Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional Dewasa ini, Pemerintah Daerah Sumatera Selatan (Sumsel) ingin mewujudkan Sumsel Lumbung Pangan sesuai dengan tersedianya potensi sumber daya lahan yang cukup variatif, mulai dari lahan sawah irigasi, tadah hujan, rawa pasang surut, lebak dan lahan kering. Untuk turut mendukung pencapaian program tersebut, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumsel juga berkiprah melakukan inovasi di bidang pertanian yang berbasis pada kondisi yang spesifik lokasi, berorientasi pada kebutuhan pengguna. Beberapa inovasi yang tergolong masih anyar di antaranya inovasi peningkatan indeks pertanaman (IP). Peningkatan indeks pertanaman padi maksudnya meningkatkan intensitas penanaman padi dalam periode satu tahun (dalam pengertian 12 bulan), misalnya dari yang biasanya ditanam hanya satu kali oleh petani, ditingkatkan penanamannya menjadi 2 kali dalam satu tahun. Lebih spesifik dibanding wilayah lain di Indonesia, dengan keberagaman agroekosistem di Sumsel seperti agroekosistem irigasi, lahan kering, tadah hujan, pasang surut dan lebak menyebabkan adanya kekhasan dalam komponenkomponen teknologi yang diberikan di masing-masing agroekosistem untuk usahatani padi. Kondisi air yang tersedia untuk penanaman padi pada berbagai agroekosistem berbeda. Meskipun padi bukan tanaman air, tapi membutuhkan air. Sehingga kondisi ketersediaan air menjadi pertimbangan penting. Dengan mempertimbangkan kondisi ketersediaan air di alam, maka penanaman padi di lahan lebak dan pasang surut dapat dilakukan dua kali dalam satu tahun, sedangkan di beberapa tempat di agroekosistem irigasi yang selama ini sudah ditanami padi tiga kali dalam satu tahun, dengan melakukan cara-cara tertentu maka dapat ditingkatkan menjadi empat kali tanam. Meningkatkan IP padi bukan tanpa kendala, namun tersedia juga peluang dan kemauan petani untuk melakukannya. IP PADI 200 Lahan Pasang Surut Di Sumatera Selatan luas lahan rawa pasang surut 961.000 ha. Dari lahan pasang surut yang berpotensi untuk pertanian tersebut, 359.250 ha sudah direklamasi. Berkenaan untuk mengimbangi penciutan lahan produktif, serta mendukung ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis, maka pengembangan lahan pasang surut harus benar-benar dilakukan secara cermat dan hati-hati disesuaikan dengan karakteristik wilayahnya. Lahan rawa pasang surut merupakan lahan marginal, dengan karakteristik yang tidak stabil dan selalu berubah sesuai dengan perubahan lingkungan. Secara umum kendala yang dihadapi dalam mengembangkan lahan rawa pasang surut mencakup aspek biofisik, biologis, sosial ekonomi dan kelembagaan. Kendala biofisik meliputi; (1) Rendahnya kesuburan tanah dan ph tanah yang
Cara Tanam rendah, (2) Adanya zat beracun (alumunium, besi, hidrogen sulfida dan natrium), dan (3) Terjadinya kekeringan/genangan dan intrusi air asin akibat kurang optimalnya jaringan tata air. Kendala biologis meliputi; (1) Pertumbuhan gulma yang sangat cepat yang didorong oleh indeks pertanaman yang rendah (IP 100), dan (2) Masalah hama dan penyakit tanaman terutama tikus, ulat grayak, penggerek batang, penggerek polong dan blas. Sedangkan kendala sosial ekonomi dan kelembagaan, meliputi; (1) Keterbatasan modal dan tenaga kerja, (2) Tingkat pendidikan petani yang rendah, (3) Kondisi sarana dan prasarana yang belum memadai, (4) Kurangnya kelembagaan untuk penyediaan modal dan sarana produksi serta pemasaran. Hasil survei identifikasi dan karakterisasi wilayah pengembangan agribisnis di lahan rawa pasang surut Sumatera Selatan, menunjukkan