BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Industri hulu migas khususnya di KUH saat ini yang mempengaruhi kondisi bisnis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi stabilitas dari bisnis tersebut. Menurut Spermo dan Prodanovic

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika

IV. GAMBARAN UMUM. diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada harga minyak mentah dunia pada tahun Pergerakan

INDONESIA MENUJU NET OIL EXPORTER

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai penemuan cadangan minyak bumi dan pembangunan kilang-kilang minyak yang

Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH

ANALISIS ASUMSI HARGA MINYAK DAN LIFTING MINYAK APBN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB I. Pendahuluan. Pengukuran keluaran agregat pada akun pendapatan nasional disebut

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

Ditulis oleh David Dwiarto Senin, 05 November :53 - Terakhir Diperbaharui Senin, 05 November :13

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

ANALISIS TANTANGAN MIGAS INDONESIA ; PENGUATAN BUMN MIGAS

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan harga minyak tanah tentunya akan berdampak pada kondisi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJASAMA KONTRAK BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJA SAMA KONTRAK, BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJASAMA KONTRAK BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI

Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah

Faktor Minyak & APBN 2008

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

I. PENDAHULUAN. dalam menjalankan aktivitas ekonomi suatu negara. Seiring dengan pertambahan

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI INEFISIENSI BBM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG

Negara Hadapi Risiko Likuiditas

Kondisi Perekonomian Indonesia

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Kenaikan Harga Minyak Mentah Dunia 1

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Perusahaan PT Pertamina (Persero) Gambar 1.1 Logo PT Pertamina (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

... Hubungi Kami : Studi Prospek dan Peluang Pasar MINYAK DAN GAS BUMI di Indonesia, Mohon Kirimkan. eksemplar. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms)

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, serta sistematika dalam hal penulisan penelitian.

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

patokan subsidi (Mean of Pajak BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Biro

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu sektor energi vital dalam rangka

REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

Mengapa Harga BBM Harus Naik?

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia saat ini. Namun dengan kondisi sumur minyak dan gas

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

BAB I PENDAHULUAN. minyak Belanda ini mendorong diberlakukannya Undang-Undang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

Sambutan Presiden RI pd Peresmian Fasilitas Produksi Lapangan Banyu Urip, di Jatim tgl. 7 Okt 2014 Selasa, 07 Oktober 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dewasa ini kita melihat dunia pasar modal semakin cukup

INDONESIAN 2050 PATHWAYS CALCULATOR SEKTOR PASOKAN ENERGI: PRODUKSI BATUBARA, MINYAK DAN GAS BUMI. Sekretariat Badan Litbang ESDM 2

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

BAB 1 Pendahuluan. merupakan pilar perekonomian baik di Indonesia maupun di negara lain di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

RechtsVinding Online. menjadikan Migas merupakan bagian dari sumber daya alam yang dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarbesarnya

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

Bukan berarti rencana tersebut berhenti. Niat pemerintah membatasi pembelian atau menaikkan harga BBM subsidi tidak pernah berhenti.

SUMMARY REPORT SEMINAR TATA NIAGA GAS BUMI DAN BBM Forum Energizing Indonesia (FEI) Jakarta, 22 November 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi penggunaan BBM (bahan bakar minyak) di Indonesia yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan pada 2015 ini diperkirakan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk 1,49 persen per tahun dan pada tahun 2025 menjadi 321 juta jiwa. Menurut BPS pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2009-2014 mencapai rata-rata 5,8% per tahun yang merupakan pertumbuhan ekonomi tertinggi. Angka ini juga menunjukkan bahwa di antara Negara anggota G-20 pada tahun 2012 dan 2013, Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua setelah Cina. Tabel dibawah ini memperlihatkan bahwa sektor pertambangan dan penggalian mengalami penurunan setiap tahunnya terhadap PDB indonesia. Pertumbuhan PDB dan jumlah penduduk akan mempengaruhi perkembangan kebutuhan energi nasional. Sektor hulu minyak dan gas bumi yang umumnya disebut Kegitan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (KUH Migas) di Indonesia, sampai saat ini masih tetap menjadi pemegang peranan penting dalam menyumbang atau berkontribusi terhadap perekonomian Nasional dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), hal ini sebagaimana terlihat pada tabel 1.1, adapun rata-rata produk domestik bruto (PDB) pada industri migas 2014 yaitu 4,86%, meskipun secara kuantitas khususnya minyak tidak lagi sebesar pada era kejayaan yaitu pada tahun 1970-1980 serta mengacu pada grafik PDB dibawah ini bahwa adanya tren penurunan, namun dari 1

