PANTI REHABILITASI NARKOBA DI SAMARINDA DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR TROPIS

dokumen-dokumen yang mirip
Dwi Gita Arianti Panti Rehabilitasi Narkoba di Samarinda BAB I PENDAHULUAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PROYEK. Tabel 5.1 Progam Ruang

UNIVERSITAS DIPONEGORO PANTI REHABILITASI NARKOBA DI SAMARINDA TUGAS AKHIR DWI GITA ARIANTI

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akronim dari NARkotika, psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya.

BAB II PEMAHAMAN PUSAT REHABILITASI NARKOBA DENGAN METODE THERAPEUTIC COMMUNITY

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Fenomena Narkoba di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Panti Rehabilitasi Ketergantungan NAPZA Arsitektur Perilaku. Catherine ( ) 1

Gedung Rehabilitasi Narkoba Provinsi Jawa Tengah di Kota Semarang BAB I PENDAHULUAN

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

No II. anggota masyarakat yang telah berjasa mengungkap adanya tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika, perlu diberi landasan hukum ya

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronik (sulit disembuhkan) yang berulang kali kambuh yang hingga

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

2017, No Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tam

SOSIALISASI INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR (IPWL) OLEH : AKBP AGUS MULYANA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih mudah dengan berbagai macam kepentingan. Kecepatan

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Nasional, Jakarta, 2003, h Metode Therapeutic Community Dalam Rehabilitasi Sosial Penyalahguna Narkoba, Badan

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GELANGGANG RENANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tahap terminasi: penghentian pelayanan dan rehabilitasi setelah residen di pandang mampu mandiri secara sosial ekonomi.

BAB IV PENUTUP. Dokterlah yang memutuskan apakah pecandu perlu diberikan obat tertentu untuk

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI

DAFTAR ISI. Gedung Rehabilitasi Narkoba Provinsi Jawa Tengah di Kota Semarang

2014, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

BAB I PENDAHULUAN TA- 100

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

BAB I PENDAHULUAN. Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1.a Peta jalur peredaran narkoba Sumber :

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rancangan

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2

2014 PENDAPAT PESERTA ADIKSI PULIH TENTANG PELAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL DI RUMAH CEMARA

BAB I PENDAHULUAN. narkoba pada tahun 2012 berkisar 3,5%-7% dari populasi dunia yang berusia 15-64

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Jumlah Luasan (m²) Ruang Nama Ruang Kapasitas Standart Kapasitas Sirkulasi. (260m²) 3 Bus. 30 m²/bus. (650 m²)

PANTI REHABILITASI NARKOBA DI YOGYAKARTA

BAB V PROGRAM DASAR PERANCANGAN DAN PERENCANAAN ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PENUTUP. hukum ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

PUSAT TERAPI DAN REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PROVINSI JAWA TENGAH DI UNGARAN

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

17. Keputusan Menteri...

BAB I PENDAHULUAN. sosial dimana mereka tinggal.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

PENGEMBANGAN KAWASAN OBJEK WISATA PANTAI WIDURI PEMALANG

Kata kunci : Redesain, Pasar Induk, Tanah Tinggi-Tangerang, Arsitektur Tropis

TERMINAL BUS TYPE A DI KABUPATEN DEMAK. Oleh : Diah Galuh Chandrasasi, Satrio Nugroho, Agung Budi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

BAB 1 PENDAHULUAN. hancurnya kehidupan rumah tangga serta penderitaan dan kesengsaraan yang

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

SISTEM MONITORING DATA REHABILITASI INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR PADA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

REHABILITASI BAGI PENYALAHGUNA TINDAK PIDANA NARKOTIKA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan suatu proses perkembangan antara masa anakanak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI PENUTUP. penulis membuat kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Permasalahan ini tidak hanya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

BAB III ANALISA PENDEKATAN ARSITEKTUR PANTI ASUHAN TERPADU DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, ketiga hal tersebut dapat mempengaruhi kehidupan manusia baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

BAB IV ANALISIS. Pusat Rehabilitasi Pengguna Narkoba di Kabupaten Malang memiliki

BAB 1 : PENDAHULUAN. sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi dan hidup mereka tidak

3 Badan Narkotika Provinsi Sulut, Op Cit, h.43 4 Pasal 1 angka 16 UU No 35 tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. medis merupakan suatu bentuk penyalahgunaan yang dapat berakibat fatal di

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISA PERANCANGAN. tempat pendidikan pembuatan dan produksi film yang harus mempunyai studio

RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II PEMROGRAMAN. Perkotaan di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat,

LEISURE AND CULTURE PARK DI TASIKMALAYA BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN REKREASI DAN BUDAYA (LEISURE AND CULTURE PARK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pergaulan masyarakat di Indonesia mengalami peningkatan

MUSEUM ZOOLOGI DI KOTA SEMARANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah Indonesia, bahkan negara-negara lainnya. Istilah NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Transkripsi:

PANTI REHABILITASI NARKOBA DI SAMARINDA DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR TROPIS Oleh : Dwi Gita Arianti, M.Sahid Indraswara, ST,MT, Sukawi ST, MT Masalah penyalahgunaan dan peredaran narkoba telah menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia. Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi yang rentan oleh bahaya peredaran dan penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang. Letaknya yang berbatasan langsung oleh Negara Malaysia menyebabkan narkoba masuk secara illegal dengan mudah. Semakin maraknya peredaran narkotika dan obat terlarang di Kalimantan Timur menjadi permasalahan yang sangat kompleks dan pelik, bukan saja bagi aparat kepolisian tetapi juga bagi seluruh masyarakat. Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba merupakan permasalahan yang sudah menjadi ancaman serius dalam kehidupan bangsa. Bahkan pemerintah kini melalui BNN (Badan Narkotika Nasional), bahu membahu bersama masyarakat melakukan upaya-upaya dalam mencegah dan menanggulangi narkoba. Upaya penegakan hukum juga harus memfokuskan sasaran kepada pecandu narkotika dan obat terlarang, tidak hanya kepada pengedar/ pedagang narkoba saja. Karena pecandu lebih membutuhkan dukungan dan akses terhadap pelayanan terapi dan rehabilitasi. Penanganan kasus pengguna narkoba dengan pengadaan panti rehabilitasi sesuai dengan keputusan yang dikeluarkan oleh Menteri Sosial No. 44 tahun 1992 tentang lembaga Rehabilitasi Sosial Korban Narkotika dan Undang-Undang No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika dan Kepres No.17 Tahun 2002 tentang Badan Narkotika Nasional. Hal ini merupakan bukti bahwa pengadaan panti rehabilitasi yang memadai secara sarana dan prasarana sebagai salah satu wadah pembinaan para pengguna narkoba sangatlah penting. KATA KUNCI : Panti, Rehabiltasi, Narkoba LATAR BELAKANG Untuk wilayah Kalimantan Timur, pada tahun 2010, prevalensi pengguna narkoba adalah sebesar 1,95% atau kurang lebih 45.366 jiwa. Kemudian naik menjadi 3,1 % pada tahun 2011, artinya sebesar 3,1% dari penduduk total provinsi Kalimantan Timur atau sebesar 77.884 jiwa. Angka tersebut mengantarkan Kalimantan Timur sebagai peringkat ketiga sebagai prevalensi pengguna narkotika dan obat terlarang terbesar di Indonesia setelah provinsi DKI Jakarta dan Riau. Sedangkan data dari Polda Kaltim 2007-2013, pengguna narkoba mengalami kenaikan sebesar 0,1% setiap tahunnya. Pada tahun 2007 sebanyak 826 orang dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 1198 orang. Kota Samarinda menduduki peringkat pertama jumlah pengguna narkotika dan obat terlarang dengan presentase 60%, disusul Balikpapan 20%, kemudian sisanya daerahdaerah lain di provinsi tersebut.menurut data yang diperoleh dari BNNK, Jumlah pengguna narkoba di kota Samarinda sebanyak 1,99% dari keseluruhan jumlah penduduknya atau setara dengan ±15 ribu jiwa. Sedangkan berdasarkan data yang dimiliki POLRESTA Samarinda pada tahun 2007, jumlah pengguna narkoba baik berstatus pengedar atau konsumen sebesar 238 orang, sedangkan pada tahun 2013, jumlah pengguna naik menjadi 427 orang. Tingginya angka pengguna dan kasus narkoba yang terjadi di Kalimantan Timur dan kota Samarinda tidak seiring dengan tersedianya fasilitas rehabilitasi yang layak dan I M A J I - V o l. 3 N o. 4 O k t o b e r 2 0 1 4 679