bahwa: (1) Secara teknis lahan sawah pasang surut pada tipe luapan tertentu (A dan B) dapat ditanami padi setahun dua kali, (2) Masih ada sebagian sarana dan prasarana jaringan tata air tidak berfungsi baik, (3) Pengelolaan usahatani padi belum menerapkan teknologi usahatani dengan pendekatan PTT dan tidak tersedianya secara cukup benih yang berkualitas, (4) Penanganan panen dan pasca panen masih dilakukan secara sederhana, walaupun penggunaan mesin perontok (power thresher) dan pengering padi (box dryer) sudah meluas, (5) Mutu beras yang dihasilkan masih perlu ditingkatkan untuk dapat mencapai standar harga yang tinggi (Raharjo dkk., 2003). BPTP Sumatera Selatan sebagai UPT selama ini telah mengadakan pengkajian yang menghasilkan beberapa paket teknologi usahatani padi spesifik lokasi di lahan rawa antara lain: (1) Pengelolaan lahan dan tata air, (2) Budidaya tanaman, (3) Alat dan mesin pertanian, (4) Penanganan pasca panen, serta (5) Inovasi kelembagaan pendukung usahatani. Keadaan air yang layak untuk budidaya padi di bulan November sampai bulan Mei. Di luar bulan ini maka akan menghadapi kendala air. Untuk mewujudkan IP padi 200 di lahan rawa ini, tentunya terkait dengan pengembangan pola tanam baru bagi petani, komponen teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi pada lahan rawa pasang surut. Komponen teknologi PTT di lahan pasang surut pada pertanaman musim kemarau disusun sebagai berikut: Tabel 3. Komponen teknologi PTT di lahan pasang surut MK 2010 di Desa Sumber Mulyo Kecamatan Muara Telang, Banyuasin. Komponen Teknologi Diskripsi Teknologi Varietas Inpara 2, Inpara 3, Inpara 4, Inpari 1, Inpari 4, Inpari 13, Silugonggo dan Mekongga Pengolahan Tanah Sisa tanaman pada lahan sawah disemprot dengan herbisida dengan dosis 4 l/ha. Setelah 3 hari lahan diglebeg menggunakan traktor tangan, Dua hari kemudian disemprot dengan EM 4. Selanjutnya setelah 3 hari diglebeg lagi untuk kedua kali, lahan siap ditanam. Tanam benih langsung dengan menggunakan Atabela
Dosis Pupuk Pemeliharaan Pengendalian hama/ penyakit Panen/penanganan pasca panen Penataan Lahan Berdasarkan alat PUTS direkomendasikan penggunaan pupuk sebagai berikut: N tanah tinggi : Urea 200 kg/ha, P tanah rendah : SP-36 100/ha dan K tanah sedang-tinggi : KCl 50 kg/ha Manual dan penggunaan herbisida secara selektif PHT tikus dengan menggunakan pagar plastik dan bubu perangkap PHT untuk hama lembing batu Penggunaan power threser, pengeringan dengan matahari menggunakan alas terpal jemur. TAM dan pemasangan pintu air Tabel 4. Komponen teknologi PTT di lahan pasang surut MH 2010/2011 di Desa Sumber Mulyo Kecamatan Muara Telang, Banyuasin. Komponen Teknologi Diskripsi Teknologi Varietas Inpari 1, Inpari 13, Silugonggo Pengolahan Tanah Sisa tanaman pada lahan sawah disemprot dengan herbisida pra tumbuh dan herbisida purna tumbuh dengan dosis 4 l/ha. Pengolahan tanah sempurna dengan traktor tangan; Pengolahan tanah I menggunakan bajak singkal dan dilanjutkan pengolahan tanah II menggunakan glebeg. Cara Tanam Tanam benih langsung dengan menggunakan Atabela Dosis Pupuk Berdasarkan alat PUTS direkomendasikan penggunaan pupuk sebagai berikut: N tanah tinggi : Urea 200 kg/ha, P tanah rendah : SP-36 100/ha dan K tanah sedang-tinggi : KCl 50 kg/ha Pemeliharaan Manual dan penggunaan herbisida secara selektif Pengendalian hama/ PHT tikus dengan menggunakan pagar plastik dan bubu penyakit perangkap PHT untuk hama lembing batu dengan aplikasi insektisida regent Panen/penanganan pasca panen Penataan Lahan Penggunaan power threser, pengeringan dengan matahari menggunakan alas terpal jemur. TAM dan pemasangan pintu air Pada pelaksanaan IP padi 200, digunakannya pagar plastik dan perangkap tikus. Ini karena penanaman padi pada MK tidak bersifat masal, sehingga untuk menghindari serangan tikus maka diperlukan pagar plastik dan perangkap tikus. Pagar plastik dan perangkap tikus ini dapat digunakan dua kali musim tanam dan perhitungan biaya yang dikeluarkan untuk pagar plastik dan perangkap tersebut
