I. PENDAHULUAN. peranan dalam peningkatan kesejahteraan manusia. Dalam lingkup kesehatan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. kecenderungan semakin menurun, angkatan kerja yang bekerja pada sektor

III. METODE PENELITIAN. experimental) dengan rancangan pretest-posttest group design (Pratomo,

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. telah berjangkit dalam periode waktu lama di tengah-tengah masyarakat Indonesia,

dilaporkan ke pelayanan kesehatan sehingga jumlah yang tercatat tidak sebesar angka survey (Dinas Kesehatan Provinsi Riau, 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program Puskesmas Pauh. dilakukan penentuan prioritas masalah yang merupakan masalah terbesar.

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam sintesa hemoglobin. Mengkonsumsi tablet Fe sangat

I. PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari, sering kita menemukan perokok di mana-mana, baik di

I. PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

Oleh: Aulia Ihsani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus dengue

BAB 1 PENDAHULUAN. berhasil disembuhkan. Apalagi diakibatkan munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan bayi baik fisik maupun psikologi sosial. ASI mengandung nutrisi,

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) Kelompok Intervensi O1 X O2

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui pemberian kekebalan tubuh yang harus dilaksanakan secara terus-menerus

I. PENDAHULUAN. dan ibu melahirkan serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja (Dinkes

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Developments Program), Indonesia menempati urutan ke 111

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya menyebabkan peningkatan

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu diantara penyakit tidak menular

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang. masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 4,9 persen tahun Tidak terjadi penurunan pada prevalensi. gizi kurang, yaitu tetap 13,0 persen. 2

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. 1. Ukuran dasar kebijakan sudah ada dalam bentuk modul pelatihan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah salah satu negara berkembang dan negara agraris yang

BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki wilayah perkebunan kelapa sawit yang cukup luas.

PARTISIPASI REMAJA SMA DALAM PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN SUKOHARJO

I. PENDAHULUAN. dalam bidang kesehatan. Sampai saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) di. Indonesia menempati teratas di Negara-negara ASEAN, yaitu 228 per

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KECACATAN PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN NGAWI

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkat tinggi setelah aplikasi pestisida. Penggunaan bahan-bahan beracun itu pada

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu ukuran fisik. penduduk (Depkes, 2004). Guna menyukseskan hal tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

I. PENDAHULUAN. individu yang sering dimulai saat remaja dan berlanjut hingga dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM REVITALISASI Identifikasi SWOT pada Revitalisasi Posyandu di Kecamatan Pekanbaru Kota

BAB I PENDAHULUAN. masalah utama di negara berkembang dan negara maju. Menurut WHO dan

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yang terganggu kesehatannya (Faris, 2009). masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) dengan kelahiran per tahun. Peningkatan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan produksi pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. kandungan zat gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang khusus agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Karena itu kehamilan yang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. memberikan kesimpulan dan saran sebagai berikut: intervensi selama 18 minggu dibandingkan dengan 0,1 minggu di daerah

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekitar 36% selama periode Berdasarkan hasil Riskesdas. Provinsi Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja pada undang-undang yang mengatur tentang ibu menyusui.

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

HUBUNGAN ANTARA SIKAP BIDAN DAN DUKUNGAN KADER TERHADAP PERILAKU BIDAN DALAM PEMBERIAN VITAMIN A IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS KABUPATEN KLATEN

ANALISIS PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI SECARA DINI MENURUT FAKTOR PENYEBABNYA PADA BAYI DI PUSKESMAS MARGADANA KOTA TEGAL TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

I. PENDAHULUAN. manusia, dan sering disebut masa peralihan. Tanda - tanda remaja pada

I. PENDAHULUAN. Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung.

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terpadat di

BAB I PENDAHULUAN. serviks dan rata-rata meninggal tiap tahunnya (Depkes RI, 2008).

