BAB 1 PENDAHULUAN. Efek ergogenik dalam penggunaan obat lazim disebut doping sering

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH STEROID ANDROGENIK ANABOLIK (SUSTANON 250) TERHADAP JUMLAH SEL OSTEOBLAS PADA FEMUR TIKUS PUTIH GALUR WISTAR

BAB I PENDAHULUAN. kadar hormon seseorang. Aging proses pada pria disebabkan oleh menurunnya sistem

BAB I PENDAHULUAN. Late-onset hypogonadism (LOH) atau andropause secara klinis dan

BAB I PENDAHULUAN. penanganan serius, bukan hanya itu tetapi begitu juga dengan infertilitas. dan rumit (Hermawanto & Hadiwijaya, 2007)

OBAT YANG MEMPENGARUHI REPRODUKSI PRIA KELOMPOK 23

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Oleh: Nama : Adria Wira Nugraha Riswinanda NRP :

BAB I PENDAHULUAN. berperan, sampai saat ini masih menjadi perhatian dalam dunia kedokteran. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan. hasil tercapainya kemampuan reproduksi. Tanda pertama pubertas

GAMBARAN PENGGUNAAN STEROID ANABOLIK PADA BINARAGAWAN DI KABUPATEN SIDOARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan, penyakit degeneratif dan menurunnya kualitas hidup.

'Doping' adalah penggunaan bahan atau kaedah yang diharamkan untuk meningkatkan prestasi sukan oleh atlit.

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi alkohol telah menjadi bagian dari peradaban manusia selama

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. punggung bagian atas. Jerawat terjadi karena pori-pori kulit. terbuka dan tersumbat dengan minyak, sel-sel kulit mati, infeksi

Perkembangan Sepanjang Hayat

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral

Infertilitas pada pria di Indonesia merupakan masalah yang perlu perhatian

ANGKA KEJADIAN KERONTOKAN RAMBUT KEPALA PADA ATLET BINARAGAWAN PENGGUNA STEROID ANABOLIK DI AREA SURABAYA TIMUR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh berbagai faktor dengan gambaran klinis yang khas

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang belum dapat diselesaikan oleh negara-negara maju. dan berkembang di dunia. Studi pada tahun 2013 dari Institute for

PEMBAHASAN. Maturasi Seksual Laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh umat manusia, meliputi lahir, masa kanak-kanak, remaja, dewasa

BAB I PENDAHULUAN. (peningkatan atau penurunan hormon) yang bukan karena proses penuaan, dapat

RANCANGAN BAHAN AJAR. Nama Mata Kuliah : KESEHATAN OLAHRAGA Kode Mata Kuliah : KOR 541 Bobot SKS : 4 SKS

Gambar 4. Grafik Pertambahan Bobot Badan Tikus

BAB I. PENDAHULUAN. berhentinya siklus menstruasi disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Daun Yakon Studi Efek Antidiabetes

Ciri-ciri Seks Sekunder pada Masa Remaja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tradisional maupun pasar modern. Kacang kedelai hitam juga memiliki kandungan

BAB 1 PENDAHULUAN. ke-4 di dunia dengan tingkat produksi sebesar ton dengan nilai USD 367 juta

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Glukosa merupakan sumber energi utama bagi seluruh manusia. Glukosa

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran kortikosteroid mulai dikenal sekitar tahun 1950, dan preparat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Minat dan kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan

LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mencapai tata kehidupan yang selaras dan seimbang dengan

EFEK JALAN KAKI PAGI TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG PADA WANITA LANSIA DI DESA GADINGSARI SANDEN BANTUL SKRIPSI

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia mulai dalam kandungan sampai mati tampaklah. perkembangan, sedangkan pada akhirnya perubahan itu menjadi kearah

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Pend h a uluan Etiologi PUD B l e dik um t e h a i u t pas iti Beberapa pilihan terapi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ini para dokter yang berada di bidang Anti Aging telah mampu menghambat penuaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pubertas merupakan suatu tahap penting dalam proses tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini

KESEHATAN REPRODUKSI. Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

HORMON REPRODUKSI JANTAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

statistik menunjukkan bahwa 58% penyakit diabetes dan 21% penyakit jantung yang kronik terjadi pada individu dengan BMI di atas 21 (World Heart

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

BAB I PENDAHULUAN. kerja insulin, atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi

Obat-obat Hormon Hipofisis anterior

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Osteoporosis adalah kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan

BAB I PENDAHULUAN. namun demikian ternyata tidak semua pasangan dapat mengalami. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam komponen yang diantaranya merupakan zat-zat kimia yang

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit rematik artikuler, namun sampai sekarang belum juga ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah suatu periode dalam hidup manusia. dimana terjadi transisi secara fisik dan psikologis yang

Vitamin D and diabetes

BAB VI PEMBAHASAN. Kadar trigliserida dan kolesterol VLDL pada kelompok kontrol

PENGARUH INJEKSI LEPTIN JANGKA PENDEK TERHADAP KADAR ADIPONEKTIN DALAM SERUM Rattus norvegicus STRAIN WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini penggunaan telepon seluler atau biasa disebut handphone hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. pewarna sintesis yang digunakan dalam makanan adalah aman. bahan yang diwarnai berwarna merah. Penyalahgunaan Rhodamine B pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan ekstraksi biji tanaman kopi. Kopi dapat digolongkan sebagai minuman

PENGEMBANGAN OBAT BARU

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Efek ergogenik dalam penggunaan obat lazim disebut doping sering dikonsumsi di bidang olahraga antara lain atlet binaragawan menggunakan dosis tinggi untuk meningkatkan massa otot agar dapat tampil prima (1,2,3). Berdasarkan laporan dari World Anti-Doping Agency (WADA) macam-macam doping yang digunakan dalam olahraga, antara lain agen anabolik (androstenodiol, boldenose, closterbol dan danazol, dihidroksitestosteron, testosteron), hormon dan substansi terkait (insulin-like growth factors, gonadotropin, insulin dan corticotrophins); beta-2 agonis (terbutalin dan salbutamol.); agen dengan aktivitas anti-estrogenik (anastrozol, letrozol, clomiphene); diuretik (furosemid, hydrochlorothiazide), stimulan (kafein, nikotin), narkotik (morfin, hidromorfon), dan beta blockers (propanolol, nadolol, pindolol) (4,53-55). Steroid androgenik anabolik saat ini masih menjadi obat yang paling sering digunakan oleh atlet untuk meningkatkan performa mereka (1,2,5). Steroid androgenik anabolik merupakan turunan sintetis dari hormon testosteron pria, diproduksi untuk memaksimalkan efek anabolik dan meminimalkan efek androgenik (5). Steroid androgenik terbagi dalam dua kategori : endogen atau alami, seperti testosteron; eksogen atau sintetis, seperti Danazol (1). Testosteron adalah salah satu hormon kelamin pria yang disekresi oleh testis. Testosteron berfungsi terhadap perkembangan karakteristik tubuh pria baik primer maupun sekunder, antara lain untuk pembentukan dan perkembangan organ genitalia pria. 1

Pada sifat kelamin sekunder, antara lain pertumbuhan rambut pada pubis, wajah, dada, pengaruh pada suara menjadi lebih maskulin, peningkatan perkembangan otot, peningkatkan jumlah total matriks tulang dan retensi kalsium (6). Macam steroid androgenik anabolik yang beredar di pasaran dan paling banyak digunakan secara salah oleh para atlet antara lain Sustanon, terdiri dari 4 senyawa ester testosteron yang berbeda dan menyediakan pelepasan testosteron dalam serum darah yang berkesinambungan untuk jangka waktu lama dan dapat bertahan sekitar 3 hingga 4 minggu. Sustanon dideskripsikan sebagai steroid androgenik anabolik jangka panjang (7,8,9). Secara klinis, steroid androgenik anabolik digunakan untuk terapi sulih androgen pada pria dengan hipogonadisme atau untuk merangsang pertumbuhan pada anak laki-laki yang mengalami penundaan pubertas. Penggunaan steroid androgenik anabolik secara salah dapat menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi, sistem kardiovaskular, dan gangguan lainnya. Penelitian di beberapa negara di dunia seperti Amerika, Kanada, Inggris, Australia, dan beberapa kota di negara Arab telah membuktikan tingginya angka penggunaan steroid androgenik anabolik secara salah oleh atlet body building. Banyak atlet terutama yang berkecimpung di dunia bodybuilding, menggunakan obat ini dalam dosis yang tinggi secara ilegal karena penggunaan jangka pendek dapat meningkatkan kekuatan otot dan massa tubuh (8,10-15). Berdasarkan penelitian Pitigoi et al. terhadap 75 atlet sukarelawan yang terdiri dari pria dan wanita (63% pria dan 37% wanita) dan berasal dari 12 cabang olahraga, 64 orang (85,33%) mengaku bahwa mereka pernah menggunakan 2

