Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali.

PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Buletin Analisis Hujan Bulan Januari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 KATA PENGANTAR

Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang.

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

DIPA BADAN URUSAN ADMINISTRASI TAHUN ANGGARAN 2014

Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan April 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 KATA PENGANTAR

Buletin Analisis Hujan Bulan Februari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan April, Mei dan Juni 2013 KATA PENGANTAR

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Desember 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Februari, Maret dan April 2013 KATA PENGANTAR

PENGANTAR. Bogor, September 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR. DEDI SUCAHYONO S, S.Si, M.Si NIP

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

KATA PENGANTAR. keterampilan para petani dan petugas melalui sekolah lapangan serta pelatihan pemandu (PL I, PL II, PL III).

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Juli 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan September, Oktober dan November 2012 KATA PENGANTAR

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Evaluasi dan Rencana Pembangunan Perkebunan Tahun Dinas Pangan dan Pertanian Kabupten Purwakarta

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Tingkat (dati) I Sumatera Utara, terletak antara 1-4 Lintang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano

Perkembangan Ekonomi Makro

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tabel 1.1 Luas Hutan Mangrove di Indonesia Tahun 2002 No Wilayah Luas (ha) Persen

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

HASIL DAN PEMBAHASAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2015 HUBUNGAN SIFAT LAHAN SAWAH DENGAN PRODUKTIVITAS PADI DI KAWASAN PESISIR KECAMATAN PASEKAN KABUPATEN INDRAMAYU

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

III. KEADAAN UMUM LOKASI

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

ASPEK LAHAN DAN IKLIM UNTUK PENGEMBANGAN NILAM DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jenis Bencana Jumlah Kejadian Jumlah

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

MODAL DASAR PD.BPR/PD.PK HASIL KONSOLIDISASI ATAU MERGER

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng)

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95 km 2 atau 3.703.495 ha. Jawa Barat merupakan wilayah daratan yang berbatasan dengan Laut Jawa dan DKI Jakarta di sebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, dan di sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Banten. Iklim di daerah Jawa Barat termasuk iklim tropis dengan curah hujan yang beragam antara 2.000-5.000 mm/tahun. Curah hujan rata-rata 2.000 mm/tahun, namun di beberapa daerah pegunungan antara 3.000-5.000 mm/tahun. Suhu udara beragam antara 9 0 C 34 0 C dengan suhu 9 0 C di Puncak Gunung Pangrango dan 34 0 C di Pantai Utara. Provinsi Jawa Barat merupakan wilayah dengan beragam topografi yang berupa dataran rendah, dataran tinggi, pegunungan, berbukit dan pulau-pulau kecil, yang berada pada ketinggian antara 0-3.300 meter diatas permukaan laut (mdpl). Kawasan utara merupakan daerah dataran rendah, sedangkan kawasan selatan berbukit-bukit dengan sedikit pantai serta dataran tinggi bergunung-gunung ada di kawasan tengah. Wilayah ini memiliki perairan umum yang berupa danau, sungai dan waduk. Pada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Jawa Barat antara lain meliputi areal hutan seluas 8.486 km 2 (19,6%), areal alangalang dan padang rumput seluas 432 km 2 (1,0%), areal tegalan seluas 3.584 km 2 (8,3%), areal perkebunan seluas 3.022 km 2 (7,0%), areal kebun campuran seluas 8.160 km 2 (18,9%), areal kolam dan tambak seluas 820 km 2 (1,9%), areal pemukiman atau perumahan seluas 3.368 km 2 (7,8%), dan areal lainnya seluas 15.305,22 km 2 (35,4%) dari seluruh luas wilayah. Pada saat ini Provinsi Jawa Barat terdiri dari 16 kabupaten dan 9 kotamadya, dan terdiri dari 584 kecamatan, 5.201 desa dan 609 kelurahan. Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Luas (km 2 ) Tasikmalaya 2934.39 Sumedang 1583.36 Subang 2147.53 Purwakarta 948.48 Majalengka 1307.92 Kuningan 1220.32 Sukabumi 4287.56 Cirebon 1083.63 Bogor 3236.92 Bandung 3241.71 Karawang 1874.96 Indramayu 2057.13 Garut 3097.69 Cianjur 3716.82 Ciamis 2853.14 Bekasi 1443.39 37034.95 4. 2. Kesesuaian Iklim dan Ketinggian Hasil tumpang tindih dari unsur iklim (suhu udara rata-rata, kelembaban udara dan curah hujan) menggambarkan daerah-daerah yang memiliki kesesuaian iklim untuk tanaman melon. Seluruh wilayah kajian penelitian pada umumnya memiliki kondisi yang optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman melon. Suhu udara memiliki variasi yang cukup besar di Provinsi Jawa Barat. Suhu udara rata-rata berkisar antara 16 0 28 0 C, dimana masuk kedalam kelas kesesuaian sangat sesuai (S1), sesuai (S2), kurang sesuai (S3) dan tidak sesuai (N). Hal ini diakibatkan variasi ketinggian di daerah Provinsi Jawa Barat dari mulai 0 meter sampai 3.300 meter dpl. Kelembaban udara rata-rata berkisar antara 65 % - 90 % dimana masuk kedalam kelas kesesuaian sangat sesuai (S1) dan sesuai (S2). Kelembaban udara ideal yang dibutuhkan tanaman melon sekitar 24-80%, namun pada kelembaban 90% melon masih dapat tumbuh baik dan sehat. Curah hujan memiliki variasi yang cukup besar di provinsi Jawa barat. Curah hujan berkisar antara 1200 4400 mm/tahun. Umumnya curah hujan dipengaruhi oleh topografi daerah setempat. Pada penelitian ini digunakan data curah hujan 3 bulanan dimana jumlah curah hujan tersebut merupakan jumlah curah hujan yang dibutuhkan tanaman melon dari masa penanaman hingga panen. Perbedaan curah hujan ini masuk kedalam 11