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dibidang kesehatan mempunyai arti penting dalam. kehidupan nasional, khususnya didalam memelihara dan meningkatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikategorikan high burden countries. Kasus baru Tuberkulosis di dunia

BAB I PENDAHULUAN. dengan bantuan tenaga kesehatan, seperti perawat. Perawat sebagai salah satu

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Daftar Masalah di Puskesmas Pauh No Program Masalah Target / Indikator

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartani, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. menular maupun tidak menular (Widyaningtyas, 2006). bayi dan menempati posisi pertama angka kesakitan balita.

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM UNTUK PEJABAT DINAS KESEHATAN DAN TPG PUSKESMAS

II. TINJAUAN TEORITIS

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pestisida merupakan salah satu teknologi modern yang terbukti mempunyai peranan dalam peningkatan kesejahteraan manusia. Dalam lingkup kesehatan masyarakat, penggunaan pestisida telah berhasil mengendalikan vektor-vektor penyakit menular tertentu, sehingga mampu menurunkan prevalensi penyakit seperti: malaria, schistosomiasis, filariasis, dengue dan penyakit pes. Di bidang pertanian, penggunaan pestisida memungkinkan petani untuk meningkatkan produktivitas lahan pertaniannya dan bahkan mampu melindungi petani dari kerugian pasca panen (Departemen Pertanian RI, 2005). Pada awal penemuan dan penggunaanya, pestisida mendapat sukses yang cukup besar. Tercatat antara tahun 1951-1966 produksi bahan makanan mengalami peningkatan 34%, dimana hal itu diikuti dengan peningkatan penggunaan pestisida sampai 300% dari biasa. Melalui penggunaan pestisida, hama-hama yang merusak tumbuhan pertanian dapat dimusnahkan, sehingga manusia terus menggunakan senyawa kimia ini untuk menuntaskan hamahama pertanian (Palar, 2008).

2 Manfaat pestisida yang sangat cepat dirasakan membuat petani menggantungkan harapan terlalu besar terhadap pestisida. Akibatnya petani menjadikan pestisida sebagai satu-satunya andalan dalam mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Karena keterbatasan pengetahuan, sikap dan tindakan yang kurang baik dalam pengelolaan pestisida menyebabkan terpajannya pekerja pertanian terutama yang berkecimpung dalam formulasi dan pengunaan (aplikasi) pestisida. Selain mempengaruhi kesehatan manusia, pestisida juga mempunyai dampak terhadap lingkungan (Sembiring, 2008). Penelitian penelitian tentang pengaruh paparan pestisida terhadap tingkat keracunan pestisida telah banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Sarjoko (2006), terhadap petani hortikultura di Kabupaten Sleman, didapatkan sebanyak 33% terjadi keracunan pestisida. Faktor yang mempengaruhi adalah tingkat pendidikan, lama menyemprot, frekuensi penyemprotan dan status gizi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Marsaulina (2007) terhadap petani hortikultura di Kabupaten Simalungun menyatakan 72,9% terjadi keracunan pestisida. Faktor yang mempengaruhi terjadinya keracunan pada penelitian adalah status gizi yang tidak baik, dosis yang tidak sesuai dengan anjuran, dan tidak memakai alat pelindung diri. Penelitian yang dilakukan oleh Suwastika (2009) terhadap petani jeruk di Kabupaten Timor Tengah Selatan sebanyak 29,2% mengalami keracunan. Penyebab keracunan adalah penggunaan alat pelindung diri, jumlah pohon jeruk dan mencuci tangan.

3 Mengingat manfaat pestisida dalam usaha perlindungan tanaman dan hasil pertanian, serta memperhatikan potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya, maka petani sebagai pengguna pestisida harus mempunyai pengetahuan yang memadai tentang pengelolaan pestisida agar terhindar dari risiko keracunan. Promosi kesehatan tentang risiko keracunan pestisida dan cara pengelolaan pestisida yang aman merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman petani dalam pengelolaan pestisida. Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman tentang pengelolaan pestisida, diharapkan dapat mengubah perilaku petani. Pada penelitian Basuki (2006) dikemukakan bahwa metode penyuluhan mempunyai hubungan yang bermakna dalam peningkatan pengetahuan. Penelitian Sriyono (2001) juga memperlihatkan bahwa penggunaan audiovisual dikombinasikan dengan diskusi kelompok cukup efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap kader posyandu dalam menemukan tersangka penderita tuberkulosis. Metode penyuluhan dapat dibagi berdasarkan jumlah sasaran (perorangan, kelompok, massa) dan cara penyampaian (langsung dan tidak langsung). Ceramah merupakan metode penyuluhan yang sering digunakan pada kelompok yang pesertanya lebih dari 15 orang. Ceramah akan berhasil bila penyuluh menguasai materi yang akan diceramahkan. Keberhasilan suatu penyuluhan dapat dilihat dari adanya perubahan perilaku yang didahului dengan peningkatan pengetahuan sebagai pendukung terjadinya perubahan perilaku tersebut (Pulungan, 2007).

