PAKET KEBIJAKAN EKONOMI UNTUK MENDUKUNG DAYA SAING LOGISTICS & SUPPLY-CHAIN NASIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV)

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV)

TIGA FOKUS UTAMA III. KEBIJAKAN DEREGULASI EKONOMI

Paket Kebijakan Ekonomi 9: Pemerataan Infrastruktur Ketenagalistrikan dan stabilisasi harga daging hingga ke desa

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Laporan Perkembangan Deregulasi 2015

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI XI

Paket Kebijakan Ekonomi XI: Meningkatkan Daya Saing Nasional Dalam Pertarungan Ekonomi Global

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Kebijakan Fiskal untuk Mendukung Akselerasi Sektor Industri yang Berdaya Saing

Disampaikan: Edy Putra Irawady Deputi Menko Perekonomian Bidang Industri dan Perdagangan

Stimulus kegiatan Industri Logistik dan kendaraan niaga di Indonesia

Inspektorat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung kegiatan Layanan Tunggal

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

OVERVIEW PERLAMBATAN EKONOMI

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Paket Kebijakan Ekonomi Minggu ke-iii Maret 2016 (Tahap XI)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN DERAH DALAM PENGUATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

Percepatan Kebijakan Satu Peta pada Skala 1:50.000

DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA

SISTEM TRANSPORTASI DALAM MENDUKUNG EFISIENSI DISTRIBUSI

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional

Presiden Jokowi: 2016 sebagai Tahun Percepatan Pembangunan Nasional Selasa, 16 Agustus 2016

Master Plan Pembangunan Ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tim Transisi Bidang Ekonomi

PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH

Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

Laporan Hasil Penelitian Kelompok Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik Tahun Anggaran 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS

RANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN)

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago

Tahun terakhir RPJMN

Pidato Presiden - Penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU APBN serta..., Jakarta, 16 Agustus 2016 Selasa, 16 Agustus 2016

ARAH KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI

BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN

RPJMN dan RENSTRA BPOM

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SIARAN PERS. 1 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK: Paket Kebijakan Ekonomi, Bangkitkan Kepercayaan Pasar

BAHAN MASUKAN PAPARAN DIRJEN PDN PADA LOKAKARYA KAKAO 2013 SESI MATERI: RANTAI TATA NIAGA KAKAO. Jakarta, 18 September 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jakarta, 10 Maret 2011

PP-nya sudah diparaf dan dikirim ke tempat pak Pram (Menseskab Pramono Anung, red), kata Darmin Nasution kepada wartawan.

Paket Kebijakan Ekonomi Jilid II dan III


Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. Peraturan Presiden tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha

PROSES BISNIS KEPABEANAN DAN PEMANFAATAN INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

Pembenahan Pasokan Daging Sapi Melalui Sistem Logistik Nasional Senin, 10 Juni 2013

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011

BAB I PENDAHULUAN. disamping fungsinya sebagai alat pemersatu bangsa. Dalam kaitannya dengan sektorsektor

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

USULAN TINDAK LANJUT KEBIJAKAN DEREGULASI UNTUK PEMERINTAH DAERAH

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

PERAN PENYEDIA JASA LOGISTIK DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2011

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAANNYA

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara. Dengan kemampuan kapasitas fiskal tinggi suatu negara akan

ANALISIS PENERAPAN PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS TRANSAKSI EKSPOR IMPOR JASA FREIGHT FORWARDING (Studi Kasus PT.Welgrow Indopersada)

Indonesia Investment Coordinating Board KATA PENGANTAR

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

REVITALISASI KEHUTANAN

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI

AKSELERASI PERTUMBUHAN BISNIS ICT. PASCA PAKET EKONOMI JILID XIV tentang E-COMMERCE MIRA TAYYIBA ASDEP PENINGKATAN DAYA SAING EKONOMI KAWASAN