kelas kesesuaian sangat sesuai (S1), sesuai (S2) dan kurang sesuai (S3). Topografi sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman melon. Bahkan jenis melon yang ditanam pun tergantung dari ketinggian tempat. Ketinggian tempat yang optimal untuk budidaya melon adalah 200-1000 mdpl. Pada ketinggian tempat tersebut semua tipe melon dapat ditanam. Namun, tanaman melon masih dapat berproduksi dengan baik pada ketinggian 0-200 mdpl untuk melon tipe musk melon dan pada ketinggian lebih dari 1000 mdpl untuk tipe cantaloupe dan casaba melon. Sedangkan pada ketinggian lebih dari 1500 mdpl tanaman melon tidak dapat berproduksi optimal. Saat ini daerah sentra penanaman melon justru berpusat di dataran rendah seperti Ngawi, Madiun, Sragen, Ponorogo, Sukoharjo dan Jampang (Sukabumi) (Prajnanta, 2004). Gambar 4 menunjukkan hasil tumpang susun antara peta kesesuaian iklim dan ketinggian untuk tanaman melon di Provinsi Jawa Barat. Klasifikasi kesesuaian dibagi atas empat kelas yaitu sangat sesuai (S1), sesuai (S2), kurang sesuai/sesuai marjinal (S3) dan tidak sesuai (N). Berdasarkan peta kesesuaian iklim dan ketinggian ini, daerah yang sesuai (S2) mencakup hampir semua daerah Provinsi Jawa Barat, dengan total luas area 25983,68 km 2. Untuk daerah dengan kelas sangat sesuai (S1) mencakup area seluas 6012,13 km 2, kelas kurang sesuai (S3) mencakup area seluas 3710,32 km 2, sedangkan untuk kelas tidak sesuai (N) hanya mencakup area seluas 1272,23 km 2. Gambar 4. Peta Kesesuaian Iklim dan Ketinggian Tanaman Melon. kesesuaian sangat sesuai (S1) terluas adalah Kabupaten Bandung yaitu seluas 1786,58 km 2, disusul oleh Kabupaten Garut yaitu seluas 1180,80 km 2. Sedangkan wilayah yang memiliki kelas kesesuaian sesuai (S2) terluas adalah Kabupaten Sukabumi yaitu seluas 3903,75 km 2, disusul oleh Kabupaten Bogor, Cianjur dan Ciamis masing-masing seluas 2587,55 km 2, 2483,81 km 2 dan 2457,43 km 2. Tabel 8. Luas wilayah tanaman melon berdasarkan kesesuaian iklim dan ketinggian di tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten S1 (km 2 ) S2 (km 2 ) S3 (km 2 ) N (km 2 ) Tasikmalaya 562.7 2151.46 189.03 29.01 Sumedang 894.17 504.67 161.78 25.5 Subang 248.82 1833.18 52.75 7.03 Purwakarta 309.49 630.4 10.55 0.88 Majalengka 201.34 1021.66 14.95 72.1 Kuningan 0 1137.72 0 80.01 Sukabumi 0 3903.75 292.78 72.1 Cirebon 0 1077.93 0 0 Bogor 0 2587.55 617.22 24.62 Bandung 1786.58 86.16 822.95 544.24 Karawang 35.17 1840.21 0 0 Indramayu 0. 2058.26 0 0 Garut 1180.8 778.11 835.26 307.73 Cianjur 482.69 2483.81 641.83 103.75 Ciamis 310.37 2457.43 71.22 5.28 Bekasi 0 1431.38 0 0 6012.13 25983.68 3710.32 1272.23 12

