671,748 1529,659 1495,219 1509,181 1535,340 1509,446 1515,56 1179,320 1347,546 1355,007 1491,209 1123,739 Kg Kg Kg Kg Kg GAMBAR G 2. Hubungan antara Kadar dengan Stabilitas TABEL 5. Nilai Flow untuk Setiap Campuran Kadar +20% +21% +22% 7,0% 4,0500 3,717 2,8 2,6166 mm 7,5% 4,667 3,867 3,93 4,367 mm 8,0% 6,517 4,140 4,3 4,5333 mm 8,5% 7,4333 4,300 4,65 4,9 mm 9,0% 7,5333 4,333 5,067 5,8 mm GAMBAR 3. Hubungan antara Kadar dengan Flow

S. Hardwiyono / Semesta Teknika, Vol. 15, No. 2, 149-158, November 2012 155 Kadar TABEL 6. Nilai VFA untuk Setiap Campuran +20% +21% +22% 7,0% 66,88 71,15368 68,64 74,535 % 7,5% 77,86 78,65284 73,91 80,798 % 8,0% 86,34 84,95374 80,60 86,731 % 8,5% 86,72 89,45937 84,90 93,843 % 9,0% 87,49 89,37033 90,52 93,653 % VFA (%) 100 95 90 85 80 75 70 65 60 7% 8% 9% Kadar (%) Normal HRS + 21% ban bekas HRS + 22% ban bekas HRS + 20% ban bekas GAMBAR 4. Hubungan antara Kadar dengan VFA Kadar TABEL 7. Nilai VIM untuk Setiap Campuran +20% +21% +22% 7,0% 6,87 5,68 6,35 4,82 % 7,5% 4,28 4,09 5,26 3,60 % 8,0% 2,55 2,88 3,84 2,48 % 8,5% 2,60 2,09 3,01 1,13 % 9,0% 2,54 2,14 1,89 1,23 % GAMBAR 5. Hubungan antara Kadar dengan VIM

156 S. Hardwiyono / Semesta Teknika, Vol. 15, No. 2, 149-158, November 2012 Kadar HRS WC 7,0% 356,75 7,5% 369,32 8,0% 256,53 8,5% 206,54 9,0% 178,88 TABEL 8. Nilai MQ untuk Masing masing Campuran +20% +21% +22% 306,325 447,771 595,676 351,181 381,515 382,096 369,483 347,725 332,907 351,034 325,926 240,677 312,694 294,317 193,748 Kg/mm Kg/mm Kg/mm Kg/mm Kg/mm GAMBAR 6. Hubungan antara Kadar dengan MQ GAMBAR 7. Kadar Optimum GAMBAR R 8. Kadar Optimum HRS dengan Penambahan 2 20% Karet

S. Hardwiyonoo / Semesta Teknika, Vol. 15, No. 2, 149-158, November 2012 157 GAMBAR R 9. Kadar Optimum HRS dengan Penambahan 2 21% Karet GAMBAR 10. Kadar Optimum HRS dengan Penambahan 22% Karet Dari gambar di atas, kadar aspal optimum untuk HRS normal adalah 7,315%. Kadar aspal optimum untuk HRS-WC dengan penambahan 20% serbuk karet ban bekas berturut-turut adalah 7,4%, 7,875%, 7,425%. Kadar aspal optimum untuk campuran dengan penambahan karet lebih besar dari campuran HRS-WC tanpa penambahan parutan karet ban bekas. Hal ini dikarenakann nilai VIM dari campuran dengan penambahan karet ban bekas hampir semua masuk spesifikasi yang ditetapkan oleh Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah (Depkimpraswil) dibandingkan dengan campuran HRS-WC. KESIMPULAN 2. Nilai flow pada HRS-WC norml lebih tinggi bila dibandingkan dengan HRS- parutan karet ban WC dengan campuran bekas. 3. Pada tiap penambahan kadar aspal, nilai VIM pada campuran dengan penambahan parutan karet ban bekas lebih meningkat dan nilai VFA menurun. 4. Nilai Marshall Quotient pada HRS-WC dengan penambahan parutan karet ban bekas lebih tinggi dibandingkan dengan campuran HRS-WC normal. 5. Kadar aspal optimum untuk campuran dengan penambahan karet lebih besar daripada campuran HRS-WC normal. 1. Nilai stabilitas HRS-WC normal lebih tinggi bila dibandingkan dengan HRS- parutan karet WC dengan penambahan ban bekas, yaitu sebesar 1723,484 kg.

158 S. Hardwiyono / Semesta Teknika, Vol. 15, No. 2, 149-158, November 2012 DAFTAR PUSTAKA PENULIS: Anonim (2004). Divisi 6. Perkerasan, seksi 6.3 Campuran Panas,www.pu.go.id/publik/proy_strat egis/pantura/spesifikasi/lcb-ind% 202004 / DIV06%20PEK. ASPAL / 0603.html. Sukirman, S. (2003). Beton Campuran Panas, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Sentot Hardwiyono Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jalan Lingkar Selatan, Bantul 55183, Yogyakarta. Email: sentot_hardwiyono@yahoo.com