Jari-jari yang lain bersandar pada dahi dan pipi pasien. Kedua jari telunjuk menekan bola mata pada bagian belakang kornea bergantian

dokumen-dokumen yang mirip
maka dilakukan dengan carafinger counting yaitu menghitung jari pemeriksa pada jarak 1 meter sampai 6 meter dengan visus 1/60 sampai 6/60.

Pemeriksaan Mata Dasar. Dr. Elvioza SpM Departemen Ilmu kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta

Visus adalah ketajaman penglihatan. Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan untuk melihat ketajaman penglihatan.

PEMERIKSAAN KESEHATAN MATA

BAB III CARA PEMERIKSAAN

PEMERIKSAAN MATA I. Tujuan Pembelajaran

REFRAKSI ENAM PRINSIP REFRAKSI 3/28/2017. Status refraksi yang ideal : EMETROPIA. Jika tdk fokus pada satu titik disebut AMETROPIA ~ kelainan refraksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak yang kedua orang tuanya menderita miopia. 11,12

THT CHECKLIST PX.TELINGA

MANUAL KETERAMPILAN KLINIK SISTEM INDRA KHUSUS - MATA. Diberikan Pada Mahasiswa Semester V Fakultas Kedokteran Unhas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang berasal dari jarak tak

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TEKNIK PEMERIKSAAN REFRAKSI SUBYEKTIF MENGGUNAKAN TRIAL FRAME dan TRIAL LENS

PEMERIKSAAN VISUS MATA

Tujuan Praktikum Menentukan ketajaman penglihatan dan bitnik buta, serta memeriksa buta warna

O P T I K dan REFRAKSI. SMF Ilmu Kesehatan Mata RSD Dr.Soebandi FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

Pengkajian Sistem Penglihatan. Maryunis, S.Kep, Ns., M.Kes.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Standar Operasional Prosedur Untuk Kader Katarak

PEMERIKSAAN FISIK MATA. Dody Novrial

PEMERIKSAAN ILMI PENYAKIT MATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. depan atau belakang bintik kuning dan tidak terletak pada satu titik yang tajam. 16

Disusun oleh :.2013 Tim Dinas Kesehatan dan Pengelola Prog. NIP. Suatu pemeriksaan yang di lakukan untuk mengetahui adanya gangguan kesehatan mata.

Ketebalan retina kira-kira 0,1 mm pada ora serata dan 0,56 mm pada kutub posterior. Di

Bagian-bagian yang melindungi mata: 1. Alis mata, berguna untuk menghindarkan masuknya keringat ke mata kita.

OPTIKA CERMIN, LENSA ALAT, ALAT OPTIK. PAMUJI WASKITO R, S.Pd GURU MATA PELAJARAN FISIKA SMK N 4 PELAYARAN DAN PERIKANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menempati ruang anterior dan posterior dalam mata. Humor akuos

BAB III METODE PENELITIAN

Lakukan pemeriksaan visus, refraksi terbaik dan segmen anterior.anamnesis

REFRAKSI. Oleh : Dr. Agus Supartoto, SpM(K) / dr. R. Haryo Yudono, SpM.MSc

INDERA PENGLIHATAN (MATA)

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN KASUS GLAUKOMA KRONIK

TONOMETER. Dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, SpM NIP :

biasanya dialami benda yang tidak tembus cahaya, sedangkan pembiasan terjadi pada benda yang transparan atau tembus cahaya. garis normal sinar bias

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV BIOOPTIK FISIKA KESEHATAN

BAB II TINJUAN PUSTAKA

Agia Dwi Nugraha Pembimbing : dr. H. Agam Gambiro Sp.M. KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RSUD Cianjur FK UMJ

ALAT - ALAT OPTIK. Bintik Kuning. Pupil Lensa. Syaraf Optik

STANDAR OPERATING PROCEDURE (SOP) PELAYANAN KESEHATAN MATA

fisika CAHAYA DAN OPTIK

Tatalaksana Miopia 1. Koreksi Miopia Tinggi dengan Penggunaan Kacamata Penggunaan kacamata untuk pasien miopia tinggi masih sangat penting.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Alat optik adalah suatu alat yang bekerja berdasarkan prinsip cahaya yang. menggunakan cermin, lensa atau gabungan keduanya untuk melihat benda

KUMPULAN SOAL UJIAN NASIONAL DAN SPMB

SOP KATARAK. Halaman 1 dari 7. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon SMF. Ditetapkan Oleh Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon.