hasil sumber daya mineral yang tak terbaharui ini masih berperan dalam pembangunan negara dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Kumulatif Sektor Hulu dan Hilir Migas LAPANGAN USAHA (Quartal 2008 2009 2010 2011 2012 2013* 2014** IV) PERTAMBANGAN DAN 0.71 4.47 3.86 1.60 1.58 3.44 3.29 PENGGALIAN a. Minyak dan gas bumi 0.44 0.07 0.96-1.03-3.64-3.16-2.60 b. Pertambangan tanpa Migas. -1.00 10.86 7.30 3.41 6.58 5.30 0.19 c. Penggalian. 7.50 7.04 6.50 7.32 7.45 6.23 6.28 INDUSTRI PENGOLAHAN 3.66 2.21 4.74 6.14 5.74 5.56 4.86 a. Industri M i g a s -0.34-1.53 0.56-0.94-2.80-1.76-2.27 1). Pengilangan Minyak Bumi 0.92 0.53 1.25 0.53-1.93 1.14 1.32 2). Gas Alam Cair -1.30-3.14 0.01-2.15-3.53-4.26-5.53 b. Industri tanpa Migas 4.05 2.56 5.12 6.74 6.42 6.10 5.34 PRODUK DOMESTIK 6.01 4.63 6.22 6.49 6.26 5.73 5.06 BRUTO PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA 6.47 5.00 6.60 6.98 6.85 6.20 5.44 MIGAS * Angka sementara ** Angka Sangat Sementara Sumber : BPS (2015) Saat ini produksi minyak di indonesia mengalami penurunan sementara permintaan energi terus meningkat yang menyebabkan meningkatnya impor minyak mentah dan produk olahan. Hal ini terlihat dengan adanya defisit minyak dengan jumlah 3,5 miliar dolar pada tahun 2014. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor lain seperti peningkatan konsumsi domestik terhadap BBM bersubsidi, kenaikan harga 2

minyak internasional dan penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan valuta asing lainnya. Peningkatan ekonomi akan mendorong pemanfaatan BBM terutama pada sektor transportasi sebagai pengguna utama BBM. Hal ini perlu didukung oleh adanya peningkatan penyediaan minyak mentah yang memadai. Menurut BBPT (2012) dalam kurun waktu 2012-2035 kebutuhan minyak mentah meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 2,4% per tahun, sedangkan kebutuhan akan energi meningkat dengan laju pertumbuhan 3,2% per tahun. Untuk memenuhi konsumsi minyak mentah tersebut diperkirakan akan terjadi penambahan kilang baru dengan produksi sekitar 300 barel per hari yaitu pada tahun 2020-2025. BBPT menyebutkan bahwa kebutuhan energi akan terus meningkat berbanding lurus dengan kenaikan prekonomian di indonesia dan jumlah penduduk indonesia yang semakin meningkat, pada tahun 2012 disebutkan bahwa kebutuhan energi BBM mencapai 1079 juta SBM. Sejak tahun 2004 produksi minyak mentah dalam negeri tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga Indonesia menjadi importir minyak mentah. Hal ini terjadi karena belum ditemukannya cadangan minyak dalam jumlah besar berakibat pada menurunnya jumlah cadangan minyak mentah. Selama periode tersebut akumulasi impor minyak mentah mencapai sekitar 66% dari konsumsi minyak mentah, Indonesia mengimpor minyak mentah antara 6.881-7.541 juta barel. Sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres) No.2/2012 menargetkan pencapaian produksi minyak bumi nasional rata-rata 1,01 juta BOEPD (barrels oil equvalent per day) pada tahun 2015. Hal tersebut ditujukan agar bisa memenuhi kebutuhan bahan baku industri dan bahan bakar nasional secara mandiri. Pada tahun 2014 target lifting 3

