BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia pasti dihadapkan dengan dua keadaan yaitu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Hana Mauludea, 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Patiayam. Pemilihan lokasi penelitian di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati lebih

BAB I PENDAHULUAN MUSEUM PALEONTOLOGI PATIAYAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

I. PENDAHULUAN. maupun internal diidentifikasikan sebagai berikut. Faktor-faktor eksternal

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara optimal supaya menghasilkan lulusan-lulusan yang

BAB I PENDAHULUAN. para pejabat Kementerian Pendidikan Nasional, Kepala Dinas Pendidikan di daerah,

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. memiliki 4 (empat) program studi keahlian yaitu keuangan, tata niaga,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 (UU Sistem Pendidikan Nasional, 2003:2) menyatakan:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhakti tri Gunarto, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nani rosdijati, dkk. Panduan PAKEM IPS SD,(Jakarta: Erlangga, 2010),58 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL. Oleh. Sudrajat. Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sehingga kita dapat memberikan arti atau makna terhadap tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tri Suryani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

I. PENDAHULUAN. yang fleksibel, serta akomodatif terhadap tantangan zaman dalam menjalani

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

I. PENDAHULUAN. Untuk lebih jelasnya pembahasan tiap sub bab akan diuraikan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nana Sutarna, 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kehidupan umat manusia berabad- abad silam, untaian sejarah

BAB I PENDAHULUAN Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dari konsep tersebut, terdapat. beberapa hal yang perlu diperhatikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upi Supriatna, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Elin Budiarti, 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN PENILAIAN BUKU TEKS PELAJARAN GEOGRAFI BUKU GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH KELAS X

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai

BAB I PENDAHULUAN. asuh dan arahan pendidikan yang diberikan orang tua dan sekolah-sekolah

BAB 1 PENDAHULUAN. cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,

PEDOMAN PRAKTIKUM.

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu. sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar berperan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sastra tumbuh, hidup, dan berkembang seiring dengan kemajuan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

I. PENDAHULUAN. proses. Secara definisi, IPA sebagai produk adalah hasil temuan-temuan para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikian pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya.

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman manusia juga perlu mempersiapkan

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang.

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. mendasar untuk dikaji berkaitan dengan pembelajaran dan penyelenggaraan

2015 PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL KE PUI AN PERSATUAN UMAT ISLAM SEBAGAI UPAYA MENANAMKAN KESADARAN SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena pendidikan merupakan gerbang menuju wawasan dan

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian terdahulu. Berdasarkan hasil analisis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SD IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. karena itu Indonesia memiliki potensi bencana gempa bumi dan dapat menimbulkan ancaman bencana yang sangat besar.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Hakekat Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau the study of the group behavior of human beings (Calhoun dalam

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

I. PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menyangkut tentang cita-cita hidup manusia. Sehubungan dengan itu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sangat

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, yang sampai sekarang masih banyak anak-anak yang belum tahu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia di dunia pasti dihadapkan dengan dua keadaan yaitu keadaan yang baik dan keadaan yang buruk. Manusia yang baik adalah menjadikan keadaan baik di masa lalu untuk dipertahankan bahkan ditingkatkan dan menjadi inspirasi di masa kini dan masa mendatang. Semua peristiwa yang kurang baik di masa lalu dijadikan sebagai peringatan dan cambuk untuk tidak dilakukan lagi di masa kini dan masa mendatang. Sikap seperti ini adalah hakikat dari kesadaran sejarah. Kesadaran sejarah mengantar manusia untuk menjadi insan yang cerdas dan cakap dalam menghadapi kehidupan. Saat ini bangsa Indonesia dihadapkan pada berbagai problematika yang tidak jelas kapan dapat diselesaikan. Problematika yang datang silih berganti menunjukkan jika kesadaran sejarah bangsa ini masih rendah. Oleh karena itu, hal mendesak bagi bangsa saat ini adalah segera mengaktualisasi nilai-nilai kesadaran sejarah di dalam kehidupan sehari-hari. Semangat mengaktualisasikan kesadaran sejarah sebenarnya telah menjadi bagian dalam tujuan pembelajaran sejarah di sekolah. Tujuan pembelajaran sejarah di SMA/MA antara lain : 1. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan 1

2. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan 3. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau 4. Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang 5. Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional (Permendiknas No. 22 Tahun 2006) Posisi mata pelajaran sejarah sangat strategis dalam menciptakan kesadaran sejarah di kalangan peserta didik. Sejarah merupakan gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial yang disusun secara ilmiah dan lengkap meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian tentang apa yang telah berlalu itu (Gazalba, 1981:13). Sehingga sejarah dapat mengantarkan manusia kepada pemahaman mengenai masa lalu diri, kelompok masyarakat dan bangsanya. Hanya dengan sejarah, manusia dapat mengetahui dan memahami apa yang telah terjadi. Situasi masa sekarang tidak dapat dipisahkan dari masa lalu. Upaya manusia untuk memperoleh masa depan yang lebih baik sangat ditentukan dengan sikap dan 2

perilaku manusia pada masa kini. Sejarah mampu menentukan eksistensi kehidupan manusia di masa kini dan masa mendatang. Sejarah merupakan pengalaman-pengalaman masa lalu manusia, maka manusia yang hidup sezaman atau sesudahnya dapat berguru dan belajar dari pengalaman-pengalaman itu agar menjadi manusia yang bijak. Manusia harus mampu mengambil nilai-nilai pelajaran yang terkandung dalam sejarah untuk dijadikan sebagai pedoman hidup dan inspirasi bagi semua tindakan yang diambilnya pada masa-masa mendatang (Sjamsuddin, 2007:285-286) Tidak mengherankan bila sejarah adalah guru kehidupan yang berasal dari Bahasa Yunani Historia Magistra Vitae. HL. Harris mengutip Frederich Harrison menyatakan bahwa sejarah : Mengajarkan kita sesuatu tentang kemajuan umat manusia, bahwa sejarah itu menceritakan kepada kita beberapa semangat leluhur yang meninggalkan jejak-jejaknya sepanjang masa, bahwa sejarah itu menunjukkan kepada kita bagaimana bangsa-bangsa di muka bumi saling berjalin dalam satu tujuan, atau diterangi dengan ide-ide besar dan tujuan-tujuan mulia yang telah memancarkan kesadaran kemanusiaan (Sjamsuddin, 2007:285) Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bila manusia yang bijak adalah yang menjadikan masa lalu sebagai pijakan dalam menentukan langkah di masa kini dan masa depan. Konsep ini sering dinamakan dengan kesadaran sejarah (historical consciousness). Kesadaran sejarah adalah sebuah kesadaran mengenai masa lalu yang apabila digunakan secara tepat dapat memberi wawasan lebih luas terhadap masa kini dan memperbesar tanggung-jawab terhadap masa depan. Dengan kata lain kesadaran sejarah memang harus mundur satu langkah namun untuk maju dua langkah (Cassirer, 1987:272). Gadamer seorang ahli 3

