IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Prevalensi Clinostomum complanatum pada ikan Betok (Anabas testudineus) di Yogyakarta

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI PARASIT Clinostomum sp. (TREMATODA) PADA IKAN SEPAT (Trichogaster trichopterus) DENGAN SCANNING ELECTRON MICROSCOPE

II. TINJAUAN PUSTAKA. jenis yang sama dengan nama baru menjadi Clinostomum marginatum ditemukan pada tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PREVALENSI CLINOSTOMUM (DIGENEA, CLINOSTOMIDAE) PADA IKAN SEPAT RAWA (Trichogaster trichopterus) DARI RIAU, INDONESIA

SCANNING ELECTRON MICROSCOPY DARI Clinostomum complanatum (DIGENEA: CLINOSTOMIDAE) PADA IKAN BETOK (Anabas testudineus) DI YOGYAKARTA, INDONESIA

ANALISIS HISTOPATOLOGI OTOT IKAN MAS (Cyprinus carpio) YANG TERINFEKSI KOI HERPES VIRUS (KHV) PADA KOLAM PEMELIHARAAN IKAN MAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali pada tanggal 17 Februari 28 Februari 2014.

Tabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor

III. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan nila merah Oreochromis sp.

MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS)

PENGARUH PERBEDAAN TINGKAT PROTEIN DAN RASIO PROTEIN PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN SEPAT (Trichogaster pectoralis) ABSTRAK

TREMATODA PENDAHULUAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) JAYASAKTI

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

Identifikasi Clinostomum complanatum Secara Molekuler pada Ikan Air Tawar di Yogyakarta dan Riau

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi nematoda Meloidogyne spp. adalah sebagai berikut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. domestikasi dari banteng (Bibos banteng) dan merupakan sapi asli sapi Pulau Bali. Sapi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. merpati umumnya masih tradisional. Burung merpati dipelihara secara ekstensif,

KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS. Oleh: Nama : Fandhi Achmad Permana NIM : Kelas : 11-S1TI-11 Judul : Bisnis Budidaya Ikan Nila

N E M A T H E L M I N T H E S

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2011 TENTANG

Annelida. lembab terletak di sebelah atas epithel columnar yang banyak mengandung sel-sel kelenjar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Siklus Hidup B. tabaci Biotipe-B dan Non-B pada Tanaman Mentimun dan Cabai

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Reproduksi Lele dumbo. Tabel 4 Karakteristik fisik reproduksi lele dumbo

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Penanganan induk udang windu, Penaeus monodon (Fabricius, 1798) di penampungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IKAN DUI DUI (Dermogenys megarrhamphus) IKAN ENDEMIK DI DANAU TOWUTI SULAWESI SELATAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penyakit yang sering terjadi pada peternakan ayam petelur akibat sistem

BAB I PENDAHULUAN. suatu yang sudah tidak memiliki nilai manfaat lagi, baik itu yang bersifat basah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Spesies Soil Transmitted Helminths termasuk dalam filum. Nematohelminthes dan merupakan kelas Nematoda. Masing-masing spesies

Bahasa Indonesia version of: A Handbook for the Identification of Yellowfin and Bigeye Tunas in Fresh Condition

GAMBARAN RESTRICTION FRAGMENT LENGTH POLYMORPHISM (RFLP) GEN SITOKROM b DNA MITOKONDRIA DARI SEMBILAN SPESIES IKAN AIR TAWAR KONSUMSI DENNY SAPUTRA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

3. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

2.2. Morfologi Ikan Tambakan ( H. temminckii 2.3. Habitat dan Distribusi

TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda Entomopatogen

KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Prosedur Penelitian

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB VII SISTEM PERNAPASAN

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹

III. METODOLOGI. Bawang, Provinsi Lampung selama 6 bulan dimulai dari bulan April 2013 hingga

Uji Organoleptik Ikan Mujair

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3. METODE PENELITIAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) MARWANA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat:

MODUL: PEMELIHARAAN INDUK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Desember 2013 di Sungai

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI EKTOPARASIT DAN ENDOPARASIT PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus Linn) Di KOLAM BUDIDAYA PALEMBANG,SUMATERA SELATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Rambut