Tabel 9. Luas potensi pengembangan tanaman melon berdasarkan kesesuaian iklim dan ketinggian di Provinsi Jawa Barat Kelas Kesesuaian Luas (km 2 ) % Luas S1 6012.13 16 S2 25983.68 71 S3 3710.32 10 N 1272.23 3 36978.4 100 4. 3. Kesesuaian Jenis Tanah Parameter yang diuji dalam menentukan kelas kesesuaian tanah adalah jenis tanah. Sistem perakaran tanaman melon agak dangkal. Untuk menunjang pertumbuhan dan produksi melon, tanaman ini memerlukan tanah yang gembur, mempunyai lapisan olah yang tebal, geluh berpasir (porus/sarang) dan kaya akan bahan organik. Tanah yang gembur dan berpasir akan memudahkan akar tanaman melon berkembang dan sistem pembuanagan air (drainase) menjadi lebih baik karena tanaman melon tidak menyukai tanah yang terlalu basah. Hampir semua jenis tanah cocok ditanami melon asalkan dikelola secara sempurna. Tanaman melon dapat ditanam pada berbagai jenis tanah terutama tanah andosol, latosol, regosol dan grumosol. Kekurangan dari sifat-sifat tanah tersebut dapat dimanipulasi dengan pengapuran, penambahan bahan organik, maupun pemupukan. Gambar 5 menunjukkan hasil tumpang susun antara peta kesesuaian tanah untuk tanaman melon di Provinsi Jawa Barat. Klasifikasi kesesuaian dibagi atas tiga kelas yaitu sangat sesuai (S1), sesuai (S2), kurang sesuai/sesuai marjinal (S3). Gambar 5. Peta Kesesuaian Jenis Tanah Tanaman Melon. kesesuaian sangat sesuai (S1) terluas adalah Kabupaten Sukabumi yaitu seluas 2811.34 km 2, disusul oleh Kabupaten Bogor, Cianjur dan Bandung masing-masing seluas 2673.41 km 2, 2333.41 km 2 dan 2064.58 km 2. Sedangkan wilayah yang memiliki kelas kesesuaian sesuai (S2) terluas adalah Kabupaten Indramayu yaitu seluas 1902.05 km 2, disusul oleh Kabupaten Karawang yaitu seluas 1436.42 km 2. Tabel 10. Luas wilayah tanaman melon berdasarkan kesesuaian jenis tanah di tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten S1 (km 2 ) S2 (km 2 ) S3 (km 2 ) N (km 2 ) Tasikmalaya 759.94 1543.6 627.28 0 Sumedang 1326.6 256.53 0 0 Subang 1238.75 904.9 0 0 Purwakarta 848.67 103.67 0 0 Majalengka 774 533.28 0 0 Kuningan 763.45 455.96 0 0 Sukabumi 2811.34 1292.34 179.22 0 Cirebon 442.79 640.46 0 0 Bogor 2673.41 533.28 27.24 0 Bandung 2064.58 1178.13 0 0 Karawang 416.43 1436.42 20.21 0 Indramayu 151.99 1902.05 0 0 Garut 1538.33 1519 42.17 0 Cianjur 2333.41 1377.56 0 0 Ciamis 1693.83 854.82 305.73 0 Bekasi 394.47 1035.8 1.76 0 20231.96 15567.78 1203.60 0 13