4 Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan berkaitan dengan efektifitas media leaflet salah satunya adalah tesis yang berjudul efektivitas media promosi kesehatan (leaflet) dalam perubahan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini (IMD) dan ASI eksklusif di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan, Kota Padangsidimpuan. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa media promosi kesehatan (leaflet) efektif untuk meningkatkan skor pengetahuan dan skor sikap ibu hamil tentang IMD dan ASI Eksklusif (Nasution, 2010). Pada penelitian Erwin Herian (2010) juga mengemukakan bahwa penggunaan metode ceramah menggunakan film dan leaflet lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap keluarga dalam penanganan tuberculosis paru di wilayah kerja puskesmas dibandingkan dengan metode ceramah saja. Kelurahan Rajabasa Jaya memiliki lahan hortikultura terluas di Bandar Lampung. Di daerah ini petani sangat menggantungkan hasil pertaniannya pada penggunaan pestisida. Subjek penelitian adalah petani hortikultura dengan pertimbangan bahwa petani hortikultura mempunyai risiko lebih tinggi terkena keracunan pestisida. Hasil wawancara pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 28 Maret 2011 yang dilakukan peneliti terhadap petani di daerah penelitian, petani menyatakan tidak begitu mengerti tentang bahaya penggunaan pestisida bagi kesehatan dan gejala timbulnya keracunan pestisida. Hasil pengamatan pendahuluan, menunjukkan bahwa petani belum benar dalam tata cara pengelolaan pestisida.

5 Data yang didapatkan dari hasil need assessment melalui focus group discussion yang dilaksanakan pada 29 Maret 2011 terhadap kelompok tani di daerah penelitian memberikan gambaran bahwa peserta pernah mendapat informasi tentang cara pengelolaan pestisida melalui penyuluhan/ceramah oleh petugas penyuluh lapangan (PPL), tetapi mereka merasa belum memahami secara benar informasi tersebut sehingga berpengaruh pada perilaku penggunaan pestisida. Peserta mengharapkan adanya upaya promosi kesehatan yang lebih intensif, sehingga informasi yang diberikan dapat diterima dan dipahami dengan baik. Oleh karena itu, dari hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa promosi kesehatan dengan media leaflet dan film dinilai lebih efektif dalam penyampaian informasi kepada responden penelitian sehingga perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah menggunakan leaflet dan film terhadap peningkatkan pengetahuan petani hortikultura tentang risiko keracunan pestisida di Kelurahan Rajabasa Jaya Kota Bandar Lampung. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian adalah: adakah pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah menggunakan leaflet dan film terhadap peningkatan pengetahuan petani hortikultura tentang risiko keracunan pestisida?

6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah menggunakan media leaflet dan film terhadap peningkatan pengetahuan petani hortikultura tentang keracunan pestisida di Kelurahan Rajabasa Jaya Kota Bandar Lampung. 2. Tujuan khusus a. Menganalisis perbedaan tingkat pengetahuan petani hortikultura tentang risiko keracunan pestisida sebelum dan setelah mendapat penyuluhan melalui metode ceramah dan Leaflet serta metode ceramah dan Film. b. Menganalisis metode yang paling efektif antara metode ceramah menggunakan Leaflet dengan metode ceramah menggunakan Film untuk dapat diterapkan dalam rangka peningkatan pengetahuan petani hortikultura tentang risiko keracunan pestisida D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Bagi Petani Kelurahan Rajabasa Jaya Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang risiko keracunan pestisida kepada responden yang dalam hal ini petani di Kelurahan Rajabasa Jaya.