BAGIAN-BAGIAN MATA DAN SISTEM VISUAL KELENJAR LACRIMAL, AIR MATA, SISTEM PENGERINGAN LACRIMAL DENGAN PEMBULUH NASOLACRIMAL

PEMERIKSAAN PERGERAKAN MATA VISUS & TES BUTA WARNA

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR

PEDOMAN PRAKTIKUM. Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten :

Obat Diabetes Melitus Dapat Menghindari Komplikasi Mata Serius

PEMERIKSAAN PERGERAKAN MATA VISUS & TES BUTA WARNA

ALAT ALAT OPTIK MATA KAMERA DAN PROYEKTOR LUP MIKROSKOP TEROPONG

OPTIKA. Gb.1. Pemantulan teratur. i p. Gb.3. Hukum pemantulan A A B B C C. Gb.4. Pembentukan bayangan oleh cermin datar A.

ALAT - ALAT OPTIK MATA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

3.1.3 menganalisis pembentukan bayangan pada lup,kacamata, mikroskop dan teropong

REFRAKSI dan KELAINAN REFRAKSI. Prof. Dr. H. Sidarta Ilyas SpM Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. 6/12/2012 1

7.4 Alat-Alat Optik. A. Mata. Latihan 7.3

NERVUS OPTIKUS. Ari Budiono, S. Ked. Disusun oleh : Fakultas Kedokteran Universitas Riau RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Pekanbaru, Riau 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGUKURAN FISIOLOGI. Mohamad Sugiarmin

Alat-Alat Optik. Bab. Peta Konsep. Gambar 18.1 Pengamatan dengan menggunakan mikroskop. Bagian-bagian mata. rusak Mata. Cacat mata dibantu.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kerusakan penglihatan merupakan konsekuensi dari kehilangan

1 Asimetri Kemampuan usia 4 bulan. selalu meletakkan pipi ke alas secara. kedua lengan dan kepala tegak, dan dapat

*cermin datar terpendek yang diperlukan untuk dapat melihat seluruh bayangan adalah: SETENGAH dari TINGGI benda itu.

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq

Latihan Soal Optik Geometrik SMK Negeri 1 Balikpapan Kelas XI Semua Jurusan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TUNA NETRA NUR INDAH PANGASTUTI

ZALDI. Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

untuk duduk atau berbaring; c. merekam ECG 12 lead dan mengukur tekanan darah mulai menit pertama hingga

PELATIHAN PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN PADA SISWA KELAS 5 SD GEDONGAN I, COLOMADU, KARANGANYAR

CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM

BAB I PENDAHULUAN. 1. Apa Itu Mata? 2. Jelaskan Bagian-Bagian dari Mata beserta fungsinya! 3. Bagaimana Mata Bisa Bekerja?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. ALAT-ALAT OPTIK Alat-Alat Optik Bagian-bagian mata Kornea mata: Otot siliar: Iris: Pupil: Lensa mata: Retina:

BIO OPTIK DALAM KEPERAWATAN

A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIKA DASAR II CINCIN NEWTON. (Duty Millia K)

Kondisi Mata By I Nengah Surata

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan dan

ANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dimana tidak ditemukannya kelainan refraksi disebut emetropia. (Riordan-Eva,

RINGKASAN MATERI SUDUT DAN PENGUKURAN SUDUT

Mata Manusia. Eye Structure

PADANAN LITERASI SAINS

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Astigmatisma adalah kelainan refraksi yang mencegah berkas. Pada astigmatisma, mata menghasilkan suatu bayangan dengan