EKONOMI POLITIK DAN DAYA SAING NASIONAL. Didik J. Rachbini & Tim INDEF

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Yukki Nugrahawan Hanafi Ketua Umum DPP ALFI/ILFA

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

DRS. PETRUS SUMARSONO, MA - JFP MADYA DIREKTORAT TRANSPORTASI. Rakornis Perhubungan Darat 2013 Surabaya, 3 Oktober 2013

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2000 TANGGAL 21 DESEMBER 2000 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NO

KEBIJAKAN PERGUDANGAN DI INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN PERDAGANGAN

PAPARAN MENKO PEREKONOMIAN PADA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (MUSRENBANGNAS) Jakarta, 30 April 2013

MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI MENJAGA KEPERCAYAAN DUNIA

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

EASE OF DOING BUSINESS TRADING ACROSS BORDER

Transkripsi:

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI UNTUK MENDUKUNG DAYA SAING LOGISTICS & SUPPLY-CHAIN NASIONAL CeMAT Southeast Asia/TransASia/Cold Chain Indonesia 2017 EDY PUTRA IRAWADY, Deputi Menko Perekonomian Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri ICE BSD, 2 Maret 2017

STRATEGI KEBIJAKAN EKONOMI BARU Komitmen Presiden dalam Pidato Presiden tanggal 16 Agustus 2016: Pemerintah fokus pada tiga langkah terobosan untuk pengentasan kemiskinan, pengangguran, ketimpangan dan kesenjangan sosial adalah: yang pertama, percepatan pembangunan infrastruktur. Yang kedua, penyiapan kapasitas produktif dan Sumber Daya Manusia. Ketiga, deregulasi dan debirokratisasi..kita bangun sarana infrastruktur secara lebih merata di seluruh Tanah Air guna memperkuat konektivitas antarwilayah dan memperkecil ketimpangan dan kesenjangan sosial. Akselerasi pembangunan infrastruktur logistik meliputi jalan nasional dan jalan tol, jembatan, jalur kereta api tidak hanya di pulau Jawa tapi juga di Pulau Sumatera, di Kalimantan, di Sulawesi, dan juga dibangun Mass Rapid Transportation (MRT), Light Rail Train (LRT), dan commuter line... 2

TAHAPAN PEMBANGUNAN DAN ARAHAN KEBIJAKAN RPJPN 2005-2025 RPJM 1 (2005-2009) Menata kembali NKRI, membangun Indonesia yang aman, damai, yang adil dan demokratis, dengan tingkat kesejahteraan yang lebih baik RPJM 2 (2010-2014) Memantapkan penataan kembali NKRI, mening katkan kualitas SDM, membangun kemampuan IPTEK, memperkuat daya saing perekonomian RPJM 3 (2015-2019) Memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif, perekonomian berbasis SDA yang tersedia, SDM yang berkualitas, serta kemampuan IPTEK RPJM 4 (2020-2024) Mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju, mandiri, adil, makmur melalui percepatan pembangunan di segala bidang dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif Salah satu sasaran RPJMN 2015-2019: Meningkatkan kinerja pelayanan dan industri transportasi nasional untuk mendukung SISLOGNAS dan konektivitas dari desa ke kota dan pasar global 3

4 SKEMA KEBIJAKAN EKONOMI NASIONAL I. REFORMASI KEBIJAKAN EKONOMI (RPE) Rasionalisasi kebijakan: moneter/perbankan, fiskal, dan regulatory: 1. Manajemen Baru Batam 2. Tax Amnesty 3. Pencabutan PERDA 4. Kebijakan Suku Bunga: Repo Over Night Rate 5. Proyek Strategis Nasional 6. Reformasi Anggaran (APBN) 7. Pembangunan Infrastruktur 8. Pengembangan SDM 9. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) III. KEBIJAKAN EKONOMI BERKEADILAN Program yang Diutamakan dari Kebijakan Ekonomi Berkeadilan II. PAKET KEBIJAKAN DEREGULASI Perbaikan regulasi (penyederhanaan), dan birokrasi (kemudahan), serta peningkatan penegakan hukum:

Pengawalan Pelaksanaan Paket Kebijakan Ekonomi Melalui Pembentukan Satgas NO POKJA TUGAS 4 1 Kampanye dan Diseminasi Kebijakan 2 1. Kampanye dan Diseminasi Kebijakan Ekonomi 2. Percepatan dan Penuntasan Regulasi Kebijakan Ekonomi Kampanye, sosialisasi, diseminasi, publikasi, road show, business matching, CEO meeting, talk show/dialog dalam dan luar negeri. Menyelesaikan seluruh peraturan dan peraturan teknis yang diperlukan dalam pelaksanaan kebijakan deregulasi ekonomi. Memastikan kepatuhan substansi dari peraturan yang diterbitkan. Penanganan dan Penyelesaian Kasus Satuan Tugas Percepatan dan Efektivitas Pelaksanaan Kebijakan Ekonomi Evaluasi dan Analisa Dampak 3 Percepatan dan Penuntasan Regulasi 3. Evaluasi dan Analisa Dampak Kebijakan Ekonomi 4. Penanganan dan Penyelesaian Kasus Memantau, menganalisa, dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan/regulasi serta dampak ekonomi (regulatory impact). Mengkaji usulan deregulasi lanjutan. Menjadi saluran pengaduan pelaksanaan kebijakan deregulasi. Menyelesaikan kasus-kasus yang berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan deregulasi. 5. Unit Pendukung Mendukung kegiatan Pokja dalam administrasi, keuangan, pelaporan. Mengkoordinasikan substansi deregulasi antar K/L dan daerah. Melakukan klinik bisnis dan PPC untuk uji publik dan efektivitas kebijakan. 5

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI Untuk meningkatkan daya saing industri, daya beli masyarakat, investasi, logistik, ekspor, dan wisata. PENYEDERHANAAN REGULASI KEMUDAHAN BIROKRASI KEPASTIAN USAHA 204 TOTAL REGULASI 203 SELESAI PAKET I, 9 Sept 15 PAKET II, 29 Sept 15 PAKET III, 7 Oct 15 PAKET IV, 15 Oct 15 MENDORONG DAYA SAING INDUSTRI PROMOSI INVESTASI DAN DEVISA PERLUASAN AKSES PEMBIAYAAN DAN PENGURANGAN BIAYA PRODUKSI JAMINAN SISTEM PENGUPAHAN DAN PENGAMANAN PHK PAKET V, 22 Oct 15 PAKET VI, 6 Nov 15 PAKET VII, 7 Dec 15 PAKET VIII, 21 Dec 15 REVALUASI ASET DAN AKSES PEMBIAYAAN SYARIAH MENGGERAKKAN EKONOMI DI WILAYAH PINGGIRAN DAN KELANCARAN BAHAN BAKU OBAT INSENTIF PAJAK INDUSTRI PADAT KARYA DAN SERTIFIKASI TANAH KEPASTIAN USAHA DAN INVESTASI JASA PEMELIHARAAN PESAWAT TERBANG (MRO) PAKET IX, 27 Jan 16 PAKET X, 11 Feb 16 PAKET XI, 29 Mar 16 PAKET XII, 28 Apr 16 INFRASTRUKTUR LISTRIK DAN LOGISTIK KETERBUKAAN INVESTASI AKSES PEMBIAYAAN, DWELLING TIME, DAN INDUSTRI FARMASI/ALKES PENINGKATAN PERINGKAT EASE of DOING BUSINESS (EoDB) PAKET XIII, 25 Aug 16 PAKET XIV, 10 Nov 16 PERUMAHAN UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH (MBR) PENETAPAN PETA JALAN E-COMMERCE (Menunggu penyelesaian Perpres) Pengawalan Pelaksanaan Paket Kebijakan Ekonomi Melalui Pembentukan Satgas 6