minyak yang ditetapkan pada APBN 2014 di bawah angka tersebut yaitu hanya 870 ribu barrel per hari. Gambar 1.1 Perkiraan Total kebutuhan Energi Final Per Jenis Bahan Bakar (dihitung mulai tahun 2000) Sumber: BPPT (2015) Salah satu perusahaan yang ikut mendukung target pemerintah di industri hulu migas adalah PT. Pertamina EP-CEPU (PEPC) yang merupakan salah satu anak perusahaan pertamina yang bergerak di bidang kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi, yang meliputi eksplorasi, eksploitasi dan produksi di Wilayah Kerja Pertambangan Blok Cepu. Menurut kementrian ESDM (2014) bahwa produksi minyak mentah di Indonesia mengalami rata-rata penurunan setiap tahunnya dilihat dari produksi pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada gambar 1.2. Sedangkan untuk Gambar 1.3 menunjukan produksi gas di indonesia yang mengalami penurunan pada tahun 2003 di bandingkan tahun 2012. 4

400,554 386,483 367,049 348,348 357,501 346,313 344,888 329,265 314,666 300,830 Peningkatan pada harga minyak dunia menyebabkan peningkatan harga minyak Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP). Hal ini mengakibatkan semakin dituntutnya perusahaan untuk dapat bertahan didalam menghadapai kenaikan harga bahan baku setiap tahunnya. Menurut kementrian ESDM (2014) Perkembangan ratarata harga minyak Indonesia dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat pada gambar 1.4. Pada tahun 2012 ini harga minyak Indonesia cenderung mengalami peningkatan menjadi US $112.73 yang menjadi harga minyak paling tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Setelah tahun 2012 harga minyak mengalami penurunan yang drastis setiap tahunnya. Kestabilan harga minyak dapat dijaga dengan meningkatkan produksi minyak. Akan tetapi produksi minyak setiap tahunnya mengalami penurunan, sehingga untuk menstabilkan harga minyak di tahun-tahun kedepan akan tidak mudah. Gambar 1.2 Produksi minyak di Indonesia Production ( Thousand BBL) OIL PRODUCTION 450,000 400,000 350,000 300,000 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber : Kementrian ESDM (2014) 5

3,003,945 2,985,341 2,953,997 2,805,540 2,885,328 3,060,897 3,407,592 3,256,379 3,174,639 2,967,596 Gambar 1.3 Produksi Gas di Indonesia Production ( MMSCF) GAS PRODUCTION 4,000,000 3,500,000 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber : Kementrian ESDM (2014) Gambar 1. 4 Harga minyak mentah di indonesia 120 $/Bareel 111.55 112.73 105.84 96.51 100 96.13 80 60 53.66 64.27 72.31 61.58 79.4 40 36.39 20 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber : Kementrian ESDM (2014) 6

Wilayah Kerja Pertambangan Blok Cepu (WKP) mencakup 2 wilayah yaitu Kabupaten Bojonegoro di Provinsi Jawa Timur serta Kabupaten Blora di Provinsi Jawa Tengah. Wilayah Cepu sudah terkenal dengan adanya persediaan akumulasi minyak dan gas bumi yang melimpah sejak zaman Belanda di mana kegiatan di sektor migas saat itu dilakukan oleh Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM). Saat ini, proyek pengembangan lapangan yang sedang dilakukan adalah project full field Banyu Urip yang diprediksi mampu memproduksi minyak hingga 165 KBOPD. Hingga saat ini, produksi dari lapangan Banyu Urip mencapai 85 KBOPD yang di hasilkan dari empat sumur produksi dimana target produksi untuk 2014-2015 sebesar 165 KBOPD. Sehingga sebagai partner dalam pengelolaan Blok Cepu PEPC, MCL, Ampolex, dan BUMD melakukan kontrak kerjasama (KKS) di Blok Cepu dengan pemerintah (BP Migas) di mana PEPC memiliki Participating Interest (PI) sebesar 45%. Dalam pengelolaan Blok Cepu para kontraktor melakukan perjanjian untuk mengoperasikan pelaksanaan pengembangan Blok Cepu yang tertuang dalam Joint Operation Agreement (JOA) yang didalam perjanjian tersebut para Kontraktor sepakat untuk menunjuk MCL sebagai Operator dalam pengelolaan Blok Cepu. Pada dasarnya bisnis dalam bidang Migas, tidak ada kompetisi dalam hal industri migas sebab situasi hingga saat ini demand lebih tinggi dari pada Supply. Kompetisi hanya terjadi pada saat tender untuk mendapatkan hak pengelolaan wilayah (Blok) kerja (KKS) dari Pemerintah. Sejumlah faktor kunci keberhasilan bisnis minyak dan gas di sektor hulu adalah kemampuan berinteraksi dengan Pemerintah untuk mendapatkan KKS, menemukan cadangan minyak, melakukan produksi secara optimal dengan biaya yang efisien, dan distribusi minyak mentah 7