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi ikan

CACING TANAH (Lumbricus terrestris)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS MERAH NAJAWA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Tabir terletak di Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin. Sungai Tabir

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan

Induk udang rostris (Litopenaeus stylirostris) kelas induk pokok

Irin Iriana Kusmini, Rudy Gustiano, dan Mulyasari. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Jl. Raya Sempur No. 1, Bogor

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI EKTOPARASIT PADA IKAN KERAPU CANTANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae

BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

A. Sistem Sirkulasi pada Hewan Sistem difusi Sistem peredaran darah terbuka Sistem peredaran darah tertutup 2. Porifera

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DANAU MOAT. Gambar 1. Peta lokasi Danau Moat di Sulawesi Utara.

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

Training guide for the identification of yellowfin and bigeye tunas to assist Indonesian port sampling and observer programs

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

III. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1).


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Prevalensi Clinostomum complanatum pada ikan Betok (Anabas testudineus) di Yogyakarta Hasil penangkapan ikan air tawar dari Kali progo, Yogyakarta diketahui terdapat 7 jenis ikan yaitu: ikan mas (Cyprinus carpio), lele (Clarias batrachus), nila (Oreochromis niloticus), baung (Mystus numerus), Gabus (Channa striata), sepat (Trichogaster leeri) dan ikan betok (Anabas testudineus). Dari 7 jenis ikan tersebut ditemukan hanya ikan betok yang terinfeksi metaserkaria dari Clinostomum complanatum. Kista berisi metaserkaria ditemukan di rongga dada, dekat insang dan di depan saluran pencernaan (Gambar 1). Gambar 1. Ikan betok (Anabas testudineus) yang terinfeksi metaserkaria Clinostomum complanatum Ikan yang terinfeksi C.complanatum dengan kisaran total (TL) adalah 10 12,5 cm dan Standard length (SL) berkisar antara 8,5 11cm, sedangkan kisaran berat ikan yang terinfeksi adalah 21,89-37,32 g. Hasil pemeriksaan juga diketahui bahwa ikan betok betina (55,55%) lebih banyak terinfeksi C. complanatum dari pada ikan betok jantan (42,85%) (Tabel). Hal ini sesuai dengan pendapat Malek dan Mobedi (2001) yang menyatakan bahwa infeksi C. complanatum pada ikan Aphanius dispar betina sebesar 55,9%, sedangkan pada 15

ikan jantan sebesar 47,5%. Lokasi cacing yang paling banyak ditemukan adalah di rongga dada. Infestasi cacing berkisar antara 1-2 ekor/lokasi. Prevalensi ikan betok yang terserang C. complanatum adalah 23,33 %. Prevalensi C. complanatum yang ditemukan pada ikan Channa punctatus betina sebanyak 50 ekor, sedangkan pada ikan Channa punctatus jantan hanya 33 ekor (Firdaus, 1988). Tabel 1. Hasil pemeriksaan ikan betok yang terinfeksi metaserkaria C.complanatum No. Ukuran Jenis Total Standard Berat kelamin Length length (g) (TL) (Cm) (SL) (Cm) Lokasi cacing ditemukan Hasil 1. 12 10 29,59 Betina - 2. 12,5 10,2 30,23 Betina - 3. 10,7 8,5 17,21 Jantan - 4. 12,5 10 30,23 Betina - 5. 12 10 29,65 Betina Rongga dada + (2) 6. 10 8,5 13,76 Jantan - 7. 11 9 19,45 Betina - 8. 12 10 28,27 Betina Belakang Insang + (2) 9. 9 7,5 14,15 Betina - 10. 10 8 21,89 Jantan Belakang Insang + (2) 11. 10 8,5 18,34 Jantan - 12. 13 11,3 38,51 Betina - 13. 10 8,5 20,20 Betina Rongga dada + (1) 14. 12 10 37,51 Jantan - 15. 9 7,5 14,78 Jantan - 16. 10,5 8,5 25,31 Jantan Belakang insang + (1) 17. 10,2 8,5 21,54 Jantan - 18. 12,2 10,2 39,05 Betina - 19. 9 7,5 13,36 Jantan - 20. 9,2 7,6 14,98 Jantan - 21. 10,2 8,5 19,35 Jantan - 22. 12,5 11 37,32 Betina Rongga dada + (1) 23. 9,5 8 14,89 Betina - 24. 10,5 8,5 18,62 Betina - 25. 12,5 10 31,76 Jantan - 26. 15,5 13 72,56 Betina - 27. 10 8 16,95 Jantan - 28. 13,5 11 38,08 Betina - 29. 12 10 34,29 Jantan Rongga dada + (1) 30. 11 9 21,90 Betina - 16

