BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Karet (Hevea brasiliensis) berasal dari Brazil. Negara tersebut mempunyai

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

II TINJAUAN PUSTAKA. Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian [16 Juli 2010]

1.1. Latar Belakang. dengan laju pertumbuhan sektor lainnya. Dengan menggunakan harga konstan 1973, dalam periode

IV. GAMBARAN UMUM KARET ALAM INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian suatu negara. Terjalinnya hubungan antara negara satu

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia.

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KARET REMAH (CRUMB RUBBER) INDONESIA. Karet merupakan polimer hidrokarbon yang bersifat elastis dan terbentuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan pengekspor karet spesifikasi teknis terbesar ke

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan devisa. PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) adalah satu Badan

KEUNGGULAN KARET ALAM DIBANDING KARET SINTETIS. Oleh Administrator Senin, 23 September :16

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini pengembangan sektor pertanian di Indonesia masih tetap strategis.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Setelah dilakukan pengolahan data time series bulanan tahun 2005 sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pada 2009 (BPS Indonesia, 2009). Volume produksi karet pada 2009 sebesar 2,8

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang prospektif. Komoditas karet alam memiliki berbagai macam kegunaan

V. GAMBARAN UMUM EKONOMI KELAPA SAWIT DAN KARET INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perekonomian Indonesia. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan

Krisis moneter yang melanda lndonesia menyebabkan hancurnya industri

1. PENDAHULUAN Perkernbangan perturnbuhan perekonornian lndonesia kurang

sebagian besar masih dipasarkan sebagai bahan mentah atau nilailharga pada kondisi tersebut masih sangat rendah. Selain ini

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari-hari. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas

TOPIK 12 AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis ekspor karet dan pengaruhnya terhadap PDRB di Provinsi Jambi

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pertanian yang dapat dikembangkan. Kinerja ekspor

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

VI. PERKEMBANGAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Karet Alam Indonesia

PENDAHULUAN. Latar Belakang

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi Karet Indonesia Berdasarkan Kepemilikan Lahan pada Tahun Produksi (Ton)

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2017 (dalam US$ juta)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan sudut pandang ilmu ekonomi, motivasi hubungan antar negara

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN FEBRUARI 2002

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

JAMBI AGRO INDUSTRIAL PARK

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI JANUARI 2017

pennasalahan-permasalahan yang diteliti.

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

ANALISIS KINERJA EKSPOR 5 KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016

ANALISIS KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITI KARET TERHADAP KINERJA USAHATANI DI KECAMATAN JASINGA KAB BOGOR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditi pertanian

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

IV. GAMBARAN UMUM KARET INDONESIA. Di tengah masih berlangsungnya ketidakpastian perekonomian dunia dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia

KULIAH KE 10: AGROBISNIS DAN

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI MARET 2015

Peluang & Tantangan Pengembangan Ketenagalistrikan di Kalbar

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Faktor yang memegang peranan penting dalam produk agroindustri adalah

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI JUNI 2016

KOMODITAS KARET (Hevea brasiliensis) UNTUK SRG DAN PASAR FISIK

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI MEI 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Karet

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4 ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional Agroindustri Karet Alam

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 10/M-DAG/PER/3/2009 TENTANG EKSPOR BARANG YANG WAJIB MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Letter Of Credit. Ekspor.

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Hutan Bukan Kayu

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

Analisis Perkembangan Industri

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta. Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil

A. peranan Komoditas Karet Dalam Perekonomian Nasional

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Tanaman Karet Karet (Hevea brasiliensis) berasal dari Brazil. Negara tersebut mempunyai iklim dan hawa yang sama panasnya dengan negeri kita, karena itu karet mudah hidup dan menyesuaikan keadaannya di Indonesia. Pohon karet paling baik tumbuh pada daerah dengan ketinggian lebih kurang 500 meter diatas permukaan laut. Semakin tinggi letak tanaman karet, maka akan semakin sedikit getah yang dihasilkan. Kondisi tanah yang paling baik untuk tempat hidup pohon karet adalah tidak berbatu-batu dan terdapat pengaliran air tanah yang baik karena air tidak boleh tergenang. Pada saat benih karet berumur 8 sampai 10 bulan dan tingginya kira-kira 60-70 cm, maka sudah boleh dipindahkan ke kebun yang sudah disiapkan. Jarak tanamnya bermacam-macam, ada yang 5x5 m, 5x8 m, atau 4x8 m. Semakin kurang subur tanah, sebaiknya semakin rapat jarak tanamnya. Tapi tidak boleh kurang dari 4x5 m. Karena bila terlalu rapat, saat pohon tersebut besar, maka lokasi penanaman akan menjadi sempit dan gelap sehingga menimbulkan berbagai penyakit. Masa pemeliharaan pohon karet dilakukan sampai umur 5-6 tahun. Pada masa itu, pohon baru mulai disadap. Dalam pemeliharaan, selain dilakukan pemupukan dan pemberantasan HPT, perlu pula dilakukan perawatan pada batang pohon karet sepanjang 1,5 meter dari permukaan tanah, dijaga supaya jangan bercabang atau bertunas karena bagian itu nanti yang akan disadap.