doping, terdiri dari 41 pria (54,66%) dan 23 wanita (30.66%). Sebagian besar dari pengguna doping tidak mengetahui efek biologis obat ini (3). Penelitian Tahtamouni telah mengambil beberapa sampel secara acak dari para atlet di Kota Amman, Jordan. Berdasarkan penelitian ini, ditemukan bahwa persentase penggunaan doping di kalangan atlet adalah sebesar 26%. Sebagai tambahan, didapatkan bahwa sebagian besar atlet telah menggunakan obat ini untuk jangka waktu yang panjang, dengan usia pengguna berkisar antara 19-28 tahun (13). Berdasarkan data survei terhadap 100 orang laki-laki pengguna steroid androgenik anabolik dalam American Journal of Sports Medicine, terdapat obat testosteron atau sejenisnya dengan dosis berkisar dari 250 mg hingga 3200 mg per minggu (16). Lima puluh persen dari pengguna steroid androgenik anabolik dalam sampel ini dilaporkan menggunakan dosis mingguan paling sedikit 500 mg. Untuk mencapai efek suprafisiologik, 88% dari pengguna steroid androgenik anabolik mengkombinasikan 2 atau lebih steroid androgenik anabolik yang berbeda. Beberapa bodybuilder yang memilih untuk menggunakan obat ini dengan dosis yang tepat menggunakan formula 1mg steroid per kilogram per berat badan per hari. Dalam studi lapangan yang lain, dari 88 pengguna steroid androgenik anabolik dilaporkan sebanyak 28% menggunakan paling sedikit 1000 mg testosteron atau sejenisnya per minggu (17). Peningkatan massa otot tentu harus didukung oleh tulang yang bagus. Pertumbuhan tulang dipengaruhi oleh sel osteoblas dan osteoklas. Pederson et al (51). telah menunjukkan bahwa androgen melalui reseptor androgen secara langsung dapat menghambat kemampuan resorptif sel osteoklas pada janin 3

manusia, tikus, dan burung. Androgen dapat juga langsung memodulasi pembentukan osteoklas yang dipengaruhi oleh receptor activator of nuclear factor-κb ligand (RANKL). Steroid androgenik anabolik secara langsung memiliki pengaruh terhadap tulang, sehingga mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh steroid androgenik anabolik (Sustanon 250) terhadap jumlah sel osteoblas dari penggunaan jangka pendek. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan percobaan pada tikus putih galur Wistar melalui pemeriksaan histologi. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apakah Sustanon 250 berpengaruh terhadap jumlah sel osteoblas di jaringan tulang femur tikus? 1.2.2 Adakah peningkatan dosis berhubungan dengan jumlah osteoblas yang dihasilkan? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mempelajari pengaruh pemberian Sustanon 250 terhadap peningkatan jumlah sel osteoblas di jaringan tulang femur tikus. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mempelajari pengaruh perlakuan pemberian Sustanon 250 pada tikus putih galur Wistar. 2. Mempelajari gambaran histologi jumlah sel osteoblas pada tikus putih galur Wistar yang diberikan perlakuan Sustanon 250. 4

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi peneliti Dapat dijadikan sebagai suatu pengalaman dan proses belajar dalam menerapkan disiplin ilmu yang telah dipelajari di Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. 1.4.2 Bagi masyarakat ilmiah dan dunia kedokteran Dapat dijadikan sebagai sumber atau referensi untuk menjajaki penelitian dengan tingkatan yang lebih lanjut serta dapat menambah pengetahuan, wawasan di bidang kesehatan terutama mengenai pengaruh penggunaan Sustanon terhadap jumlah sel osteoblas dari penggunaan jangka pendek. 1.4.3 Bagi para atlet dan masyarakat umum Dapat dijadikan sebagai sumber informasi mengenai cara penggunaan Sustanon yang benar dan tepat, sehingga dapat mengurangi tingkat penyalahgunaan penggunaan Sustanon baik oleh para atlet maupun masyarakat umum. 5