7 2. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah untuk kajian bagi peneliti lain dalam mengembangkan atau meneliti lebih lanjut. 3. Bagi Dinas Pertanian Sebagai bahan pertimbangan dan upaya perlindungan serta pengendalian terhadap penggunaan pestisida yang aman bagi kesehatan. 4. Bagi Dinas Kesehatan Sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan promosi kesehatan yang tepat tentang risiko keracunan pestisida. E. Landasan Teori Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teori perilaku model Green yang dikenal dengan model PRECEDE (Predisposing, Reinforcing and Enabling Cause in Educational Diagnostic and Evaluating). Pada model tersebut dijelaskan bahwa kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: 1. Faktor genetik atau keturunan, 2. Faktor perilaku seseorang atau masyarakat, 3. Faktor lingkungan.

8 Faktor genetik, perilaku, dan lingkungan itu mempunyai hubungan yang timbal balik dimana ketiga faktor tersebut dapat saling mempengaruhi. Selanjutnya faktor peilaku itu sendiri terbentuk dari tiga unsur yang meliputi: a. faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam lingkungan pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai kehidupan dan sebagainya. Selain mempengaruhi perilaku, faktor ini juga mempunyai hubungan timbal balik dengan faktor penguat. b. Faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Selain mempengaruhi perilaku, faktor ini juga mempengaruhi faktor predisposisi. c. Faktor penguat (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku kelompok referensi dari masyarakat. Faktor ini saling mempengaruhi dengan perilaku itu sendiri, juga dapat mempengaruhi faktor pendukung, mempunyai hubungan timbal balik dengan faktor predisposisi. Faktor ini juga dipengaruhi oleh lingkungan. Kesimpulan dari penjelasan diatas adalah bahwa perilaku seseorang atau masyarakat itu salah satunya dipengaruhi oleh pengetahuan di mana peningkatan hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhanpenyuluhan tentang kesehatan dengan metode yang tepat. Teori perilaku model Green dengan model PRECEDE digambarkan sebagai berikut:

9 Faktor predisposisi: Pengetahuan Keyakinan Nilai-nilai kehidupan Sikap Kepercayaan Faktor pendukung: Ketersediaan sarana Kemudahan sarana Pendidikan Kesehatan Prioritas kesehatan Keterampilan petugas Perilaku individu/masyarakat Kesehatan Faktor penguat: Keluarga Teman sebaya Tokoh Masyarakat Pelayanan Kesehatan Pengambilan kebijakan Gambar 1. Landasan Teori (Green, 2005) F. Kerangka Konsep Prinsip pokok pendidikan kesehatan adalah proses belajar yang terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu input, proses dan output. Input dalam penelitian ini adalah pengetahuan petani hortikultura tentang risiko keracunan pestisida, yang dipengaruhi oleh faktor karakteristik petani hortikultura yang terdiri dari

10 umur dan tingkat pendidikan. Proses berisi kegiatan penyuluhan dengan metode ceramah dan Leaflet serta metode ceramah dan Film. Output adalah peningkatan pengetahuan petani hortikultura tentang risiko keracunan pestisida. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Karakteristik petani 1. Umur 2. pendidikan 3. aktif menggunakan pestisida Pengetahuan petani tentang risiko keracunan pestisida Penyuluhan metode ceramah dengan media Film Penyuluhan metode ceramah dengan media Leaflet Peningkatan Pengetahuan petani tentang risiko keracunan pestisida Dependent Variable Independent Variable Gambar 2. Kerangka Konsep

11 G. Hipotesis 1. Ada pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dengan menggunakan leaflet dan film terhadap pengetahuan petani hortikultura tentang risiko keracunan pestisida. 2. Ada perbedaan tingkat pengetahuan setelah mendapat penyuluhan dengan metode ceramah dengan Leaflet. 3. Ada perbedaan tingkat pengetahuan setelah mendapat penyuluhan dengan metode ceramah dengan Film.