yang unggul (Tepat waktu, tepat mutu, tepat jumlah, tepat tujuan) dengan biaya yang efisien. Menghadapai isu-isu krisis minyak yang terjadi karena persediaan dan kebutuhan yang tidak seimbang dimana terdapat persediaan yang terlalu berlimpah. Pada dasarnya perushaan minyak mempunyai sifat beresiko tinggi, membutuhkan modal yang besar dan membutuhkan kemampuan pekerja yang profesional. PEPC merupakan anak perusahaan pertamina yang menjadi operator pemroduksi minyak mentah terbesar di indonesia dimana sekaran Blok Cepu menghasilkan 85 KBOPD dan PEPC sedang menaikkan kapasitas produksi menjadi 165 KBOPD. Menyadari akan tantangan tersebut, maka PT. Pertamina EP-CEPU (PEPC) butuh untuk memiliki strategi dalam menghadapi krisis minyak global yang tepat untuk dapat bertahan serta untuk keberlanjutan bisnis. Oleh karena itu pada penelitian ini akan dianalisis mengenai strategi PT. Pertamina EP-CEPU (PEPC) dalam menghadapi krisis minyak di industri migas. 1.2. Rumusan masalah Sebagaimana yang telah dijabarkan sebelumnya bahwa tantangan di industri migas semakin berat dikarenakan cadangan minyak yang semakin terbatas cenderung menurun, meningkatnya biaya operasi seiring ladang-ladang minyak yang masih tersisa umumnya berada di area Offshore (lepas pantai), meningkatnya peraturanperaturan yang tidak mendukung kegiatan di Migas, serta minimnya calon investor yang tertarik terhadap cadangan minyak di Indonesia akibat dari kondisi kestabilan politik dan regulasi yang tumpang tindih satu sama lain. Hal lain yang menjadi tantangan dari kegiatan usaha hulu migas yaitu menunjang target pemerintah dalam 8

peningkatan target produksi minyak sesuai ketentuan diatas. Mengacu pada kondisi tersebut baik saat ini maupun yang akan datang, perlu adanya rumusan strategi yang tepat dalam menunjang KUH Migas, seiring hal tersebut saat ini PT. Pertamina EP- CEPU (PEPC) telah memiliki rencana strategi (renstra) guna mendukung tugas pokok pengawasan dan pengendalian di kegiatan hulu migas kususnya di wilayah JTB, serta menghadapi tantangan-tantangan dimaksud. Rencana strategi dilandasi dari seluruh aspek-aspek atau faktor-faktor yang mempengaruhi di KUH Migas antara lain misi dan visi. Pada kesempatan ini penulis mengkaji dengan pendekatan manajemen strategi, guna memberikan sudut pandang lain dalam rencana strategi atau sebagai strategi alternatif bagi PT. Pertamina EP-CEPU (PEPC), khususnya merancang strategi pada lingkup yang lebih kecil yaitu mengacu pada aspek pencapaian visi PT. Pertamina EP-CEPU (PEPC). Hal tersebut mengingat betapa pentingnya tercapai visi PT. Pertamina EP-CEPU (PEPC) bagi kelangsungan bisnis perusahaan kedepannya, dengan disertai adanya tantangan-tantangan di KUH Migas sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, sehingga perlu strategi yang tepat sasaran dan terus adanya peningkatan yang berkesinambungan. Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu: Bagaimana menganalisis strategi di PT. Pertamina EP-CEPU (PEPC) guna mewujudkan visi organisasi yaitu sebagai partner, pengawas, pengelolaan perusahaan dan operator dalam mengoptimalkan industri hulu minyak dan gas bumi khususnya di WKP yng menjadi wewenangnya sehingga dapat bertahan didalam industri ini? 9