filsafat Jerman mengartikan kesadaran sejarah sebagai kesadaran penuh akan historisitas setiap hal yang ada sekarang dan relativitas dari semua pendapat (Sjamsuddin, 2007:219). Menurut definisi ini dapat dikatakan bila kesadaran sejarah merupakan cara memandang peristiwa-peristiwa masa kini dengan pendekatan masa lalu. Dengan demikian kesadaran sejarah merupakan sikap yang harus dikembangkan di setiap individu. Mengingat setiap individu tentu mempunyai sejarah yang harus dipahami agar dapat bertindak di masa kini secara tepat, cerdas dan mampu merencanakan masa depan dengan lebih baik. Masa lalu yang baik hendaknya dapat dipertahankan dan ditingkatkan di masa kini dan di masa depan. Masa lalu yang kurang baik hendaknya ditinggalkan dan tidak diulang kembali di masa kini. Kesadaran sejarah mengajarkan kepada individu dan masyarakat untuk menjadikan masa lalu sebagai cermin yang menuntun kehidupan di masa kini dan di masa depan. Pembelajaran sejarah adalah sebagai salah satu pembelajaran yang sangat berkaitan dengan pengembangan serta pembinaan sikap kebangsaan, semangat nasionalisme, cinta tanah air, berjiwa demokratis, dan patriotisme. Dengan pembelajaran sejarah, peserta didik memahami berbagai peristiwa baik lokal, regional, nasional maupun internasional. Dalam pembelajaran sejarah terdapat berbagai materi mengenai berbagai peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Peserta didik diharapkan akan mampu memetik nilai-nilai yang terkandung dalam setiap peristiwa sejarah untuk dijadikan sebagai pedoman dalam berpikir dan bertindak dalam menjalani kehidupan sebagai individu dan anggota masyarakat. 4

Pembelajaran sejarah tidak hanya merupakan wahana pengembangan kemampuan intelektual dan kebanggaan masa lampau, tetapi juga merupakan wahana upaya memperbaiki kehidupan masyarakat dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya. Menurut Hasan (1999: 9) terdapat tiga hal baru yang harus dikembangkan dalam pembelajaran sejarah antara ; (1) Keterkaitan pelajaran sejarah dengan kehidupan sehari-hari peserta didik; (2) Pemahaman dan kesadaran akan karakteristik cerita sejarah yang tidak bersifat final; (3) Perluasan tema sejarah politik dengan tema-tema sejarah sosial, budaya, ekonomi, dan teknologi. Peserta didik dalam pembelajaran sejarah di sekolah idealnya dengan melihat secara langsung kehidupan nyata, bukan materi yang jauh dari realitas. Belajar sejarah yang baik dapat berasal dari pengalaman sehari-hari peserta didik. Kedekatan emosional peserta didik dengan lingkungan merupakan sumber belajar yang berharga (Mulyana, 2007:1). Salah satu sejarah lokal yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran sejarah adalah Situs Patiayam. Situs Patiayam merupakan situs purba yang ada di perbatasan Kabupaten Pati dan Kabupaten Kudus. Situs ini mempunyai koleksi artefak dan fosil yang tidak kalah dengan situs-situs lain di Jawa Tengah seperti Situs Sangiran di Kabupaten Sragen. Secara topografi, Situs Patiayam berada di Bukit Patiayam. Kompleks perbukitan ini terdiri atas beberapa bukit kecil dengan ketinggian 200 meter hingga 350 meter di atas permukaan laut. Kompleks Gunung Patiayam adalah gunung api purba (fosil gunung api). Kompleks gunung api Patiayam pada masa itu diduga adalah pulau gunung api yang terpisah dari 5

Jawa Tengah (Mulyaningsih, 2008: 88). Sebagai salah satu situs prasejarah, Situs Patiayam mempunyai potensi yang strategis dalam memperkaya khasanah dunia purbakala di Jawa Tengah. Apalagi selama ini masyarakat lebih mengenal Sangiran sebagai situs prasejarah. Beberapa alasan yang melandasi guru memasukkan Situs Patiayam adalah agar pemahaman peserta didik mengenai situs purba semakin lengkap dan mendorong peserta didik lebih aktif belajar sejarah dari lingkungan yang dekat dengan kehidupan peserta didik. Belajar sejarah dari lingkungan terdekat peserta didik telah menjadi kebijakan sekolah. Hal ini disebabkan sekolah ingin mengimplementasikan KTSP secara utuh selain itu juga untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih variatif dalam metode dan model. Tema Situs Patiayam menjadikan kajian sejarah harus menggunakan beberapa disiplin ilmu sosial lain sebagai ilmu bantu seperti arkeologi, geografi, dan antropologi. Arkeologi fokus kajiannya adalah peninggalan manusia yang bersifat material atau studi tentang kepurbakalaan. Situs Patiayam ditemukan berbagai artefak berupa alat-alat buatan manusia purba seperti kapak perimbas, alat batu dan beliung persegi. Berbagai artefak ini tentu harus dikaji oleh ilmu arkeologi. Geografi fokus kajiannya adalah fenomena alamiah yang terjadi di bumi. Situs Patiayam diduga dulunya adalah laut namun fakta sekarang menunjukkan Situs Patiayam ada di kawasan perbukitan. Fenomena perubahan bumi yang terjadi dari masa lalu sampai masa kini dapat ditelaah oleh ilmu geografi. Antropologi fokus kajiannya adalah perkembangan mansuia dan kebudayaannya. Situs Patiayam ditemukan fosil manusia purba meskipun jumlahnya tidak banyak. Antropologi 6