ALAT-ALAT OPTIK. Beberapa jenis alat optik yang akan kita pelajari dalam konteks ini adalah:

PEMERIKSAAN FISIK SYARAF

10/6/2011 INDERA MATA. Paryono

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan tingginya dioptri, miopia dibagi dalam(ilyas,2014).:

2. MATA DAN KACAMATA A. Bagian Bagian Mata Diagram mata manusia ditunjukkan pada gambar berikut.

BUKU ACUAN PESERTA CSL 2 PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH DAN TEKANAN VENA JUGULAR

2. SISTEM OPTIK DALAM FOTOGRAMETRI

Transkripsi:

Tonometri digital palpasi Merupakan pengukuran tekanan bola mata dengan jari pemeriksa Alat : jari telunjuk kedua tangan pemeriksa Teknik : Mata ditutup Pandangan kedua mata menghadap kebawah Jari-jari yang lain bersandar pada dahi dan pipi pasien Kedua jari telunjuk menekan bola mata pada bagian belakang kornea bergantian Satu telunjuk mengimbangi saat telunjuk lain menekan bola mata Nilai : didapat kesan berapa ringannya bola mata ditekan Tinggi rendahnya tekanan dicatat sebagai berikut : N : normal, N+1 : agak tinggi, N+2 : lebih tinggi lagi, N-1 : lebih rendah dari normal dst. Keuntungan : cari ini sangat baik pada kelainan mata bila tonometer tidak dapat dipakai atau sulit Kekurangan : cari ini memerlukan pengalaman pemeriksa karena terdapat faktor subjektif Tonometri Schiotz Tonometer Schiotz merupakan tonometer indentasi atau menekan permukaan kornea dengan beban yang dapat bergerak bebas pada sumbunya. Benda yang ditaruh pada bola mata (kornea) akan menekan bola mata kedalam dan mendapatkan perlawanan tekanan dari dalam melalui kornea. Keseimbangan tekanan tergantung beban tonometer. Alat dan Bahan : Tonometer Schiotz dan anestesi local (pantokain 0.5%) Teknik : Pasien diminta rileks dan tidur telentang Mata diteteskan pantokain dan ditunggu sampai pasien tidak merasa perih Kelopak mata pasien dibuka dengan telunjuk dan ibu jari, jangan sampai bola mata tertekan Pasien diminta melihat lurus keatas dan telapak tonometer Schiotz diletakkan pada permukaan kornea tanpa menekannya Baca nilai tekanan skala busur schiotz yang berantara 0-15. Apabila dengan beban 5.5 gr (beban standar) terbaca kurang dari 3 maka ditambahkan beban 7.5 atau 10 gr. Nilai : pembacaan skala dikonversikan pada table tonometer schoitz untuk mengetahui tekanan bola mata dalam mmhg

Pada tekanan lebih dari 20mmHg dicurigai glaucoma, jika lebih dari 25 mmhg pasien menderita glaucoma. Angka skala Tekanan bola mata (mmhg) berdasarkan masing masing beban 5.5 gr 7.5 gr 10 gr 3.0 24.4 35.8 50.6 3.5 22.4 33.0 46.9 4.0 20.6 30.4 43.4 4.5 18.9 28.0 40.2 5.0 17.3 25.8 37.2 5.5 15.9 23.8 34.4 6.0 14.6 21.9 31.8 6.5 13.4 20.1 29.4 7.0 12.2 18.5 27.2 7.5 11.2 17.0 25.1 8.0 10.2 15.6 23.1 8.5 9.4 14.3 21.3 9.0 8.5 13.1 19.6 9.5 7.8 12.0 18.0 10.0 7.1 10.9 16.5 Kekurangan : tonometer schiotz tidak dapat dipercaya pada penderita myopia dan penyakit tiroid dibanding dengan tonometer aplanasi karena terdapat pengaruh kekakuan sclera pada penderita myopia dan tiroid. Tonometri aplanasi Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendapatkan tekanan intra ocular dengan menghilangkan pengaruh kekakuan sclera dengan mendatarkan permukaan kornea. Tekanan merupakan tenaga dibagi dengan luas yang ditekan. Untuk mengukur tekanan mata harus diketahui luas penampang yang ditekan alat sampai kornea rata dan jumlah tenaga yang diberikan. Pada tonometer Aplanasi Goldmann jumlah tekanan dibagi penampang dikali 10 dikonversi dalam mmhg tekanan bola mata. Dengan tonometer aplanasi tidak diperhatikan kekakuan sclera karena pada tonometer ini pengembangan dalam mata 0.5 mm 3 sehingga tidak terjadi pengembangan sclera yang berarti. Pada tonometer schiotz, pergerakan cairan bola mata