nyaman bagi para pengguna narkoba tersebut tersebut. Dari ketiga panti rehabilitasi yang telah ada, ketiganya hanya dapat menampung para pengguna narkoba sebanyak 260 pengguna. Sedangkan untuk para pengguna narkoba yang terlibat kasus pada tahun 2013 di POLDA Kalimantan Timur adalah 1198 orang, sedangkan di POLRESTA Samarinda saja sebesar 427 orang.tentu u saja kapasitas yang ada di panti rehabilitasi yang ada tidak mencukupi bagi para pengguna narkoba baik untukpara untuk pengguna narkoba yang telah tertangkap maupun para pengguna narkoba yang belum tertangkap kepolisian namun ingin melakukan rehabilitasi. Atas dasar yang telah diuraikan sebelumnya, maka diperlukan tambahan fasilitas rehabilitasi habilitasi narkoba yang baru untuk jangkauan pelayanan provinsi yang berlokasi di Samarinda. fasilitas rehabilitasi tersebut tidak hanya berguna untuk para pengguna narkoba secara medis, namun berguna bagi penyembuhan non medis. melaksanakan fungsi kehidupan masyarakat. arakat. sosial dalam LOKASI Gambar tapak dan situasi sekitar tapak DESAIN TINJAUAN PUSTAKA Rehabilitasi adalah fasilitas yang sifatnya semi tertutup, maksudnya hanya orang-orang orang tertentu dengan kepentingan khusus yang dapat memasuki area ini. Rehabilitasi narkoba adalah tempat yang memberikan pelatihan ketrampilan dan pengetahuan untuk menghindarkan diri dari narkoba (Soeparman, 2000:37) Menurut UU RI No. 35 Tahun 2009, ada dua jenis rehabilitasi, yaitu : 1. rehabilitasi medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika. 2. rehabilitasi sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental maupun sosial, agar bekas pecandu narkotika dapat kembali 680 I M A J I - V o l. 3 N o. 4 O k t o b e r 2 0 1 4 Unit Penerimaan Awal Jenis Ruang Kapasitas Hall/Lobby 20 orang R.Informasi 2 orang R.Administrasi 4 orang R.Tunggu 20 orang Lavatory pria 1 kloset Lavatory 1 WC Jumlah Sirkulasi (30%) Total Luas Unit Kegiatan Medis Jenis Ruang Kapasitas hall 10 orang R. Tunggu 10 orang R. 2 unit Pemeriksaan Umum R. 1 unit Pemeriksaan Interna R. 1 unit Luas (m2) 40 7 7 50 2 2 108 32,4 140,4 140 Luas (m2) 20 25 44 22 19

Pemeriksaan Kejiwaan laboratorium 1 unit 30 R. Farmasi 1 unit 20 R. 1 unit 10 Pengambilan Obat Musholla 10 orang 9 Lavatory pria 2 urinoir 5 1 WC Lavatory 2 WC, 1 wastafel 5 Jumlah 209 Sirkulasi (30%) 62,7 Total Luas 271,7 272 Unit Kegiatan Detoksifikasi Ruang Detoksifikasi pria Ruang Detoksifikasi 6 unit @2 orang 1unit @2 orang 43 R.Isolasi 2 unit 48 R. Perawat 5 orang 23 Lavatory 1 unit 3 perawat Lavatory 6 unit 20 residen pria Lavatory residen 1 unit 3 Jumlah 147 Sirkulasi (40%) 58,8 Total Luas 200,2 200 Unit Kegiatan Rehabilitasi Sosial R.konseling 2 unit 19 @4 orang R.Kelas 2 unit 80 @25 orang R. Komputer 1 unit 25 komputer R.Menjahit 1 unit 80 7 10 orang R. Elektronika 1 unit 80 25 orang R. Otomotif 2 unit 160 Mobil motor R. Memasak 1 unit 80 25 orang Aula 1 unit 300 250 orang Lavatory pria 2 urinoir 5 1 WC Lavatory 1 WC 4 Jumlah 808 Sirkulasi (30%) 242,4 Total Luas 1050,4 1050 Unit Kegiatan Asrama Pria R. Tidur 19 unit 328 @8 orang R.Konselor 3 unit 27 @2 orang KM konselor 3 unit 10 1 unit 1 kloset, 1 bak mandi R.Rekreasi 2 unit 120 20 orang KM/WC 19 unit 64 1 kloset, 1 bak mandi WC 8 unit 16 1 kloset,1 ember Tempat Cuci 1unit 20 Jemur 10 orang R.Makan 166 orang 102 42 meja Pantry 2 unit 19 Jumlah 706 Sirkulasi (40%) 282,4 Total Luas 988,4 988 Unit Kegiatan Asrama Wanita I M A J I - V o l. 3 N o. 4 O k t o b e r 2 0 1 4 681