Pohon karet sudah dapat disadap pada umur 6 tahun, bila selama masa tersebut tidak terganggu oleh penyakit atau hal lainnya. Selama 10 tahun pertama penyadapan, getah yang diperoleh akan mengalami peningkatan. Sesudah berumur lebih kurang 16 tahun maka hasil yang akan diperoleh akan konstan sampai umur lebih kurang 26 tahun. Penyadapan karet biasanya dilakukan pada tiap pagi hari sekitar pukul 6 pagi. Bagian batang yang disadap kira- kira 1 meter dari permukaan tanah. Posisi menyadap adalah mengiris kulit ari batang dari kiri atas serong ke kanan bawah dengan besar sudut 30-45. Hal ini dilakukan karena getah karet terletak di dalam urat-urat kulit ari dengan posisi dari kanan atas serong ke kiri bawah. Getah karet akan mengalir ke saluran sadap untuk kemudian ditampung pada mangkok getah. Tiap menyadap, kulit yang terbuang hanya setebal 1,5 mm (Latif, 1961). 2.2 Industri Pengolahan Karet Alam Indonesia Ragam produk karet yang dihasilkan dan diekspor Indonesia masih terbatas. Umumnya masih didominasi produk primer (raw material) dan produk setengah jadi. Sebagian besar bahan olah karet (bokar) yang berasal dari perke bunandiolah menjadi karet remah (crumb rubber) dengan kodifikasi SIR (Standart Indonesian Rubber) yang terdiri dari SIR 5, SIR 10, SIR 20, SIR 3CV, SIR 3L dan SIR 3F. Sedangkan yang lain diolah dalam bentuk lateks pekat dan sit yang terdiri dari smoked sheet serta unsmoked sheet. Pada lateks jenis sit, yang paling banyak diproduksi adalah jenis smoked sheet dengan kodifikasi RSS (Ribbed Smoked Sheet). Berbagai produk yang dihasilkan dari karet dapat dilihat secara rinci pada Gambar 2.

Lateks pekat Industri peralatan kesehatan Bahan olah karet (bokar) Sit Unsmoked sheet Smoked sheet Karet remah (crumb rubber) SIR 5, SIR 10, SIR 20, SIR 3CV, SIR 3L, SIR 3F Industri Tas, sepatu, alat rumah tangga Minyak biji karet Industri sabun, minyak cat Getah karet /lateks Biji karet Industri kerajinan tangan Kayu karet Industri furniture, pulp Gambar 2. Produk-produk Hasil Olahan Getah Karet Sumber : Ditjen Industri Agro dan Kimia, 2007 Bila diolah lebih lanjut, karet remah dapat dijadikan berbagai produk, diantaranya : ban, sepatu, bola, selang, balon, dot susu, perlak, karpet, dan pelampung. Sedangkan lateks dapat dijadikan berbagai alat kesehatan dan laboratorium, antara lain: pipet, selang stetoskop, dan sarung tangan. Hasil sampingan dari pohon karet adalah kayu yang berasal dari kegiatan peremajaan kebun karet tua yang tidak menghasilkan lateks lagi. Kayu karet dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan rumah, kayu api, arang, ataupun kayu