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM LOGISTIK NASIONAL (SISLOGNAS) (Perpres No.26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional) VISI SISLOGNAS Tahun 2025: Terwujudnya Sistem Logistik yang Terintegrasi secara Lokal, dan Terhubung secara Global untuk Meningkatkan Daya Saing Nasional dan Kesejahteraan Rakyat MISI 1. Memperlancar arus barang yang menjamin pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat dan meningkatnya daya saing produk nasional. 2. Membangun simpul-simpul logistik nasional dan konektivitasnya mulai dari pedesaan, perkotaan, antar wilayah dan antar pulau sampai ke pasar ekspor. 6 Kunci Penggerak Utama Pengembangan SISLOGNAS Regulasi, Peraturan & Perundangan Manajemen Sumber Daya Manusia Teknologi Informasi dan Komunikasi Infrastruktur Transportasi Pelaku dan Penyedia Jasa Logistik Komoditas Penggerak Utama Visi Logistik Indonesia 2025 Prioritas Perbaikan TARGET: Turunnya biaya logistik terhadap PDB 5% dari tahun berjalan, misal: 2014 (24,6%) maka 2015 (23,37%), 2016 (22,2%), 2017 (21,09%), 2018 (20,03%), 2019 (19,03%) sampai 2025 (13,98%). Terbangunnya peta transportasi barang. Berkembangnya konektivitas ekonomi desa, kota, pasar global, dengan semakin meratanya suplai produk antar daerah. Meluasnya kegiatan perdagangan secara langsung dari daerah ke pasar internasional. Meningkatnya permintaan SDM Indonesia yang memiliki sertifikasi kompetensi di bidang logistik. Sasaran Kebijakan: Membuka peluang pelayaran nasional melayani angkutan ekspor impor sekitar USD. 600 Juta/Tahun, investasi perkapalan sekitar 70-100 unit kapal baru senilai USD. 700 Juta, asuransi angkutan sebesar 1%-2%, pinjaman perbankan DN sebesar USD. 560 Juta, dan kesempatan kerja baru sebanyak 2.000 pelaut. Meningkatkan daya saing galangan kapal DN dengan memberikan insentif 0% Bea Masuk impor 115 jenis suku cadang dan komponen kapal laut, termasuk menjaga keberlangsungan hidup 1.800 Perusahaan Pelayaran. Memberi peluang lebih besar kepada pelayaran nasional untuk melayani angkutan khusus seperti, kapal tanker, bulker, dan semen. Memberikan peluang bisnis lebih besar bagi pelaku logistik nasional, dengan rasionalisasi/pengurangan PNBP, penghematan biaya angkutan barang melalui udara sebesar 30%, beban biaya transportasi (laut, darat, udara) sebesar 15%, dan beban administrasi/operasional perusahaan logistik lainnya. Mengurangi kerusakan produk pasca panen sebesar 30%, dengan membangun Pusat Distribusi Regional dan Standar Pengangkutan Barang. Memperkuatwewenang dan lembaga INSW untuk mendukung efisiensi logistik dan kelancaran ekspor impor, termasukkepastian dwelling time yang rendah. 7