sebanyak 7-14 mm 3 sehingga kekakuan sclera memegang peranan dalam penghitungan tekanan bola mata Alat : Slit lamp dengan sinar biru Tonometer Aplanasi Flouresein strip Obat anastesi local Teknik : Mata yang akan diperiksa diberi anastesi topical pantocain 0.5% Pada mata tersebut ditempelkan kertas flouresein yaitu pada daerah limbus inferior. Sinar oblik warna biru disinarkan dari slit lamp kedasar telapak prisma tonometer Aplanasi Goldmann Pasien diminta duduk dan meletakkan dagunya pada slitlamp dan dahinya tepat dipenyangganya. Pada skala tonometer aplanasi dipasang tombol tekanan 10mmHg Telapak prisma aplanasi didekatkan pada kornea perlahan lahan Tekanan ditambah sehingga gambar kedua setengah lingkaran pada kornea yang telah diberi flouresein terlihat bagian luar berhimpit dengan bagian dalam Dibaca tekanan pada tombol putaran tonometer aplanasi yang member gambaran setengah lingkaran yang berhimpit. Tekanan tersebut merupakan TIO dalam mmhg. Nilai : dengan tonometer Aplanasi, jika TIO > 20 mmhg sudah dianggap menderita glaucoma. Metoda Donder, disebut juga test konfrontasi : 1. Yang diperiksa dududuk berhadapan dengan pemeriksa dengan jarak kurang lebih 1 meter. 2. Mata kanan yang diperiksa ditutup tangannya, sedangkan mata kiri pemeriksa ditutup tangan juga. 3. Mata kiri yang diperiksa melihat terus menfiksasi ke mata kanan pemeriksa. 4. Pemeriksa menggerakan jari tangannya di bidang pertengahan antara pemeriksa dan yang diperiksa. Gerakan dilakukan dari luar ke dalam. 5. Jika penderita muali melihat gerakan jari jari pemeriksa. Ia harus segera

memberitahu. 6. Hal tersebut dengan membandingkan dengan pemeriksa, apakah iapun telah melihatnya. Bila yang diperiksa terdapat gangguan lapang pandang, maka pemeriksa kan mendengar bahwa yang diperisa lebih dahulu sudah tidak melihat gerakan jari tangan. 7. Gerakan jari tangan dilakukan ke semua jurusan. 8. Perisa mata sebelahnya dengan prosedur yang sama. PEMERIKSAAN DASAR MATA a. Pemeriksaan Penglihatan sentral Pemeriksaan penglihatan sentral diukur dengan memperlihatkan sasaran dengan berbagai ukuran yang terpisah pada jarak standar dari mata, misalnya Snellen chart. Ketajaman penglihatan dapat diukur pada jarak 6 meter atau 20 kaki. Hasil yang didapatkan misalnya 4/6 artinya penderita bisa melihat huruf snellen pada jarak 4 meter sedangkan orang normal masih bisa melihat pada jarak 6 meter. b. Uji pinhole Dengan mata yang sudah dikoreksi, penderita diperintahkan untuk melihat lagi huruf snellen melalui sebuah lempengan dengan lubang kecil untuk mencegah sebagian besar berkas yang tidak terfokus memasuki mata. Bila ketajaman penglihatan bertambah berarti pada penderita terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi baik. Bila ketajaman penglihatan berkurang berubah berarti pada penderita tersebut terdapat kelainan pada occulusnya. c. Tes penglihatan perifer 1. Tes konfrontasi Tes konfrontasi digunakan untuk menilai lapang pandang penderita. Penderita disuruh untuk melihat gerak dan jumlah tangan pemeriksa di arah: a. Lateral : 90 0 b. Caudal : 70 0 c. Cranial :55 0 d. Medial 60 0 Pemeriksaan masing-masing bola mata dilakukan terpisah. Penderita didudukkan menghadap pemeriksan. Pemeriksaan dimulai dengan menutup mata kiri, sedangkan mata kanan menatap mata kiri pemeriksan. Pemeriksa memperlihatkan beberapa jarinya sebentar di perifer salah satu dari empat kuadran. Penderita diminta untuk menyebutkan jumalh jari yang digerakkan sesaat tersebut sambil tetap menatap ke depan. Pemeriksaan diulang untuk kuadran temporal bawah dan atas serta nasal atas dan bawah.