gergajian untuk alat rumah tangga (furniture) serta bahan baku dalam industri bubur kertas (pulp). Selain itu, biji karet juga menjadi salah satu hasil sampingan dari pohon karet. Biji karet antara lain dapat diolah menjadi kerajinan tangan, minyak cat dan makanan ternak (Ditjen Industri Agro dan Kimia, 2007). Di Indonesia sendiri, industri berbasis karet alam mengalami perkembangan beberapa tahun terakhir diantaranya industri ban, matras, alas kaki, isolasi listrik, dan sarung tangan karet. Hal ini ditandai dengan meningkatnya konsumsi domestik karet alam dari tahun 2006 sampai 2010 (Tabel 6). Tabel 6. Perkembangan Konsumsi Karet Alam Domestik Tahun 2006-2010 (juta ton) Jenis produk Tahun 2006 2007 2008* 2009* 2010* Bersumber dari karet padat : Ban 0,19 0,20 0,22 0,24 0,25 Tabung pipa dll 0,05 0,04 0,05 0,05 0,07 Alas kaki 0,04 0,04 0,05 0,05 0,05 Bersumber dari lateks pekat 0,07 0,07 0,07 0,08 0,09 Jumlah 0,35 0,35 0,39 0,42 0,46 Sumber : GAPKINDO dalam Parhusip, 2008 Keterangan : * estimasi Walaupun terjadi perkembangan konsumsi di dalam negeri, tapi hal itu belum optimal mengingat industri lokal setiap tahunnya hanya mampu menyerap 10 persen dari total produksi nasional. Dari beberapa industri berbasis karet alam yang ada di dalam negeri, industri ban yang paling banyak menyerap karet alam sekitar 55 persen dari total konsumsi nasional. Hal ini disebabkan peningkatan permintaan ban buatan dalam negeri dari sejumlah negara antara lain Jepang, Eropa, Amerika Serikat, Timur Tengah, dan sejumlah negara di kawasan Asia Pasifik. Tingginya volume ekspor ban juga didasari oleh ketatnya persaingan di dalam negeri terutama dengan ban impor asal Cina. Pada tahun 2005, ban impor

yang masuk ke Indonesia hanya 1,9 juta unit tapi tahun 2006 telah mencapai 2,3 juta unit 3. Selain industri ban yang merupakan industri besar, industri berbasis karet alam lainnya hanya berskala menengah dan kecil dimana hasil produksinya lebih dititikberatkan kepada komponen atau barang pendukung dari produk utama seperti spare parts dan komponen alas kaki yang diproduksi oleh pabrik besar. Kemampuan modal dan pemasaran menjadi kendala dalam pengembangan industri menengah dan kecil tersebut. Pengembangan jenis produk karet lainnya dinilai cukup berat mengingat pengolahan karet membutuhkan modal dan teknologi yang cukup tinggi (Parhusip, 2008). 2.2 Penelitian-penelitian Terdahulu Penelitian tentang penawaran ekspor sudah pernah dilakukan sebelumnya dengan komoditi yang berbeda-beda. Mamlukat (2005) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi harga ekspor karet alam Indonesia. Variabel independen yang mempengaruhi volume ekspor karet alam Indonesia adalah : volume produksi karet Indonesia, nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, harga riil ekspor karet alam Indonesia, harga riil karet sintetis dunia dan krisis moneter sebagai variabel dummy (0 = sebelum krisis, 1= saat dan setelah krisis). Dengan menggunakan persamaan regresi model log ganda diperoleh variabel yang berpengaruh signifikan pada taraf nyata 10 persen adalah volume produksi dan krisis moneter. Selanjutnya Arleen (2006) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kakao Indonesia. Variabel bebasnya adalah ketersediaan produk karet alam (terdiri dari volume produksi dan stok tahun sebelumnya),

harga domestik karet alam Indonesia, harga dunia karet alam, dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat. Setelah dilakukan pengolahan data dengan persamaan regresi berganda diperoleh variabel yang berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor karet Indonesia pada taraf 10 persen adalah ketersediaan produk dan nilai tukar. Kemudian Resmisari (2006) melakukan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor teh pada PT Perkebunan Nusantara VIII. Ada tiga negara tujuan utama yang menjadi objek penelitian yaitu Pakistan, Inggris dan Rusia. Variabel independen yang digunakan pada masing-masing negara adalah : volume produksi teh, harga ekspor teh, harga ekspor teh bulan sebelumnya, harga domestik teh, harga domestik teh bulan sebelumnya, harga kopi dunia, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar, nilai tukar mata uang masing-masing negara tujuan terhadap Dollar Amerika Serikat, dan volume ekspor teh bulan sebelumnya. Setelah dilakukan pengolahan data dengan persamaan regresi log ganda diketahui bahwa variabel yang berpengaruh untuk negara Pakistan adalah : harga ekspor teh, harga domestik teh, harga domestik teh bulan sebelumnya, harga kopi dunia, nilai tukar rupiah, volume ekspor bulan sebelumnya dan nilai tukar Rupee. Variabel yang berpengaruh nyata untuk negara Inggris adalah : harga ekspor teh, harga domestik teh, harga domestik teh bulan sebelumnya, nilai tukar Rupiah, nilai tukar Poundsterling dan volume ekspor bulan sebelumnya. Untuk negara Rusia variabel yang berpengaruh nyata pada taraf 10 persen adalah : harga ekspor teh, harga ekspor teh bulan sebelumnya, dan volume ekspor teh bulan sebelumnya. Komalasari (2009) juga melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor biji kakao Indonesia. Variabel independennya