Hasil pengukuran kualitas air Kali progo selama penelitian masih dalam keadaan baik yaitu suhu 30,5 o C, kadar oksigen terlarut (DO) 5,6, ph 7,4, CO 2 7,9 mg/l dan kadar NH 3 0,02 ppm. Kisaran parameter kualitas air untuk budidaya ikan di daerah tropis adalah suhu berkisar antara 27-32 o C, oksigen terlarut 3-6 ppm, ph 6,5-9 dan NH3 < 0,05 ppm (Kabata, 1985). 4.2. Identifikasi C. complanatum pada ikan betok (Anabas testudineus) secara morfologi C. complanatum dari ikan betok di Yogyakarta memiliki ciri morfologis berupa acetabulum (ventral sucker) berukuran lebih besar dari pada oral sucker (Gambar 2). Perbandingan antara oral sucker dan ventral sucker dapat dijadikan suatu ciri khusus untuk identifikasi spesies (Chung et al., (1998). Tubuh berbentuk seperti daun, oral sucker kecil. Pharynx tidak ada. Oesophagus berotot. Ventral sucker besar. Intestinal caecum memanjang sampai ke bagian posterior tubuh berhubungan dengan kantong eksretori. Gambar 2. Morfologi Clinostomum complanatum dari Yogyakarta 17

Material di dalam intestinal berwarna coklat tua, material yang sama ditemukan juga di saluran eksretori. Saluran eksretori longitudinal memanjang kearah depan sampai ke bagian ventral sucker. Testis berpasangan, berlobus, posisi tandem. Bagian anterior testis berada di sepertiga posterior tubuh, berbentuk segitiga tidak beraturan, agak kekiri dengan ujung yang melebar mengarah ke anterior. Posterior testis berada dibagian anterior sepertiga posterior tubuh, lebih lebar dari bagian anteriornya dan berbentuk segitiga beraturan dengan ujung yang melebar mengarah kebagian posterior. Kantung cirrus kecil, diantara testis anterior dengan caecum sebelah kanan, berdempet dengan ovarium. Ovarium kecil, anterior sangat berlobus. Vitellarium menyebar dari posterior ventral sucker sampai ujung caecum. Tabel 2. Hasil pengukuran morfologi (mikrometer) C. complanatum pada ikan betok (Anabas testudineus) dari Yogyakarta. Ciri morfologis Tubuh (mm) Lebar (mm) Oral sucker lebar Ventral sucker lebar C. complanatum Asal Yogyakarta C. complanatum (Matthews dan Cribb, 1998) 5500-6635 2384-6320 (4040) 825-1633 992-1984 (1411) 260-300 123-308 (205) 170-225 164-308 (236) 525-710 320-720 (489) 505-714 352-688 (508) Jarak antara kedua sucker 210-225 148-640 (384) Testis anterior Lebar Testis posterior Lebar 295-395 212-520 (336) 310-524 321-931 (530) 387-497 141-514 (322) 315-335 353-899 (589) Jarak antara kedua testis 165-305 141-405 (265) Ovarium Lebar Cirrus sac Lebar 125-137 128-334 (203) 87-130 71-462(186) 156-445 161-545 (320) 88-517 84-513 (187) 18

Berdasarkan hasil pengamatan morfologi cacing yang ditemukan di Yogyakarta mempunyai kesamaan dengan cacing Clinostomum complanatum yang dilaporkan oleh Chung et al., 1995b dan Dias et al., (2006). Hasil pengukuran cacing yang ditemukan pada ikan betok dari Yogyakarta tertera pada Tabel 2. Sesuai dengan penemuan Matthews dan Cribb (1998) sebagai Clinostomum complanatum. 4.3 Hasil Pemeriksaan Scanning Electron Microscope Clinostomum complanatum asal Yogyakarta panjang, pipih, oral sucker tidak terletak di ujung terminal, berbentuk elips dan dikelilingi dengan lipatan dengan permukaan halus (Gambar 3). Ventral sucker dekat oral sucker, daerah anterior, memiliki papila sensoris yang bulat tanpa spina (Gambar 4). Gambar 3. Sruktur permukaan C. complanatum, Keterangan: OS. Oral sucker, VS. Ventral sucker (Perbesaran 50X). 19