dapat mengkaji kehadiran dan perkembangan manusia di Situs Patiayam sehingga dapat diidentifikasi jenis dan asal manusia purba di Situs Patiayam. Beberapa ilmu sosial yang menjadi ilmu bantu sejarah tersebut sangat relevan dengan kajian social studies menurut NCSS. Menurut NCSS (National Council for the Social Studies), social studies adalah kajian integratif dari ilmuilmu sosial dan humanitas yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, agama, dan sosiologi (Myers, 2000:17; Myers; 2002:17). Situs Patiayam mempunyai peran yang penting untuk menumbuhkan kesadaran sejarah di kalangan peserta didik. Sesuai dengan jejak paleontologi, paleoantropologi, arkeologi dan geografi dapat diketahui bahwa Situs Patiayam merupakan situs prasejarah yang unik karena apabila dicermati pada masa kini letaknya jauh dari sumber air (sungai, danau atau laut). Padahal situs-situs prasejarah yang lain pada umumnya berada di daerah yang dekat dengan sumber air dan sumber makanan, contohnya Situs Sangiran dekat dengan Sungai Bengawan Solo, Wajak di Tulungagung dekat Kediri yang dialiri Sungai Brantas, Mojokerto yang dilewati Sungai Brantas, Ngandong yang dialiri Sungai Bengawan Solo dan lain-lain. Fenomena unik Situs Patiayam tentu merangsang peserta didik untuk menelusuri (inkuiri) kembali masa lalu daerah ini. Pembelajaran sejarah di sekolah masih menghadapi berbagai persoalan seperti belum tumbuhnya kesadaran sejarah di kalangan peserta didik. Kesadaran sejarah rendah karena dalam proses pembelajaran sejarah banyak guru sejarah menggunakan teknik pembelajaran dengan teknik ceramah dan hafalan, selain itu 7

alokasi waktu dan tingkat pertemuan tiap minggu yang diberikan pada mata pelajaran sejarah sangatlah terbatas sehingga menyebabkan peserta didik kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran sejarah. Selain itu realita di sekolah-sekolah juga menunjukkan pembelajaran sejarah kurang memberi ruang dan waktu sejarah lokal. Frekuensi guru sejarah memberikan materi sejarah lokal di sekolah sampai saat ini masih kurang. Hal-hal yang menyebabkan kondisi ini antara lain guru sejarah masih menganut paradigma pembelajaran berbasis buku ajar. Hampir semua buku ajar (teks) yang dimiliki oleh guru dan peserta didik lebih menekankan pada sejarah dengan skala nasional dan dunia. Kondisi ini menjadi keprihatinan tersendiri mengingat peserta didik semestinya juga mendapat pembelajaran sejarah lingkungan terdekat (sejarah lokal). Pada umumnya buku ajar (teks) belum meng cover sejarah lokal. Berbagai manfaat di atas hendaknya memotivasi guru sejarah untuk mampu menyusun sejarah lokal untuk diintegrasikan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Salah satu sejarah lokal yang dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran sejarah adalah Situs Patiayam. Sejarah tentang Situs Patiayam ini saat ini belum banyak diangkat menjadi topik pembelajaran sejarah di sekolah. Situs Patiayam mempunyai koleksi yang lengkap tidak kalah dengan koleksi situs purbakala di tempat lain. Keunikan Situs Patiayam ini dapat dijadikan materi pembelajaran yang merangsang peserta didik untuk menganalisis dan melakukan penelitian sederhana mengenai situs ini. Pembelajaran sejarah dengan menggunakan alternatif sejarah lokal Situs Patiayam sebenarnya sangat sesuai dengan pendekatan pembelajaran inkuiri. Ada 8