adalah : volume produksi kakao, harga domestik kakao, harga dunia kakao, jumlah ekspor tahun sebelumnya, dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat. Dengan menggunakan persamaan regresi model log ganda diperoleh hasil bahwa variabel yang berpengaruh adalah volume produksi kakao dan volume ekspor kakao tahun sebelumnya. Selanjutnya, Aruan (2009) melakukan analisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor CPO (Crude Palm Oil) Indonesia. Variabel independennya adalah : volume produksi CPO, harga minyak dunia, kebijakan tarif ekspor, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan volume ekspor CPO bulan sebelumnya. Dengan menggunakan persamaan regresi model log ganda, diketahui bahwa variabel yang berpengaruh nyata pada taraf 10 persen adalah : volume produksi CPO, kebijakan tarif ekspor dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat. Dari uraian di atas, ternyata sudah ada yang melakukan penelitian tentang penawaran ekspor karet alam Indonesia yaitu oleh Mamlukat (2005). Tapi penelitian tersebut hanya menganalisis 5 variabel independen dan data terakhir yang digunakan adalah tahun 2003. Maka penelitian ini akan memperbaharui hasil penelitian tersebut dimana data yang digunakan sampai tahun 2007. Sedangkan variabel independen yang digunakan diambil dari rangkuman hasil penelitian terdahulu yang berpengaruh signifikan, yaitu : volume produksi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, lag ekspor, harga karet alam dunia, harga domestik tahun sebelumnya dan tarif ekspor. Penulis juga menambah beberapa variabel yang diduga akan berpengaruh pada ekspor karet alam Indonesia, yaitu : harga domestik, konsumsi domestik dan stok tahun sebelumnya. Hasil penelitian-penelitian terdahulu dirangkum pada Tabel 7.

Tabel 7. Penelitian-penelitian Terdahulu Tentang Penawaran Ekspor Peneliti Tahun Judul penelitian Variabel yang digunakan Alat analisis Hasil yang diperoleh Mamlukat, Indra 2005 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga ekspor karet alam Indonesia Arleen 2006 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kakao Indonesia Resmisari, Yusi 2006 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor teh PT Perkebunan Nusantara VIII ekspor karet Variabel independen : volume produksi, krisis moneter, nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, harga riil ekspor, dan harga riil karet sintetis dunia ekspor kakao variabel independen : ketersediaan kakao domestik, harga domestik, harga dunia dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat. ekspor teh ke Pakistan, Inggris dan Rusia Variabel independen : volume produksi, harga ekspor, harga ekspor bulan sebelumnya, harga domestik, harga domestik bulan sebelumnya, harga kopi dunia, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, volume ekspor bulan sebelumnya dan nilai tukar setiap negara tujuan terhadap Dollar Amerika Serikat berganda model log ganda berganda metode OLS berganda model log ganda dengan metode OLS : volume produksi dan krisis moneter : ketersediaan kakao domestik dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat di Pakistan : harga ekspor, harga domestik, harga domestik bulan sebelumnya, harga kopi dunia, nilai tukar Rupiah, volume ekspor bulan sebelumnya dan nilai tukar Rupee. Di Inggris : harga ekspor, harga domestik, harga domestik bulan sebelumnya, nilai tukar Rupiah, volume ekspor bulan sebelumnya, dan nilai tukar 16

Poundsterling. Di Rusia : harga ekspor, harga ekspor bulan sebelumnya, dan volume ekspor bulan sebelumnya Komalasari, Irma 2009 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor biji kakao Indonesia Aruan, Iskandar Yuda Sumber : Skripsi, 2005, 2006, 2009 2009 Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor CPO (Crude Palm Oil) Indonesia dan harga minyak goreng sawit domestik ekspor biji kakao Variabel independen : volume produksi, harga domestik, harga dunia, volume ekspor tahun sebelumnya, dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat. ekspor CPO Variabel independen : volume produksi CPO, harga minyak dunia, kebijakan tarif ekspor, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, dan volume ekspor tahun sebelumnya berganda model log ganda dengan metode OLS berganda model log ganda : volume produksi dan volume ekspor tahun sebelumnya : volume produksi CPO, kebijakan tarif ekspor dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat. 17