Kesalahan interpretasi penderita mengindikasikan kelainan seperti ablatio retina, kelainan nervus optikus, dan iskemik pada jalur visual interkranial. 2. Uji konfrontasi simultan Pemeriksa mengankat kedua tangannya ke samping. Penderita harus menentukan pada sisi mana jari pemeriksa yang bergerak-gerak. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui kelainan misalnya hemianopsia homonim kiri atau kanan. d. Mengukur kekuatan lensa sferis Memasang kacamata pecobaan pada posisi yang tepat (=PD jauh) Pasang penutup (occluder) di depan salah satu mata yang tidak diperiksa Penderita diperintahkan melihat snellen chart Meletakkan lensa S + atau S - tergantung bertambah terang atau tidak pada mata yang diperiksa. Tambah kekuatan lensa sampai penderita puas dengan penglihatannya (Trial and Error) Bila miopi : dipilih untuk kacamata lensa S - terkecil yang memberi penglihatan terbaik Bila hipermetropi: dipilih lensa S + terbesar e. Pemeriksaan astigmatisma Cara pengaburan (fogging technique) Setelah penderita dikoreksi untuk hipermetropia atau myopia yang ada, maka tajam penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan berkurang 2 baris pada kartu Snellen, misalnya dengan menambah lensa sferis positif 3. penderita diminta melihat kisi-kisi juring astigmatisme Penderita ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat. Bila garis juring pada 90 yang jelas, maka tegak lurus padanya ditaruh sumbu lensa silinder atau lensa silinder ditempatkan dengan sumbu 180. Perlahan-lahan kekuatan lensa silinder ini dinaikkan sampai garis juring kisi-kisi astigmatisme vertical sama tegasnya atau kaburnya dengan juring horizontal atau semua juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder yang ditambahkan. Kemudian penderita diminta melihat kartu Snellen dan perlahan-lahan ditaruh lensa negatif sampai penderita melihat jelas pada kartu Snellen. (Vaughan, 1995) f. Pemeriksaan tonometri 1. Tonometri Schiotz Penderita tidur terlentang dan diberi anestesi lokal pada kedua mata. Penderita menatap lurus ke depan dan kelopak mata difiksasi agar tetap terbuka dengan menarik palpebra ke arah tepi. Tonometer diturunkan oleh tangan satunya sampai ujung cekung laras menyentuh kornea. Dengan gaya yang ditetapkan dengan beban terpasang, tonjolan plunger berujung tumpul menekan pada kornea dan sedikit melekukkan pusat kornea. Tekanan kornea sebanding dengan TIO, akan mendesark plunger ke atas.