beberapa pendapat tentang metode pembelajaran inkuiri, antara lain: Suchman (1996 : 3), menyatakan bahwa metode pembelajaran inkuiri adalah suatu pola untuk membantu para peserta didik belajar merumuskan dan menguji pendapatnya sendiri dan memiliki kesadaran akan kemampuannya. Menurut Jones (1997 : 41), metode pembelajaran inkuiri adalah strategi mengajar yang memungkinkan para peserta didik mendapatkan jawabannya sendiri. Menurut Widja (1985 : 48), metode pembelajaran inkuiri adalah suatu metode yang menekankan pengalamanpengalaman belajar yang mendorong peserta didik dapat menemukan konsepkonsep dan prinsip. Oleh karena itu dengan mengenali aspek kesejarahan dari peristiwa lokal maka peserta didik memiliki kebanggaan pada wilayahnya sendiri tanpa harus kehilangan semangat menghormati kebudayaan dan sejarah miliki masyarakat lain. Pembelajaran sejarah lokal dimungkinkan peserta didik akan lebih mempunyai ketertarikan dalam belajar. Hal ini disebabkan materi belajar sejarah lokal diperoleh dari sekitar kehidupan peserta didik yang diperoleh lingkungan dan masyarakat setempat. Dari uraian di atas, maka penulis menetapkan judul penelitian ini sebagai berikut penumbuhan kesadaran sejarah (historical consciousness) peserta didik melalui metode inkuiri dalam pembelajaran sejarah lokal situs Patiayam di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati 9

B. Rumusan Masalah Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana penumbuhan kesadaran sejarah (historical consciousness) peserta didik melalui metode inkuiri dalam pembelajaran sejarah lokal situs Patiayam di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati? Adapun masalah di atas dirinci ke dalam pertanyaan penelitian berikut ini: 1. Bagaimana karakteristik Situs Patiayam? 2. Bagaimana pemanfaatan situs Patiayam sebagai kajian sejarah lokal di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati? 3. Bagaimana penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran sejarah lokal Situs Patiayam di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati? 4. Bagaimana kesadaran sejarah dapat ditumbuhkembangkan dalam pembelajaran sejarah lokal Situs Patiayam di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati? C. Klarifikasi Konsep Klarifikasi konsep dari penelitian ini terdiri dari : pembelajaran sejarah lokal, Situs Patiayam, metode inkuiri dan kesadaran sejarah. Pertama, Pembelajaran sejarah lokal adalah sebagai suatu proses terjadinya kegiatan belajar-mengajar sebagai upaya guru untuk tujuan terjadinya proses belajar memahami sejarah dari suatu tempat atau locality tertentu. Kajian sejarah lokal di sini adalah sejarah muncul dan berkembangnya Situs Patiayam, yang meliputi topik-topik kajian: (a) kajian paleontologi Situs Patiayam, (b) kajian paleoantropologi Situs Patiayam, (c) kajian arkeologi Situs 10