Paket Deregulasi Kebijakan Ekonomi I-XIV yang terkait Sektor Logistik 8 PAKET I PAKET VIII Pusat Logistik Berikat (PLB): 28 PLB untuk memudahkan Mendapatkan Supply Bahan Baku Industri. Single Identity Importir: satu-satunya tanda pengenal importir. Simplifikasi Perizinan Ekspor-Impor: menurunkan lartas dari 51% (September 2015) menjadi 32% (Mei 2016). Inland FTA: pemindahan kawasan FTA ke Indonesia yang sebelumnya berada di negara lain. Fasilitas Tidak Dipungut PPN alat transportasi dan jasa transportasi laut serta pelabuhan: untuk meningkatkan daya saing karena menurunnya biaya produksi 10% bagi galangan kapal DN (di luar Batam) dan kepelabuhanan, yang berdampak juga terhadap pelayaran. PAKET IX Indonesian Single Risk Management Penerapan Manajemen Risiko yang terintegrasi antar Kementerian/Lembaga untuk meningkatkan efisiensi pelayanan dan efektivitas pengawasan di seluruh proses layanan impor-ekspor: dwelling time di seluruh pelabuhan. MEMBANGUN KONEKTIVITAS EKONOMI DESA-KOTA Peningkatan Daya Saing Industri Penerbangan Nasional melalui insentif bea masuk 0% untuk 21 pos tarif suku cadang dan komponen pesawat terbang yang berdampak terhadap penurunan 2% biaya margin perawatan pesawat terbang (karena porsi suku cadang dan komponen pesawat terbang adalah 20% dari biaya operasional). PAKET XI Penyatuan Pembayaran Jasa-jasa Kepelabuhanan secara Elektronik (Single Billing) yang berdampak pada penurunan lead time dan penurunan bank charges. Relaksasi penetapan tarif pos komersial yang tarif sebelumnya mesti di atas tarif Pos Universal, sehingga berdampak pada meningkatnya kegiatan usaha jasa pengirman swasta. Sinergi BUMN Membangun Agregator/Konsolidator Ekspor Produk UKM, Geographical Indications, dan Ekonomi Kreatif, yang berdampak pada meluasnya sumber ekspor baru terutama dari wilayah timur Indonesia, dan menurunkan biaya ekspor. Integrasi Inaportnet system ke dalam INSW system, yang berdampak pada berkurangnya jedah waktu antara flow of document (SPPB) dan flow of goods (SP2).

PRIORITAS PERBAIKAN FOKUS: PENGEMBANGAN USAHA DAN DAYA SAING PENYEDIA JASA LOGISTIK NASIONAL... (1/2) NO. KEBIJAKAN DAMPAK I MEMBERIKAN PELUANG PASAR KEPADA PENGUSAHA PELAYARAN, OCEAN INSURANCE, DAN PEMELIHARAAN KAPAL NASIONAL 1 Kebijakan Term of Trade Ekspor Impor Barang Tertentu yang memiliki keunggulan komparatif untuk ekspor (menjadi CIF basis) dan impor barang kepentingan Pemerintah (menjadi FOB basis). 2 Revitalisasi Industri Galangan Kapal, Peralatan Kepelabuhanan & Pelayaran. II MENINGKATKAN DAYA SAING PERUSAHAAN PENYEDIA JASA LOGISTIK 3 Peningkatan Keamanan dan Efisiensi Pengiriman Kargo dan Pos Udara (Regulated Agent). Membuka peluang pelayaran nasional melayani angkutan ekspor impor sekitar USD. 600 Juta/Tahun, investasi perkapalan sekitar 70-100 unit kapal baru senilai USD. 700 Juta, asuransi angkutan sebesar 1%-2%, pinjaman perbankan DN sebesar USD. 560 Juta, dan kesempatan kerja baru sebanyak 2.000 pelaut. Meningkatkan daya saing galangan kapal DN dengan memberikan insentif 0% Bea Masuk impor 115 jenis suku cadang dan komponen kapal laut. Meningkatkan keamanan pengiriman kargo dan pos udara, dan menghemat biaya angkutan barang melalui udara hingga 30%. 4 Penyederhanaan Perizinan Angkutan Barang. Memudahkan usaha angkutan barang dan menghindari pungutan liar. 5 Pengurangan Beban Biaya Jasa Transportasi Melalui Rasionalisasi PNBP Sektor Perhubungan. 6 Rasionalisasi Persyaratan Modal Izin Angkutan Laut dan Izin Usaha Kepelabuhanan. Mengurangi beban operasional perusahaan jasa angkutan dan logistik dengan pengurangan PNBP. Mendorong revitalisasi dan pengembangan pelabuhan tanpa mengurangi pertimbangan kredibilitas perusahaan dalam pengembangan pelaku usaha jasa angkutan dan kepelabuhan. 7 Rasionalisasi Persyaratan Modal Usaha dalam Memperoleh Izin Usaha Bongkar Muat Barang. 8 Rasionalisasi Persyaratan Modal Usaha dalam Memperoleh Izin Usaha Keagenan Kapal. Mendorong pelaku usaha untuk memperluas investasi usaha bongkar muat. Mendorong pelaku usaha untuk mengembangkan usaha keagenan kapal. 9