Tekanan membuat jarum penunjuk skala bergeser. Makin tinggi TIO makin besar tahanan kornea terhadap indentasi, makin tinggi pula pula geseran plunger untuk menaikkan gaya pada kornea. Kalibrasi dilakukan dengan meletetakkan tonometer pada benda yang mirip dengan kornea yang akan menghasilkan angka 0 2. Tonometri Aplanasi Goldman i. Penderita diberikan anestesi lokal dan pemberian fluorescein ii. Penderita duduk di depan slitlamp dan tonometer disiapkan. iii. Untuk bisa melihat fluorocein, dipakai filter biru cobalt dengan penyinaran paling terang. iv. Pemeriksa melihat melalui slitlamp okuler saat ujungnya berkontak dengan kornea v. Setelah berkontak, ujung tonometer merakan bangian tengah kornea dan menghasilkan garis fluoroscein melingkat tipis. Sebuah prisma di ujung visual memecah lingkaran ini menjadi dua setengah lingkaran yang tampak hijau melalui okuler slitlamp. Beban tonometer diatur secara manual sampai kedua setengah lingkaran tersebut tepat bertumpuk. Titik akhir menunjukkan bahwa kornea telah didatarkan oleh beban standar yang terpasang. Jumlah beban yang dibutuhkan untuk ini diterjemahkan skala menjadi bacaan tekanan dalam milimeter air raksa. vi. Prinsip kerja tonometer ini adalah mengukur besarnya beban yang diperlukan untuk meratakan apeks kornea dengan standar. Makin tinggi TIO makin besar beban yang dibutuhkan. 3. Tonometri Non-Kontak. vii. Udara dihembuskan ke kornea. viii. Udara yang terpantul dari permukaan kornea akan mengenai membran penerima tekanan pada alat. 4. Tonometri digital palpasi i. Penderita disuruh menutup mata dengan pandangan mata ke bawah ii. Jari pemeriksa bersandar pada dahi dan pipi penderita iii. Kedua jari telunjuk menenkan bola mata pada bagian belakang ornea bergantian iv. Satu telunjuk mengimbangi tekanan saat telunjuk lainnya menekan bola mata v. Penilaian dapat dicatat mata N+1, N+2, N+3 atau N-1, N-2 yang menyatakan tekanan lebih tinggi atau lebih rendah dari normal. tekanan normal dimisalkan adalah tekanan lidah pada pipi. ((Vaughan, 1995) g. Tes Buta Warna vi. Tes buta warna yang sering digunakan menggunakan buku pseudochromatis ishihara yang terdiri dari 38 gambar/angka yang berwarna-warni. vii. Lembaran buku harus dibaca dalam ruangan yang cukup dengan cahaya matahari.

viii. Pembacaan dengan sinar matahari yang lansung, bila dengan cahaya listrik atau lainnya akan mempengaruhi hasil pembacaan tersebut, sebab hal itu akan dapat merubah warna yang ada di buku ishihara. ix. Pembacaan harus dilakukan pada jarak 75 cm dan tak boleh digerak-gerakkan x. Gambar 1-25 waktu melihat per gambar dilakukan dalam waktu 3 detik. xi. Bila beberapa gambar tidak terbaca tes dilanjutkan gambar 26-38, waktu pembacaan per gambar tidak lebih dari 10 detik. h. Tes refleks fundus i. Pemeriksaan reflek fundus menggunakan oftalmoskop langsung. ii. Saat penderita menatap pada sasaran jauh dengan mata sebelah pemeriksa membawa rincian retina ke dalam fokus. iii. Pemeriksa melihat pembuluh darah yang ada di retina yang muncul di diskus. iv. Lalu, berkas oftalmoskop diarahkan ke arah nasal dari sisi pasien untuk menilai bentuk, ukuran, warna diskus, ketajaman tepian, dan ukuran mangkuk fisiologik pucat di pusat. v. Disebelah temporal diskus terdapat refleks pantulan putih yang menandakan fovea centralis yang dikelilingi bagian gelap (macula lutea). vi. Pembuluh vena terlihat lebih besar dan gelap dari arteri, pada iskemik di retina pembuluh vena dan arteri terlihat terputus-putus.(vaughan, 1995) Sumber : Vaughan, daniel G et al. 1995. Oftalmologi Umum. Jakarta: Widya Medika (BPP praktikum fisiologi FK UNS, 2012) BPP SL MATA FKUI