Daerah yang sangat sesuai (S1) mencakup hampir semua daerah Provinsi Jawa Barat, dengan total luas area 20231,96 km 2. Untuk daerah dengan kelas sesuai (S2) mencakup area seluas 15567,78 km 2, kelas kurang sesuai (S3) mencakup area seluas 1203,60 km 2. tanaman melon di Provinsi Jawa Barat. Klasifikasi kesesuaian dibagi atas empat kelas yaitu sangat sesuai (S1), sesuai (S2), kurang sesuai/sesuai marjinal (S3) dan tidak sesuai (N). Tabel 11. Luas potensi pengembangan tanaman melon berdasarkan kesesuaian jenis tanah di Provinsi Jawa Barat. Kelas Kesesuaian Luas (km 2 ) % Luas S1 20231.96 55 S2 15567.78 42 S3 1203.6 3 N 0 0 37003.3 100 4. 4. Kesesuaian Agroklimat Faktor kesesuaian tanaman tertentu terhadap kondisi lingkungannya tidak dapat dipisahkan dari unsur iklim dan tanah (agroklimat). Interaksi kedua unsur tersebut merupakan penentu, karena apabila suatu daerah yang memiliki kondisi iklim sesuai tetapi tidak dibarengi dengan kondisi tanah yang sesuai maka kondisi lingkungan tersebut tidak bisa dikatakan sesuai untuk suatu tanaman (Ansari, 2002). Gambar 6 menunjukkan hasil tumpang susun antara peta kesesuaian iklim, ketinggian dan tanah (kesesuaian agroklimat) untuk Gambar 6. Peta kesesuaian Agroklimat Tanaman Melon. kesesuaian sangat sesuai (S1) terluas adalah Kabupaten Bandung yaitu seluas 874,83 km 2, disusul oleh Kabupaten Sumedang yaitu seluas 728,88 km 2. Sedangkan wilayah yang memiliki kelas kesesuaian sesuai (S2) terluas adalah Kabupaten Sukabumi yaitu seluas 3721.75 km 2, disusul oleh Kabupaten Cianjur seluas 2868,03 km 2, Kabupaten Bogor seluas 2559,42 km 2, Kabupaten Ciamis seluas 2326,42, Kabupaten Tasikmalaya seluas 2083,76 km 2 dan Kabupaten Indramayu seluas 2052,11 km 2. Tabel 12. Luas wilayah tanaman melon berdasarkan kesesuaian agroklimat di tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat Kabupaten S1 (km 2 ) S2 (km 2 ) S3 (km 2 ) N (km 2 ) Tasikmalaya 0 2083.76 818.56 29.01 Sumedang 728.88 669.97 161.78 25.5 Subang 247.94 1833.18 52.75 7.03 Purwakarta 288.39 651.5 10.55 0.88 Majalengka 171.45 1051.55 14.95 72.1 Kuningan 0 1137.72 0 80.01 Sukabumi 0 3721.75 473.9 72.1 Cirebon 0 1077.05 0 0 Bogor 0 2559.42 644.47 24.62 Bandung 874.83 997.92 822.95 544.24 Karawang 35.17 1819.11 20.22 0 Indramayu 0 2052.11 0 0 Garut 168.81 1747.9 877.47 307.73 Cianjur 98.47 2868.03 641.83 103.75 Ciamis 135.4 2326.42 374.55 5.28 Bekasi 0 1429.62 1.76 0 2749.33 28027 4915.74 1272.23 14