R. Tidur 3 unit 37 @6orang R.Konselor 1 unit 9 @2 orang KM konselor 1 unit 3 1 kloset, 1 bak mandi R.Rekreasi 1 unit 12 KM/WC 2 unit 7 1 kloset, 1 bak mandi WC 1 kloset,1 2 ember Tempat Cuci 1 unit 8 Jemur 4 orang R.Makan 1 unit 14 22 orang Pantry 9 Jumlah 101 Sirkulasi (40%) 40,4 Total Luas 141,4 141 Unit Kegiatan Pengelola R. Kepala 1 unit 25 Panti R. Sekretaris 1 unit 12 Kepala R.Staff 1unit 29 6 orang R.Rapat 1 unit 128 20 orang R.Tamu 1 unit 6 4 orang Lavatory 1 unit 1 WC, 1 wastafel 3 Jumlah 203 Sirkulasi (30%) 60,9 Total Luas 263,9 264 Unit Kegiatan Penunjang Masjid 1 unit 186 200 orang Gereja 40 orang 80 perpustakaan 25 orang 82 lapangan 1 unit 2904 olahraga R.Fitness 1 unit 100 R. Kunjungan 24 orang 40 Jumlah 3392 Sirkulasi (30%) 1017,6 Total Luas 4409,6 4410 Unit Kegiatan Servis power house 1 unit 30 R.pompa 1 unit 15 Gudang 1 unit 25 R. Cleaning 10 orang, 20 Service loker Janitor 1unit 4 Dapur 1 unit 40 R.Penyimpana 1 unit 8 n Bahan Makanan Loundry 1unit 40 lavatory 2 unit 7 Jumlah 189 Sirkulasi (30%) 37,8 Total Luas 226,8 227 Unit Tinggal Karyawan 6 unit (2 unit medis, 4unit karyawan) kamar 2 unit 16 @2orang R.tamu 1 unit 7 Dapur 1 unit 10 Ruang makan 1 unit 7 Kamar mandi 1 unit 4 Jumlah 44 Sirkulasi (30%) 13,2 Total Luas 57,2 @57 57X6 = 342 Unit Keamanan Pos jaga 4 unit 16 R.CCTV 1 unit 12 Jumlah 28 682 I M A J I - V o l. 3 N o. 4 O k t o b e r 2 0 1 4

Total Luas 28 Unit Parkir Mobil 8 65 motor 40 62 ambulance 1 18 Mobil 10 81 motor 20 31 Jumlah 257 Sirkulasi (100%) 257 Total Luas 514 TAMPAK BARAT I M A J I - V o l. 3 N o. 4 O k t o b e r 2 0 1 4 683

TAMPAK SELATAN TAMPAK TIMUR TAMPAK UTARA 684 I M A J I - V o l. 3 N o. 4 O k t o b e r 2 0 1 4

I M A J I - V o l. 3 N o. 4 O k t o b e r 2 0 1 4 685

DAFTAR PUSTAKA Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1998).Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud RI Balai Pustaka Dadang Hawari,Prof.Dr.dr.H Psi (1991) Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif,, Jakarta: Balai Pustaka Dadang Hawari (2006), Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA: Narkotika, Alkohol dan Zat Adikitif, Jakarta : FKUI Badan Narkotika Nasional (2008). Pedoman Standar Pelayanan Korban Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: BNN Departemen Sosial RI(2007). Standarisasi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Korba NAPZA dalam Panti, Jakarta :Depsos RI Departemen Sosial RI (2003).Metode Theraupeutic Community.Jakarta: Depsos RI Soeparman, Herman (2000). Narkoba telah merubah rumah kami menjadi neraka, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional-Dirjen Dikti Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Kementerian Kesehatan Ri (2010). Pedoman Layanan Terapi Dan Rehabilitasi Komprehensif Pada Gangguan Pengguna Napza Berbasis Rumah Sakit. Jakarta: Kepmenkes De Leon, George (2000). Theurapetic Community, Theory, Model, and Method, New York Oktaviani, Ayu (2010), Lingkungan Fisik Rumah Rehabilitasi Pengguna Narkoba dengan Metode Therapeutic Community, Program Sarjana Universitas Indonesia, Depok http://trendrumah.com/site/artikel/8, pada 25 April 2014 diakses http://deninusantara.blogspot.com/2010/05/arsitekturkolonial.html, diakses pada 25 April 2014 686 I M A J I - V o l. 3 N o. 4 O k t o b e r 2 0 1 4