adalah untuk satu musim tanam saja yaitu pada MK. Penanaman padi pada MH sebaiknya tidak menggunakan pagar plastik karena penanamannya bersifat masal. Tabel. 5. Analisis usahatani IP 200 per hektar di Desa Sumber Mulyo Kecamatan Muara Telang, Kabupaten Banyuasin tahun 2010/2011 Uraian Musim Kemarau Musim Hujan Volume Nilai Volume Nilai Bahan/Alat Benih 47,5 kg 380.000 48 kg 384.000 Urea 200 kg 260.000 150 kg 195.000 SP 36 100 kg 220.000 100 kg 220.000 KCl 50 kg 400.000 50 kg 400.000 Pestisida 1 paket 638.500 1 paket 490.000 Plastik 400 m 384.615 Tiang pagar 400 tiang 50.000 Tali 6 gulung 60.000 Perangkap 16 buah 480.000 Jumlah Bahan/alat 2.873.115 1.689.000 Tenaga Kerja Semprot gulma 1,5 HOK 82.500 1,5 HOK 82.500 Olah tanah 600.000 600.000 Perbaikan saluran 4 HOK 220.000 2 HOK 110.000 Perbaikan pematang 2 HOK 110.000 2 HOK 110.000 Penanaman 2 HOK 110.000 2 HOK 110.000 Pemupukan 3 HOK 165.000 3 HOK 165.000 Semprot HP 3 HOK 165.000 2 HOK 110.000 Bagi hasil panen 342,8 kg 771.430 976,28 kg 2.733.600 Jumlah Upah 2.223.930 4.021.100 Total Biaya 5.097.045 5.710.100 Penerimaan 2.400 kg 5.400.000 6.834 kg 19.135.200 Keuntungan 302.955 13.425.100 R/C (penerimaan/total biaya) 1,05 3,35 Produktivitas yang dicapai pada MK lebih rendah dibanding MH. Tabel 5 menunjukkan bahwa produktivitas yang dicapai pada MK (2.400 kg) tersebut hanya 35,12% dari produktivitas pada MK (6.834 kg). Jumlah biaya bahan dan alat yang dikeluarkan pada MK lebih tinggi dibanding MH akibat penggunaan pagar plastik, sedangkan biaya tenaga kerja pada MH lebih tinggi dibanding MK disebabkan lebih besarnya biaya yang dikeluarkan untuk panen padi yaitu dengan melakukan bagi hasil sebesar 6:1 antara pemilik dengan regu pemanen. Bagian untuk regu pemanen pada MK sebanyak 342,8 kg sedangkan pada MH 976,28 kg. Adanya perbedaan harga juga menyebabkan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pemanenan ini. Harga jual gabah pada MK Rp 2.250/kg sedangkan pada MH
Pemasangan pagar plastik 2.800/kg. Sebagai akibat lebih besarnya biaya panen pada MH ini, maka total biaya yang dikeluarkan pada MH lebih tinggi dibanding pada MK. Jumlah keuntungan usahatani padi dengan dua kali tanam ini sebesar Rp 13.728.050/ha. Pada MH penanaman padi memang lebih efisien dibanding MK yang diperlihatkan oleh nilai R/C yang lebih besar pada MH yaitu 3,35 sedangkan pada MK hanya 1,05. Dengan penanaman padi pada MK ini membuktikan bahwa terdapat peluang Bubu perangkap tikus untuk meningkatkan produksi padi di lahan pasang surut pada luasan lahan yang sama dengan menanam dua kali dalam 12 bulan. Upaya ini dapat dilakukan tanpa harus mencetak lahan sawah baru di lahan pasang surut. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan Jl. Kol. H. Barlian No 83 KM 6, Palembang Telp: 0711-410155, Fax : 0711-411845 e-mail: bptp-sumsel@litbang.go.id Petunjuk Cara Melipat: 1. Ambil dua Lembar halaman tengah tabloid 2. Lipat sehingga cover buku (halaman warna) ada di depan. 3. Lipat lagi sehingga dua melintang ke dalam kembali 4. Lipat dua membujur ke dalam sehingga cover buku ada di depan 5. Potong bagian bawah buku sehingga menjadi sebuah buku