Berdasarkan peta kesesuaian agroklimat ini, daerah yang sesuai (S2) mencakup hampir semua daerah Provinsi Jawa Barat, dengan total luas area 28027 km 2. Untuk daerah dengan kelas sangat sesuai (S1) mencakup area seluas 2749,33 km 2, kelas kurang sesuai (S3) mencakup area seluas 4915,74 km 2, sedangkan untuk kelas tidak sesuai (N) hanya mencakup area seluas 1272,23 km 2. Lahan-lahan pertanian, hutan daratan rendah dan perkebunan secara ekonomis dapat dimanfaatkan sebagai wilayah ekstensifikasi yang potensial. Lahan kering tidak produktif dan waduk merupakan wilayah yang mutlak tidak bisa dilakukan ekstensifikasi. Tabel 13. Luas potensi pengembangan tanaman melon berdasarkan kesesuaian agroklimat di Provinsi Jawa Barat Kelas Kesesuaian Luas (km 2 ) % Luas S1 2749.33 7 S2 28027 76 S3 4915.74 14 N 1272.23 3 36964.3 100 Wilayah yang berpotensi merupakan gabungan dari kelas kesesuaian sangat sesuai (S1) dan sesuai (S2). Wilayah yang berpotensi untuk pengembangan tanaman melon berdasarkan kesesuaian agroklimatnya cukup luas yaitu sekitar 30776,33 km 2 atau sekitar 83% dari keseluruhan luas Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah-wilayah tersebut membuktikan bahwa terdapat banyak potensi untuk daerah pengembangan tanaman melon di daerah Provinsi Jawa Barat. kesesuaian kurang sesuai (S3) akan kurang berpotensi dalam pengembangan tanaman melon di Provinsi Jawa Barat, karena wilayah ini akan memberikan banyak faktor pembatas yang dapat menghambat produksi tanaman dan pada akhirnya akan menghambat perkembangan ekstensifikasi tanaman melon. Sedangkan pada kelas tidak sesuai (N) daerah tersebut dapat dikatakan tidak cocok untuk pengembangan tanaman melon. 4. 5. Rekomendasi Wilayah Pengembangan Tanaman Melon di Provinsi Jawa Barat Pemetaan wilayah kesesuaian agroklimat untuk tanaman melon di Provinsi Jawa Barat yang telah disusun hanya berdasarkan sifat fisik yaitu iklim, ketinggian dan tanah. Oleh karena itu juga harus dipertimbangkan dari segi sosial ekonomi yaitu faktor penggunaan lahan. Gambar 7. Wilayah yang Potensial untuk Ekstensifikasi Tanaman Melon di Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan Gambar 7 di atas, dapat terlihat hampir semua wilayah di Provinsi Jawa Barat mempunyai potensi yang baik untuk pengembangan tanaman melon, meskipun ada sebagian wilayah yang kurang mempunyai potensi tersebut. Wilayah yang kurang dan tidak berpotensi sebagian besar disebabkan oleh faktor penutupan lahan dimana wilayah tersebut merupakan daerah kota, rawa, tambak, waduk dan lahan kering yang tidak produktif. Tabel 14. Luas wilayah yang potensial untuk pengembangan tanaman melon di tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Baik Kurang Tidak Ada Tasikmalaya 1479.96 699.04 758.03 Sumedang 838.14 70.43 673.51 Subang 1226.4 51.06 866.32 Purwakarta 401.46 4.40 542.33 Majalengka 892.73 11.45 402.34 Kuningan 924.42 0 292.29 Sukabumi 2477.45 418.19 1372.55 Cirebon 713.13 0 363.61 Bogor 1218.48 297.58 1712.38 Bandung 755.38 475.42 2010.84 Karawang 1008.06 0 866.32 Indramayu 1508.13 0 542.33 Garut 675.27 558.17 1862.05 Cianjur 2197.48 525.60 990.45 Ciamis 2058.38 313.42 466.61 Bekasi 773.87 0.88 662.94 19148.73 3425.64 14384.88 15

Wilayah yang memiliki potensi yang baik terluas adalah Kabupaten Sukabumi yaitu seluas 2477,45 km 2, disusul oleh Kabupaten Cianjur seluas 2197,48 km 2 dan Kabupaten Ciamis seluas 2058,38 km 2. Luas wilayah potensial di Provinsi Jawa Barat yang bisa dimanfaatkan sebagai usaha ekstensifikasi tanaman melon yaitu 19148,73 km 2 atau sekitar 52% dari luas wilayah provinsi Jawa Barat. Wilayah yang kurang berpotensi yaitu seluas 3425,64 km 2 atau sekitar 9% dari luas provinsi dan wilayah yang tidak dapat dimanfaatkan sama sekali yaitu seluas 14384,88 km 2 atau sekitar 39% dari luas provinsi. Tabel 15. Potensi wilayah untuk ekstensifikasi tanaman melon di Provinsi Jawa Barat. Potensi Luas (km 2 ) % Luas Baik 19148.73 52 Kurang 3425.64 9 Tidak Ada 14384.88 39 36959.25 100 Tabel 16 menunjukkan produksi buah melon di Provinsi Jawa Barat selama kurun waktu tahun 2001-2006. Tabel 16. Produksi buah melon di Provinsi Jawa Barat. Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) 2001 480 4400 9.17 2002 240 7200 30 2003 170 1280 7.53 2004 250 2220 8.88 2005 60 1160 19.33 2006 230 1670 7.26 Sumber : Dinas Pertanian, 2007 16