1.3. Pertanyaan Penelitian Dengan latar belakang yang tersebut, persaingan bukan merupakan permasalahn utama yang dihadapi oleh perusahaan, akan tetapi memiliki keunggulan kompetitif perlu dimiliki agar menjaga eksistensi perusahaan agar dapat terus berkembang dan bertahan dalam industri hulu migas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: a. Faktor-faktor eksternal apa saja yang menjadi peluang dan ancaman PT. Pertamina EP-CEPU (PEPC) dalam menghadapi krisis minyak dunia? b. Faktor-faktor internal apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan PT. Pertamina EP-CEPU (PEPC) dalam menghadapi krisis minyak dunia? c. Apakah strategi bisnis PT. Pertamina EP-CEPU (PEPC) masih sesuai atau tidak jika digunakan menghadapi bisnis di industri sektor hulu migas saat ini? Pertanyan penelitian tersebut muncul dikarenakan lingkungan bisnis memiliki pengaruh dan dampak bagi perusahaan dalam membuat keputusan-keputusan strategis. Atas dasar tersebut baik lingkungan eksternal maupun lingkungan internal perusahaan perlu diidentifikasi untuk mengetahui strategi yang sesuai bagi PT. Pertamina EP-CEPU (PEPC). 10

1.4. Tujuan dan manfaat penelitian Adapun tujuan dari penilitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis kondisi eksternal perusahaan untuk mengidentifikasikan faktorfaktor kunci keberhasilan dalam bisnis KUH. 2. Menganalisis kondisi internal perusahaan untuk mengidentifikasikan keunggulan yang dimiliki oleh PT. Pertamina EP-CEPU (PEPC). 3. Mengevaluasi strategi bersaing PT. Pertamina EP-CEPU (PEPC) yang sedang digunakan dalam bisnis hulu migas. Menganalisis faktor-faktor yang menjadi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan perlu dilakukan untuk dapat menganalisa strategi yang sesuai bagi PT. Pertamina EP-CEPU (PEPC) dalam menghadapi krisis minyak. Respon perusahaan dalam memanfaatkan peluang serta menghindari ancaman dengan menggunakan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, merupakan bentuk strategi yang dilakukan sebagai upaya dalam mewujudkan visi perusahaan. 1.5. Batasan masalah Permasalahan pada penilitian ini dibatasi pada strategi bisnis yang dilakukan PT. Pertamina EP-CEPU (PEPC) dalam menghadapi krisis minyak bisnis di sektor hulu migas Indonesia. Ruang lingkup kajian terbatas pada faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal perusahaan. 1.6 Sistematika Penulisan Adapun sistematika yang akan dibahas pada penelitian ini, yaitu 11

BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diulas mengenai teori-teori dan praktik-praktik umum tentang manajemen strategis, analisis lingkungan eksternal yang terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri (lima kekuatan porter) analisis lingkungan internal yang terdiri dari analisis sumber daya dan Faktor sukses kunci perusahaan, serta analisis SWOT. BAB III METODA PENELITIAN DAN PROFIL PERUSAHAAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan yang terdiri dari sumber data, metode pengumpulan data, kerangka penelitian, analisis data, metode analisis data serta pemaparan profil perusahaan yang menjadi obyek penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dipaparkan hasil pengambilan data dan pengolahannya serta pembahasan umum maupun yang spesifik hasil penelitian. 12

BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan disampaikan kesimpulan penelitian dan saran-saran dari hasil penelitian yang dilakukan. 13