Gambar 4. Ventral sucker (Perbesaran 500X) Pada permukaan tubuh memiliki cekungan tanpa duri dan dilengkapi dengan papila yang membulat. Permukaan tubuh dibagian posterior pada metaserkaria ini memiliki tonjolan-tonjolan yang terdistribusi secara menyebar (Gambar 5). Gambar 5. Permukaan posterior (Perbesaran 3500X). 20

Ujung terminal posterior tampak lubang eksretori berbentuk bulat, dikelilingi dengan lipatan. Permukaan tubuh mempunyai papila sensoris (Gambar 6). Oral sucker metaserkaria Clinostomum pada ikan nila (Oreochromis niloticus) terletak di ujung terminal dengan lubang berbentuk elips dikelilingi oleh pelebaran dinding tubuh yang membentuk lipatan bulat dan tipis (Marwan dan Mohammed (2003). Permukaan ventral Ichtyoclinostomum dimorphum pada burung Ardea cocoi memiliki 2 struktur poligonal tegumental, terdapat papila sensori. Permukaan dorsal memiliki banyak pori dan lubang yang terdistribusi di seluruh permukaan dorsal. Permukaaan dari bagian lateral dari anterior tubuh ditutupi oleh tonjolan-tonjolan (Dias et al., (2003). Gambar 6. Ujung posterior/anus (Perbesaran 500X). 4.4 Hasil pemeriksaan secara molekuler Hasil PCR dari 5 sampel cacing pada ITS region menunjukkan band yang sama pada 1.300 bp (Gambar 7). Keberhasilan proses PCR ditentukan dari jumlah DNA yang dihasilkan (Yuwono, 2006). Hasil PCR terhadap keempat cacing asal Yogyakarta pada diperoleh band yang sama yaitu mengandung 1.300 bp. Hal ini sesuai dengan Dzikowski et al., 2003) bahwa hasil PCR Clinostomum complanatum dengan menggunakan primer 21

spesifik pada agarose 1% diperoleh band 1.230 bp. Menurut Mirza (2001) bahwa hasil penelitian pada Trematoda digenea dari Eurytrema diperoleh band yang mengandung 1.500 bp pada ITS region. Gambar 7. Hasil PCR, Sumur 1-4 cacing asal Yogyakarta, M: Marker Uji RFLP dengan menggunakan enzim Rsa dan HaeIII menunjukkan band yang sama dengan enzim Rsa pada keempat cacing asal Yogyakarta (Gambar 8). Gambar 4. Hasil digesti dengan enzim restriksi Rsa Sumur 1-4 cacing asal Yogyakarta, M: Marker 22

Gambar 8. Hasil digesti dengan enzim restriksi HaeIII Sumur 1-4 cacing asal Yogyakarta, M: Marker Hasil digesti dengan enzim HaeIII pada keempat cacing asal Yogyakarta dapat terjadi pemotongan. pada semua sampel dengan ditunjukkan adanya 3 pita DNA yang sama pada semua sampel pada 3 tempat (100, 400 dan 600 bp). Hal ini menunjukkan bahwa DNA genom mempunyai lebih dari satu sisi pemotongan dengan menggunakan enzim restriksi HaeIII, sedangkan pada enzim restriksi Rsa tidak terjadi pemotongan (Gambar 9). Perbandingan Fasciola hepatica dan F. gigantica diperlukan enzim restriksi rdna (Adlard et al., 1993). Tidak terdapat variasi intraspesifik pada rrna dari F. hepatica dan H. gigantica yang berasal dari negara yang berbeda dengan menggunakan enzim. Empat sampel cacing C.complanatum dari Yogyakarta tidak terdapat variasi intraspesifik pada keempat cacing tersebut. 23