PRIORITAS PERBAIKAN FOKUS: PENGEMBANGAN USAHA DAN DAYA SAING PENYEDIA JASA LOGISTIK NASIONAL... (2/2) NO. KEBIJAKAN DAMPAK 9 Penyederhanaan Perizinan Penyelenggaraan Pos. Mendorong perluasan usaha jasa penyelenggara pos. 10 Penguatan Peran Otoritas Pelabuhan (OP) dalam Mengelola Kelancaran Arus Barang di Pelabuhan. 11 Peningkatan Efisiensi Biaya Kepelabuhanan dengan Mengurangi Biaya Pemindahan Barang (double handling) di Terminal. 12 Standarisasi Dokumen Pergerakan Arus Barang Dalam Negeri (Manifes Domestik) Berbasis Elektronik melalui integrasi dengan sistem INSW. 13 Pengembangan Konektivitas Informasi dan Sarana Fisik antar Pasar, Terminal Agro, Pelelangan Ikan di Tingkat Kabupaten dan Provinsi (Pusat Distribusi Regional). 14 Peningkatan Kapasitas Pelayaran Nasional melalui penyediaan kapalkapal bekas (yang boleh diimpor) di atas usia 15 tahun untuk angkutan khusus. Menjamin kelancaran arus barang di pelabuhan agar dapat dengan mudah menjalankan amanat UU No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran. Mengurangi beban biaya logistik di pelabuhan dan memberikan kepastian pelaku usaha terhadap proses custom clearance dan cargo release di pelabuhan. Tersedianya informasi pergerakan arus barang domestik (melalui darat, laut, dan udara) secara elektronik dan mempermudah koordinasi dan pengawasan pergerakan barang antar pulau. Terbangunnya konektivitas fisik dan informasi real time antar pusat distribusi (pasar, terminal agro, pelelangan ikan) terkait supply chain barang pokok dan penting antar Pusat, Provinsi dan Kabupaten. Memberi peluang lebih besar kepada pelayaran nasional untuk melayani angkutan khusus seperti kapal tanker, bulker, dan semen. 15 Membentuk Tim SISLOGDA sebagai Pendukung Program TPID. Meningkatnya kelancaran pasokan komoditas barang pokok dan penting di daerah, dan memudahkan pengendalian dan pemantauan inflasi daerah. 16 Adanya Pedoman/Standar Kepatuhan Container Handling (Voluntary Self-Compliance) antar pengirim, pengangkut, dan trucking untuk mengurangi resiko kerusakan peti kemas. Kepastian mekanisme pengembalian uang jaminan peti kemas bagi pengangkut yang mewajibkan uang jaminan peti kemas. III MEMPERKUAT KELEMBAGAAN INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) 17 Penguatan Kelembagaan dan Kewenangan Indonesia National Single Window (INSW). Memperkuat wewenang dan lembaga INSW untuk mendukung efisiensi logistik dan kelancaran ekspor impor. 10

...Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia Raya... [W.R Supratman] UNTUK INDONESIA YANG LEBIH BAIK EDY PUTRA IRAWADY DEPUTI MENKO PEREKONOMIAN BIDANG KOORDINASI PERNIAGAAN DAN INDUSTRI 11