Patiayam, (d) kondisi geografis sekitar Situs Patiayam yang melatarbelakangi munculnya peradaban kuno Situs Patiayam. Kedua, Situs Patiayam adalah sebuah situs purba yang secara administratif berada di Kabupaten Kudus namun status kepemilikan tanah berada di tangan Perum Perhutani Pati. Letak situs ini berada antara Kabupaten Pati dan Kudus tepatnya di Desa Terban Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus. Dari kota Kudus berjarak 20 km dan berjarak 15 km dari kota Pati. sejarah lokal Situs Patiayam termasuk dalam mata pelajaran sejarah kelas X. Silabus kelas X semester dua mata pelajaran sejarah salah satu Kompetensi Dasarnya adalah Menganalisis kehidupan awal masyarakat Indonesia yang dijabarkan dalam beberapa indikator antara lain : mendeskripsikan berbagai fosil manusia purba di Indonesia, mendeskripsikan perkembangan biologis manusia purba di Indonesia, membuat bagan perkembangan budaya di Indonesia secara kronologis. Dari beberapa indikator ini ditambah dengan materi sejarah lokal (Situs Patiayam) antara lain 1) Menganalisis proses muncul dan berkembangnya kehidupan awal manusia dan masyarakat di kepulauan Indonesia, 2) Mengidentifikasi Situs Patiayam berdasarkan keadaan alam, 3) Mengklasifikasi koleksi benda prasejarah di Situs Patiayam berdasar kajian paleotologi, paleoantropologi dan arkeologi, 4) Mengidentifikasi kehidupan di Situs Patiayam di masa lalu, dan 5) Menjadikan Situs Patiayam sebagai wahana menumbuhkan kesadaran sejarah. Ketiga, metode inkuiri adalah sebuah proses pembelajaran di mana peserta didik dilibatkan dalam sebuah pembelajaran, memformulasi pertanyaan, melakukan investigasi secara meluas, dan kemudian membangun pemahaman, 11

manfaat dan pengetahuan yang baru. Pengetahuan ini adalah sesuatu yang baru bagi peserta didik dan dapat dapat digunakan untuk menjawab berbagai persoalan, untuk mengembangkan sebuah penyelesaian (solusi) dan mendukung membentuk sudut pandang/ paradigma peserta didik. Keempat, kesadaran sejarah adalah kondisi kejiwaan yang menunjukkan tingkat penghayatan pada makna dan hakikat masa lalu bagi masa kini dan masa yang akan datang. Sehingga masa lalu menjadi cermin bagi tiap manusia dalam menentukan langkah di masa kini dan memprediksikan masa depan. D. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang penumbuhan kesadaran sejarah (historical consciousness) peserta didik melalui metode inkuiri dalam pembelajaran sejarah lokal situs Patiayam di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati. b. Tujuan Khusus 1) Untuk mengetahui karakteristik Situs Patiayam 2) Untuk mengetahui pemanfaatan situs Patiayam sebagai kajian sejarah lokal di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati 3) Untuk mengetahui penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran sejarah lokal Situs Patiayam di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati 4) Untuk mengetahui kesadaran sejarah dapat ditumbuhkembangkan dalam pembelajaran sejarah lokal Situs Patiayam di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati 12

E. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis 1) Memberikan kontribusi bagi guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran sejarah lokal di persekolahan 2) Memberikan pengayaaan materi sejarah kelas X SMA/MA untuk materi kehidupan purba/ prasejarah di Indonesia b. Manfaat praktis 1) Sebagai masukan bagi guru sejarah di Kabupaten Pati dan sekitarnya terutama yang tergabung di dalam forum MGMP sejarah agar dalam pembelajaran sejarah untuk memasukkan sejarah lokal Situs Patiayam. Sehingga memunculkan kebanggaan di kalangan peserta didik terhadap daerahnya yang ternyata mempunyai situs purbakala yang potensial. Mengingat selama ini peserta didik lebih mengenal situs purbakala Sangiran di lembah Bengawan Solo. 2) Untuk mendorong pemerintah kabupaten (Pati dan Kudus) menyusun buku-buku sejarah lokal mengenai Situs Patiayam agar dapat digunakan dalam pembelajaran sejarah di sekolah 13